• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kiprah Dakwah dan Pendidikan Serta Pengaruhnya Bagi Masyarakat

4. Perguruan Tingg

Seperti telah diuraikan bahwa pada tahun 1965, K.H. Abdullah Syafi'ie dan Tutty Alawiyah melakukan banyak musyawarah dengan sahabat dan tokoh Islam yang lain hendak mendirikan perguruan tinggi yang dapat membentengi ummat Islam dari pengaruh paham komunis yang sedang marak ketika itu. Akhirnya, didirikanlah Akademi Pendidikan Islam (AKPI)

31

Abdullah Syafi’ie, Berkenalan, h. 20.

as-Syafi’iyah sebagai tempat menempa para Muallimin dan Muballighin as-Syafi’iyah.

AKPI berjalan dengan baik dengan memperkenalkan dan melakukan terobosan pengajaran ulama, seperti K.H. Abdullah bin Nuh, K.H. Abdullah bin Musa, K.H. Abdullah Arfan, K.H. Fathullah Harun, Said Muhammad Asri, dan lain-lain. AKPI semula direncanakan peresmiannya pada tanggal 19 September 1965, namun trangedi pemberontakan Partai Komunis Indonesia (PKI) yang amat mengerikan, padahal ketika itu akan dibuka kuliah perdana oleh Jend. TNI Abdul Haris Nasuiton. Namun, dalam tragedi itu beliau termasuk yang akan dikorbankan, tetapi masih dilindungi oleh Allah Swt sehingga selamat. Akhirnya, dua minggu kemudian, Muhammad Hatta meresmikan AKPI dengan kulia perdana beliau yang bertempat di Aula Perguruan As- Syafi’iyah Balimatraman, Jakarta Selatang. Tidak lama kemudian, seiring dengan pendirian Yayasan Perguruan Tinggi As-Syafi’iyah, AKPI berubah nama menjadi Univeristas Islam As-Syafi’iyah (UIA). Saat itu, UIN hanya memiliki tiga fakultas, yaitu Fakultas Dakwah perubahan dari Fakultas Ushuluddin, Fakultas Bahasa Arab, dan Fakultas Ekonomi.

Yayasan yang menjadi induk UIA kurang berjalan dengan baik sehingga akhirnya muncul gagasan K.H. Nurul Huda atas ide besar K.H. Abdullah Syafi'ie untuk mendirikan yayasan yang akan menaungi semua lembaga yang ada. Ada dasar itu, dibentuklah Yayasan As-Syafi’iyah yang didirikan oleh tiga orang pendirinya, yaitu K.H. Abdullah Syafi'ie, Tutty Alawiyah AS, dan Abdul Rasyid AS.

Melalui yayasan tersebut, K.H. Abdullah Syafi'ie mendirikan Ma’had Aliy Darul Arqam atau pesantren tinggi. Selain itu, As- Syafi’iyah juga bekerjasama dengan Badan Kerja Sama Pondok Pesantren (BKSPP) tahun 1979 untuk memberikan beasiswa bagi guru-guru utama dan berkualitas. Selanjutnya, membuat Sekolah Tinggi Wiraswasta (STW) di Jatiwaringin yang didirikan atas kerjasama dengan Probo Soetedjo dan beberapa aktivis LSM.

Jimly As-Shiddieqy sebagai aktivis LP3ES bersama-sama dengan Adi Sasono dari LSP, Amin Rais dari PPA, Dawam Rahardjo dari LSAF dan lainnya pada tahun 1979 berkeinginan mendirikan sekolah tinggi wiraswasta. Mereka bersama-sama mencari partner dan disepakati berpartner dengan Perguruan

Islam as-Syafi’iyah. Pada waktu itu, K. H. Abdullah Syafi'ie mendapat tanah wakaf di Jatiwaringin. Beliau melamun mengenai apa yang bisa dibuat dengan lahan wakaf tersebut dan terpikir olehnya membuat LSM. Orang-orang LP3ES punya ide mengembangkan sekolah wiraswasta dengan menggunakan metode partisipatory education yang Jimly sendiri terlatih di situ. K. H. Abdullah Syafi'ie sendiri berkeinginan mendirikan universitas. Akhirnya, pada tahun 1979, Jimly As-Shiddieqy bersama Utomo Dananjaya dari DKJ-TIM, dan lainnya dilibatkan dalam penyusunan rencana Universitas Islam As-Syafi’iyah. Setelah berdiri, UIA menjadi perguruan tinggi pertama menjadi pusat training, penataran, termasuk penataran ormas Islam.32

