• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Gambaran umum Desa Pondok

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Gambaran umum Desa Pondok"

Copied!
60
0
0

Teks penuh

(1)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Setting Penelitian

4.1.1 Gambaran umum Desa Pondok

Desa Pondok merupakan salah satu desa yang ada di Kabupaten Sumba Tengah dengan luas wilayah 198.830 ha/m2 dengan jumlah penduduk 1.127 orang yaitu 598 laki-laki, dan 529 perempuan. Adapun batas-batas wilayah Desa Pondok yaitu sebelah Utara berbatasan dengan Dewa Tana Kecamatan Mamboro, sebelah Selatan berbatasan dengan Mata Woga Kecamatan Katiku Tana, sebelah Timur berbatasan dengan Maderi Kecamatan Umbu Ratu Nggay Barat, sebelah Barat berbatasan dengan Ole Dewa kecamatan Mamboro.

Desa Pondok juga merupakan salah satu desa yang endemis malaria. Sejak tahun 2008 – 2009 jumlah penderita malaria semakin meningkat yaitu dari 684 orang menjadi 1.029 orang. Jumlah penduduk 1.127 jiwa. Desa Pondok memiliki karakteristik wilayah terdiri dari bukit-bukit, hutan, sungai dan persawahan dengan luas sawah 190 ha/m2. Di daerah hutan dan perbukitan ini

(2)

terdapat beberapa sungai dan dekat dengan tempat tinggal penduduk. Pada musim hujan menyebabkan sungai kebanjiran sehingga mengakibatkan nyamuk Anopheles berkembang biak dan menularkan malaria. Tetapi warga di Desa Pondok selalu memanfaatkan air tersebut untuk keperluan minum, mandi, dan mencuci pakaian di sungai. Adapun kualitas air minum itu sendiri yaitu berasa sedangkan air sungainya tercemar. Dalam hal ini tercemar karena bangkai hewan yang dibuang begitu saja oleh warga di sungai. Sedangkan jumlah keluarga yang menggunakan air sungai adalah 184 keluarga dan yang menggunakan mata air 54 keluarga. Sebagian warga di Desa Pondok juga masih tergantung dengan air hujan yaitu dengan menampungnya di ember, jerigen dan biasanya juga dimanfaatkan untuk mencuci pakaian, untuk mandi dan air untuk WC/toilet. Untuk air tanah sendiri warga Desa Pondok tidak ada yang menggunakannya karena tidak ada warga yang memiliki leding atau sumur. Dan ada juga warga pada saat hujan selalu beraktivitas di luar rumah dari pagi sampai malam, ada yang bekerja di sawah, kebun, maupun memancing di sungai. Hasil penelitian berupa observasi dari peneliti, pada sore hari nyamuk-nyamuk sudah merajalela di

(3)

bagian tubuh dan selalu menggigit. Tanaman yang ada disekitar rumah penduduk adalah semak-semak, mahoni, bambu dan pohon-pohon besar lainnya.

4.1.2 Proses Pelaksanaan penelitian 4.1.2.1 Persiapan penelitian

Sebelum melakukan penelitian, penulis menyiapkan beberapa hal yang menunjang pelaksanaan penelitian. Penulis terlebih dahulu menentukan partisipan yang sesuai dengan karakteristik partisipan yang mengetahui latar belakang perilaku kesehatan terhadap penyakit malaria pada masyarakat di Desa Pondok, bisa berbahasa Indonesia dan daerah dengan baik dan benar serta bersedia menjadi partisipan. Sebelumnya pada tanggal 9 Desember 2011 peneliti mendapatkan surat ijin penelitian dari Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Kristen Satya Wacana. Peneliti mengantarkan surat ke Kantor Kesbangpol dan Linmas Kabupaten Sumba Tengah pada tanggal 15 Desember 2011. Tetapi pada tanggal 17 Desember 2011 baru dikeluarkan surat ijin untuk melakukan

(4)

penelitian di Desa Pondok dan surat tembusan ke Bupati, Dinkes, Camat Umbu Ratu Nggay Barat dan Kepala Desa Pondok, karena pada tanggal 15 Desember 2011 kepala kantor Kesbangpol dan Linmas sedang menjalankan tugas jadi belum dapat menandatangani surat ijin penelitian tersebut. Pada tanggal 17 Desember 2011 surat-surat tembusan tersebut di antar ke Bupati Sumba Tengah, Dinkes, Camat Umbu Ratu Nggay Barat, dan Kepala Desa Pondok. Sebelum surat ijin dari kantor Kesbangpol dan Linmas di keluarkan, peneliti sudah melakukan observasi lingkungan di Desa Pondok pada tanggal 14 Desember 2011. Selain itu pada tanggal 18 Desember 2011 peneliti juga melakukan pendekatan dengan satu partisipan bernama Bapak M, menjelaskan maksud dan tujuan penelitian kepada partisipan untuk mendapatkan persetujuan penelitian serta menentukan jadwal wawancara dan observasi mendalam terhadap partisipan tersebut. Sedangkan partisipan kedua yaitu kepala adat Desa Pondok. pada tanggal 18 Desember 2011

(5)

peneliti juga melakukan pendekatan dengan kepala adat untuk menjadi partisipan. Sedangkan partisipan ketiga yaitu kepala Desa Pondok sudah ada pendekatan sebelumnya pada tanggal 18 Desenber 2011 dan bersedia menjadi partisipan.

Sebelum melakukan wawancara, peneliti menyiapkan beberapa pertanyaan awal yang menjadi panduan untuk mendapatkan data yang sesuai dan diinginkan oleh peneliti. Selain itu peneliti juga menyediakan informed consent yang berisi surat penjelasan penelitian dan surat persetujuan menjadi partisipan serta daftar riwayat kesehatan yang diisi oleh partisipan. Dalam proses wawancara, peneliti juga menggunakan alat perekam berupa kamera untuk merekam apa yang akan diwawancarai serta alat tulis untuk mencatat hasil wawancara atau data-data tambahan dalam bentuk tertulis yang berasal dari partisipan. Penggunaan alat perekam dilakukan apabila mendapatkan ijin dari partisipan dan tidak keberatan dengan adanya alat perekam tersebut.

(6)

4.1.2.2 Pelaksanaan penelitian

Penelitian ini mulai dilaksanakan pada tanggal 14 Desember 2011 sebelum surat ijin dari Kantor Kesbangpol dan Linmas dikeluarkan.

1) Partisipan 1 Tanggal wawanc ara Wak tu Keterangan Selasa, 20 Desemb er 2011 20.1 0 WIT • Mengu

capkan terima kasih kepada partisipan

• Penjel

asan penelitian

• Penan

datangan pada informed

consent

• Pengis

ian daftar riwayat kesehatan

• Wawa

ncara selama 1 jam 18 menit dari pukul 20.10 WIT

Pada tanggal 20 Desember 2011 peneliti melakukan wawancara dengan partisipan pertama yaitu Bapak M di ruang kelas VI SD Masehi Pondok pada pukul 12.10 WIT sambil melakukan observasi terhadap situasi di ruangan tersebut. Sebelum wawancara peneliti mengucapkan terima kasih kepada partisipan karena telah bersedia menjadi partisipan dilanjutkan

(7)

dengan penjelasan penelitian, penandatanganan pada informed consent dan pengisian daftar riwayat kesehatan. Setelah dilakukan wawancara peneliti juga mengucapkan terima kasih kepada partisipan dan peneliti juga melakukan perjanjian dengan partisipan untuk bertemu kembali apabila masih ada data-data yang kurang. Wawancara yang dilakukan peneliti terhadap partisipan 1 adalah 1 jam 18 menit. Peneliti juga melakukan observasi pada partisipan dan lingkungan tempat tinggal partisipan. 2) Partisipan 2 Tanggal wawanc ara Wak tu Keterangan Senin, 2 Januari 2012 16.0 0 WIT 18.0 0 WIT • Melak

ukan pendekatan dengan partisipan

• Menjel

askan maksud dan tujuan penelitian

• Penan

datangan pada informed

consent

• Pengis

ian daftar riwayat kesehatan

• Mengu

capkan terima kasih kepada partisipan karena

(8)

Selasa, 3 Januari 2012 17.0 0 WIT

sudah bersedia menjadi partisipan

• Mewa

ncarai partisipan

• Wawa

ncara berlangsung selama 1 jam 32 menit

• Melanj

utkan wawancara kedua

• Wawa

ncara kedua berlangsung selama 1 jam 6 menit

Untuk partisipan 2 peneliti memilih kepala adat Desa Pondok yaitu Bapak D karena sebelumnya peneliti mendapatkan informasi dari warga Desa Pondok bahwa petugas kesehatan di Desa Pondok sedang tidak berada di tempat. Peneliti melanjutkan wawancara terhadap partisipan 2 yaitu Bapak D tanggal 2 - 3 Januari 2012. Sebelumnya sudah ada pendekatan dari Bapak M yang memang adalah saudara dari peneliti sendiri sudah menginformasikan kepada Bapak D bahwa peneliti sedang mengadakan penelitian di Desa Pondok. Tepatnya pada tanggal 2 Januari 2012 pukul 16.00 WIT, peneliti melakukan pendekatan langsung dengan Bapak D, menjelaskan

(9)

maksud dan tujuan penelitian, penandatanganan pada informed consent karena telah bersedia menjadi partisipan, dan pengisian daftar riwayat kesehatan dan melakukan observasi pada partisipan dan di lingkungan sekitar yang merupakan tempat tinggal partisipan.

