• Tidak ada hasil yang ditemukan

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.3. Perhitungan Harga Pokok Produksi Tas Wanita UKM LHBC

4.3.1. Perhitungan Harga Pokok Produksi Tas Wanita

Perhitungan harga pokok produksi tas wanita per unit yang selama ini dilakukan perusahaan masih sangat sederhana. Biaya- biaya yang diperhitungkan dalam penetapan harga pokok produksi meliputi biaya bahan baku, bahan penolong, upah pekerja dan biaya overhead pabrik (biaya tidak langsung). Namun, perhitungan biaya overhead pabrik tersebut tidak diperhitungkan secara rinci tetapi hanya dikelompokkan ke dalam kelompok biaya lain-lain dan merupakan suatu estimasi biaya yang dianggarkan. Perhitungan biaya overhead pabrik tersebut tidak disesuaikan dengan pemakaian biaya secara nyata.

Bahan baku yang digunakan dalam proses produksi berupa bahan kulit imitasi yang dibeli di daerah sekitar Bogor dan Jakarta. Dalam perhitungan harga pokok produksi, biaya tenaga kerja langsung merupakan biaya yang dikeluarkan perusahaan untuk mengupah tenaga kerja langsung yang dihitung berdasarkan hari kerja.

Penetapan harga pokok produksi dilakukan sebelum membeli bahan baku yang diperlukan. Harga pokok produksi dihitung dengan terlebih dahulu mengetahui bahan-bahan yang diperlukan untuk memproduksi satu unit tas. Selama ini perusahaan menetapkan biaya bahan yang dibutuhkan sesuai dengan kebutuhan bahan untuk memproduksi satu unit tas. Biaya bahan baku yang digunakan merupakan perhitungan dari proporsi bahan yang diperlukan untuk memproduksi satu unit tas dikalikan dengan harga satuan bahan yang berlaku di pasar. Penetapan harga pokok produksi ini hanya dilakukan pada awal proses produksi sehingga jika bulan berikutnya

45

akan diproduksi tas wanita dengan model yang sama, perusahaan tidak membuat perhitungan harga pokok produksi. Perhitungan harga pokok produksi tas wanita model 876 A dan model 858 dapat dilihat pada Tabel 7 dan Tabel 8.

Tabel 7. Perhitungan Harga Pokok Produksi Tas Wanita Model 876 A dengan Metode Perusahaan

Biaya Kebutuhan per unit Harga Pasar per satuan (Rp) Jumlah (Rp)

Bahan kanvas wash 18 cm 275 4.950

Bahan spon jeruk 23 cm 275 6.325

Daun Resleting 05 22 cm 5 110 Kepala Resleting 05 1 pcs 600 600 Bahan Saten 33 cm 50 1.650 Magnet kecil 2 pcs 300 600 Gesper kecil 2 pcs 500 1.000 Kaki Tas 4 pcs 125 500 Cat 100 Bahan T2 1.200 Slang 500 Rotan 300 Benang 800 Bahan Perekat 1.000 Plastik 250 Stuffing 300 Upah Pekerja 8.750 Biaya lain-lain Berdasarkan perkiraan perusahaan 1.500 HPP per unit (Rp) 30.435

46

Tabel 8. Perhitungan Harga Pokok Produksi Tas Wanita Model 858 dengan Metode Perusahaan

Biaya Kebutuhan per unit Harga Pasar per satuan

(Rp)

Jumlah (Rp)

Bahan Jeruk 64 cm 275 17.600

Bahan lapisan dalam 46 cm 60 2.760

Daun Resleting 05 40 cm 6 240 Kepala Resleting 05 1 pcs 600 600 Daun Resleting 03 53 cm 5 265 Kepala Resleting 03 2 pcs 100 200 Ring O 4 pcs 350 1.400 Centang 810 nkl 16 cm 35 560 Kaki Bulat 12 pcs 125 1.500 Magnet Besar 2 pcs 300 600 Gesper 2 pcs 250 500 Cat 300 Bahan T2 1.000 Karton 300 Rotan 150 Benang 1.000 Bahan Perekat 1.500 Plastik 500 Stuffing 500 Upah Pekerja 10.250 Biaya lain-lain

