• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II DASAR TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Dasar Teori

2.1.3 Siklus Kompresi Uap

2.1.3.3 Perhitungan pada Mesin Siklus Kompresi Uap

Perhitungan – perhitungan yang dipakai pada siklus kompresi uap meliputi : (a) energi kalor yang diserap oleh evaporator dari udara yang melintasi evaporator persatuan massa refrigeran (Qin), (b) energi kalor yang dilepas kondensor ke udara di sekitar kondensor persatuan massa refrigeran (Qout), (c) kerja yang dilakukan kompresor persatuan massa refrigeran (Win), (d) coefficient of performance (COPaktual) mesin siklus kompresi uap, (e) coefficient of performance (COPideal) mesin siklus kompresi uap, dan (f) efisiensi dari mesin siklus kompresi uap.

a. Energi kalor yang masuk ke evaporator (Qin)

Energi kalor yang diserap oleh evaporator dari udara yang melintasi evaporator persatuan massa refrigeran (Qin) dapat dihitung dengan Persamaan (2.2)

Qin= h1– h4 (2.2) Pada Persamaan (2.2) :

Qin : Energi kalor yang diserap evaporator dari udara yang melintasi evaporator persatuan massa refrigeran (kJ/kg)

h1 : Entalpi refrigeran saat keluar evaporator / entalpi refrigeran masuk kompresor (kJ/kg)

h4 : Entalpi refrigeran sebelum masuk evaporator / entalpi refrigeran keluar dari pipa kapiler (kJ/kg)

b. Energi kalor yang keluar dari kondensor (Qout)

Energi kalor yang dilepas kondensor ke udara di sekitar kondensor persatuan massa refrigeran (Qout) dapat dihitung dengan Persamaan (2.3)

Qout= h2– h3 (2.3)

Pada Persamaan (2.3) :

Qout : Energi kalor yang dilepas kondensor ke udara di sekitar kondensor persatuan massa refrigeran (kJ/kg)

h2 : Entalpi refrigeran saat masuk kondensor persatuan massa refrigeran (kJ/kg) h3 : Entalpi refrigeran saat masuk pipa kapiler persatuan massa refirgeran (kJ/kg)

c. Kerja Kompresor (Win)

Kerja yang dilakukan oleh kompresor persatuan massa refrigeran (Win) dapat dihitung dengan Persamaan (2.4)

Win= h2– h1 (2.4)

Pada Persamaan (2.4) :

Win : Kerja yang dilakukan oleh kompresor persatuan massa refrigeran (kJ/kg) h2 : Entalpi saat masuk kondensor persatuan massa refrigeran (kJ/kg)

h1 : Entalpi saat keluar evaporator persatuan massa refrigeran (kJ/kg) d. COPaktualmesin siklus kompresi uap

Unjuk kerja aktual mesin siklus kompresi uap (COPaktual) dapat dihitung dengan Persamaan (2.5)

COPaktual= in

in (2.5)

Pada Persamaan (2.5) :

COPaktual : Unjuk kerja aktual mesin siklus kompresi uap

Qin : Energi kalor yang diserap evaporator persatuan massa refrigeran (kJ/kg)

Win : Kerja kompresor persatuan massa refrigeran (kJ/kg) e. COPidealmesin siklus kompresi uap

Unjuk kerja ideal mesin siklus kompresi uap (COPideal) dapat dihitung dengan Persamaan (2.6)

COPideal= e

C e (2.6)

Pada Persamaan (2.6) :

COPideal : Unjuk kerja ideal mesin siklus kompresi uap Tc : Suhu kerja mutlak kondensor (K)

Te : Suhu kerja mutlak evaporator (K)

f. Efisiensi (ƞ) mesin siklus kompresi uap

Efisiensi mesin siklus kompresi uap (ƞ) dapat dihitung dengan Persamaan (2.7)

Efisiensi (ƞ) = aktual

ideal (2.7)

Pada Persamaan (2.7) :