Pada saat itu langsung dilakukan wawancara kepada partisipan tepatnya pukul 18.00 WIT. Wawancara berlangsung pukul 18.00 WIT karena pada saat itu partisipan masih melayani tamu yang berkunjung ke rumah partisipan. Sebelum melakukan wawancara peneliti mengucapkan terima kasih kepada partisipan karena telah bersedia menjadi partisipan. Wawancara pertama pada tanggal 2 Januari 2012 berlangsung selama 1 jam 32 menit. Tetapi wawancara tersebut belum selesai pada tanggal 2 Januari 2012 karena pada saat itu memori kamera penuh. Tanggal 3 Januari 2012 tepat pukul 17.00 WIT peneliti melakukan wawancara

(10)

kedua dan berlangsung selama 1 jam 6 menit. Selesai wawancara peneliti mengucapkan terima kasih kepada partisipan, karena partisipan sudah bersedia menjadi narasumber. Dan dari partisipan mengijinkan apabila ada data-data yang kurang bisa langsung menghubungi partisipan. Selama melakukan penelitian, ternyata sampai pada awal bulan Januari 2012 petugas kesehatan juga belum ada. Sehingga peneliti melanjutkan observasi di lingkungan tempat tinggal partisipan dan mengobservasi partisipan. 3) Partisipan 3 Tanggal wawanc ara Wak tu Keterangan Rabu-Jumat, 4-6 Januari 2012 16.0 0 WIT • Penelit i berkunjung ke rumah partisipan. Saat bertemu partisipan tidak ada kontrak waktu untuk dilakukan wawancara

karena kegiatan

partisipan yang padat sehingga partisipan mengijinkan peneliti supaya datang kapan saja.

• Penelit

i mengucapkan terima kasih kepada partisipan

(11)

Sabtu, 7 Januari 2012 15.0 0 WIT

karena telah bersedia menjadi partisipan

• Menjel

askan maksud dan tujuan penelitian

• Penan

datangan pada informed

consent

• Pengis

ian daftar riwayat kesehatan • Mewa ncarai partisipan • Wawa ncara berlangsung selama 55 menit.

Selanjutnya pada tanggal 4 – 6 Januari 2012 peneliti berkunjung ke rumah partisipan ketiga yaitu Kepala Desa Pondok. Saat itu tidak ada kontrak waktu dengan partisipan karena partisipan mengatakan ia selalu sibuk dengan urusan kantor yaitu rapat dan pertemuan-pertemuan penting lainnya. Tetapi partisipan meminta peneliti agar selalu datang ke rumah. Apabila partisipan ada di rumah bisa langsung dilakukan wawancara. Tepatnya pada tanggal 7 Januari 2012 peneliti bertemu dengan partisipan. Saat itu partisipan baru pulang dari kantor tetapi ia bersedia untuk di wawancarai. Pada pukul 15.00 WIT peneliti melangsungkan wawancara dengan partisipan dan berlangsung

(12)

selama 55 menit. Sebelum wawancara, peneliti juga mengucapkan terima kasih kepada partisipan karena bersedia menjadi partisipan dan di tengah-tengah kesibukan partisipan bisa meluangkan waktu untuk menjadi narasumber. Peneliti juga menjelaskan maksud dan tujuan penelitian, penandatangan pada informed consent, dan pengisian daftar riwayat kesehatan. Pada akhir wawancara peneliti juga mengucapkan terima kasih kepada partisipan karena sudah memberikan informasi-informasi berhubungan dengan perilaku kesehatan terhadap penyakit malaria yang terjadi di Desa Pondok. Selain itu peneliti melakukan observasi terhadap partisipan pada saat wawancara dan mengobservasi mendalam terhadap lingkungan sekitar tempat tinggal partisipan dan gaya hidup partisipan berhubungan dengan perilaku kesehatan pada minggu-minggu sebelum dilakukan wawancara.

4.1.3 Gambaran Umum Partisipan 4.1.3.1Identitas partisipan 1

(13)

Nama : Bapak M Jenis Kelamin : Laki-laki

Usia : 40 tahun

Pekerjaan : Guru

Status : Sudah menikah

Partisipan lahir pada tanggal 31 Desember di Pondok. Partisipan merupakan anak bungsu dari enam bersaudara. Masing-masing sudah berkeluarga dan hidup terpisah-pisah. Jumlah semua anggota keluarga yang ada di rumah partisipan adalah enam orang. Partisipan sudah lama menjadi guru di SD Pondok. Saat ini Ibu dari partisipan masih ada sedangkan Bapaknya sudah meninggal lama. Partisipan sudah menikah dan mempunyai dua orang anak yaitu satu laki-laki dan satu perempuan. Partisipan lebih banyak beraktivitas di sekolah yaitu SD Pondok. Partisipan cenderung tenang, ramah berada di lingkungan keluarga bahkan di lingkungan sekitarnya dan aktif dalam bercerita.

Partisipan juga merupakan majelis di gereja Pondok dan taat beribadah terlihat dari partisipan sendiri selalu ke gereja setiap hari

(14)

minggu bahkan memberikan pelayanan disetiap rumah tangga yang biasanya mereka sebut PKS. Tapi kadang partisipan juga tidak masuk gereja karena berbagai kesibukan lain misalnya ada acara keluarga, sakit. Tetapi partisipan selalu percaya dan peduli dengan agamanya. Riwayat kesehatan partisipan berhubungan dengan penyakit malaria dapat dilihat pada lampiran 6. 4.1.3.2 Identitas partisipan 2

Nama : Bapak D

Jenis Kelamin : Laki-laki

Usia : 64 tahun

Status : Sudah menikah

Partisipan lahir pada tanggal 31 Desember 1947 di Pondok. Partisipan adalah lulusan SPG dan menjadi guru. Partisipan pernah menjadi wakil kepala sekolah di SD Pondok. Saat ini partisipan sudah pensiun dari statusnya sebagai guru. Tetapi sekarang partisipan bertugas di lembaga adat kecamatan, ketua pembangunan di gereja, ketua komite SMA Negri 1 Umbu Ratu Nggay Barat dan menjadi ketua KWR Desa Pondok. Partisipan juga sudah menikah dan dikarunia empat orang anak

(15)

yaitu dua anak laki-laki dan dua anak perempuan. Partisipan tinggal bersama istri dan ketiga anaknya yaitu anak pertama, ketiga, dan yang terakhir. Sedangkan anak keduanya melakukan tugas disuatu tempat yaitu Desa Malinjak dan bekerja di rumah sakit sebagai perawat.

Partisipan juga selalu rajin beribadah setiap hari minggu, rajin bekerja di kebun, di sawah maupun di rumah partisipan sendiri dan selalu memancing ikan pada saat musim hujan. Tetapi karena kondisi fisik yang sudah memasuki lansia, aktifitas partisipan seperti di sawah, kebun sedikit dikurangi. Peneliti sudah mengenal partisipan sejak peneliti masih kecil karena setiap liburan peneliti selalu berkunjung di Desa Pondok.

Partisipan cenderung keras dan tegas kepada siapa pun tapi partisipan selalu baik dengan semua orang yang ada disekitarnya. Ini terlihat ketika peneliti melakukan wawancara dan observasi. Riwayat kesehatan partisipan berhubungan dengan penyakit malaria dapat dilihat pada lampiran 6.

(16)

Nama : Bapak C Jenis Kelamin : Laki-laki

Usia : 69 tahun

Pekerjaan : Kepala Desa Pondok Status : Sudah menikah

Partisipan adalah lulusan SGA. Partisipan adalah kepala Desa Pondok Partisipan sudah menikah dan memiliki enam orang anak. Tetapi jumlah seluruh anggota keluarga yang ada di rumah partisipan adalah 15 orang. Partisipan tinggal bersama istri dan beberapa anggota keluarga lainnya. Partisipan juga selalu mempunyai aktifitas yang padat seperti pertemuan-pertemuan atau rapat di Desa Pondok, pertemuan di lembaga pemerintahan Kabupaten Sumba Tengah. Biasanya dari pagi sampai sore partisipan selalu sibuk dengan kegiatan-kegiatan tersebut. Karena kondisi fisik yang sudah memasuki lansia, partisipan jarang beraktifitas sehingga hanya menghabiskan waktu dalam pertemuan-pertemuan atau rapat.

Peneliti belum terlalu mengenal partisipan, tetapi partisipan sudah mengenal keluarga peneliti

(17)

sehingga peneliti merasa terbiasa dengan partisipan. Partisipan baik, sopan, tegas. Ini terlihat ketika peneliti berkunjung ke rumah partisipan bagaimana ia menyapa, dan peneliti juga melihat setiap ada tamu yang datang partisipan selalu melayani mereka dengan baik. Kepada siapa pun partisipan selalu baik dengan semua orang yang ada disekitarnya. Riwayat kesehatan partisipan berhubungan dengan penyakit malaria dapat dilihat pada lampiran 6.