Berdasarkan perkiraan perusahaan

2.000

HPP per unit (Rp) 43.725

4.3.2. Perhitungan Harga Pokok Produksi Tas Wanita dengan Metode ABC

Metode ABC mencoba mengatasi masalah pembebanan biaya overhead pabrik dengan menghitung biaya overhead pabrik yang akan dibebankan kepada produk berdasarkan konsumsi aktivitasnya secara nyata yang terjadi dalam proses produksi. Dalam melakukan proses produksi, dibutuhkan sumber daya baik sumber daya langsung maupun sumber daya tidak langsung dimana sumber daya tersebut akan menimbulkan biaya. Biaya-biaya tersebut yang kemudian akan dikalkulasikan dalam perhitungan harga pokok produksi. Sumber daya-sumber daya beserta biayanya tersebut meliputi:

1. Penggunaan sumber daya dan biaya langsung

Sumber daya langsung yang digunakan dalam proses produksi tas wanita model 876 A dan model 858 yaitu bahan baku dan tenaga kerja langsung. Biaya yang ditimbulkan akibat penggunaan sumber daya langsung tersebut meliputi:

47

a. Biaya bahan baku

Bahan baku yang digunakan adalah bahan kulit imitasi dimana biaya bahan baku dihitung dengan mengalikan jumlah bahan baku yang dikeluarkan dengan harga bahan baku per unit dalam kurun waktu satu bulan. Besarnya pemakaian biaya bahan baku selama enam bulan pada tahun 2006 dapat dilihat pada Tabel 9.

Tabel 9. Penggunaan Biaya Bahan Baku pada UKM LHBC Bulan Mei hingga Oktober Tahun 2006 (Rupiah)

Model Tas Biaya Bahan Baku

876 A 858

Bahan Baku (Rp) 1.069.200 2.499.200

Produksi (unit) 216 142

Biaya Bahan Baku per Unit (Rp) 4.950 17.600 Sumber: Data UKM LHBC (diolah)

b. Penggunaan tenaga kerja langsung

Tenaga kerja langsung adalah para pekerja yang terlibat langsung dalam proses produksi tas wanita, yang meliputi pekerja pembuatan pola, pekerja pemotongan pola, pekerja perakitan & penjahitan serta pekerja QC, finishing & packaging. Total biaya tenaga kerja langsung selama enam bulan pada tahun 2006 sebesar Rp 23.850.000.

Perhitungan biaya tenaga kerja langsung diperoleh dengan menghitung persentase produk yang dihasilkan dikalikan dengan total biaya tenaga kerja langsung selama enam bulan tahun 2006. Untuk memperoleh biaya tenaga kerja per unit tas, maka total biaya pada setiap tahap produksi dibagi dengan jumlah produksi tas tersebut. Penggunaan biaya tenaga kerja langsung dapat dilihat pada Tabel 10.

48

Tabel 10. Biaya Tenaga Kerja Langsung pada UKM LHBC Bulan Mei hingga Oktober Tahun 2006 (Rupiah)

Model Tas Jumlah Produksi (unit)

Biaya (Rp) Biaya TKL per unit (Rp)

876 A 216 3.028.950 14.023

858 142 1.991.475 14.024

Sumber: Data UKM LHBC (diolah)

Berdasarkan Tabel 10 dapat dilihat bahwa biaya tenaga kerja langsung banyak terserap pada tas wanita model 876 A. Hal ini disebabkan oleh jumlah produksi model 876 A relatif lebih besar daripada model 858. Namun demikian, biaya tenaga kerja langsung per unit untuk masing-masing model dibebankan dengan jumlah biaya yang relatif sama. Hal ini mengimplikasikan bahwa pembebanan biaya yang dilakukan berdasarkan aktivitas akan menghasilkan biaya tenaga kerja langsung yang adil pada setiap model tas walaupun jumlah produksinya berbeda.

2. Penggunaan sumber daya tidak langsung

Jenis aktivitas yang timbul akibat penggunaan sumber daya tidak langsung dapat dilihat pada Tabel 11. Jenis aktivitas tersebut telah dikelompokkan berdasarkan hierarki aktivitas dan pemacu biayanya.