Efisiensi (ƞ) : Efisiensi mesin siklus kompresi uap

COPaktual : Unjuk kerja aktual mesin siklus kompresi uap COPideal : Unjuk kerja ideal mesin siklus kompresi uap 2.1.4 Psychrometric Chart

Psychrometric Chart merupakan grafik yang dipergunakan untuk menentukan hubungan antara properti-properti udara pada suatu keadaan. Untuk mengetahui nilai dari properti tersebut dapat dipergunakan gambar Psychrometric Chart. Nilai properti-properti udara meliputi: suhu udara bola keirng (Tdb), suhu udara bola basah (Twb), suhu titik embun (Tdp), spesifik volume (SpV), kelembaban relatif (RH), entalpi (H), dan kelembaban spesifik (W). Gambar 2.10 adalah contoh dari Psychrometric Chart.

Gambar 2.10Psychrometric Chart (sumber:http://flycarpet.net/en/PsyOnline)

2.1.4.1 Properti – Properti Dalam Psychrometric Chart

Properti-properti dari udara yang terdapat di dalam Psychrometric Chart antara lain (a) temperatur bola kering / dry-bulb temperature (Tdb) (b) temperatur bola basah / wet-bulb temperature (Twb), (c) temperatur titik embun / dew-point temperature (Tdp), (d) volume spesifik (SpV), (e) kelembaban relatif / relative humidity (%RH), (f) entalpi / enthalpy, (g) kelembaban spesifik / spesific humidity (w). Gambar 2.11 menyajikan Skematik Psychrometric Chart. Berikut penjelasan dari properti-properti yang digunakan dalam pembacaan grafik Psychrometric Chart:

a. Temperatur bola kering / dry-bulb temperature (Tdb)

Temperatur bola kering adalah temperatur udara yang diperoleh dari pembacaan pada termometer dengan tabung air raksa dalam keadaan kering atau tanpa dibalut kain basah.

b. Temperatur bola basah / wet-bulb temperatur (Twb)

TWB adalah temperatur udara basah yang diperoleh melalui pengukuran dengan mempergunakan termometer dengan bulb dalam keadaan basah atau dibalut kain basah.

c. Temperatur titik embun / dew-point temperatur (Tdp)

Tdp merupakan awal mula udara menunjukkan proses pengembunan ketika didinginkan. Tdp ditandai sebagai titik sepanjang saturasi. Pada saat udara ruang mengalami saturasi (jenuh) maka besarnya Tdp sama dengan TWB demikian pula dengan TDB.

d. Volume spesifik (SPV)

Volume spesifik (SPV) merupakan volume udara campuran dengan satuan meter kubik per kilogram udara kering.

e. Kelembaban relatif / relative humidity (% RH)

Kelembaban relatif merupakan selisih antara massa uap air yang terkandung pada udara dengan jumlah maksimal (saturasi) dari uap air yang ada pada suatu ruang atau lokasi tertentu.

f. Entalpi / enthalpy (H)

Entalpi merupakan istilah yang dipergunakan dalam termodinamika yang digunakan untuk menyatakan besarnya energi yang dimiliki benda atau material yang nilainya tergantung dari nilai suhu dan tekanan.

g. Kelembaban spesifik / spesific humidity (W)

Kelembaban spesifik adalah jumlah kandungan uap air di dalam udara dalam setiap kilogram udara kering (kgair/kgudara).

Gambar 2.11 Skematik Psychrometric Chart

2.1.4.2 Proses – Proses Yang Terjadi Dalam Psychrometric Chart

Proses – proses yang terjadi pada udara dalam Psychrometric Chart adalah sebagai berikut : (a) proses pendinginan dan penurunan kelembaban (cooling and dehumidifying), (b) proses pemanasan (heating), (c) proses pendinginan dan menaikkan kelembaban (cooling and humidfiying), (d) proses pendinginan (cooling), (e) proses humidifying, (f) proses dehumidifying, (g) proses pemanasan dan penurunan kelembaban (heating and dehumidifying), (h) proses pemanasan dan menaikkan kelembaban (heating and humidifying). Gambar 2.12 menyajikan proses yang terjadi pada Psychrometric Chart.