4.2 Hasil Penelitian

4.2.1 Kategorisasi Hasil Wawancara Tabel 4.1

Kategorisasi Hasil Wawancara

No Pokok-pokok wawancara

Partisipan 1 Partisipan 2 Partisipan 3

1. Perilaku peningkatan dan pemeliharaan kesehatan terhadap malaria a. Yang menjadi perhatian partisipan dalam meningkatkan dan memelihara kesehatan adalah mandi 2x sehari, tempat makan harus dibersihkan. P1 (758-759) a. Kebersihan alat makan & minum, apabila ada yang penyakit kulit, sabun dan handuk yang digunakan harus sendiri, pakaian harus bersih dan cara memasak air, alat-alat makan harus ditutup agar tidak dihinggapi oleh binatang. a. Memperhatika n agar tampungan air selalu ditutup, sehingga tidak memudahkan nyamuk masuk ke dalamnya dan tidak berkembang biak dan populasi nyamuk menjadi berkurang. P3 (49-51)

(18)

Sehingga tidak mudah terkena penyakit. P1 (241-243, 250-251, 767-770) b. Selama musim hujan tidak menimba air di sungai karena sudah tercemar. P2 (911-913) b. Merebus air. Dengan merebus air akan menjamin kesehatan dalam rumah tangga, walaupun tidak 100% menghilangka n tetapi dapat mengurangi penyakit malaria. P3 (657-664) 2. Perilaku pencegahan penyakit terhadap malaria a. Membersihkan lingkungan, membuang sampah pada tempatnya. P1(11-13, 34-38) b. Menyiapkan kelambu, obat nyamuk agar terhindar dari gigitan nyamuk. P1 (205-208) c. Apabila ada yang sakit malaria, harus tidur sendiri agar tidak tertular penyakit malaria. P1 (536-540) a. Kebersihan lingkungan, kebersihan WC. Dengan menjaga kebersihan lingkungan seperti sapu halaman rumah, rumput dihilangkan. Halaman dijaga agar terhindar dari kotoran hewan, akan dapat mengurangi terjadi populasi nyamuk dan nyamuk akan jauh dari rumah.

P2 (183-188, 261-264) b. Menggunakan baju panjang agar terhindar dari gigitan nyamuk. P2 (542-552) c. Tidak ada tempat tergenangnya air sehingga nyamuk tidak dapat berkembang biak. P2 (862-865) d. Tempat-tempat gelap harus a. Menggunakan kelambu P3 (353-354) b. Menjaga kebersihan lingkungan. Karena dengan membersihka n lingkungan nyamuk tidak berkembangbi ak di sana, sehingga malaria sulit terjadi. P3 (5-15) c. Jaga kebersihan agar populasi nyamuk kurang. P3 (334-336) d. Buang sampah pada tempatnya dan memiliki WC P3 (110-117) e. Hewan-hewan tidak diikat dalam rumah karena tidak baik juga untuk kesehatan. Hewan yang diikat di bawah rumah akan

(19)

dibersihkan, menggunakan kelambu. Mencegah agar nyamuk tidak bersarang di tempat gelap dan tidak mudah terkena gigitan nyamuk. P2 (878-884) e. Tidur sendiri apabila sakit malaria sehingga tidak tertular pada orang yang sehat. P2 (1007-1023) f. Apabila populasi nyamuk semakin banyak dilakukan penyemprotan pada nyamuk untuk mencegah malaria. P2 (1202-1204) membawa kotoran dan menyebabkan nyamuk berkembang biak, dan hidup di sana. P3 (208-215) 3. Perilaku pencarian pengobatan terhadap malaria a. Tindakan awal menggunakan ramuan tradisional yaitu daun sambiloto. Ramuan tersebut hanya digunakan untuk sementara saja. P1 (481-496, 508-517) b. Berobat ke Puskesmas atau Rumah Sakit apabila tidak sembuh dari penyakit P1 (496-503) a. Menggunakan ramuan tradisional seperti kulit rita, kulit halau, biji mahoni, daun papaya dan daun pare. Apabila partisipan merasa demam, menggigil biasanya menggunakan ramuan tersebut karena dipercaya dapat menghilangkan penyakit malaria dan minum obat pil kina. Tapi kalau tidak ada menggunakan obat tradisional. P2 (145-166) a. Menggunakan ramuan tradisional yang rasanya pahit. Seperti daun pepaya, daun pare. Itu dilakukan sebagai pertolongan pertama pada malaria. P3 (404-405) b. Apabila semakin parah, langsung berobat ke rumah sakit atau puskesmas seperti Puskesmas Lawonda dan Puskesmas Anakalang

(20)

b. Menggunakan akses layanan kesehatan tanpa bayar P2 (959-964) dengan jarak 15 km. Biaya kesehatan mudah dijangkau karena biaya kesehatan gratis yang disebut jamkesmas. P3 (405-412, 453-456, 481-486) 4. Perilaku pemulihan kesehatan terhadap malaria a. Menyampaikan anjuran-anjuran dari tenaga kesehatan pada setiap anggota keluarga P1 (745-750) a. Makan-makanan tambahan yang bergizi. Dengan menerapkan beberapa hal tersebut menjadikan tubuh tetap kuat

dan sehat sehingga bibit penyakit tidak mudah masuk dalam tubuh. P1 (370-374) a. Menerapkan anjuran dari dokter seperti istirahat P3 (417-418) b. Habis obat harus memeriksaka n diri lagi ke rumah sakit apakah masih ada malaria atau tidak. Dan apabila masih ada malaria diberikan obat untuk mendapatkan kesehatan yang optimal. P3(431-437, 441-444)

4.2.2 Hasil Data Pendukung

4.2.2.1 Data pendukung observasi a) Observasi Partisipan

1. Observasi partisipan 1 saat wawancara Observasi partisipan 1 pada saat wawancara Selasa, 20 Desember 2011,

(21)

pukul 12.10. Wawancara dilakukan di tempat partisipan tapi dalam ruangan kelas VI SD Pondok yang dekat dengan rumah partisipan. Partisipan tidak bertanya banyak tentang peneliti karena partisipan sudah mengetahui maksud dan tujuan dari peneliti.

Sebelum melakukan wawancara, partisipan lebih terlihat tegang, dan tenang. Tetapi lama kelamaan partisipan menjadi lebih santai karena sudah terbiasa dengan suasana tersebut dan selalu menjawab pertanyaan dengan baik. Dalam menjawab pertanyaan partisipan kurang memiliki rasa humor sehingga proses wawancara berlangsung dengan sedikit tegang. Selesai wawancara partisipan bercerita dengan peneliti mengenai perkembangan penyakit malaria di Desa Pondok dan apabila masih ada data yang kurang bisa langsung menghubungi partisipan.

2. Observasi partisipan 2 saat wawancara Observasi partisipan pada saat

(22)

2012, pukul 18.00. Wawancara dilakukan di tempat partisipan tepatnya pada pukul 18.00. Selain dilakukan wawancara peneliti juga mengobservasi partisipan. Awalnya partisipan menjelaskan mengenai latar belakangnya, menjelaskan tentang perkembangan malaria di Desa Pondok. Setelah itu partisipan memberikan kesempatan kepada peneliti untuk menjelaskan maksud dan tujuan penelitian. Karena partisipan belum melihat dan membaca surat penjelasan penelitian yang sudah diberikan peneliti. Partisipan memberi kesempatan kepada peneliti untuk melakukan wawancara dan bersedia memberikan informasi-informasi apapun yang bisa dijawab dan diberikan partisipan kepada peneliti.

Sebelum melakukan wawancara, partisipan lebih terlihat santai, tenang tapi serius sehingga lebih terlihat formal saat wawancara berlangsung. Tetapi lama kelamaan partisipan menjadi lebih santai

(23)

dan mempunyai rasa humor. Partisipan selalu menjawab pertanyaan dengan baik dan disetiap jawaban partisipan selalu bercerita tentang segala sesuatu yang terjadi di Desa Pondok tetapi semua itu berhubungan dengan malaria. Selama wawancara berlangsung partisipan juga merokok. Selesai wawancara partisipan bercerita dengan peneliti dan memberitahukan kepada peneliti apabila masih ada data yang kurang bisa langsung menghubungi partisipan.

3. Observasi partisipan 3 saat wawancara Observasi partisipan pada saat wawancara Sabtu, 7 Januari 2012, pukul 15.00. Wawancara dilakukan di rumah keluarga partisipan tepatnya pada pukul 15.00. Selain dilakukan wawancara peneliti juga mengobservasi partisipan. Sebelum wawancara peneliti menjelaskan maksud dan tujuan penelitian. Partisipan memberi kesempatan kepada peneliti untuk melakukan wawancara dan bersedia

(24)

memberikan informasi-informasi semampu partisipan dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diberikan peneliti.