Tabel 11. Ikhtisar Aktivitas

Hierarki Aktivitas Jenis Aktivitas Pemacu Biaya Unit Level Activity Penggunaan Bahan Penolong JU Batch Level Activity Pembelian Bahan

Pemakaian Mesin

Pemakaian Lampu Listrik

JPB Kwh Kwh Product Sustaining Activity Pemeliharaan Mesin Pemeliharaan Kendaraan JU JPB Facility Sustaining Activity

Penyusutan Mesin & Peralatan Penyusutan Kendaraan

JP JPB Keterangan: JU = Jumlah Unit yang di produksi

JP = Jam Peralatan Kwh = Kilowatt Hour

49

Penggunaan sumber daya tidak langsung akan menimbulkan biaya tidak langsung yaitu biaya overhead pabrik yang merupakan biaya selain bahan langsung dan tenaga kerja langsung. Berdasarkan Tabel 11, biaya overhead pabrik yang ditimbulkan akibat penggunaan sumber daya tidak langsung meliputi:

a. Unit Level Activity Cost

Unit level activity cost adalah biaya aktivitas yang timbul pada unit level activity sebagai akibat dari penggunaan sumber daya oleh aktivitas tersebut. Aktivitas yang timbul pada level ini adalah penggunaan bahan penolong sehingga biaya yang ditimbulkan yaitu biaya penggunaan bahan penolong.

Bahan penolong yang digunakan dalam proses produksi tas wanita terdiri atas bahan lapisan dalam, bahan pembantu dan bahan kemasan. Bahan lapisan dalam adalah bahan kain yang digunakan untuk melapisi bagian dalam tas seperti bahan beludru, bahan saten dan lain-lain. Bahan pembantu yang digunakan seperti aksesoris tas, bahan perekat, benang, karton dan busa. Bahan kemasan yang digunakan adalah plastik dan stuffing. Total biaya penggunaan bahan penolong selama enam bulan tahun 2006 sebesar Rp 5.261.010. Penggunaan biaya bahan penolong dapat dilihat pada Tabel 12.

Tabel 12. Biaya Penggunaan Bahan Penolong pada UKM LHBC Bulan Mei hingga Oktober Tahun 2006 Model Tas Biaya Bahan Penolong (Rp)

876 A 3.156.606

858 2.104.404 Total 5.261.010 Sumber: Data UKM LHBC (diolah)

b. Batch Level Activity Cost

Batch level activity cost adalah biaya aktivitas yang timbul pada batch level activity sebagai akibat dari penggunaan sumber daya oleh aktivitas tersebut yang meliputi:

50

1. Biaya pembelian bahan

Biaya pembelian bahan merupakan biaya operasional yang dikeluarkan perusahaan yang berkaitan dengan pengadaan bahan untuk keperluan proses produksi. Total biaya pembelian bahan (transport) selama bulan Mei hingga Oktober 2006 adalah sebesar Rp 2.000.000.

2. Biaya penggunaan listrik

Sumber daya tenaga yang digunakan oleh perusahaan dalam memproduksi tas wanita adalah listrik yang dipasok dari PLN. Sumber daya listrik digunakan untuk pemakaian mesin dan lampu listrik dalam proses produksi. Rincian biaya pemakaian listrik dapat dilihat pada Tabel 13.

Tabel 13. Rincian Biaya Listrik pada UKM LHBC Bulan Mei hingga Oktober Tahun 2006

Jenis Nilai (Rp)

Pemakaian Mesin 424.965

Pemakaian Lampu Listrik 62.625

Total 487.590 Sumber : Data UKM LHBC (diolah)

c. Product Sustaining Activity Cost

Product sustaining activity cost adalah biaya aktivitas yang timbul pada product sustaining activity sebagai akibat dari penggunaan sumber daya oleh aktivitas tersebut yang meliputi biaya pemeliharaan mesin dan kendaraan.

Biaya pemeliharaan mesin dan kendaraan merupakan biaya yang digunakan untuk perawatan dan perbaikan mesin dan kendaraan serta pembelian spare part mesin dan kendaraan.

Biaya pemeliharaan mesin yang dikeluarkan seperti biaya penggantian jarum jahit, sepatu mesin, panbel, isi dinamo, tataban, pelumas mesin, pisau dan batu gurinda. Sedangkan biaya pemeliharaan kendaraan yang dikeluarkan seperti biaya penggantian ban, kampas rem, service mesin dan oli. Besarnya

51

biaya pemeliharaan mesin dan kendaraan dapat dilihat pada Tabel 14.