Gambar 2.12 Proses yang terjadi pada Psychrometric Chart

(sumber:https://www.google.com/search?q=proses+pada+psychrometric+chart&s ource=lnms&tbm=isch&sa=X&ved=0ahUKEwjv16vkzOzbAhXWe30KHT6bDz

UQ_AUICigB&biw=1366&bih=657)

a. Proses pendinginan dan penurunan kelembaban (cooling and dehumidifying) Proses ini merupakan proses dimana terjadi penurunan panas sensible dan panas latten ke udara. Hal ini ditunjukkan dengan menurunnya temperatur pada bola kering (Tdb), temperatur bola basah (Twb), entalpi (H), volume spesifik (SpV), temperatur titik embun (Tdp), dan kelembaban spesifik (W). Sedangkan kelembaban relatif udara tergantung pada prosesnya, bisa mengalami kenaikkan, ataupun mengalami penurunan maupun peningkatan. Gambar 2.13 menyajikan proses pendinginan dan penurunan kelembaban.

Gambar 2.13 Proses Pendinginan dan Penurunan Kelembaban

b. Proses pemanasan (heating)

Merupakan proses terjadinya peningkatan temperatur bola kering (Tdb) tanpa mengurangi kandungan uap air. Diikuti dengan naiknya entalpi dan temperatur bola kering. Sedangkan temperatur titik embun dan kelembaban spesifik bernilai tetap atau konstan. Namun kelembaban spesifik mengalamai penurunan. Gambar 2.14 menyajikan proses pemanasan (heating).

Gambar 2.14 Proses Pemanasan (heating)

c. Proses pendinginan dan menaikkan kelembaban (cooling and humidifying) Proses ini berfungsi untuk menurunkan temperatur bola kering (Tdb), serta menurunkan kandungan uap air yang ada diudara. Kondisi yang mengalami perubahan adalah turunnya temperatur bola kering, temperatur bola basah, kelembaban spesifik, dan temperatur titik embun. Namun kelembaban relatif dapat mengalami kenaikkan maupun penurunan (bergantung pada proses cooling dan dehumidifying yang diinginkan). Gambar 2.15 menyajikan proses pendinginan dan menaikkan kelembaban.

Gambar 2.15 Proses Pendinginan dan Menaikkan Kelembaban

d. Proses pendinginan (cooling)

Proses ini berfungsi untuk menurunkan temperatur bola basah (Twb) tanpa mengurangi kandungan uap air. Proses ini berlangsung pada kondisi yang konstan sehingga temperatur titik embun juga berada pada posisi yang tetap atau konstan.

Kondisi ini menyebabkan kenaikkan pada kelembaban relatif serta terjadi penurunan pada temperatur bola kering dan volume spesifik. Pada Gambar 2.16 menyajikan proses pendinginan.

Gambar 2.16 Proses Pendinginan e. Proses humidifying

Proses ini merupakan proses penambahan kandungan uap air ke udara tanpa mengubah temperatur bola kering (Tdb). Hal ini mengakibatkan kenaikkan pada temperatur bola basah, temperatur titik embun, kelembaban spesifik dan entalpi.

Gambar 2.17 menyajikan proses humidifying.

Gambar 2.17 Proses Humidifying

f. Proses dehumidifying

Proses ini berfungsi menurunkan kandungan uap air di udara tanpa merubah temperatur bola kering (Tdb). Proses ini berlangsung pada kondisi temperatur bola kering yang tetap atau konstan. Akibat proses ini terjadi penurunan pada entalpi, temperatur bola basah, temperatur titik embun, dan kelembaban spesifik. Gambar 2.18 menyajikan proses dehumidifying.

