• Tidak ada hasil yang ditemukan

Regulasi tentang Masyarakat ASEAN di Indonesia

III.2. Regulasi tentang Masyarakat ASEAN di Indonesia

Regulasi nasional yang selama ini dibuat oleh Pemerintah Indonesia ternyata banyak yang tumpang tindih dan tidak sinkron, sehingga menyebabkan Indonesia belum dapat mempersiapkan dirinya dengan baik dalam Masyarakat ASEAN. Contohnya, jika dilihat dari sudut pandang tugas dan fungsi Setnas ASEAN-Indonesia, maka sesuai dengan Permenlu No. 2 tahun 2014, Setnas ASEAN-Indonesia memiliki kedudukan dan kewenangan dalam mengatur dan mengkoordinasikan fungsi koordinasi, integrasi, dan sinkronisasi Kementerian / Lembaga pada Setnas ASEAN-Indonesia. Seperti halnya yang tertuang dalam Keppres No. 23 tahun 2012, maka yang menjalankan tugas sebagai ketua dari Setnas ASEAN-Indonesia adalah Dirjen Kerjasama ASEAN. Padahal, Dirjen Kerjasama ASEAN secara struktural adalah pejabat eselon I, sedangkan anggota dari Setnas ASEAN-Indonesia adalah juga pejabat eselon I dari masing-masing kementerian atau lembaga, maka kedudukan Ketua Setnas Indonesia tidak lebih tinggi daripada anggotanya. Hal inilah yang menyebabkan Setnas ASEAN-Indonesia belum bisa menjalankan tugas dan fungsi komunikasinya dengan optimal

89 Ibid

44 Selain itu, masih banyak juga pemangku kepentingan terutama dari Kementerian atau Lembaga yang belum mengetahui bahwa berdasarkan Permenlu No.2 tahun 2014, masing-masing dari 48 Kementerian atau Lembaga wajib untuk mendelegasikan satu atau dua orang pejabat eselon I nya untuk menjadi anggota Setnas dan menjalankan tugas dan fungsinya sesuai dengan Permenlu No. 2 tahun 2014. Karena anggota Setnas ASEAN-Indonesia masih sebatas pejabat dari Kementerian / Lembaga, maka fungsi check and balances nya hampir tidak ada karena pada dasarnya pejabat eselon I dari masing-masing Kementerian / Lembaga tersebut telah memiliki tugas pokok dan fungsi utama di kementerian masing-masing, sehingga tugas dan fungsi sebagai anggota Setnas ASEAN-Indonesia menjadi terbengkalai.91 Oleh karena itu, anggota Setnas ASEAN-Indonesia juga seharusnya diperluas dengan memasukkan unsur akademisi dan tokoh sebagai fungsi control kerja dan komitmen kerja seperti pola yang diterapkan dalam Komite Nasional.

Berdasarkan Keputusan Presiden No. 37 tahun 2014, Komite Nasional merupakan panitia nasional persiapan pelaksanaan Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA). Hal ini berarti Komite Nasional hanya khusus untuk mempersiapkan segala sesuatu yang berhubungan dengan pilar ekonomi. Presiden Indonesia sejauh ini belum membuat Komite Nasional untuk pilar-pilar lainnya, padahal dalam Piagam ASEAN, Indonesia berkomitmen tidak hanya kepada pilar ekonomi namun juga pilar politik dan keamanan serta pilar sosial dan budaya. Komite Nasional untuk persiapan Masyarakat Politik dan Keamanan ASEAN serta Komite Nasional untuk persiapan Masyarakat Sosial dan Budaya perlu dibuat agar implementasi dari program masing-masing pilar dapat diturunkan hingga ke level Pemda. Hal ini dikarenakan Setnas ASEAN-Indonesia tidak memiliki unit kerja (Tim Kerja Daerah) hingga ke level daerah. Satu-satunya yang telah memiliki Tim Kerja Daerah adalah Komite Nasional persiapan MEA. Seharusnya Pemerintah Indonesia juga membentuk Komite Nasional untuk dua pilar lainnya dan kemudian masing-masing koordinator dari Komite Nasional berkoordinasi dengan Setnas ASEAN-Indonesia sehingga pola koordinasinya dapat lebih rapi dan terstruktur.

Selain itu, di dalam Keppres No. 37 tahun 2014, terdapat tumpang tindih tugas dan fungsi antara Komite Nasional dan Setnas ASEAN-Indonesia. Di Keppres No, 37 tahun 2014 disebutkan bahwa Menteri Luar Negeri adalah Wakil Ketua I dari Koordinator Komite Nasional. Hal ini tumpang tindih dengan tugas dan fungsi Menteri Luar Negeri yang merupakan pimpinan dari koordinator Setnas ASEAN-Indonesia. Jika dilihat dari garis komando / hirarki, maka dengan skema seperti ini, Setnas ASEAN-Indonesia yang dijalankan oleh Dirjen Kerjasama ASEAN dan berada di bawah Menteri Luar Negeri, berada di bawah garis komando / hirarki Komite Nasional. Padahal di dalam Keppres No, 37 tahun 2014, disebutkan dalam salah satu pasal, Komite Nasional harus berkoordinasi dengan Setnas

45 ASEAN karena sesuai dengan Keppres No. 23 tahun 2012 dan Permenlu No. 2 tahun 2014, Setnas ASEAN-Indonesia adalah koordinator utama dari persiapan pelaksanaan Masyarakat ASEAN di Indonesia.

