• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.5. Perilaku

Perilaku adalah suatu reaksi psikis seseorang terhadap lingkungannya. Dari batasan dapat diuraikan bahwa reaksi dapat diuraikan bermacam-macam bentuk, yang pada hakekatnya digolongkan menjadi 2, yaitu bentuk pasif (tanpa tindakan nyata atau konkret) dan dalam bentuk aktif dengan tindakan nyata atau (konkret) (Notoatmodjo, 2007: 139).

Perilaku adalah keteraturan tertentu dalam hal perasaan (afeksi), pemikiran (kognisi), dan predisposisi tindakan (konasi) seseorang terhadap suatu aspek di lingkungan sekitarnya. Dalam pengertian umum perilaku adalah segala perbuatan tindakan yang dilakukan makhluk hidup. Perilaku adalah suatu aksi dan reaksi suatu organisme terhadap lingkungannya. Hal ini berarti bahwa perilaku baru berwujud bila ada sesuatu yang diperlukan untuk menimbulkan tanggapan yang disebut rangsangan.

Dengan demikian suatu rangsangan tentu akan menimbulkan perilaku tertentu pula (Azwar, 2003: 5, 9).

Proses pembentukan dan atau perubahan perilaku dipengaruhi oleh beberapa faktor yang berasal dari diri individu itu sendiri, antara lain susunan syaraf pusat, persepsi, motivasi, emosi dan belajar. Susunan syaraf pusat memegang peranan penting dalam perilaku manusia, karena perilaku merupakan perpindahan dari rangsangan yang masuk ke respon yang dihasilkan. Perpindahan ini dilakukan oleh susunan syaraf pusat dengan unit-unit dasarnya yang disebut neuron. Neuron memindahkan energi dalam impuls-impuls syaraf. Perubahan perilaku dalam diri seseorang dapat diketahui melalui persepsi. Persepsi ini adalah pengalaman yang dihasilkan melalui indra pendengaran, penciuman dan sebagainya (Azwar, 2003: 10).

Menurut ilmu sosiologi, perilaku manusia merupakan hasil daripada segala macam pengalaman serta interaksi manusia dengan lingkungannya yang terwujud dalam bentuk pengetahuan, sikap dan tindakan. Sesuai dengan batasan perilaku kesehatan dapat dirumuskan sebagai segala bentuk pengalaman dan interaksi individu dengan lingkungannya, khususnya yang menyangkut pengetahuan dan sikap tentang kesehatan, serta tindakannya yang berhubungan dengan kesehatan (Sarwono, 2007: 1).

Sementara itu ilmu antropologi menyatakan perilaku merupakan ganjaran dari perilaku atau tingkah laku yang tidak disukai, sehingga ancaman dari penyakit tersebut memainkan peranan penting dalam masyarakat untuk mempertahankan aturan-aturan yang ada. Dengan demikian perilaku yang menyimpang dari pola-pola

umum yang berlaku dalam hubungan antar pribadi, baik antara sesama manusia atau antara manusia dengan makhluk lain (Anderson, 2006: 54).

2.5.1. Definisi Perilaku

Menurut Notoatmodjo (2007: 140), perilaku dapat dibatasi sebagai keadaan jiwa (berpendapat, berpikir bersikap dan sebagainya) untuk memberikan respons terhadap situasi di luar subjek. Perilaku dapat dijabarkan dalam tiga bentuk operasional, yaitu:

a. Perilaku dalam bentuk pengetahuan, yaitu dengan mengetahui reaksi atau rangsangan dari luar.

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah seseorang melakukan penginderaan (pengelihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba). Secara umum sebelum seseorang mengadopsi perilaku baru, di dalam

diri orang tersebut terjadi beberapa proses sebagai berikut:

1. Awareness (kesadaran), seseorang menyadari dan mengetahui adanya

stimulus.

2. Interest, mulai tertarik kepada stimulus.

3. Evaluation, menimbang-nimbang/mengevaluasi baik tidaknya stimulus

tersebut terhadap dirinya. 4. Trial, mencoba perilaku baru.

5. Adoption, telah terjadi perilaku baru sesuai dengan pengetahuan,

b. Perilaku dalam bentuk sikap, yaitu tanggapan batin terhadap keadaan atau rangsangan dari luar diri subjek, sehingga alam itu sendiri akan mencetak sendiri perilaku manusia yang ada di dalamnya sesuai dengan sifat dan keadaan alam tersebut.

Sikap adalah reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap stimulus atau objek. Manifestasi dari sikap tidak dapat langsung

dilihat, tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup (Notoatmodjo, 2007: 144). Tingkatan sikap adalah:

1. Receiving (Menerima), seseorang (subject) mau dan memperhatikan

stimulus yang diberikan (object)

2. Responding (Merespon), merespon/mengerjakan tugas yang diberikan.

3. Valuing (Menghargai), mengajak orang lain untuk mengerjakan/

mendiskusikan sesuatu masalah.

4. Responsible (Bertanggung-jawab), bertanggung-jawab atas sesuatu yang

telah dipilihnya walau apapun risiko dan tantangannya.

c. Perilaku dalam bentuk tindakan yang konkrit, yaitu berupa perbuatan terhadap situasi dan rangsangan dari luar.