Kesediaan K.H. Abdullah Syafi’ie menerima Akademi Wiraswasta As-Syafi’iyah yang notabene didirikan oleh anak- anak muda yang berasal dari LSM menunjukkan bahwa beliau adalah orang yang terbuka dan dapat menerima ide-ide baru.33

Setelah tiga tahun berjalan, ketiga perguruan tinggi: Universitas Islam As-Syafi’iyah, Ma’had Aliy Darul Alqam, dan Sekolah Tinggi Wiraswasta diupayakan agar dikelolah dalam satu lembaga tinggi As-Syafi’iah. Untuk itu, dibentuklah presidium untuk melahirkan lembaga yang dimaksud. Tutty Alawiyah mencoba mewujudkan impian ayahnya memiliki sebuah universitas yang mengajarkan ilmu pengetahuan dan teknologi yang dilandasi ajaran agama Islam yang kuat. Akhirnya, lahirlah Universitas Islam As-Syafi’iyah yang resmi beroperasi pada tahun 1984.34

32

Jimly As-Shiddieqy, “Kiyai Abdullah Syafi’ie Ulama Kreatif,” dalam

Alawiyah AS, K.H. Abdullah Syafi'ie di Mata Para Tokoh, Ulama, dan

Cendekiawan, h. 51.

33

Dawam Rahardjo, “K.H. Adullah Syafi’ie Orang Terbuka dan

Reseptif dengan Gagasan Baru,” dalam dalam Alawiyah AS, K.H. Abdullah

Syafi'ie di Mata Para Tokoh, Ulama, dan Cendekiawan, h. 69.

34

Tutty Alawiyah AS, “K.H. Abdullah Syafi'ie Menggagas Perguruan Tinggi dan Pesantren Khusus Yatim dan Miskin,” dalam Tutty Alawiyah AS,

K.H. Abdullah Syafi'ie di Mata Para Tokoh, Ulama, dan Cendekiawan, h. 23- 27.

Dengan demikian, menurut Dawam Rahardjo, K.H. Abdullah Syafi'ie sebagai seorang kiai merupakan tokoh Betawi yang terbesar karena berhasil mendirikan satu lembaga pendidikan mulai dari taman kanak-kanak hingga universitas. Jadi, beliau berhasil dengan pikiran dan gagasan modernnya dapat mengembangkan pendidikan.35

Karya Akademik Keagamaan

Karya K.H. Abdullah Syafi’ie mencakup kelembagaan, karya tulis, dan ceramah-ceramah yang direkam dalam ratuskaset. N Karya tulis yang berhasil dilacak peninggalah Abdullah Syafi’ie sebanyak sepuluh buah karya, di samping karya

35

Dawam Rahardjo, “K.H. Adullah Syafi’ie Orang Terbuka dan Reseptif dengan Gagasan Baru,” h. 70.

terjemahannya. Karya-karya tertulis tersebut adalah sebagai berikut ini:36

a. al-Muassasāt Al-Syāfi’iyah al-Ta’līmiyah. Karya ini menjelaskan tentang latar belakang Abdullah Syafi’ie mendirikan pendidikan madrasahnya, serta menggambarkan pula tentang materi pendidikan/ pelajaran.

b. Bir al-Wālidaini. Karya ini membicarakan bagaimana kondisi seorang ibu yang sedang mengandung dan setelah melahirkan; dan bagaimana pemberian nama kepada si anak; proses memelihara anak dan mengisi jiwanya serta ke arah mana anak dididik. Perlunya sejak dini menanamkan jiwa agama dan pengamalan agama, menceritakan perlunya seorang anak berbakti kepada orang tua serta keberuntungan yang diperoleh seseorang apabila berbakti atau berakhlak kepada kedua orang tua.

c. Berkenalan dengan Perguruan Al-Syafi’iyah. Karya ini menggambarkan tentang latar belakang serta tujuan, kurikulum dan lainnya yang berkaitan dengan pendirian pesantren putra-putri, pesantren khusus yatim dan pesantren tradisional.

