• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kiprah Dakwah dan Pendidikan Serta Pengaruhnya Bagi Masyarakat

3. Pesantren Khusus Yatim

Pesantren khusus atau pesantren khusus yatim ini didirikankan Abdullah Syafi’ie pada tahun 1977, adalah model lain dalam wacana pesantren di Tanah Air. Pendirian pesantren khusus ini diduga didasari oleh adanya sebagian orang di masyarakat yang ditinggalkan kedua orang tuanya; dan atau mereka yang hidupnya sangat miskin dan memprihatinkan, sehingga untuk masuk ke sekolah mereka kesulitan biaya.

Selain itu, didorong pula oleh semangat ajaran Islam yang tersirat di dalam ayat-ayat al- Qur’an. Ayat al-Qur’an menganjurkan agar umat berjuang, memberikan pengorbanan untuk memperhatikan dan membela nasib golongan lemah dan masyarakat kecil (Q.S. al-Nisa’, ayat 75). Sebaliknya, sikap enggan memperhatikan nasib anak yatim dan sikap mengabaikan kepentingan golongan miskin, sebagai pertanda pembangkangan terhadap ajaran agama (Q.S. al-Ma’un, ayat 2). Pada ayat yang lain diungkapkan bahwa, ada pelarangan untuk menghina dan menghardik anak-anak yatim serta mencelanya (Q.S. al-Dhuha, ayat 9 dan al-Fajr, ayat 17).28

28

Agak lengkap pembahasan tentang anak yatim, lihat dalam buku

Tutty Alawiyah dkk., Yatim dan Masalahnya, (Jakarta: UIA Press, 1988), h. 1-

5.

Pesantren khusus ini sebenarnya telah dirintis oleh Abdullah Syafi’ie tahun 1970 di Balimatraman. Pesantren itu semakin dikembangkan pada tahun 1977 di Jatiwaringin. Di pesantren ini ditampung sebanyak 268 orang putra-putri, kemudian pada tahun 1980 jumlah santrinya mengalami perkembangan hingga mencapai 340 siswa-siswi.

Di pesantren khusus ini para siswa diharapkan memiliki akhlak yang mulia dan akan menjadi warga masyarakat yang baik, bertakwa kepada Allah serta mengamalkan ajaran Islam dengan cara perkembangan dan perjuangan umat Islam dalam skala nasional dan internasional, memiliki pengetahuan umum dan kejuruan yang dipilihnya. Siswa diharapkan pula mampu berkomunikasi dengan masyarakat, berpidato, mengarang, menulis, kerajinan tangan dan kesenian serta lain-lainnya. Siswa diharapkan pula memiliki cinta kasih sesama manusia dan alam sekitar, menghargai seni budaya nasional serta selektif dengan budaya asing, jujur, tabah, berdedikasi, berdisiplin, tekun dan lainnya.29

Siswa yang belajar di pesantren ini adalah anak yatim dan anak golongan tidak berpunya di atas usia SD/Ibtidaiyah. Karena mereka diharapkan cepat kembali ke lingkungan keluarganya, maka masa pendidikan mereka tidak terlalu lama, cukup 3 tahun.

29

Abdullah Syafi’ie dkk., Berkenalan, h. 14-15

Program pendidikan ditekankan kepada pembinaan keterampilan sebagai bekal kehidupannya dan mereka dibekali pula dengan ilmu pengetahuan dan sikap beragama. Program keterampilan yang diberikan kepada mereka hanya merupakan “basic knowledge” untuk membuka kesempatan untuk melanjutkan studinya, di samping untuk bekerja di masyarakat.

Adapun jenis program yang disediakan bagi mereka adalah: Pertama, program pendidikan agama dan bahasa Arab. Materi pengajaran agama dan bahasa Arab sebagai sarana penunjang, pendidikan agama diberikan secara selektif dan dibatasi dalam hal yang bersifat praktis. Kedua, program pendidikan keterampilan, berfungsi untuk pembinaan keterampilan, sebagai bekal kerja mereka di kemudian hari di masyarakat. Pada tahun pertama program keterampilan diberikan secara umum dan mendasar, sedangkan pada tingkat II mereka diharuskan memilih program spesialisasi untuk pendalaman. Pada tahun ini mereka dimagangkan pada salah satu perusahaan yang relevan. Ketiga, program pelengkap yang berfungsi sebagai alat pelengkap untuk mendalami agama dan ilmu atau bidang studi yang mendukung pendidikan keterampilan.30

Kegiatan belajar mereka lakukan tidak sekedar menekankan pencapaian dan pengumpulan pengetahuan yang bersifat teoritis, namun ditekankan pula pada hal-hal yang bersikap praktis. Pembinaan kepribadian, sikap dan nilai tidak cukup dilakukan melalui jalan pengajaran belaka. Tetapi juga melalui nternalisasi dan aplikasi nilai dan norma. Untuk itu diperlukan asrama atau pesantren bagi mereka.

Sistem pendidikan yang diterapkan adalah sistem pendidikan pada “sekolah kerja”, yang pengaturannya sebagai berikut:

Pertama, untuk pendidikan keterampilan pada tahun pertama mereka diperkenalkan dengan dasar-dasar dari pelbagai jenis keterampilan yang dipilih seperti montir, penjahit, beternak, pelistrikan, administrasi perkantoran dan mereka mulai diarahkan melalui seleksi untuk jenis keterampilan yang dipilihnya. Kedua, semester II tahun II mereka mulai dimagangkan untuk tahap I. ketiga, pada tahun III semester I mereka kembali ke kampus

30

Abdullah Syafi’ie, Berkenalan, h. 19.

untuk menguji pengalaman selama kerja magang di lapangan dengan teori yang sudah dipelajari. Setelah itu untuk beberapa lama sebelum penghujung semester II tahun III, mereka kembali kerja lapangan untuk pemantapan ilmu dan prakti yang mereka terima. Kemudian barulah mereka menempuh ujian akhir. Keempat, pendidikan agama dan pendidikan pelengkap berjalan menurut sistem yang biasa pada madrasah dan sekolah kejuruan setingkat.31 Lembaga-lembag pendidikan pesantren Abdullah Syafi’ie cukup beragam, ada pesantren yang bercorak modern (khalaf) seperti tergambar pada pesantren putra-putri dan pesantren khusus yatim serta pesantren tradisional (salaf), seperti tergambar pada pesantren tradisionalnya. Di kedua pesantren yang bersifat Khalaf itu, materi pelajarannya ditekankan pada penguasaan ilmu agama dan ilmu umum, dan bersifat klasikal. Hanya saja kalau di pesantren putra-putri dan tradisional penyelenggaraan pendidikan lebih bersifat akademik, sementara itu, pada pesantren khusus yatim bersifat “sekolah kerja”. Kemudian, bila pendidikan pesantren putra-putri dan tradisional diperuntukkan bagi masyarakat umum, maka di pesantren khusus yatim hanya hanya diperuntukkan bagi anak yatim atau anak yang tidak mampu. Sementara itu, materi pelajaran pada pesantren tradisional Abdullah Syafi’ie, hampir 100 persen mata pelajaran agama – melalui media kitab kuning. Pendidikannya dilakukan dengan sistem klasikal pada pagi hari dan menggunakan sistem halaqah dan bandongan pada sore hari dan malam. Pendidikan model ini dimaksudkan untuk menciptakan seorang ulama yang menguasai ilmu-ilmu keislaman.

Dokumen terkait