Gambar 2.18 Proses Dehumidifying

g. Proses pemanasan dan penurunan kelembaban (heating and dehumidifying) Proses ini bertujuan untuk menaikkan temperatur bola kering (Tdb) dan menurunkan kandungan uap air di udara. Kondisi udara yang mengalami perubahan

adalah peningkatan temperatur bola kering, selain itu proses ini juga mengakibatkan terjadinya penurunan temperatur bola basah, kelembaban spesifik, kelembaban relatif, serta entalpi. Gambar 2.19 menyajikan proses heating and dehumidifying.

Gambar 2.19 Proses Heating and Dehumidifying h. Proses pemanasan dan kenaikkan kelembaban (heating and humidifying)

Proses pemanasan dan menaikkan kelembaban adalah dilakukannya pemanasan udara yang disertai dengan penambahan uap air. Kelembaban spesifik, entalpi, temperatur bola basah, dan temperatur bola kering mengalami peningkatan. Gambar 2.20 menyajikan proses heating and humidifying.

Gambar 2.20 Proses Heating and Humidifying

2.1.5 Proses – Proses Yang Terjadi Pada Saat Pengeringan

Gambar 2.21 menyajikan skematik proses-proses yang terjadi pada mesin pengering pakaian sistem udara terbuka. Udara luar yang mengandung uap air, akan dilewatkan evaporator yang bertemperatur rendah hingga uap air pada udara mengalami kondensasi. Ketika udara keluar evaporator, temperatur dan kandungan uap air pada udara akan mengalami penurunan (cooling and dehumidifying).

Kemudian udara dikondisikan melalui proses pemanasan (heating) untuk mendapatkan suhu tinggi. Proses pemanasan ini berlangsung di kondensor tetapi juga dibantu panas yang berasal dari kompresor sebelum dilewatkan menuju kondensor.

Gambar 2.21 Proses – Proses yang terjadi pada Mesin Pengering Pakaian

Udara yang bertemperatur tinggi tersebut akan disirkulasikan ke dalam ruang pengeringan untuk mengeringkan pakaian yang basah. Ketika udara yang bertemperatur tinggi tersebut dilewatkan pakaian yang basah, maka akan mengakibatkan uap air yang ada pada pakaian basah akan berpindah terbawa oleh udara panas yang melewatinya. Udara yang keluar dari ruang pengeringan temperaturnya menjadi turun dan kandungan uap air menjadi meningkat, proses ini disebut (cooling and humidifying).

Gambar 2.22 Proses pengeringan pakaian pada Psychrometric Chart (sumber: http://flycarpet.net/en/PsyOnline)

Pada Gambar 2.22 menyajikan proses pengeringan pakaian pada Psychrometric Chart. Proses cooling and dehumidifying terjadi pada titik A hingga

titik B. Pada titik B hingga titik C merupakan proses pemanasan (heating). Kemudian proses cooling and humidifying berlangsung pada titik C menuju titik D.

Keterangan pada Gambar 2.22 :

a. Titik A adalah kondisi udara luar sebelum masuk ruang mesin pengering.

b. Titik B adalah kondisi udara setelah melewati evaporator.

c. Titik C adalah kondisi udara setelah melewati kompresor dan kondensor.

d. Titik D adalah kondisi udara saat keluar ruang pengering pakaian.

2.1.6 Perhitungan pada Psychrometric Chart

a. Untuk mengetahui laju pengeringan mesin pengering pakaian dapat hitung menggunakan Persamaan 2.8 :

MLP= (2.8)

Pada Persamaan (2.8) :

MLP : Laju pengeringan (kgair/menit)

Δm : Massa air yang berhasil diambil oleh udara dari pakaian yang dikeringkan (kgair)

Δt : Selisih waktu (menit)

b. Untuk menentukan laju aliran massa udara pada mesin pengering pakaian dapat dihitung menggunakan Persamaan 2.9 :

̇

=

M =

( ) (2.9)

Pada Persamaan (2.9) :

̇ udara : Laju aliran massa udara (kgudara/menit) MLP : Laju pengeringan (kgair/menit)

Δw : Massa air yang berhasil diuapkan persatuan massa udara (kgair/kgudara) WD : Kelembaban spesifik udara setelah keluar dari ruang pengering.

