• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perilaku pencarian pengobatan

Upaya-upaya yang dilakukan partisipan atau tindakan awal dalam mencari pengobatan ketika partisipan menderita sakit malaria pertama kali yaitu dengan menggunakan ramuan tradisional selama dua hari yaitu daun sambiloto karena itu pertolongan pertama untuk mengurangi gejala malaria seperti demam. Partisipan beranggapan bahwa dengan menggunakan obat tradisional itu hanyalah pencegahan pertama tetapi bukan harapan dari partisipan untuk bisa sembuh dari penyakit malaria. Setiap kali partisipan merasakan demam ia menggunakan obat tersebut untuk mengurangi rasa demam dan apabila tidak ada perubahan partisipan langsung berobat ke puskesmas. Kadang langsung berobat ke rumah sakit pemerintah dan disarankan untuk opname karena menderita malaria vivax. Partisipan mengetahui ia menderita sakit malaria yaitu melalui tes darah di puskesmas.

“Sewaktu saya diserang sakit malaria yang merupakan tindakan awalnya saya mengobati penyakit saya menggunakan ramuan tradisional

yaitu menurut saya pencegahan pertama bukan merupakan harapan saya untuk bisa sembuh dari penyakit malaria. Memang ada polindes petugasnya 1 orang dan jarang ada di tempat. Karena jangkauan kendaraan dari pondok ke puskesmas jaraknya sekitar 20 kilo. Untuk melakukan yang merupakan pertolongan pertamanya bagi saya sebagai yang di serang penyakit malaria saya menggunakan obat tradisional selama 2 hari.

P1 (481-496)

“Ramuan tradisional yang saya pakai waktu saya

sakit malaria. Kebetulan didepan rumah, saya menanam pohon sambiloto. Itu sudah daun yang saya pakai. Setiap kali saya rasa-rasa demam saya menggunakan obat tradisional itu untuk mengurangi rasa demam. Sehingga saya tahu diserang penyakit malaria lewat tes darah di puskesmas”

P1 (508-517)

Apabila partisipan tidak ada perubahan setelah menggunakan obat tradisional, maka partisipan langsung berobat ke puskesmas atau rumah sakit daerah/pemerintah. Di Desa Pondok itu sendiri terdapat satu polindes dan petugasnya dua orang yaitu satu bidan dan satu perawat. Tetapi petugas kesehatan yaitu perawat jarang ada di tempat. Sedangkan jangkauan kendaraan itu sendiri dari Desa Pondok ke puskesmas adalah 20 km. Selain itu partisipan biasa berobat juga ke polindes. tetapi jika perawatnya ada. Jika perawatnya tidak ada partisipan berobat ke Pustu di Kapalas, berobat ke

Puskesmas Lawonda, atau ke Puskesmas Anakalang.

Karena atau tidak ada perubahan lewat itu saya lari ke puskesmas. Setelah itu kadang tidak melalui puskesmas, kadang langsung ke RS daerah/pemerintah. Saya disarankan untuk masuk opname karena diserang penyakit malaria vivax selama 3 hari”

P1 (496-503)

Sedangkan untuk partisipan 2, apabila menderita sakit malaria biasanya menggunakan ramuan tradisional berupa ramuan kulit kayu yang dicampur dengan kulit halau, biji mahoni, purahu, daun pepaya, dan daun pare karena dipercaya dapat menyembuhkan penyakit malaria. Ketika partisipan merasakan demam langsung menggunakan ramuan-ramuan tersebut, karena pada dasarnya partisipan lebih suka mengkonsumsi makanan yang rasanya pahit.

“kadang dingin, menggigil, langsung sudah minum

ada obat-obat bantuan yang kita minum air kulit rita, campur kulit halau, biji mahoni lalu ada purahu. Termasuk Bapak yang satu ini. Kami berdua ini masak. Begitu rasa mengigil langsung minum, keringat langsung hilang malaria. Itu jalan keluar karena jauh dari rumah sakit. Karena memang kami sudah dari dasar pengetahuan sudah ada, gejala-gejala malaria kami sudah jawab bahwa ini adalah malaria. Minum pilkina kalau ada minum. Kalau tidak ada kita minum saja obat tradisional. Pahit luar biasa. Tapi biar pahit saya minum saja. Dan selama itu jarang sudah. Tidak rasa malaria lagi. Karena Bapak suka makan yang pahit. Makan daun pepaya, makan

sayur yang pahit, daun paria. Suka sekali yang pahit jadi sekarang jarang sekali malaria”

P2 (145-166)

Partisipan lebih suka menggunakan obat tradisional dari pada obat yang berasal dari rumah sakit. Karena obat yang dari rumah sakit membuatnya pusing, mual, dan badan terasa lemah. Obat tradisional juga digunakan oleh karena jauh dari rumah sakit. Tetapi apabila merasakan gejala-gejala malaria partisipan menggunakan akses untuk pergi ke rumah sakit karena mendapatkan layanan tanpa bayar.