Tabel 14. Biaya Pemeliharaan Mesin dan Kendaraan pada UKM LHBC Bulan Mei hingga Oktober Tahun 2006 Jenis Biaya (Rp) Mesin a. Mesin Jahit b. Mesin Seset c. Mesin Cangklong 1.032.000 660.000 84.000 Kendaraan a. Kijang Box b. L 300 Box 3.360.000 3.380.000 Total 8.516.000 d. Facility Sustaining Activity Cost

Facility sustaining activity cost adalah biaya aktivitas yang timbul pada facility sustaining activity sebagai akibat dari penggunaan sumber daya oleh aktivitas tersebut yang meliputi: 1. Biaya penyusutan mesin dan peralatan

Mesin dan peralatan produksi dikenakan biaya penyusutan. Mesin dan peralatan yang digunakan dalam proses produksi meliputi mesin jahit, mesin seset, mesin cangklong, palu, tang kuas, gunting, plong, alat press, jara’ dan pisau cutter. Taksiran jam mesin yang digunakan merupakan kebijakan yang ditetapkan perusahaan. Perhitungan nilai penyusutan diperoleh dengan menggunakan metode jam kerja (Sembiring, 1991), dimana: Tarif Penyusutan = digunakan yang mesin jam taksiran residu nilai - perolehan harga

Biaya penyusutan yang dibebankan kepada mesin dan peralatan yang digunakan diperoleh dari perkalian antara tarif penyusutan dengan jumlah jam pemakaian aktual.

Pemakaian jam kerja aktual bervariasi untuk masing- masing mesin dan peralatan produksi sesuai dengan kebutuhan penggunaannya. Total jam kerja yang digunakan

52

untuk mesin jahit selama 900 jam, mesin seset dioperasikan selama 576 jam dan mesin cangklong dioperasikan selama 192 jam. Sedangkan peralatan produksi telah digunakan selama 750 jam.

Biaya penyusutan yang dihasilkan dari metode jam kerja kemudian dikalikan dengan jumlah mesin dan peralatan untuk memperoleh total biaya penyusutan mesin dan peralatan. Total biaya penyusutan mesin dan peralatan dapat dilihat pada Tabel 15.

Tabel 15. Total Biaya Penyusutan Mesin dan Peralatan pada UKM LHBC Tahun 2006

Jenis Biaya Penyusutan (Rp)

Mesin Jahit 534.222

Mesin Seset 131.512,32

Mesin Cangklong 18.994,56

Peralatan produksi 177,82

Total 684.906,7

2. Biaya penyusutan kendaraan

Kendaraan yang dimiliki UKM LHBC digunakan dalam pengadaan bahan baku. Kendaraan dikenakan biaya penyusutan. Taksiran umur kegunaan merupakan kebijakan yang ditetapkan perusahaan yaitu 5 tahun. Perhitungan biaya penyusutan kendaraan diperoleh dengan menggunakan metode garis lurus (Sembiring, 1991).

Metode Garis Lurus =

kegunaan umur taksiran residu nilai - perolehan harga

Biaya penyusutan kendaraan dapat dilihat pada Tabel 16.

Tabel 16. Biaya Penyusutan Kendaraan pada UKM LHBC Tahun 2006

Jenis Biaya Penyusutan (Rp/tahun) Biaya Penyusutan (Rp/6 bulan) Kijang Box 3.000.000 1.500.000 L 300 Box 3.600.000 1.800.000 Total 6.600.000 3.300.000

53

3. Perhitungan Pemacu Biaya

Perhitungan Pemacu biaya diperlukan untuk menentukan tarif kelompok biaya overhead pabrik. Pemacu biaya yang akan dihitung antara lain:

a. Jumlah unit yang diproduksi

Jumlah produksi tas wanita selama bulan Mei hingga Oktober 2006 masih relatif sedikit, jumlah masing-masing model dapat dilihat pada Tabel 17.