WC : Kelembaban spesifik udara masuk ruang pengering.

2.2 Tinjauan Pustaka

Zakaria Bernando, Himsar Ambarita, (2014) telah melakukan penelitian yang bertujuan untuk menghasilkan suatu unit mesin pengering pakaian portable dengan menggunakan AC rumah tangga yang berorientasikan pada upaya efisiensi energi listrik. Rancangan model fisik kompresor dan pipa kapiler pada unit mesin pengering pakaian didasarkan pada hasil perhitungan teoritis dan pompa kalor yang digunakan mesin yang beroperasi menggunakan siklus kompresi uap. Metode yang digunakan untuk mencapai tujuan melalui perhitungan termodinamika.

Seung Phyo Ahn (2008) telah menggambarkan mesin pengering pakaian gaya sentrifugal rancangannya yang dimodifikasi dengan diberikan sistem dehumidifier didalamnya. Metode pengeringan bagian utama udara terhubung ke sisi wadah pengeringan yang termasuk proses perpindahan kalor pertama. Bagian kedua bagian pengeluaran udara dari wadah pengeringan. Bagian ketiga pencampuran udara luar dengan udara dari heater pemanas. Kemudian gaya sentrifugal membantu mempercepat pengeringan pada pakain. Suhu kerja heater untuk mengeringkan pakaian hingga 100°C.

Kurniandy Wijaya, PK Purwadi (2016) telah melakukan penelitian yang bertujuan untuk merancang, merakit mesin pengering handuk dengan energi listrik dan mengetahui waktu yang diperlukan mesin pengering untuk mengeringkan 20 handuk secara serentak. Fluida kerja yang digunakan pada mesin kompresi uap adalah R-134a, selain menggunakan mesin siklus kompresi uap, mesin pengering juga menggunakan satu buah alat penukar kalor. Hasil dari penelitian ini adalah berhasil membuat mesin pengering handuk dengan siklus kompresi uap dibantu dengan satu penukar kalor yang dapat bekerja sesuai dengan yang diharapkan.

Purwadi P.K, Kusbandono Wibowo (2015) telah melakukan penelitian mengenai mesin pengering pakaian dengan energi listrik dan mengetahui beberapa karakteristik mesin pengering yang telah dibuat. Setelah melakukan penelitian tersebut dihasilkan mesin pengering yang dapat bekerja dengan baik serta dapat bekerja secara terus menerus tanpa terjadi hambatan dan gangguan. Dengan menggunkan mesin pendingin suhu kerja evaporator dapat mengembunkan uap air dari udara yang melewatinya dan kompresor mampu memberikan kenaikkan suhu udara, demikian kondensor. Sedangkan udara yang melewati evaporator, berasal dari lemari pengering pakaian dan udara yang disirkulasikan secara terus-menerus oleh kipas angin yang berada diantara kompresor dan kondensor.

Kanh Dinh (1994) telah menggambarkan mesin pengering yang dirancang dengan menggunakan sistem tertutup, dimana udara panas yang digunakan untuk mengeringkan pakaian terpakai secara terus menerus untuk mengeringkan tanpa

membuang udara ke atmosfer, sehingga meningkatkan efisiensi kerja mesin pengering dan mencegah uap udara terkontaminasi dengan udara luar, juga menghemat energi yang diperlukan untuk memanaskan ruang pengering. Sebuah penukar panas dan kondensor disediakan di dalam mesin pengering untuk menghilangkan uap air dari udara dan mentransfer udara dengan cara disirkulasikan ulang sebelum digunakan kembali kebahan yang dikeringkan.

41

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Objek Penelitian dan Bahan Penelitian

Objek penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah mesin pengering pakaian dengan sistem udara terbuka, serta benda uji yang digunakan adalah pakaian (baju kaos). Gambar 3.1 menyajikan skematik mesin pengering pakaian sistem udara terbuka yang digunakan dalam penelitian. Ukuran total mesin pengering pakaian memiliki panjang 120 cm, lebar 120 cm, dan tinggi 120 cm.