Menurut Notoatmodjo (2007: 145) tindakan adalah sesuatu yang dilakukan; perbuatan. Tindakan terdiri dari empat tingkatan yaitu:

1. Perception (Persepsi), mengenal dan memilih berbagai object sehubungan

2. Guided response (Respon terpimpin), melakukan sesuatu sesuai dengan

urutan yang benar sesuai dengan contoh.

3. Mechanism (Mekanisme), apabila seseorang telah dapat melakukan

sesuatu dengan benar secara otomatis, atau sesuatu itu sudah merupakan kebiasaan.

4. Adoption (Adopsi), suatu praktek atau tindakan yang sudah berkembang

dengan baik. Tindakan itu sudah dimodifikasinya tanpa mengurangi kebenaran tindakan.

Perilaku manusia merupakan refleksi dari berbagai gejala kejiwaan, seperti keinginan, minat, kehendak, pengetahuan, emosi, berpikir, sifat, motivasi, reaksi dan sebagainya, namun demikian pada realitasnya sulit dibedakan atau dideteksi gejala kejiwaan yang menentukan perilaku seseorang. Apabila ditelusuri lebih lanjut, gejala kejiwaan ditentukan atau dipengaruhi oleh berbagai faktor lain diantaranya adalah pengalaman, keyakinan, sarana fisik, sosio budaya masyarakat (Notoatmodjo, 2007: 177).

2.5.2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku

Menurut Notoatmodjo (2007: 139), ada beberapa faktor yang mempengaruhi perilaku seseorang dalam bidang kesehatan, yaitu:

a. Latar Belakang

Latar belakang yang mempengaruhi perilaku seseorang dalam bidang kesehatan dibedakan atas: pendidikan, pekerjaan, penghasilan, norma-norma yang dimiliki dan nilai-nilai yang ada pada dirinya, serta keadaan sosial budaya yang berlaku.

b. Kepercayaan dan Kesiapan Mental

Perilaku seseorang dalam bidang kesehatan dipengaruhi oleh kepercayaan orang tersebut terhadap kesehatan serta kesiapan mental yang dipunyai. Kepercayaan tersebut setidak-tidaknya menjadi manfaat yang akan diperoleh, kerugian yang didapat, hambatan yang diterima serta kepercayaan bahwa dirinya dapat diserang penyakit.

c. Sarana

Tersedia atau tidaknya sarana yang dimanfaatkan adalah hal yang penting dalam munculnya perilaku seseorang di bidang kesehatan, betapapun positifnya latar belakang, kepercayaannya dan kesiapan mental yang dimiliki tetapi jika sarana kesehatan tidak tersedia tentu perilaku kesehatan tidak akan muncul.

d. Faktor Pencetus

Dalam bidang kesehatan peranan faktor pencetus cukup besar untuk memunculkan perilaku kesehatan yang diinginkan. Seringkali dijumpai seseorang baru berperilaku kesehatan tertentu bila sudah ada masalah kesehatan sebagai pencetus, seperti penyakit kulit.

2.5.3. Perubahan Perilaku

Perubahan perilaku berarti individu mulai menerapkan sesuatu yang baru (innovasi), lain daripada yang sebelumnya. Tetapi merubah perilaku seseorang agar mau menerima sesuatu yang baru bukanlah merupakan sesuatu hal yang mudah, karena menyangkut suatu proses yang terjadi dalam diri individu itu sendiri maupun

dalam masyarakat. Perubahan perilaku yang diharapkan adalah sebagai perubahan perilaku yang melembaga atau lestari serta merupakan bahagian dari hidupnya.

Menurut Notoatmodjo (2007: 188), ada berbagai macam perubahan perilaku masyarakat, yaitu:

a. Perubahan Alamiah (Natural Change): Perubahan itu sendiri disebabkan oleh kejadian yang alamiah.

b. Perubahan Terencana (Plannied Change): Perubahan itu terjadi karena memang direncanakan sendiri oleh subjek.

c. Kesediaan untuk Berubah (Readdiness to Change): Sebahagian orang sangat cepat untuk menerima inovasi atau perubahan tersebut, tetapi sebahagian orang lagi sangat lambat untuk menerima inovasi atau perubahan tersebut. Hal ini disebabkan setiap orang mempunyai kesediaan untuk berubah yang berbeda-beda.

2.5.4. Perubahan Pengetahuan dan Sikap Masyarakat

Jika menelaah dari ketiga faktor tersebut maka nampak proses perubahan perilaku sangat berhubungan dengan faktor-faktor sebagai berikut:

a. Kepercayaan terhadap kesehatan dengan dimensi pembentukan (determinant) adalah pengetahuan dan sikap. Kedua dimensi ini berkaitan erat dengan karakteristik demografis individu.

b. Kemampuan mendapatkan informasi, kemudahan mendapatkan pelayanan serta ketersediaan alat dan bahan dalam melakukan pencegahan.

Pengetahuan dan sikap masyarakat yang kurang mengetahui tentang tanda/ gejala, cara penularan dan pencegahan penyakit DBD mempunyai risiko terkena

penyakit DBD. Dengan demikian upaya peningkatan pengetahuan mengenai gejala/tanda, cara penularan dan pencegahan serta pemberantasan penyakit DBD perlu mendapat perhatian utama agar masyarakat lebih berperan aktif (Sarwono, 2007: 66).

Dokumen terkait