Sebelum melakukan wawancara, partisipan lebih terlihat tegang dan sedikit malu ketika peneliti menyiapkan alat perekam. Sehingga peneliti merasa sungkan ketika menghadapkan kamera ke arah partisipan. Tetapi lama kelamaan partisipan menjadi lebih santai dan mempunyai rasa humor dalam memjawab pertanyaan yang diajukan oleh peneliti. Partisipan selalu menjawab pertanyaan dengan baik dan disetiap jawaban partisipan selalu bercerita tentang segala sesuatu yang terjadi di Desa Pondok tetapi semua itu berhubungan dengan malaria. Selama wawancara berlangsung partisipan juga merokok. Selesai wawancara partisipan juga menambahkan sedikit informasi berhungan dengan penyakit malaria yang terjadi di Desa Pondok.

(25)

1. Aktivitas Partisipan 1

Saat beraktivitas baik di rumah maupun diluar rumah dari pagi sampai sore masih menggunakan baju lengan pendek dan celana pendek. Padahal pada sore hari nyamuk mulai berkeliaran dan menggigit massa. Tetapi pada malam hari partisipan selalu menggunakan celana panjang dan jaket. Dalam mencari pengobatan partisipan masih menggunakan ramuan tradisional sebagai pertolongan pertama saja.

Partisipan selalu mengumpulkan sampah-sampah pada tempat sampah tetapi nanti dibuang di belakang rumah partisipan sehingga menyebabkan populasi nyamuk berkembang biak di sana. Selain itu, masih ada beberapa pakaian yang biasanya digantung dan dibiarkan bertumpukan dalam rumah.

2. Aktivitas Partisipan 2

Pada malam hari partisipan menggunakan baju lengan pendek dan celana pendek. Walaupun dalam rumah

(26)

tetap saja nyamuk masih berkeliaran. Saat beraktifitas partisipan juga terlihat menggunakan baju dan celana pendek. Tidak terlihat baju digantung dalam rumah. Partisipan juga memiliki kebiasaan merokok. Dalam mencari pengobatan partisipan masih menggunakan ramuan tradisional. Rumah partisipan tampak bersih sehingga tidak terlihat sampah yang berserakan. Hewan masih diikat di bawah dapur karena dapu partisipan masih berbentuk rumah panggung.

3. Aktivitas Partisipan 3

Saat beraktifitas partisipan juga masih menggunakan baju dan celana pendek. Tetapi saat beraktifitas diluar rumah seperti pertemuan-pertemuan kecil di Desa partisipan menggunakan celana panjang, tetapi di rumah sendiri partisipan menggunakan baju dan celana pendek. Partisipan memiliki kebiasaan merokok baik di rumah maupun di luar rumah.

(27)

Rumah partisipan berbentuk rumah panggung dan masih mengikat hewan di bawah kolong rumah seperti babi. Rumah partisipan pada siang hari tampak gelap dan dari luar ada beberapa pakaian dan beberapa kain yang digantung begitu saja. Tidak terlihat juga tempat sampah sehingga sampah-sampah yang ada dibuang jauh dari rumah.

c) Observasi Lingkungan

1. Observasi lingkungan rumah partisipan 1 Partisipan bertempat tinggal di Desa Pondok berdekatan dengan SD Pondok. Pada tanggal 14 Desember 2011 - 12 Januari 2012 peneliti melakukan observasi mendalam di rumah dan di lingkungan sekitar rumah partisipan. Rumah partisipan permanen dan beratapkan seng. Di kamar partisipan menggunakan kelambu, tetapi pada siang dan sore hari kamar terlihat gelap dan ventilasi di kamar tersebut kurang bersih. Barang-barang yang terdapat dalam kamar terlihat padat dan kurang tersusun

(28)

rapi. Dalam rumah partisipan juga hanya terdapat satu jendela. Untuk dapur sendiri dindingnya masih terbuat dari anyaman bambu, atapnya seng, dan lantai tanah. Keluarga partisipan selalu mencuci piring di dapur, memasak dan menumbuk padi.

Di lingkungan luar rumah partisipan yaitu halaman depan rumah partisipan terdapat rumput-rumput yang sudah dipotong pendek oleh keluarga partisipan. Sedangkan disamping rumah terdapat semak-semak, kebun, rumput yang tinggi, dan beberapa pohon besar lainnya. Di belakang rumah partisipan juga terdapat pohon-pohon besar dan terdapat satu kandang babi dan di sana babi tersebut dipelihara. Selain itu dekat kandang babi tersebut terdapat sampah-sampah yang dibuang begitu saja. Sedangkan untuk WC sendiri jauh dari rumah partisipan jaraknya kurang lebih 200 meter. Tetapi tempat penampungan air atau yang sering disebut bak sama sekali tidak terisi air. Apabila dari

(29)

partisipan ataupun keluarga partisipan sendiri BAB/BAK hanya pada saat itu saja mereka membawa air dari rumah dengan menggunakan jerigen. Terkadang ada juga yang BAK disekitar lingkungan rumah seperti di belakang rumah dan itu biasanya dilakukan pada malam hari.

Rumah partisipan juga berada tidak jauh dari sungai dan persawahan. Jarak rumah partisipan dengan sungai dan persawahan adalah kurang lebih 1000 meter. Biasanya pada sore hari disekitar rumah partisipan nyamuk mulai berkeliaran dan mulai menggigit massa.

2. Observasi lingkungan rumah partisipan 2 Partisipan bertempat tinggal di Desa Pondok. Pada tanggal 14 Desember 2011 - 12 Januari 2012 peneliti juga melakukan observasi mendalam di lingkungan sekitar tempat tinggal partisipan. Rumah partisipan adalah rumah panggung dan beratapkan seng. Semua barang-barang yang ada di rumah partisipan terlihat rapi tapi bagian

(30)

belakang yang merupakan tempat makan keluarga kurang terlihat bersih. Sedangkan di bawah kolong rumah partisipan terlihat kurang rapi. Dapur milik partisipan juga berbentuk rumah panggung dan bersambung dari rumah partisipan. Di sanalah juga berapa anggota keluarga mencuci piring dan mengikat hewan seperti babi di bawah kolong dapur.

Di lingkungan luar rumah partisipan yaitu halaman depan rumah partisipan terdapat rumput-rumput yang sudah dipotong pendek dan terlihat lebih rapi dan bersih. Disamping rumah partisipan terdapat rumah-rumah tetangga. Di belakang rumah partisipan terdapat satu WC dengan jarak 100 meter dari rumah yang belum permanen dan belum memenuhi standar kesehatan. Terbuat dari anyaman bambu, beratapkan seng, dan pintunya menggunakan kain. Kalau BAB/BAK tidak menggunakan air. Selain itu di belakang rumah partisipan juga

(31)

terdapat semak-semak, rumput yang tinggi, dan beberapa pohon besar lainnya.

Rumah partisipan juga berada tidak jauh dari sungai dan persawahan. Jarak rumah partisipan dengan sungai dan persawahan adalah kurang lebih 500 meter. Biasanya pada sore hari disekitar rumah partisipan nyamuk mulai berkeliaran dan mulai menggigit massa.

3. Observasi lingkungan rumah partisipan 3 Partisipan bertempat tinggal di Desa Pondok. Pada tanggal yang sama dengan partisipan 1 dan partisipan 2 yaitu 14 Desember 2011 – 12 Januari 2012 peneliti melakukan melakukan observasi mendalam di lingkungan sekitar tempat tinggal partisipan. Rumah partisipan adalah rumah panggung dan beratapkan seng. Dari luar semua barang-barang yang ada di rumah partisipan terlihat rapi tapi dalam rumah pada siang hari dan sore hari terlihat gelap dan menggantung pakaian begitu saja Sedangkan di bawah kolong rumah

(32)

partisipan terlihat kurang rapi dan hewan-hewan biasanya diikat di bawah kolong rumah. Dapur milik partisipan juga berbentuk rumah panggung dan bersambung dari rumah partisipan.

Di lingkungan luar rumah partisipan yaitu halaman depan rumah partisipan tidak terdapat rumput tapi berupa tanah kosong dan bersih. Disamping rumah partisipan terdapat rumah-rumah tetangga dan semuanya berbentuk rumah panggung dan mereka juga mengikat hewan di bawah kolong rumah. Selain itu di belakang rumah partisipan juga terdapat semak-semak dan beberapa pohon besar lainnya. Rumah partisipan berada tidak jauh dari hutan dan persawahan tetapi jauh dari sungai. Biasanya pada sore hari disekitar rumah partisipan nyamuk mulai berkeliaran dan mulai menggigit massa.

4.2.2.2 Data Pendukung Dokumentasi

Dari hasil dokumentasi yang diperoleh peneliti adalah berupa gambar berhubungan

(33)

dengan tempat tinggal ketiga partisipan dan lingkungan sekitar Desa Pondok dan buku daftar isian profil desa dan kelurahan yang berhubungan dengan Desa Pondok. Hasil dokumentasi berupa gambar terdapat pada lampiran 7.

4.2.3 Deskripsi Hasil Analisa

4.2.3.1 Perilaku peningkatan dan pemeliharaan kesehatan Dalam meningkatkan dan memelihara kesehatan, partisipan lebih mengutamakan kebersihan tempat makan, dan mandi dua kali sehari. Hal-hal tersebut dilakukan oleh partisipan agar tidak menderita sakit malaria.