d. Penduduk Dunia Hanya Ada Tiga Golongan. Dalam karya ini Abdullah Syafi’ie menyoroti manusia dalam tiga kelompok, yaitu pertama kelompok mukmin, kedua kelompok kafir, dan ketiga kelompok munafiq. Manusia kelompok pertama adalah manusia yang meyakini Allah serta mengikuti perintahnya serta menjauhi larangannya. Manusia kelompok kedua adalah manusia yang tidak percaya kepada Allah serta senantiasa melanggar perintah-Nya. Manusia kelompok ketiga adalah manusia yang berada di tengah keraguan, sehingga apa yang terucapkan sangat berbeda dengan apa yang ada di dalam hatinya. Dua bentuk manusia tersebut yaitu manusia yang kafir dan munafiq senantiasa mereka dalam kerugian terutama di akhirat.

36

Hasbi Indra, Pesantren dan Transformasi Sosial, h. 133-135.

e. Mu’jizat Saiyidunā Muhammad, karya ini berbicara tentang mu’jizat Nabi Muhammad, juga mu’jizat nabi-nabi lainnya seperti Nabi Adam, Ibrahim, Musa, Isa dan lainnya. Nabi Muhammad dalam pandangannya mempunyai kelebihan dibandingkan dengan nabi-nabi lainnya. Misalnya Muhammad adalah cahaya, alam semesta ini ada karena ada cahaya Nabi Muhammad. Mu’jizat nabi-nabi lainnya juga dipunyai oleh Nabi Muhammad.

f. Al-Dīnu wa al-Masjid. Karya ini membahas tentang hubungan yang erat antara agama dan tempat ibadah (masjid). Pentingnya membangun masjid bagi umat Islam. Orang yang ikut membangun dan memakmurkannya akan mendapat keutamaan dan pahala yang besar.

g. Madārij al-Fiqhi. Abdullah Syafi’ie membahas di dalam kitab ini tentang pengertian agama, pengertian Islam, pengertian iman dan rukun-rukunnya, juga berbicara tentang najis dalam konteks shalat, juga masalah pelaksanaan shalat, tentang qunut dan lainnya.

h. Hidāyah al-Awwam. Karya ini membahas tentang sifat-sifat Allah yang wajib dan mustahil. Kemudian ia membahas pula masalah iman kepada para malaikat, kitab-kitab Allah, juga iman kepada nabi- nabi Allah dengan sifat-sifatnya seperti fathanah dan lainnya.

i. Al-Ta’līm al-Dīn. Karya ini membicarakan ajaran tentang siapa pencipta manusia, apa agamanya, siapa imannya, kiblatnya yang luas ini, juga membahas tentang rukun Islam dan rukun iman.

j. Al-Mahfuzhāt (sebanyak III jilid). Karya ini berisi sejumlah materi hadis utama yang singkat, seperti hadis tentang keutamaan iman, tentang keutamaan membaca al-Qur’an, keutamaan orang yang menuntut ilmu serta manfaat orang berilmu dan sebagainya.

Karya tulis Abdullah Syafi’ie tersebut semuanya di bidang ilmu agama Islam. Karya tulisnya ada yang berkaitan dengan bidang pendidikan Islam seperti dalam tulisan yang berjudul al-

Muassasāt Al-Syāfi’iyah al-Ta’līmiyah, Berkenalan dengan Perguruan Al-Syafi’iyah dan lainnya. Karya tulisnya yang berkaitan dengan bidang ilmu tauhid terlihat dalam tulisannya yang berjudul Al-Ta’līm al-Dīn. Karya tulis yang berkaitan dengan bidang hadits terdapat dalam tulisannya yang berjudul Al-

Mahfuzhāt. Dari karya-karya itu tampaknya minat keilmuan Abdullah Syafi’ie di bidang keilmuan agama Islam cukup bervariasi.