Tabel 17. Jumlah Produksi Tas Wanita pada UKM LHBC Bulan Mei hingga Oktober Tahun 2006

Model Jumlah Produksi (Unit)

876 A 216

858 142 Total 358

b. Jam Peralatan (JP)

Jam peralatan adalah waktu yang digunakan dalam pemakaian alat untuk memproduksi berbagai macam produk LHBC. Total konsumsi jam peralatan selama enam bulan sebesar 2418 jam dengan jumlah produksi keseluruhan sebesar 1700 unit. Selanjutnya konsumsi jam peralatan dibebankan pada setiap jenis produk yang dihasilkan pada setiap tahap produksi. Pembebanan konsumsi jam peralatan dapat dilakukan dengan cara: Konsumsi JP = n keseluruha produksi jumlah bulan) (6 JP Total x Jumlah produksi/unit

Data konsumsi pemacu biayajam peralatan yang digunakan pada masing-masing model tas wanita dapat dilihat pada Tabel 18.

54

Tabel 18. Konsumsi Pemacu Biaya Jam Peralatan pada UKM LHBC Bulan Mei hingga Oktober Tahun 2006

Model Jumlah Produksi (Unit) Konsumsi JP (Jam)

876 A 216 307,23

858 142 201,97

c. Kilowatt Hour (Kwh)

Perhitungan konsumsi Kwh mesin merupakan hasil perkalian antara daya mesin dengan jumlah jam pemakaian mesin serta jumlah mesin tersebut. Lampu digunakan sesuai dengan keperluan. Konsumsi Kwh lampu penerangan juga dilakukan dengan cara yang sama. Konsumsi listrik selama enam bulan sebesar 1.002 Kwh. Pembebanan konsumsi Kwh pada setiap jenis produk dilakukan dengan cara:

Konsumsi Kwh = n keseluruha produksi total bulan) (6 Kwh Total x jumlah produksi/unit

Konsumsi pemacu biaya kilowatt hour dapat dilihat pada Tabel 19.

Tabel 19. Konsumsi Pemacu Biaya Kilowatt Hour pada UKM LHBC Bulan Mei hingga Oktober Tahun 2006

Model Jumlah Produksi (Unit) Konsumsi Kwh

876 A 216 127,31

858 142 83,70

d. Jumlah Pembelian Bahan

Jumlah pembelian bahan dihitung berdasarkan berapa kali dilakukan pembelian bahan yang diperlukan untuk memproduksi produk. Selama bulan Mei hingga Oktober 2006, dapat diketahui bahwa pembelian bahan yang dilakukan LHBC sebanyak 73 kali. Jumlah pembelian bahan selama enam bulan

55

tahun 2006 untuk masing-masing produk model 876 A dan model 858 dapat dilihat pada Tabel 20.

Tabel 20. Jumlah Kali Pembelian Bahan Bulan Mei hingga Oktober Tahun 2006

Model Jumlah Produksi (unit)

Jumlah Kali Pembelian Bahan

876 A 216 13 x

858 142 9 x

Total 358 22 x

4. Pengelompokkan Aktivitas

Aktivitas-aktivitas yang mengkonsumsi sumber daya tidak langsung secara bersama dalam proses produksi tas wanita dapat dikelompokkan ke dalam satu kelompok. Biaya aktivitas yang timbul merupakan biaya overhead bersama yang dikelompokkan dalam satu kelompok biaya berdasarkan pemacu biayanya. Biaya yang ditimbulkan dari aktivitas penggunaan sumber daya dan potensial pemacu biayadapat dilihat pada Tabel 21.

Tabel 21. Penggunaan Sumber Daya Tidak Langsung yang timbul pada Produksi Tas Wanita UKM LHBC Bulan Mei hingga Oktober Tahun 2006

Sumber Daya Tidak Langsung

Aktivitas Pemacu Biaya

Biaya Bahan Penolong Penggunaan Bahan Penolong JU Biaya Penyusutan Penyusutan M. Jahit

Penyusutan M. Seset Penyusutan M. Cangklong Penyusutan Peralatan Penyusutan Kendaraan JP JP JP JP JPB Biaya Listrik Pemakaian Mesin

Pemakaian Lampu Listrik

Kwh Kwh Biaya Pemeliharaan Pemeliharaan Mesin

Pemeliharaan Kendaraan

JU JPB Biaya Pembelian

Bahan Pembelian bahan (transport) JPB Keterangan: JU = Jumlah Unit yang di produksi