Terlepas dari tumpang tindih tugas dan fungsi Setnas ASEAN-Indonesia dengan Komite Nasional, Setnas ASEAN-Indonesia juga belum menjalankan tugas dan fungsinya dengan optimal. Hal ini dibuktikan dengan belum adanya Prosedur Standar Operasi (SOP) yang khusus membahas persiapan Indonesia dalam menghadapi Masyarakat ASEAN. Padahal di dalam Keppres No. 23 tahun 2012 mengenai tugas dan fungsi Setnas ASEAN-Indonesia, disebutkan bahwa Setnas ASEAN-Indonesia juga wajib menyusun prosedur standar operasi sesuai dengan prinsip koordinasi, integrasi, dan sinkronisasi Kementerian dan atau Lembaga.

Jika dilihat dari pola pelaksanaannya, Komite Nasional nampak lebih siap dan persiapannya lebih detail dibandingkan Setnas ASEAN-Indonesia. Hal ini terbukti dengan adanya matriks program kerja masing-masing Kementerian / Lembaga untuk mengevaluasi bagaimana masing-masing Kementerian melaksanakan komitmen cetak biru. Selain itu, bagian paling penting lainnya adalah harus ada regulasi khusus untuk pilar lain selain pilar ekonomi. Karena selama ini fokus regulasi kebanyakan berkaitan dengan MEA. Bahkan menurut Direktur Politik-Keamanan, Direktorat Jenderal kerja Sama ASEAN, M. Chandra W. Yudha, pembangunan pilar politik dan keamanan ASEAN mungkin bagi banyak orang tidak sepenting pembangunan pilar ekonomi ASEAN.92

Di Beberapa contoh regulasi-regulasi yang khusus mengatur pilar ekonomi yaitu Inpres No. 5 Tahun 2008 tentang Fokus Program Ekonomi Tahun 2008-2009, Inpres No. 11 Tahun 2011 tentang Pelaksanaan Komitmen Cetak Biru Masyarakat Ekonomi ASEAN Tahun 2011, Keppres No. 37 Tahun 2014 tentang Komite Nasional Persiapan Pelaksanaan Masyarakat Ekonomi ASEAN, dan Inpres No. 6 Tahun 2014 tentang Peningkatan Daya Saing Nasional dalam Rangka Menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN. Sedangkan untuk pilar lainnya(pilar politik dan keamanan, serta pilar sosial budaya) belum dibuat regulasi khusus. Pelaksanaan teknis dari pembuatan regulasi khusus harus didahului dengan pematangan tujuan Indonesia di masing-masing pilar di Masyarakat ASEAN, sehingga Indonesia dapat lebih optimal dalam mencapai kepentingan nasionalnya. Regulasi untuk masing-masing pilar penting karena akan memberikan guidance ke seluruh pemangku kepentingan di pilar-pilar tersebut.

92 M. Chandra W. Yudha. 2015. Memimpin Pembangunan Politik dan Keamanan ASEAN. Media Publikasi Direktorat Jenderal Kerjasama ASEAN Edisi 8, ISSN 2460-1683, Kementerian Luar

46 Sebaiknya Dewan Perwakilan Rakyat juga memiliki beberapa tugas dalam membantu Indonesia untuk lebih siap dalam menghadapi Masyarakat ASEAN. Misalnya, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah dapat mendorong lahirnya Perda (peraturan daerah) tentang Masyarakat ASEAN di daerahnya masing-masing.93 Selain itu, Dewan Perwakilan Rakyat juga dapat lebih proaktif dalam mengawasi kepatuhan pemerintah dalam menjalankan regulasi tersebut. Contohnya DPR dapat melakukan proses tracking apakah pemerintah sudah melibatkan semua pemangku kepentingan dalam mensukseskan Masyarakat ASEAN.

Pemerintah Indonesia juga harus mempertegas dan membuat detail dari regulasi-regulasi terkait Masyarakat ASEAN. Selama ini, penjabaran tugas dan fungsi masing-masing pemangku kepentingan masih sangat general, sehingga membuka celah untuk koordinasi yang kurang maksimal dan tumpang tindih tugas dan fungsi. Indonesia seharusnya juga mempersiapkan blueprint nasional dalam menghadapi Masyarakat ASEAN 2025 dengan baik. Blueprint tersebut harus dibedah dari ketiga pilar dengan ditunjang oleh roadmap yang jelas dan koordinasi antar pemangku kepentingan.94 Blueprint yang telah tersedia selama ini hanya berasal dari Sekretariat ASEAN untuk tataran regional, sehingga hanya berupa penekanan tujuan dan prinsip terbentuknya Masyarakat ASEAN. Blueprint yang berasal dari Sekretariat ASEAN juga masih belum detail, terutama mengenai koordinasi, peran, tugas, dan fungsi masing-masing pemangku kepentingan.95 Selain itu, Tim Pelaksana dan Tim Kerja Daerah yang sudah dibentuk perlu untuk disosialisasikan dan dioptimalisasikan tugas dan fungsinya, karena berdasarkan observasi Bappenas di daerah, banyak Pemda yang tidak mengenal adanya Tim Kerja Daerah.96 Ditambah lagi dengan masih banyak daerah yang belum memiliki Perda khusus untuk isu Masyarakat ASEAN. Salah satu contohnya adalah Kota Balikpapan, Provinsi Kalimantan Timur, Balikpapan belum memiliki Perda khusus untuk melindungi buruh atau pekerja di Balikpapan yang harus bersaing dengan tenaga kerja dari negara-negara anggota ASEAN lainnya.97

Dokumen terkait