“setiap anggota harus mandi dua kali sehari, tempat makan harus bersih, P1 (758-759)

Selain menjaga kebersihan tempat makan, memasak air juga perlu dilakukan, alat-alat makan dan makanan harus ditutup sehingga tidak ada binatang pembawa penyakit hinggap dalam makanan, makan yang teratur, serta menjaga anak-anak agar tidak membuang kotoran di sekitar lingkungan rumah. Dengan adanya beberapa

(34)

pencegahan tersebut dapat mengurangi terjadinya malaria.

“kebersihan alat makan minum, itu yang paling

diperhatikan dan cara memasak air juga perlu. Saya cepat sekali menderita kalau air tidak dimasak. Ada dua hal perkaut atau sakit perut. Itu yang menyebabkan kalau air tidak dimasak. Oleh sebab itu air harus dimasak betul. Lalu pencegahan-pencegahan yang lain juga. Alat-alat makan harus ditutup, sehingga lalat tdk hinggap, semua makan ditutup sehingga beberapa jenis binatang yang membawa penyakit tidak hinggap pada makanan tersebut. Itu proses yang awal-awal kita jaga diri. Makan yang teratur, bersih lalu menjaga anak-anak supaya jangan membuang kotoran disekitar-sekitar sehingga tidak ada binatang yang bersarang disitu”

P2 (241-261)

Upaya lain yang dilakukan dalam mencegah terjadinya malaria adalah menjaga agar pakaian selalu bersih, dan apabila menderita malaria langsung berobat ke rumah sakit sehingga penyakit yang diderita tidak tertular pada orang lain. Memperhatikan peralatan mandi seperti sabun, handuk agar tidak digunakan secara bersamaan dengan si penderita malaria. Selain itu, selama musim hujan tidak menggunakan air sungai, karena pada saat musim hujan air sungai sudah tercemar sehingga harus menggunakan air langsung dari mata air. Selanjutnya, pada saat buang air besar dan buang air kecil harus di WC dan WC juga harus

(35)

dijauhkan dari rumah dan tetap menjaga kebersihannya agar tidak mudah terkena penyakit. Hal-hal tersebutlah yang dilakukan oleh partisipan untuk meningkatkan dan memelihara perilaku hidup sehat. Dengan adanya hal-hal tersebut akan membantu partisipan tetap sehat dan terhindar penyakit malaria.

“makanan, minuman harus bersih, pakaian harus bersih, sekitar harus bersih. Upaya yang kami hadapi. Jadi kalau makanan, minuman, pakaian harus bersih, sekeliling rumah dibersihkan, kalau sakit segera minum obat, kalau tidak ada obat segera ke rumah sakit. Sehingga tidak tertular penyakit malaria. Juga dalam rumah itu misalnya ada salah satu orang yang punya penyakit kulit, sabun, handuk tidak boleh gabung. Terus buang kotoran harus di wc. Makanya bukti wcnya kami jauhkan dari rumah. Sehingga kita tidak ketularan penyakit”

P2 (758-774)

“Dan selama musim hujan kami tidak timbah air sungai”

P2 (911-913) Berbeda dengan partisipan 3 bahwa dalam meningkatkan dan memelihara kesehatan perlu dilakukan upaya-upaya seperti menjaga tampungan air agar selalu tertutup sehingga tidak membuat populasi nyamuk berkembang biak di dalamnya dan merebus air agar terjamin kesehatan dalam rumah tangga. Dengan melakukan hal-hal tersebut

(36)

bukan berarti menghilangkan secara tuntas malaria, tetapi mengurangi sehingga malaria tersebut tidak terjadi.

“berarti kalau ada tampungan air perlu ditutup. Sehingga dari situ nyamuk tidak bertelur”

P3 (49-51)

“masak air sehingga bisa terjamin kesehatan dalam rumah tangga. Kalau itu semuanya sudah terlaksana berarti bukan tidak mungkin langsung semuanya 100% penyakit malaria ini tuntas tapi bagaimana mengurangi sehingga malaria makin hari makin kurang”

P3 (657-664)

4.2.3.2 Perilaku pencegahan penyakit

Upaya-upaya pencegahan penyakit malaria yang dilakukan oleh partisipan agar tidak menderita sakit yaitu bagaimana menata ruang lingkup dalam rumah tangga sendiri dimulai dengan membersihkan lingkungan halaman rumah dengan cara membuang sampah pada tempatnya agar tidak bertebaran di halaman rumah. Apabila membiarkan sampah bertebaran di halaman rumah menyebabkan nyamuk malaria akan bersarang dan populasi nyamuk akan bertambah. Untuk melakukan kegiatan-kegiatan tersebut perlu dilakukan minimal dalam satu minggu dua kali

(37)

pembersihan halaman rumah yaitu pagi dan sore agar terhindar dari penyakit malaria. Sesuai dengan hasil observasi, di belakang rumah partisipan 1 masih ada sampah-sampah yang bertebaran yaitu jenis sampah anorganik maupun organik.

“bagaimana menata ruang lingkup dalam rumah tangga, Yang berikut pembersihan lingkungan halaman rumah, artinya membuang sampah pada tempatnya. Karena kalau kita membiarkan sampah-sampah bertebaran di depan halaman rumah disitulah nyamuk malaria akan bersarang dan populasi nyamuk malaria akan bertambah. Jadi untuk mencegah tentang hal itu minimal dalam 1 minggu 2 kali pembersihan halaman rumah”

P1 (9-21)

“2 kali dalam seminggu pembersihan halaman rumah. Sedangkan halaman rumah sekitar itu tiap hari pagi dan sore”

P1 (34-38)

Upaya-upaya lain yang dilakukan oleh partisipan agar terhindar dari penyakit malaria adalah dengan menyiapkan kelambu, menyiapkan obat nyamuk agar mengurangi nyamuk yang masuk dalam rumah. Akan tetapi, partisipan 1 belum menggunakan obat nyamuk tersebut tetapi hanya sebatas menggunakan kelambu. selain itu, apabila ada salah satu anggota keluarga yang sakit maka upaya yang dilakukan partisipan adalah salah satu anggota keluarga yang menderita penyakit malaria

(38)

harus tidur di kamar atau ruangan yang berbeda. Tetapi pada kenyataannya anak kecil di bawah 5 tahun yang sakit masih ditemani oleh partisipan maupun istri dari partisipan itu sendiri.

“siapkan kelambu, yang kedua menyiapkan obat

nyamuk, artinya untuk mengurangi nyamuk yang masuk dalam rumah”

P1 (205-208)

“Upaya yg dilakukan apabila ada salah satu keluarga yang menderita penyakit malaria kita tidur ditempat yang tidak boleh ada temannya. Artinya tidur sendiri, agar tdk tertular pada org lain”

P1 (536-540) “diharuskan untuk pakai kelambu”

P3 (353-354)

Upaya pencegahan penyakit malaria lainnya yang perlu dilakukan agar terhindar malaria adalah menjaga kebersihan WC dan menyiapkan air untuk WC, membersihkan lingkungan seperti memotong rumput, menyapu halaman, menjaga halaman agar hewan-hewan seperti anjing, babi, kuda, tidak membawa kotoran, sehingga pada musim hujan lingkungan masih terlihat bersih dan nyamuk jauh dari rumah serta menjaga agar tidak ada tempat tergenangnya air, makanya nyamuk

(39)

tidak dapat berkembang biak pada genangan air tesebut.

“Untuk menjauhi itu penyakit ada beberapa daya

yang kami pakai disini. Pertama-tama kebersihan lingkungan, kebersihan rumah, kebersihan alat minum makan, kebersihan WC”

P2 (183-188)

“Anak-anak yang bisa bekerja mereka membersihkan halaman, sapu halaman, rumput dihilangkan. Mereka disuruh selalu siap air di WC. Kalau untuk anak-anak. Kalau Mama dia membersihkan dapur, membersihkan dibawah rumah besar. Jadi bagi-bagi tugas. Jadi saya dan lain-lain kita kerja buat dapur hidup sekeliling. Jadi pada masa hujan turun itu masih kelihatan bersih sehingga nyamuk agak jauh dari rumah”

P2 (199-211) “Halaman dijaga agar anjing, babi, kuda tidak membawa kotoran. Karena kotoran dari pada ternak atau hewan juga menimbulkan bahaya”

P2 (261-264)

“Dan ada anjuran-anjuran juga di sekeliling rumah harus bersih, tidak ada tempat tergenang air. Semua kotoran dijauhkan”

P2 (862-865)

Selain itu, upaya lain yang perlu dilakukan agar terhindar dari gigitan nyamuk adalah dengan memakai celana panjang, jaket, dan kain untuk membungkus kaki. Selanjutnya tempat-tempat yang gelap juga dibersihkan sehingga tidak ada tempat berkembangbiaknya nyamuk malaria .