JP = Jam Peralatan

Kwh = Kilowatt Hour

56

Biaya overhead pabrik tersebut memiliki pemacu biaya yang berbeda-beda sehingga perlu dikelompokkan ke dalam satu kelompok biaya berdasarkan pemacu biayanya masing-masing. Setelah dikelompokkan maka biaya-biaya tersebut dibebankan kepada masing-masing aktivitas dari tahapan produksi berdasarkan pemacu biayanya. Pengelompokkan dan pembebanan tersebut akan dilakukan sebagai berikut:

a. Kelompok Biaya 1

Kelompok biaya 1 merupakan kelompok biaya aktivitas yang timbul akibat penggunaan sumber daya tidak langsung berdasarkan pada pemacu biaya jumlah unit yang diproduksi. Pengelompokkan biaya aktivitas tersebut dapat dilihat pada Tabel 22.

Tabel 22. Pengelompokkan dan Pembebanan Biaya

Overhead Pabrik Berdasar Pemacu Biaya Unit yang diproduksi

Biaya Aktivitas (Rp) Aktivitas

876 A 858

Penggunaan Bahan Penolong 3.156.606 2.104.404

Pemeliharaan Mesin 225.552 148.296

Total 3.382.158 2.252.700

b. Kelompok Biaya 2

Kelompok biaya 2 merupakan kelompok biaya aktivitas yang timbul akibat penggunaan sumber daya tidak langsung berdasarkan pada pemacu biaya jam peralatan (JP). Pemacu biaya jam peralatan dihitung berdasarkan berapa besar penyusutan penggunaan peralatan dan mesin yang digunakan. Total biaya aktivitas berdasarkan pemacu biaya jam peralatan selama bulan Mei hingga Oktober 2006 sebesar Rp 684.906,7. Secara lengkap pemacu biaya jam peralatan ditampilkan pada Tabel 23.

57

Tabel 23. Pengelompokkan dan Pembebanan Biaya

Overhead Pabrik Berdasar Pemacu Biaya Jam Peralatan (JP)

Aktivitas Biaya Aktivitas (Rp)

Penyusutan Mesin Jahit 534.222

Penyusutan Mesin Seset 131.512,32

Penyusutan Mesin Cangklong 18.994,56

Penyusutan Peralatan Produksi 177,82

Total 684.906,7

c. Kelompok Biaya 3

Kelompok biaya 3 merupakan kelompok biaya aktivitas yang timbul akibat penggunaan sumber daya tidak langsung berdasarkan pada pemacu biaya kilowatt hour (Kwh). Pengelompokkan biaya aktivitas tersebut dapat dilihat pada Tabel 24.

Tabel 24. Pengelompokkan dan Pembebanan Biaya

Overhead Pabrik Berdasar Pemacu Biaya

Kilowatt Hour (Kwh)

Aktivitas Biaya Aktivitas (Rp)

Pemakaian Mesin 424.965

Pemakaian Lampu Listrik 62.625

Total 487.590

d. Kelompok Biaya 4

Kelompok biaya 4 merupakan kelompok biaya aktivitas yang timbul akibat penggunaan sumber daya tidak langsung berdasarkan pada pemacu biaya jumlah kali pembelian bahan. Pengelompokkan biaya aktivitas tersebut dapat dilihat pada Tabel 25.

Tabel 25. Pengelompokkan dan Pembebanan Biaya

Overhead Pabrik Berdasar Pemacu Biaya Jumlah Kali Pembelian Bahan

Aktivitas Biaya Aktivitas (Rp)

Penyusutan Kendaraan 3.300.000

Pemeliharaan Kendaraan 6.740.000

Pembelian Bahan (transport) 2.000.000 Total 12.040.000

58

5. Menghitung Tarif Biaya

Tarif biaya overhead pabrik merupakan pembagian antara jumlah biaya overhead pabrik yang homogen dalam satu kelompok dengan jumlah konsumsi pemacu biayanya. Hasil pembagian tersebut dinamakan tarif kelompok. Perhitungan tarif kelompok biaya overhead pabrik dapat dilihat pada Tabel 26.