“Tidak sama dengan obat dari rumah sakit, badan lemah, rasa pusing, rasa mual, kadang minum ada yang muntah”

P2 (995-998)

“cukup lama tidak menderita malaria lagi dan andai kata ada gejala-gejala malaria yang jelas kami gunakan askes pergi ke rumah sakit dapat

layanan tanpa bayar”

P2 (959-964)

Pencarian pengobatan untuk partisipan 3 itu sendiri hampir sama dengan partisipan 1 dan partisipan 2 yaitu menggunakan ramuan tradisional. Tetapi untuk partisipan 2 biasanya menggunakan obat tradisional berupa daun pepaya, dan daun pare. Tetapi apabila penyakit malaria semakin parah maka partisipan berobat ke rumah sakit atau

Puskesmas Lawonda maupun Puskesmas Anakalang. Kadang berobat juga ke polindes apabila petugas kesehatannya ada di tempat.

“biasa minum obat daun pepaya, daun pare.

P3 (404-405)

“Tapi itu pun juga kalau dilihat dari penyakitnya

semakin mengamuk ya mesti lari ke rumah sakit. Karena sekarang tidak sama dengan dulu kita bayar rumah sakit kalau mau ke rumah sakit masih pikir-pikir tapi kalau sekarang sudah ada Jamkesmas”

P3 (405-412)

“karena masih pustu di Kapalas kita berobat ke puskesmas Lawonda atau puskesmas di Anakalang”

P3 (453-456)

“Kalau dia ada kita bisa pergi ke polindes. Tapi kalau pada saat sakit dia tidak ada dengan terpaksa bisa ke puskemas Lawonda atau ke puskesmas Wairasa di Anakalang”

P3 (481-486)

4.2.3.4 Perilaku pemulihan kesehatan

Dalam pemulihan kesehatan setelah sembuh dari sakit, partisipan selalu menerapkan anjuran-anjuran yang didapatkan dari tenaga kesehatan. Sekembalinya dalam rumah tangga partisipan selalu menyampaikan informasi-informasi kepada anggota keluarga yang lain.

“Setelah itu sesampainya saya dalam rumah tangga saya menyampaikan juga kepada anggota

keluarga, sehingga apa yang disarankan oleh dokter bisa dilakukan sampai sekarang”

P1 (745-750)

Selain itu, menjaga pola hidup sehat baik dari diri sendiri maupun dengan anggota keluarga sehingga tidak lagi menderita malaria yaitu makan harus dihabiskan, dan makan-makanan bergizi agar daya tahan tubuh tetap kuat dan sehat sehingga bibit penyakit tidak mudah masuk dalam tubuh.

“kalau makan ya harus kita makan bersama dan kita jaga nasi kita makan sampai habis. Terus simpan nasi jangan dalam keadaan terbuka. Menyangkut makanan yang ada dirumah. Harus makan-makanan tambahan yang punya gizi. Sehingga tubuh ini tidak lemah tetap kuat sehingga ada bibit penyakit masuk dalam tubuh mudah diawasi oleh tubuh yang kuatsehingga ada bibit penyakit masuk dalam tubuh mudah diawasi oleh tubuh yang kuat”

P2 (364-374)

Berbeda dengan partisipan 3, terkadang partisipan tidak selalu menerapkan anjuran-anjuran dari dokter. Karena kebiasaan dari partisipan untuk tetap bekerja sehingga tidak melakukan anjuran-anjuran yang disampaikan oleh dokter. Apabila sudah sedikit sehat itu tidak masalah bagi partisipan untuk bekerja.

“Kadangkala disarankan dokter harus istirahat beberapa hari. Kadangkala kita namanya orang kerja baru sembuh satu hari sudah kerja. Akhirnya kambuh kembali lari kembali ke rumah sakit.

Sehingga apa yang disarankan oleh dokter karena kita tidak tahan hati lihat pekerjaan kadangkala baru satu atau dua hari sembuh langsung kerja

lagi”

P3 (418-426)

Dalam memulihkan kesehatan selalu memeriksakan diri ke Rumah Sakit atau puskesmas. Ketika obat habis harus cek lagi apakah masih ada malaria atau tidak sehingga bisa sembuh total dari penyakit malaria.

“habis obat harus datang cek lagi malaria. Kalau masih ada malaria harus minta obat lagi karena itu biasa sudah. Anjuran dokter habis obat datang cek lagi supaya cek malaria, apakah masih ada atau

tidak”

P3 (431-437)

“Tapi jalan keluar pun yang dilakukan apabila

obat habis cek malaria lagi. Sehingga malaria itu dia sembuh total”

P3 (441-444)

Dokumen terkait