“Rasa-rasanya banyak nyamuk macam saya tadi itu saya pakai celana panjang, saya pakai jaket

(40)

sampai dipergelangan tangan. Sehingga tidak mudah nyamuk langsung gigit. Begitu juga anak-anak. Apalagi malam seperti ini. Banyak nyamuk. Jadi harus selalu mawas diri. Ambil kain bungkus kaki, kita selalu was-was datangnya nyamuk”

P2 (542-552)

“tempat-tempat yang gelap dibersihkan, harus tidur dalam kelambu, air minum harus dimasak betul-betul. Sehingga kita jarang sekali terkena malaria. Karena harus selalu siaga dengan serangan-serangan nyamuk”

P2 (878-884)

Selanjutnya untuk mencegah terjadinya penyakit malaria juga perlu memberikan nasihat baik pada orang yang sehat atau sakit, agar tidak berbaur sehingga tidak tertular malaria. Penderita malaria harus menyendiri untuk mengurangi penularan malaria dan menggunakan obat nyamuk. Tetapi pada kenyataannya partisipan tidak menggunakan obat nyamuk hanya menggunakan kelambu. Selain itu, apabila populasi nyamuk semakin banyak dilakukan penyemprotan untuk mengurangi berkembangnya nyamuk malaria.

“kita nasihati agar tidak berbaur rapat dengan orang yang sehat. Karena malaria ini menular melalui uap, air liur, atau melalui darah yang sementara luka. Bisa saja dia kena. Seorang yang malaria harus menyendiri dulu selagi malaria masih ada. Atau melalui nyamuk terutama. Dia sudah serang orang yang malaria, dia gigit lagi orang yang sehat. Juga yang selama ini kami tidak hiraukan obat nyamuk. Tidak pernah kita gubris. Karena sudah cukup dengan persiapan kelambu.

(41)

Tapi sebaiknya obat nyamuk juga perlu untuk mencegah nyamuk”

P2 (1007-1023)

“nyamuk berkecamuk dibeberapa tempat kalau ada penyemprotan untuk mengurangi nyamuk saya rasa bisa kurang”

P2 (1202-1204)

Sedangkan upaya-upaya yang dilakukan partisipan 3 hampir sama dengan partisipan 1 dan partisipan 2 yaitu menjaga kebersihan lingkungan. Apabila tidak menjaga kebersihan lingkungan akan menjadi sarang nyamuk, sehingga populasi nyamuk bertambah dan menyebabkan orang-orang terkena malaria. Karena menjaga kebersihan lingkungan itu artinya nyaman dalam rumah tangga dan populasi nyamuk juga berkurang.

“Yang perlu diperhatikan terlebih adalah kebersihan lingkungan. Karena apabila tidak menjaga kebersihan lingkungan akan menjadi sarang nyamuk. Sehingga orang-orang mudah terkena penyakit malaria dan dari satu orang terjangkit penyakit malaria akan tertular kepada orang lain. Oleh karena itu kita sangat perlu untuk menjaga kebersihan lingkungan yang paling

pertama”

P3 (5-15)

“kalau kita bersih berarti nyaman dalam dalam rumah tangga”

P3 (158-159)

“mesti lingkungan itu sudah bersih, sehingga sarang nyamuk juga atau populasi nyamuk kurang. Karena dari situlah populasi nyamuk kalau banyak, malaria juga banyak dan makin merambat karena lewat darah akhirnya jadi pindah ke orang

(42)

lain yang tidak punya malaria akhirnya menderita malaria juga”

P3 (333-342)

Faktor lain yang perlu dilakukan untuk mencegah penyakit malaria adalah membuang sampah pada tempatnya, mempunyai WC dan selalu menjaga kebersihannya. Walaupun tidak menderita sakit tapi bagaimana mencegah penyakit malaria agar tidak terjangkit penyakit malaria sehingga tidak tertular pada orang lain. Selain itu tidak mengikat hewan di bawah kolong rumah. Terkadang dengan terpaksa harus mengeluarkan hewan dari rumah karena dari segi kesehatan itu sebenarnya tidak sehat, tetapi diperhatikan juga dari segi keamanan. Karena apabila hewan sudah jauh dari rumah sudah bukan menjadi milik pribadi lagi dan hal tersebut merupakan salah satu kendala bagi partisipan jika mau hidup sehat.

“tentang kebersihan lingkungan pembuangan sampah, juga WC. Nah terlebih kalau musim-musim sekarang perlu sekali itu WC. Sehingga dari situ kita ya walaupun kita katakan bukan sakit tapi bagaimana kita mengurangi penyakit agar tidak terjangkit pada setiap orang.” P3 (110-117)

“Dari segi kesehatan tidak menjamin sebetulnya. Tapi mau bagaimana lagi karena segi keamanan sudah. Dari segi kesehatan sebetulnya tidak sehat. Supaya sehat dengan keadaan terpaksa mengeluarkan hewan tapi kadang bukan miliki kita

(43)

lagi”

P3 (208-215)

4.2.3.3 Perilaku pencarian pengobatan

Upaya-upaya yang dilakukan partisipan atau tindakan awal dalam mencari pengobatan ketika partisipan menderita sakit malaria pertama kali yaitu dengan menggunakan ramuan tradisional selama dua hari yaitu daun sambiloto karena itu pertolongan pertama untuk mengurangi gejala malaria seperti demam. Partisipan beranggapan bahwa dengan menggunakan obat tradisional itu hanyalah pencegahan pertama tetapi bukan harapan dari partisipan untuk bisa sembuh dari penyakit malaria. Setiap kali partisipan merasakan demam ia menggunakan obat tersebut untuk mengurangi rasa demam dan apabila tidak ada perubahan partisipan langsung berobat ke puskesmas. Kadang langsung berobat ke rumah sakit pemerintah dan disarankan untuk opname karena menderita malaria vivax. Partisipan mengetahui ia menderita sakit malaria yaitu melalui tes darah di puskesmas.

“Sewaktu saya diserang sakit malaria yang merupakan tindakan awalnya saya mengobati penyakit saya menggunakan ramuan tradisional

(44)

yaitu menurut saya pencegahan pertama bukan merupakan harapan saya untuk bisa sembuh dari penyakit malaria. Memang ada polindes petugasnya 1 orang dan jarang ada di tempat. Karena jangkauan kendaraan dari pondok ke puskesmas jaraknya sekitar 20 kilo. Untuk melakukan yang merupakan pertolongan pertamanya bagi saya sebagai yang di serang penyakit malaria saya menggunakan obat tradisional selama 2 hari.

P1 (481-496)

“Ramuan tradisional yang saya pakai waktu saya

sakit malaria. Kebetulan didepan rumah, saya menanam pohon sambiloto. Itu sudah daun yang saya pakai. Setiap kali saya rasa-rasa demam saya menggunakan obat tradisional itu untuk mengurangi rasa demam. Sehingga saya tahu diserang penyakit malaria lewat tes darah di puskesmas”

P1 (508-517)

Apabila partisipan tidak ada perubahan setelah menggunakan obat tradisional, maka partisipan langsung berobat ke puskesmas atau rumah sakit daerah/pemerintah. Di Desa Pondok itu sendiri terdapat satu polindes dan petugasnya dua orang yaitu satu bidan dan satu perawat. Tetapi petugas kesehatan yaitu perawat jarang ada di tempat. Sedangkan jangkauan kendaraan itu sendiri dari Desa Pondok ke puskesmas adalah 20 km. Selain itu partisipan biasa berobat juga ke polindes. tetapi jika perawatnya ada. Jika perawatnya tidak ada partisipan berobat ke Pustu di Kapalas, berobat ke

(45)

Puskesmas Lawonda, atau ke Puskesmas Anakalang.

Karena atau tidak ada perubahan lewat itu saya lari ke puskesmas. Setelah itu kadang tidak melalui puskesmas, kadang langsung ke RS daerah/pemerintah. Saya disarankan untuk masuk opname karena diserang penyakit malaria vivax selama 3 hari”

P1 (496-503)

Sedangkan untuk partisipan 2, apabila menderita sakit malaria biasanya menggunakan ramuan tradisional berupa ramuan kulit kayu yang dicampur dengan kulit halau, biji mahoni, purahu, daun pepaya, dan daun pare karena dipercaya dapat menyembuhkan penyakit malaria. Ketika partisipan merasakan demam langsung menggunakan ramuan-ramuan tersebut, karena pada dasarnya partisipan lebih suka mengkonsumsi makanan yang rasanya pahit.

“kadang dingin, menggigil, langsung sudah minum

ada obat-obat bantuan yang kita minum air kulit rita, campur kulit halau, biji mahoni lalu ada purahu. Termasuk Bapak yang satu ini. Kami berdua ini masak. Begitu rasa mengigil langsung minum, keringat langsung hilang malaria. Itu jalan keluar karena jauh dari rumah sakit. Karena memang kami sudah dari dasar pengetahuan sudah ada, gejala-gejala malaria kami sudah jawab bahwa ini adalah malaria. Minum pilkina kalau ada minum. Kalau tidak ada kita minum saja obat tradisional. Pahit luar biasa. Tapi biar pahit saya minum saja. Dan selama itu jarang sudah. Tidak rasa malaria lagi. Karena Bapak suka makan yang pahit. Makan daun pepaya, makan

(46)

sayur yang pahit, daun paria. Suka sekali yang pahit jadi sekarang jarang sekali malaria”

P2 (145-166)

Partisipan lebih suka menggunakan obat tradisional dari pada obat yang berasal dari rumah sakit. Karena obat yang dari rumah sakit membuatnya pusing, mual, dan badan terasa lemah. Obat tradisional juga digunakan oleh karena jauh dari rumah sakit. Tetapi apabila merasakan gejala-gejala malaria partisipan menggunakan akses untuk pergi ke rumah sakit karena mendapatkan layanan tanpa bayar.