Tabel 26. Perhitungan Tarif Kelompok Biaya Overhead

Pabrik UKM LHBC selama Bulan Mei hingga Oktober 2006 Kelompok Biaya (1) Nilai Biaya (Rp) (2) Pemacu Biaya (3) Tarif Biaya (4) = 2:3 Kelompok 1 Model 876 A Model 858 3.382.158 2.252.700 216 JU 142 JU Rp 15.658,14/JU Rp 15.864,08/JU Kelompok 2 684.906,7 2418 JP Rp 283,25 /JP Kelompok 3 487.590 1.002 Kwh Rp 486,62/Kwh Kelompok 4 12.040.000 73 JPB Rp 164.931,51/JPB 6. Pengalokasian Biaya

Setelah tarif per kelompok biaya diketahui maka dilakukan pengalokasian biaya ke masing-masing produk. Pengalokasian dilakukan dengan mengalikan tarif kelompok biaya dan aktivitas yang dikonsumsi oleh masing-masing produk. Perhitungan alokasi biaya overhead pabrik ke masing-masing produk dapat dilihat pada Tabel 27.

59

Tabel 27 . Perhitungan Alokasi Biaya Overhead Pabrik pada Masing-Masing Model Tas Wanita

Keterangan Model 876 A Model 858 Kelompok Biaya 1

Model 876 A

Konsumsi JU (unit) Tarif per Pemacu (Rp/unit) Jumlah Biaya (Rp)

Model 858

Konsumsi JU (unit) Tarif per Pemacu (Rp/unit) Jumlah Biaya (Rp) Jumlah Biaya (Rp) 216 15.658,14 3.382.158,24 3.382.158,24 142 15.864,08 2.252.699,36 2.252.699,36 Kelompok Biaya 2 Konsumsi JP (jam)

Tarif per Pemacu (Rp/jam) Jumlah Biaya (Rp) 307,23 283,25 87.022,90 201,97 283,25 57.208 Kelompok Biaya 3 Konsumsi Kwh (Kwh) Tarif per Pemacu (Rp/Kwh) Jumlah Biaya (Rp) 127,31 486,62 61.951,59 83,70 486,62 40.730,10 Kelompok Biaya 4 Konsumsi JPB (kali)

Tarif per Pemacu (Rp/kali JPB) Jumlah Biaya (Rp) 13 164.931,51 2.144.109,63 9 164.931,51 1.484.383,60 Total Keseluruhan Biaya

Kelompok (Rp)

Jumlah Produksi (unit) Biaya Overhead per Unit (Rp/unit) 5.675.242,36 216 26.274,27 3.835.021,06 142 27.007,19

7. Perhitungan Harga Pokok Produksi

Perhitungan harga pokok produksi dengan menggunakan metode ABC dapat dilihat pada Tabel 28.

Tabel 28. Perhitungan Harga Pokok Produksi per Unit (Rp/unit) dengan Metode ABC

Model Bahan Baku BTKL BOP Jumlah HPP/unit 876 A 4.950 14.023 26.274,27 45.247,27 858 17.600 14.024 27.007,19 58.631,19

Harga pokok produksi per unit pada Tabel 28 diatas merupakan hasil dari penjumlahan sumber daya langsung dengan sumber daya tidak langsung. Sumber daya langsung yaitu biaya

60

bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung (BTKL) sedangkan sumber daya tidak langsung yaitu biaya overhead pabrik (BOP). Perhitungan biaya overhead pabrik dilakukan dengan mengalokasikan biaya overhead pada masing-masing produk berdasarkan konsumsi sumber daya dalam setiap aktivitas dengan memperhitungkan semua pemacu biaya yang berkaitan dengan biaya overhead yang terjadi.

Tabel 28 menunjukkan bahwa harga pokok produksi per unit pada model 858 lebih besar daripada harga pokok produksi per unit model 876 A. Hal ini disebabkan karena penggunaan biaya bahan baku yang lebih besar pada model 858. Penggunaan biaya bahan baku yang besar tersebut dikarenakan oleh kebutuhan bahan baku yang lebih banyak untuk memproduksi satu unit tas wanita model 858 daripada tas wanita model 876 A sehingga model tersebut dibebankan biaya bahan baku yang lebih besar. Sedangkan untuk biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik yang dibebankan pada masing-masing model relatif sama dimana perbedaan dari kedua biaya tersebut pada masing-masing model memiliki selisih yang tidak terlalu besar.

4.4. Analisis Perbandingan Harga Pokok Produksi Antara Metode

Dokumen terkait