Adapun karya dalam bentuk rekaman ceramah dalam kaset- kasetnya jumlahnya ratusan. Jumlah tersebut memang sangat memungkinkan karena hampir semua ceramahnya direlai melalui radio as-Syafi’iyah dan ada rekamannya. Bahkan, sampai sekarang sebagian dari kaset-kaset tersebut masih sering diputar ulang di RAS FM. Adapun materi dan kadungannya berisi tentang berbagai macam bidang ilmu agama. Penulis tidak sempat memutar kaset-kaset tersebut karena kendala waktu dan teknis, namun sebagian di antaranya sudah pernah ditranskrip oleh Hasbi Indra.37 Menurutnya, materi keilmuan yang dibahas Abdullah Syafi’ie di dalam kaset-kasetnya itu sangat berragam. Materi yang dibicarakan berkisar masalah-masalah yang berkaitan dengan proses penciptaan manusia dan pada saat tiba ajalnya; masalah yang berkaitan dengan masalah keimanan dan keislaman; masalah yang berkaitan dengan pentingnya shalat dan pengampunan dosa; masalah yang berkaitan dengan kemuliaan kitab suci al-Qur’an; masalah pentingnya ilmu pengetahuan dan teknologi serta masalah-masalah lainnya. Masalah-masalah yang dibicarakannya umumnya masalah aktual dalam kehidupan masyarakat Jakarta.

Pengaruh Dakwahnya di Jakarta

Abdullah Syafi’ie telah menunjukkan kiprah dna peranannya dalam perkembangan agama Islam di kota Jakarta. Sebagai seorang ulama ia berperan sebagai penjaga moral masyarakat dengan menggunakan masjid sebagai tempat untuk memberi pengajaran Islam kepada umat. Masjid sebagai tempat ibadah umat Islam, pertama kali ia dirikan di dekat rumah

37

Hasbi Indra, Pesantren dan Tranformasi Sosial, h. 135-140.

tinggalnya dan ia namai masjid itu dengan nama Masjid Al- Barkah. Pada saat itu di Jakarta, nama masjid masih banyak dinamai dengan nama lokasi di mana masjid itu berdiri, seperti masjid Manggarai, masjid Kwitang dan lain-lain. Namun, sejak ia memberi nama masjid dengan ‘sighat’ bahasa Arab itu, maka kemudian nama-nama masjid di Jakarta mulai menggunakan ‘sighat’ bahasa Arab, seperti masjid Istiqlal, masjid al-Azhar.

Sementara itu, kota Jakarta sebagaimana diketahui sebagai ibukota Negara dan juga sebagai kota metropolitan mengalami perkembangan yang sangat pesat. Dinamika terjadi, sebagai akibat dari derasnya pembangunan, yang juga menimbulkan dampak yang sangat negatif di tengah masyarakat Jakarta, berupa munculnya dekadensi moral, dan perbuatan-perbuatan tercela lainnya. Untuk mengatasi dampak dari pembangunan itu, ia mulai membentuk masyarakat muslim yang belajar agama melalui pengajian yang diselenggarakan di masjid. Masjid dijadikannya bukan hanya sebagai tempat ibadah, tetapi ia jadikan pula sebagai tempat mengajar agama yang biasa penyelenggaraannya pada Selasa malam. Dalam pengajian agama ini Abdullah Syafi’ie membaca kitab-kitab, seperti kitab Riyādl al-Shālihīn dan lainnya. Di samping itu pula, Abdullah syafi’ie memberikan pengajian di masjid-masjid yang ada di sekitar Jakarta, seperti masjid al-Azhar, yang waktunya seminggu sekali atas permintaan masyarakat Betawi di sana. Pada saat Nisfu Sya’ban ia biasa berpidato di kota Pekalongan dan Tegal dalam peringatan Haul seorang Habib yang sangat dicintai masyarakat di sana. Juga berda’wah di luar negeri seperti ke Malaysia dan Singapura.38

Model pengajian yang dilakukan oleh Abdullah Syafi’ie ini di kemudian hari banyak ditiru dan mengalami perkembangan yang sangat pesat di Tanah Air, yang biasa disebut dengan Majelis Taklim. Majelis Taklim ini telah berkembang ke seluruh Tanah Air dengan mengambil nama yang beraneka ragam, seperti Majelis Taklim al-Hidayah, Majelis Taklim al-Muhajirin, dan sebagainya.