“Tidak sama dengan obat dari rumah sakit, badan lemah, rasa pusing, rasa mual, kadang minum ada yang muntah”

P2 (995-998)

“cukup lama tidak menderita malaria lagi dan andai kata ada gejala-gejala malaria yang jelas kami gunakan askes pergi ke rumah sakit dapat

layanan tanpa bayar”

P2 (959-964)

Pencarian pengobatan untuk partisipan 3 itu sendiri hampir sama dengan partisipan 1 dan partisipan 2 yaitu menggunakan ramuan tradisional. Tetapi untuk partisipan 2 biasanya menggunakan obat tradisional berupa daun pepaya, dan daun pare. Tetapi apabila penyakit malaria semakin parah maka partisipan berobat ke rumah sakit atau

(47)

Puskesmas Lawonda maupun Puskesmas Anakalang. Kadang berobat juga ke polindes apabila petugas kesehatannya ada di tempat.

“biasa minum obat daun pepaya, daun pare.

P3 (404-405)

“Tapi itu pun juga kalau dilihat dari penyakitnya

semakin mengamuk ya mesti lari ke rumah sakit. Karena sekarang tidak sama dengan dulu kita bayar rumah sakit kalau mau ke rumah sakit masih pikir-pikir tapi kalau sekarang sudah ada Jamkesmas”

P3 (405-412)

“karena masih pustu di Kapalas kita berobat ke puskesmas Lawonda atau puskesmas di Anakalang”

P3 (453-456)

“Kalau dia ada kita bisa pergi ke polindes. Tapi kalau pada saat sakit dia tidak ada dengan terpaksa bisa ke puskemas Lawonda atau ke puskesmas Wairasa di Anakalang”

P3 (481-486)

4.2.3.4 Perilaku pemulihan kesehatan

Dalam pemulihan kesehatan setelah sembuh dari sakit, partisipan selalu menerapkan anjuran-anjuran yang didapatkan dari tenaga kesehatan. Sekembalinya dalam rumah tangga partisipan selalu menyampaikan informasi-informasi kepada anggota keluarga yang lain.

“Setelah itu sesampainya saya dalam rumah tangga saya menyampaikan juga kepada anggota

(48)

keluarga, sehingga apa yang disarankan oleh dokter bisa dilakukan sampai sekarang”

P1 (745-750)

Selain itu, menjaga pola hidup sehat baik dari diri sendiri maupun dengan anggota keluarga sehingga tidak lagi menderita malaria yaitu makan harus dihabiskan, dan makan-makanan bergizi agar daya tahan tubuh tetap kuat dan sehat sehingga bibit penyakit tidak mudah masuk dalam tubuh.

“kalau makan ya harus kita makan bersama dan kita jaga nasi kita makan sampai habis. Terus simpan nasi jangan dalam keadaan terbuka. Menyangkut makanan yang ada dirumah. Harus makan-makanan tambahan yang punya gizi. Sehingga tubuh ini tidak lemah tetap kuat sehingga ada bibit penyakit masuk dalam tubuh mudah diawasi oleh tubuh yang kuatsehingga ada bibit penyakit masuk dalam tubuh mudah diawasi oleh tubuh yang kuat”

P2 (364-374)

Berbeda dengan partisipan 3, terkadang partisipan tidak selalu menerapkan anjuran-anjuran dari dokter. Karena kebiasaan dari partisipan untuk tetap bekerja sehingga tidak melakukan anjuran-anjuran yang disampaikan oleh dokter. Apabila sudah sedikit sehat itu tidak masalah bagi partisipan untuk bekerja.

“Kadangkala disarankan dokter harus istirahat beberapa hari. Kadangkala kita namanya orang kerja baru sembuh satu hari sudah kerja. Akhirnya kambuh kembali lari kembali ke rumah sakit.

(49)

Sehingga apa yang disarankan oleh dokter karena kita tidak tahan hati lihat pekerjaan kadangkala baru satu atau dua hari sembuh langsung kerja

lagi”

P3 (418-426)

Dalam memulihkan kesehatan selalu memeriksakan diri ke Rumah Sakit atau puskesmas. Ketika obat habis harus cek lagi apakah masih ada malaria atau tidak sehingga bisa sembuh total dari penyakit malaria.

“habis obat harus datang cek lagi malaria. Kalau masih ada malaria harus minta obat lagi karena itu biasa sudah. Anjuran dokter habis obat datang cek lagi supaya cek malaria, apakah masih ada atau

tidak”

P3 (431-437)

“Tapi jalan keluar pun yang dilakukan apabila

obat habis cek malaria lagi. Sehingga malaria itu dia sembuh total”

P3 (441-444)

4.3 Uji keabsahan data

4.3.1 Member Check Partisipan 1

Member Check dilaksanakan pada tanggal 22 Desember 2011 yaitu di rumah partisipan. Peneliti membawa video rekaman berupa kamera dan didengar oleh partisipan. Tetapi ada sedikit hasil wawancara yang dikoreksi oleh partisipan bahwa Desa Pondok ini sebenarnya sudah bukan merupakan daerah yang terpencil lagi menurut dinas kesehatan. Karena dari segi

(50)

kesehatan sendiri pelayanan kesehatan itu sudah bisa dijangkau. Selanjutnya partisipan setuju dengan data-data yang sudah diberikan oleh partisipan.

4.3.2 Member Check Partisipan 2

Member Check pada partisipan 2 dilaksanakan pada tanggal 5 Januari 2012. Peneliti juga membawa video rekaman berupa kamera yang diperlihatkan pada partisipan. Partisipan setuju dengan data-data yang diberikan kepada peneliti. Partisipan memberi himbauan kepada peneliti agar bisa mewancarai warga lain sehingga bisa membandingkan jawaban partisipan dengan warga yang lain.

4.3.3 Member Check Partisipan 3

Member Check pada partisipan 3 dilaksanakan pada tanggal 9 Januari 2012 di rumah partisipan. Peneliti juga membawa hasil rekaman untuk diperlihatkan dan didengar, agar dikoreksi oleh partisipan. Partisipan setuju dengan data-data yang diberikan kepada peneliti dengan memberikan tambahan informasi berhubungan dengan Desa Pondok.

4.4 Pembahasan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran perilaku kesehatan terhadap penyakit malaria pada masyarakat

(51)

di Desa Pondok Kecamatan Umbu Ratu Nggay Barat Kabupaten Sumba Tengah. Menurut Sunaryo, 2004 ada beberapa aspek-aspek dalam perilaku kesehatan yaitu perilaku peningkatan dan pemeliharaan kesehatan (health promosition behavior), perilaku pencegahan penyakit (health prevention behavior), perilaku pencarian pengobatan kesehatan (health seeking behavior), perilaku pemulihan kesehatan (health rehabilitation behavior).

Dari hasil analisis dapat dilihat dan diketahui bahwa perilaku peningkatan dan pemeliharaan kesehatan yang didapatkan dari partisipan adalah dengan melakukan upaya-upaya untuk mencapai tingkat kesehatan yang optimal dan memelihara kesehatan agar tidak menderita sakit. Dari ketiga partisipan, memiliki upaya-upaya yang hampir sama yaitu mandi 2x kali sehari, peralatan makan dan minum harus bersih, menjaga tampungan air selalu tertutup, merebus air dan tidak menggunakan air sungai pada saat hujan memisahkan orang yang sakit tidak boleh menggunakan barang-barang yang sama seperti handuk dan sabun. Dengan menerapkan beberapa upaya tersebut, penyakit malaria tidak mungkin terjadi. Hal ini sesuai dengan pendapat Sunaryo yang menyebutkan bahwa perilaku peningkatan dan pemeliharaan perlu diupayakan supaya mencapai tingkat kesehatan yang

(52)

optimal serta memelihara kesehatan agar tidak sakit (Sunaryo, 2004).

Selanjutnya diketahui juga bahwa dalam mencegah penyakit malaria merupakan perilaku pencegahan penyakit agar tidak sakit. Jadi dari ketiga partisipan ini upaya pertama yang perlu dilakukan untuk mencegah penyakit malaria adalah dengan menjaga kebersihan lingkungan. Dari partisipan 1 menyebutkan dalam mencegah penyakit perlu menyiapkan kelambu, obat nyamuk, tidur sendiri agar tidak tertular penyakit malaria. Sedangkan dari partisipan 2 menjaga halaman rumah terhindar dari kotoran, menggunakan baju panjang sehingga nyamuk tidak mudah menggigit manusia, tidak ada tempat tergenangnya air supaya nyamuk-nyamuk malaria tidak berkembangbiak, membersihkan tempat-tempat yang gelap supaya nyamuk tidak bersarang dan populasi nyamuk jadi berkurang, selain itu menggunakan kelambu. Selanjutnya dari partisipan 3 menyebutkan bahwa dalam mencegah penyakit malaria perlu memberikan pemahaman tentang pentingnya menjaga kebersihan lingkungan, memiliki WC sehingga tidak membuang kotoran di mana-mana, dan tidak mengikat hewan di bawah kolong rumah. Beberapa upaya pencegahan penyakit tersebut berhubungan dengan pendapat Notoatmodjo bahwa perilaku pencegahan merupakan perilaku pencegahan agar

(53)

tidak sakit. Misalnya tidur memakai kelambu untuk mencegah gigitan nyamuk malaria, imunisasi dan sebagainya, juga termasuk perilaku untuk tidak menularkan penyakit kepada orang lain (Notoatmodjo, 2003).