Gambar 3.1 Skematik mesin pengering pakaian

Keterangan pada Gambar 3.1 :

A : ruang mesin pengering d. Pipa kapiler B : ruang pengering pakaian e. Filter

a. Evaporator f. Tempat penampung air

b. Kompresor g. Kipas / fan

c. Kondensor h. Pakaian yang akan dikeringkan

Gambar 3.2 Pakaian yang akan dikeringkan

Gambar 3.2 menyajikan pakaian yang akan dikeringkan, jumlah pakaian yang akan dikeringkan sebanyak 20 pakaian, dengan jenis pakaian: kaos berukuran medium (M), dan large (L).

3.2 Alat dan Bahan Pembuatan Mesin Pengering Pakaian

Dalam proses pembuatan mesin pengering ini diperlukan beberapa alat dan beberapa bahan.

3.2.1 Alat

Peralatan yang digunakan dalam proses pembuatan mesin pengering pakaian, meliputi : gerinda potong, bor listrik, pisau cutter, palu besi, alat ukur panjang, tube cutter, tube expander, dan obeng.

a. Gerinda potong

Gerinda potong digunakan untuk memotong bahan seperti papan triplek pada lemari pengering. Seperti membuat potongan untuk sirkulasi udara ketika memasuki evaporator. Gambar 3.3 menyajikan gerinda potong.

Gambar 3.3 Gerinda potong

(sumber:https://www.google.com/search?q=gerinda+potong&source)

b. Bor listrik

Bor listrik dalam pembuatan mesin pengering pakaian berfungsi untuk mempermudah dalam pembuatan lubang paku dan lubang baut. Gambar 3.4 menyajikan bor listrik.

Gambar 3.4 Bor listrik

(sumber: https://www.google.com/search?q=bor+listrik&source) c. Pisau cutter

Pisau cutter berfungsi untuk memotong bahan, seperti styrofoam dan kertas karton yang digunakan dalam proses pembuatan mesin pengering pakaian.

Gambar 3.5 menyajikan pisau cutter.

Gambar 3.5 Pisau cutter

d. Palu besi

Palu besi digunakan untuk memukul paku dalam pemasangan papan triplek maupun balok kayu pada pembuatan mesin pengering pakaian. Gambar 3.6 menyajikan palu besi.

Gambar 3.6 Palu besi

(sumber: https://www.google.com/search?q=palu+besi&source)

e. Alat ukur panjang

Alat ukur panjang yang digunakan dalam pembuatan mesin pengering pakaian berupa mistar dan meteran. Alat ukur ini digunakan untuk mengukur panjang atau lebar suatu benda seperti balok kayu, styrofoam, ataupun triplek.

Gambar 3.7 menyajikan alat ukur panjang.

Gambar 3.7 Alat ukur panjang

(sumber: https://www.google.com/search?q=alat+ukur+panjang&source)

f. Tube cutter

Tube cutter digunakan untuk memotong pipa tembaga, agar hasil potongan pada pipa menjadi lebih baik. Gambar 3.8 menyajikan tube cutter.

Gambar 3.8 Tube cutter

(sumber: https://www.google.com/search?q=tube+cutter&source)

g. Tube expander

Tube expander atau pelebar pipa dalam pembuatan mesin pengering pakaian berfungsi untuk melebarkan ujung dari pipa tembaga. Hal ini dimaksudkan agar pipa dapat tersambung dengan baik. Gambar 3.9 menyajikan tube expander.

Gambar 3.9 Tube expander

(sumber: https://www.google.com/search?q=tube+expander&source)

h. Obeng

Dalam pembuatan mesin pengering pakaian, obeng digunakan untuk memasang ataupun melepas baut pengikat antara papan triplek dengan rangkanya.

Gambar 3.10 menyajikan obeng.