Selain melalui forum pengajian ini, Abdullah Syafi’ie menyampaikan pesan-pesan agama Islam melalui alat komunikasi

38

Tutty Alawiyah (Ed.), KH. Abdullah Syafi’ie Tokoh Harismatik

1910-1985, h. 5-7.

yang canggih dan modern yaitu Radio Al-Syafi’iyah yang ia dirikan. Dia sangat pandai beretorika dalam pidatonya, suaranya lantang. Jika ia di mimbar, isi pidatonya sering vokal dan sesekali diselingi oleh sindiran dalam bahasa Betawi. Karena begitu mantap isi tablighnya, maka tidak ada yang menjerit dan menangis histeris terutama ketika ia menjelaskan tema-tema yang berkaitan dengan datangnya hari kiamat.

Ia menyadari, bila ia memberi pengajian melalui alat teknologi canggih yang pada saat itu melalui radio, maka jangkauannya sangat luas. Selain itu, melalui pesan-pesan agamanya yang disampaikan melalui sarana yang ia miliki, dimaksudkan sebagai benteng umat dari pengaruh ajaran Partai Komunis. Ia mendirikan Radio Syafi’iyah tahun 1967 untuk mengimbangi atau melawan pengaruh Universitas Rakyat yang didirikan PKI.39 Melalui stasiun radio itu pula ia mengingatkan umat Islam untuk menyelamatkan diri dan keluarganya dari pengaruh buruk Kwa Hwe, Toto Koni, dan perjuadian lainnya.40 Ia menghimbau pula para pendengarnya agar menghindarkan diri dari Night Club dan Stambath. Melalui radio pula ia sering mengkritik kebijakan Gubernur Ali Sadikin tentang legalisasi perjudian, pelacuran, dan pembakaran/pembongkaran mayat.

39

Utomo Dananjaya, KH. Abdullah Syafi’ie, h. 19.

40

Utomo Dananjaya, KH. Abdullah Syafi’ie h. 19.

Melalui stasiun radionya pula ia menyampaikan bahwa generasi muda Islam, di samping harus memiliki ilmu pengetahuan umum, juga hendaklah memiliki pengetahuan agama dan akidah yang kuat dalam menghadapi godaan pesatnya pembangunan kota Jakarta.

Untuk membentuk generasi muda Islam yang berkualitas dan dapat membentengi mereka dari dampak pembangunan yang ada, ia menganjurkan kepada umat agar mendirikan tempat- tempat ibadah dan tempat-tempat pendidikan yang Islami. Dia menghimbau agar umat Islam peduli dan member bantuan kepada setiap usaha mendirikan masjid dan tempat pendidikan Islam. Dia menghimbau agar umat Islam peduli dan memberi bantuan sesuai dengan kemampuannya. Dari radio itu pula ia menggembirakan orang-orang yang telah membantu mendirikan tempat ibadah dan tempat mendidik generasi muda Islam disertai dengan pemberian pahala dari Tuhan.

Melalui radio itu pula ia mempertanggungjawabkan atau memberikan laporan kepada umat yang telah memberikan bantuan. Melalui himbauan radio ini pula bantuan mengalir dari para dermawan yang kaya maupun para dermawan yang berasal dari orang kebanyakan. Melalui salah satu metode yang ia lakukan inilah institusi pendidikan agama dan masjid yang sedang ia bangun semakin berkembang dan telah ada wujudnya.41

Ia sangat menyadari bahwa kekuatan teknologi dapat mengawetkan pesan-pesan agama yang pernah ia sampaikan, dengan tujuan agar nantinya dapat didengar pula oleh umat di kemudian hari. Untuk itu, pada setiap ceramah yang ia berikan melalui Radio Al-Syāfi’iyah, direkam oleh petugas di stasiun radionya dalam berbagai kaset. Selama perjalanan hidupnya telah ratusan kaset yang dihasilkannya yang isinya menyangkut berbagai tema agama. Hingga sekarang ini Radio Al-Syāfi’iyah masih terus memeperdengarkan ceramah agama Abdullah Syafi’ie dari kaset-kaset yang ada, di samping tetap merekam berbagai ceramah agama dari putra-putri Abdullah Syafi’ie seperti ceramah agama Tutty Alawiyah, Abdul Rasyid dan Ida farida. Ceramah agama melalui radio serta merekam ceramah agama melalui kaset-kaset sekarang ini telah menjadi budaya.

41

Utomo, h. 16-17.

Ide-Ide Pembaruan Dakwah Dan

Dokumen terkait