Selain itu ketika seseorang menderita sakit ada upaya untuk mencari pengobatan. Perilaku pencarian pengobatan merupakan upaya mencari pengobatan agar bisa sembuh dari penyakit. Dari ketiga partisipan ini ketika menderita sakit malaria tindakan awal atau pertolongan pertama yang dilakukan untuk mengatasi hal tersebut dengan menggunakan ramuan tradisional berupa daun sambiloto, daun pepaya, daun pare, biji mahoni dan obat-obat tradisional lainnya. Obat-obat tersebut diproses sehingga menghasilkan ramuan yang dapat digunakan untuk menghilangkan gejala-gejala malaria. Menurut partisipan 1 dan partisipan 3 penggunaan ramuan tradisional hanya digunakan untuk mengurangi gejala malaria saja. Apabila dalam beberapa hari tidak ada perubahan, langsung berobat ke rumah sakit atau Puskesmas. Kadang sering ke Polindes juga tetapi petugas kesehatan selalu tidak ada di tempat. Jadi harus langsung berobat ke rumah sakit pemerintah atau ke Puskesmas Lawonda dan Puskesmas Anakalang. Berbeda dengan partisipan 2, obat tradisional sangat dipercaya dapat menyembuhkan penyakit malaria.

(54)

Sehingga partisipan jarang sekali berobat ke rumah sakit atau Puskesmas. Partisipan 2 mengatakan obat tradisional sangat berbeda dengan obat medis. Kalau obat medis selalu membuatnya lemah, mual, dan terkadang muntah. Jadi ketika partisipan 2 merasakan gejala malaria langsung menggunakan ramuan tradisional. Tetapi untuk menjangkau layanan kesehatan dalam mencari pengobatan partisipan juga mengalami kesulitan karena beberapa hambatan seperti kesulitan transportasi, keterbatasan ekonomi, kurangnya pengetahuan. Sehingga partisipan kesulitan untuk mendapatkan pengobatan yang maksimal.

Adapun beberapa obat tradisional yang digunakan oleh partisipan 1, partisipan 2 dan partisipan 3 adalah daun sambiloto (Andrographis paniculata Ness). Obat tradisional yang digunakan partisipan ketika menderita malaria yaitu dengan menggunakan daun sambiloto. Obat tradisional tersebut dipercaya dapat mengurangi gejala malaria seperti demam. Sambiloto merupakan tanaman kecil yang bercabang-cabang dengan ketinggian mencapai 90 cm dengan batang dan cabang berbentuk persegi empat. Daun kecil-kecil, berbentuk lanset, pangkal rata, permukaan berwarna hijau tua, tetapi tidak bergerigi, bunga berwarna putih kekuningan dan bertangkai. Buah berbentuk jorong kecil, bila tua akan pecah

(55)

menjadi 4 keping. Tanaman sambiloto dapat memproduksi senyawa sesquiterpen yang terkumpul menjadi diterpenoid, tetapi pada budidaya jaringan hanya menghasilkan 3 sesquiterpen yang disebut panisulid A, B dan C Sambiloto mengandung beberapa senyawa yang bermanfaat untuk kesehatan tubuh seperti andrographolid, neo andrographolid, homoandrographolid, andrographin, paniculid A, B, dan C, paniculin, kalmagenin, dan senyawa kalium (Mursito, 2002).

Sambiloto dipilih sebagai obat alternatif. Bagian yang digunakan adalah daunnya. Daunnya terbukti tidak beracun dan memiliki sifat antipiretik (menghilangkan demam). Sifat antipiretik inilah yang bisa membantu penderita malaria dalam melawan penyakitnya. Penggunaan daun sambiloto dapat menunjang penggunaan obat plasmodicide (bersifat menghancurkan plasmodia) (Umar Zein, 2005).

Selain itu partisipan juga menggunakan biji mahoni (Swietenia mahagoni Jacg) sebagai ramuan tradisional. Biji mahoni juga digunakan sebagai obat tradisional. Karena rasanya yang pahit dipercaya dapat mengurangi gejala malaria. Biji mahoni mengandung senyawa saponin dan flavonoida yang berguna untuk mengobati tekanan darah tinggi (Hipertensi), kencing manis (Diabetes mellitus), kurang napsu makan, rematik, demam, masuk angin dan eczema.

(56)

(http://kiathidupsehat.com/manfaat-biji-mahoni-senagai-obat-herbal/). Selain itu, menurut pengobatan Cina, tanaman ini memiliki sifat pahit, dingin, antipiretik (penurun panas), antijamur dan paling terkenal biji mahoni adalah untuk pengobatan malaria.

(http://unibio-center.blogspot.com/2011/11/berbagai-manfaat-bijimahoni-dan efek.html).

Selanjutnya obat tradisional lain yang digunakan adalah daun pepaya (Carica papaya. L). Bagian tanaman yang digunakan adalah daun, buah dan akar. Daun, buah muda dan akar, mengandung senyawa caricaksatin, violaksantin, papain dan alkaloid karpain. Buah masak banyak mengandung vitamin. Daun muda dapat digunakan pada pengobatan penyakit demam, penambah nafsu makan, keputihan, jerawat, memperlancar haid dan air susu, penyakit jengkolan, serta sakit gigi (Mursito, 2002). Ini sesuai dengan yang diungkapkan oleh Notoatmodjo, Soekidjo 2003 bahwa perilaku kesehatan merupakan upaya pencarian pengobatan, misalnya usaha-usaha untuk mengobati sendiri penyakitnya atau mencari pengobatan ke fasilitas-fasilitas kesehatan modern (puskesmas, mantri, dokter praktek, rumah sakit dan sebagainya) maupun ke fasilitas kesehatan tradisional (dukun, sinshe, tabib dan paranormal). Hal ini juga diungkapkan oleh

(57)

Notoatmodjo Soekidjo, 2003 bahwa perilaku pencarian atau penggunaan sistem atau fasilitas kesehatan atau sering disebut perilaku pencarian pengobatan. Perilaku ini adalah menyangkut upaya atau tindakan seseorang pada saat menderita penyakit dan atau kecelakaan.

Setelah sembuh dari sakit ada upaya-upaya pemulihan kesehatan yang dilakukan agar tidak menderita sakit malaria. Upaya-upaya yang disebutkan oleh partisipan 1, partisipan 2 dan partisipan 3 hampir sama yaitu yang pertama air harus bersih dan dimasak, nasi yang dimakan harus dihabiskan, dan makan-makanan yang bergizi, istirahat yang cukup, habis obat langsung memeriksakan diri ke Rumah Sakit atau puskesmas. Dari beberapa upaya yang disebutkan oleh ketiga partsipan bertujuan untuk menghindari terkena penyakit malaria. Selain itu menerapkan apa yang menjadi anjuran dari tenaga kesehatan baik itu dokter, perawat, maupun bidan. Hal ini juga sesuai dengan apa yang dikemukakan oleh Sunaryo, 2004 bahwa dalam meningkatkan perilaku pemulihan kesehatan merupakan upaya-upaya yang dilakukan untuk untuk pemulihan kesehatan setelah sembuh dari sakit, misalnya melakukan diet, mematuhi anjuran-anjuran dokter dalam rangka pemulihan kesehatannya.

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini menemukan bahwa terdapat delapan tupoksi dari 10 tupoksi TN yang penjabaran pelaksanaannya berupa pelayanan kepada masyarakat dalam bentuk penyediaan

Tauhid adalah ajaran yang disampaikan oleh para nabi dan Rasul sejak Nabi Adam as. Hingga Nabi Muhammad saw. pada umumnya, Allah mengutus rasul ketika masyarakat telah menyimpang

Peneliti menentukan sumber informasi dalam penelitian ini adalah enam subyek beserta informan pendukung yang sesuai kriteria peneliti yaitu orang sukses dalam

Jika Kedua penelitian tersebut meneliti tentang proses pembuatan alat musik beserta teknik memainkannya, penelitian ini akan lebih difokuskan pada teknik membuat

Buku Ester menceritakan bagaimana Allah memakai seo- rang gadis Yahudi yang cantik untuk menyelamatkan bang- sanya dari pembunuhan besar-besaran selama penawanan itu... Jika

Faris (2004: 20) said that the unsettling doubts emerge because of the SUHVHQFH RI PDJLFDO HYHQWV DQG REMHFWV Š WKH LUUHGXFLEOH HOHPHQWV Š DOVR RI QDUUDWRU¶V DFFHSWDQFH RYHU

Pengambilan air tanah yang berlebihan, bukaan bawah tanah akibat aktivitas tambang, aktivitas tektonik, jenis tanah, serta beban berat diatas tanah yang

Dalam penerapannya, muqarnas dapat bertransformasi menjadi bentuk yang benar- benar tiga dimensional, seperti yang terdapat pada kubah-kubah dan relung pintu gerbang, dapat