Gambar 3.10 Obeng

(sumber: https://www.google.com/search?q=obeng&source)

3.2.2 Bahan

Bahan yang digunakan dalam perakitan mesin pengering pakaian sistem udara terbuka antara lain : papan triplek, balok kayu, styrofoam, cable ties, paku, lakban, evaporator, kompresor, kondensor, pipa kapiler, refrigeran, filter, dan kipas potensio.

a. Papan Triplek

Papan triplek digunakan sebagai bahan penutup rangka pada mesin pengering pakaian. Jenis triplek yang digunakan adalah jenis blockboard yang memiliki ketebalan sekitar 8 mm dan 12 mm. Gambar 3.11 menyajikan papan triplek.

Gambar 3.11 Papan triplek

b. Balok kayu

Balok kayu digunakan sebagai rangka pada lemari mesin pengering pakaian.

Selain digunakan sebagai rangka, balok kayu juga berfungsi sebagai tempat pengait hanger pakaian. Balok kayu yang digunakan berukuran 3 cm x 3 cm x 130 cm. Pada Gambar 3.12 menyajikan balok kayu.

Gambar 3.12 Balok kayu

c. Styrofoam

Styrofoam berfungsi sebagai bahan tambah pada lemari pengering, seperti sebagai pembatas udara agar udara dapat masuk ke dalam evaporator. Styrofoam yang digunakan memiliki tebal 2 cm. Bahan tambah ini dipilih karena memiliki sifat penghantar panas yang rendah. Pada Gambar 3.13 menyajikan styrofoam.

Gambar 3.13 Styrofoam

d. Cable ties

Cable ties digunakan sebagai pembatas hanger pakaian saat pakaian berada di dalam ruang pengering. Sehingga pakaian tidak bergeser saat proses pengeringan berlangsung. Pada Gambar 3.14 menyajikan cable ties.

Gambar 3.14 Cable ties

e. Paku

Paku berfungsi untuk menyambungkan dua bahan seperti papan triplek dengan balok kayu supaya lebih kuat dan tidak mudah terlepas.

f. Lakban

Lakban berfungsi untuk merekatkan bahan seperti styrofoam ataupun kertas karton dengan triplek supaya udara tidak dapat keluar melalui celah atau lubang yang tidak terpakai. Pada Gambar 3.15 menyajikan lakban.

Gambar 3.15 Lakban

g. Evaporator

Evaporator adalah salah satu bagian utama dari mesin siklus kompresi uap yang berfungsi sebagai tempat terjadinya perubahan refrigeran dari fase campuran cair dan gas menjadi fase gas. Evaporator yang digunakan dalam penelitan ini berjenis evaporator pipa bersirip, dimana sirip yang terbuat dari bahan aluminium ini memiliki jarak antar sirip sebesar 1 mm serta tebal sirip 0,2 mm. Uap air yang ada di udara dapat diembunkan di evaporator. Evaporator memiliki ukuran p x l x t : 70 cm x 16 cm x 18 cm, dengan ukuran diameter pipanya sekitar 5,1 mm dan pipa tersebut terbuat dari bahan tembaga. Pada Gambar 3.16 menyajikan evaporator pipa bersirip.

Gambar 3.16 Evaporator pipa bersirip

h. Kompresor

Kompresor merupakan unit yang berfungsi untuk menaikkan tekanan refrigeran dari tekanan rendah menjadi refrigeran bertekanan tinggi. Kompresor yang digunakan adalah jenis kompresor hermetic rotary, pada penelitian ini kompresor memiliki tegangan sebesar 220V, tinggi: 24 cm dengan diameter: 12 cm dan memiliki daya: 1 HP. Pada Gambar 3.17 menyajikan kompresor hermetic rotary.

Gambar 3.17 Kompresor hermetic rotary

i. Kondensor

Kondensor merupakan komponen yang berfungsi untuk mengkondensasikan refrigeran dari fase gas menjadi fase cair. Untuk dapat mengubah fase tersebut, diperlukan suhu kerja kondensor yang lebih tinggi dibandingkan dengan suhu di lingkungan sekitar kondensor. Jenis kondensor yang digunakan merupakan jenis pipa bersirip. Pipa yang digunakan berbahan tembaga dan siripnya berbahan alumunium. Diameter pipa kondensor berukuran 5,1 mm. Sedangkan untuk siripnya memiliki tebal sirip berukuran 0,2 mm serta jarak antar siripnya adalah 1 mm. Daya yang digunakan kondensor menyesuaikan dengan besarnya daya kompresor, yaitu 1 HP. Kondensor yang digunakan berukuran p x l x t : 52 cm x 18 cm x 49 cm. Gambar 3.18 menyajikan kondensor jenis pipa bersirip.

Gambar 3.18 Kondensor jenis pipa bersirip

j. Pipa kapiler

Pipa kapiler adalah alat yang berfungsi untuk menurunkan tekanan refrigeran dari tekanan tinggi menuju tekanan rendah saat sebelum refrigeran memasuki evaporator. Ketika refrigeran mengalami penurunan tekanan, temperatur refrigeran juga akan mengalami penurunan. Pipa kapiler yang terbuat dari bahan tembaga ini memiliki panjang pipa berukuran 2,1 m dengan ukuran diameternya adalah 0,032 inchi. Gambar 3.19 menyajikan pipa kapiler.

Gambar 3.19 Pipa kapiler

(sumber: https://www.google.com/search?q=pipa+kapiler&source=lnms&tbm) k. Refrigeran

Refrigeran adalah fluida kerja pada siklus kompresi uap yang berfungsi untuk menyerap atau melepas kalor dari lingkungan sekitar. Jenis refrigeran yang digunakan adalah R- 410a. Gambar 3.20 menyajikan refrigeran.

Gambar 3.20 Refrigeran R- 410a

(sumber: https://www.google.com/search?q=tabung+refrigerant+r410a&source)

l. Filter

Filter terletak sebelum pipa kapiler, hal ini bertujuan supaya pada saat mengalirkan refrigeran tidak terjadi penyumbatan yang memungkinan terjadinya buntu pada pipa kapiler yang mempunyai ukuran diameter yang kecil. Filter yang digunakan berdiameter 19 mm dengan panjang 70 mm dan berbahan tembaga.

Gambar 3.21 menyajikan filter.

Gambar 3.21 Filter

(sumber: https://www.google.com/search?q=filter+dryer+ac+split&source)

m. Kipas Potensio

Dalam proses pengeringan pakaian, kipas berfungsi untuk mensirkulasikan udara kering hasil dehumidifikasi menuju ruang pengering. Kipas yang digunakan memiliki diameter sebesar 12 inchi dengan jumlah sudu sebanyak 3 buah dan mempunyai daya sebesar 80 Watt. Gambar 3.22 menyajikan kipas potensio.

Gambar 3.22 Kipas potensio

3.2.3 Alat Bantu Dalam Penelitian

Dalam proses pengambilan data diperlukan alat bantu penelitian seperti : (a) pengukur suhu digital, (b) timbangan digital, (c) alat pengukur waktu, (d) hygrometer.

a. Pengukur suhu digital (APPA) dan Termokopel

Termokopel merupakan alat bantu penelitiaan yang berfungsi untuk mengukur temperatur pada saat penelitian. Ujung sensor suhu termokopel dapat digantungkan maupun diletakkan pada permukaan yang ingin diukur temperaturnya. Ketika APPA sudah dihidupkan, secara otomatis temperatur akan terlihat pada display suhu digital APPA. Dalam pengambilan data diperlukannya kalibrasi alat ukur, hal ini bertujuan supaya data yang diambil lebih akurat. Pada Gambar 3.23 menyajikan pengukur suhu digital dan termokopel.

Gambar 3.23 Pengukur suhu digital dan Termokopel

b. Timbangan digital

Timbangan digital digunakan untuk pengukur massa pakaian, yaitu massa 20 pakaian saat basah dan saat kering. Gambar 2.24 menyajikan timbangan digital.

Dokumen terkait