• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 4 GAMBARAN UMUM

4.2. Subjek Penelitian

Keluarga yang menjadi subjek penelitian ada sebanyak 6 (enam) keluarga, dimana tiga keluarga memiliki anggota keluarga yang pernah menderita DBD dan tiga keluarga belum pernah menderita DBD.

Keenam keluarga tersebut diambil dari kelurahan-kelurahan yang berbeda, tetapi bukan merupakan keluarga yang bisa mewakili masing-masing kelurahan tempat tinggalnya. Adapun keenam keluarga tersebut adalah:

4.2.1. Keluarga Ibu Siska

Keluarga Ibu Siska sebagai salah seorang informan memiliki pekerjaan sebagai pedagang. Rumahnya berada pada Lingkungan II Kelurahan Pangkalan Mashyur. Sehari-hari Ibu Siska membuka warung yang ada di depan rumahnya. Bangunan rumah permanen, dan memiliki ventilasi udara yang cukup terlihat dari suasana rumah yang cukup terang karena adanya jendela pada bagian depan dan samping rumah dan beberapa lubang angin di atas jendela dan pintu rumah.

Ibu Siska cukup rajin membersihkan kamar mandi yang dimilikinya, terlihat dari tidak adanya kotoran pada bak air dan dinding bak mandi tidak licin. Pembersihan dilakukan dengan cara menguras dan mengeringkan air dalam bak mandi, menyikat lantai dan dinding bak mandi, lalu mengisi kembali dengan air bersih. Begitu juga dengan dinding dan lantai kamar mandi tampak bersih dan tidak licin. Ibu Siska minimal seminggu sekali akan membersihkan kamar mandi di rumahnya, atau jika air bak tampak kotor oleh kotoran-kotoran yang terbawa air PAM, maka dia akan segera mengganti air dalam bak. “Aku paling gak bisa melihat air kotor, gak enak mandi jadinya”, kata Ibu Siska.

Kondisi lingkungan di sekitar rumah Ibu Siska kurang terpelihara. Parit dan selokan tampak kotor dan bau oleh karena aliran air yang tersumbat oleh sampah- sampah dari rumah tetangga di sebelah rumahnya. Ibu Siska merasa sia-sia untuk

membersihkan parit/selokan di sekitar rumahnya, karena akan kotor kembali oleh sampah-sampah dari rumah tetangga, karena sampah-sampah itu pada akhirnya akan mengalir ke parit/selokan rumahnya, sehingga Ibu Siska merasa jenuh untuk selalu membersihkan sampah yang bukan sampahnya.

Ibu Siska pernah menderita DBD, sejak itu dia sangat menjaga kebersihan rumah dan lingkungan sekitar tempat tinggalnya, agar penyakit ini tidak mengenai anak-anaknya.

4.2.2. Keluarga Bapak Yusuf

Keluarga kedua yaitu keluarga Bapak Yusuf dan Ibu Diah. Rumah keluarga ini berada pada Lingkungan IV Kelurahan Gedung Johor. Bapak Yusuf merupakan seorang pegawai swasta sedangkan Ibu Diah hanya seorang ibu rumah tangga. Kegiatan sehari-hari Ibu Diah adalah menjaga kebersihan rumah, terutama kebersihan kamar mandi dan halaman rumah, karena Ibu Diah tidak memiliki pekerjaan lain selain ibu rumah tangga, sementara anak-anak dalam keluarga juga sudah cukup besar dan mampu mengurus dirinya sendiri.

Rumah Bapak Yusuf memiliki 2 buah kamar mandi, satu berada di dalam rumah dan yang satu lagi berada di bagian belakang rumah. Ibu Diah cukup rajin membersihkan kamar mandi di rumahnya. Setiap dua kali seminggu bak-bak penampungan air di kamar mandi selalu dikuras dan digosok dengan bros.

Secara umum lingkungan di sekitar rumah keluarga ini cukup terpelihara, namun pada bagian depan rumah ada parit kecil yang selalu berisi genangan air. Ibu

Diah termasuk rajin membersihkan sampah-sampah yang ada pada parit kecil tersebut.

4.2.3. Keluarga Ibu Diana

Keluarga yang ketiga adalah keluarga Ibu Diana yang tinggal pada lingkungan VI Kelurahan Pangkalan Mashyur. Ibu Diana ini juga hanya sebagai ibu rumah tangga dengan aktivitas sehari-hari mengatur dan menjaga kebersihan rumah. Kamar mandi keluarga ini ada dua buah, satu berada dalam rumah yang satu lagi berada pada bagian belakang rumah. Kamar mandi yang di dalam rumah berukuran 2x2 meter, sedang yang dibelakang rumah lebih luas berukuran 2x3 meter karena kamar mandi ini juga merupakan tempat untuk mencuci pakaian. Pada kamar mandi belakang ini banyak terdapat ember-ember berwarna hitam untuk tempat menampung air dan membilas pakaian.

Ibu Diana selalu membersihkan kamar mandinya, baik yang berada di dalam rumah dan yang terletak pada bagian belakang rumahnya. Seminggu sekali dia akan menguras bak kamar mandi dan menggantinya dengan air yang baru.

Pada bagian samping rumahnya ada tanah kosong yang sudah menjadi rawa- rawa dan penuh dengan genangan air jika musim hujan tiba. Pemilik lahan tidak pernah membersihkannya, sehingga tanah tersebut kini dipenuhi oleh semak belukar. Ibu Diana sebenarnya merasa kurang nyaman dengan rawa-rawa tersebut, tetapi dia merasa tidak berdaya karena pemiliknya tidak perduli dengan keadaan tanah miliknya.

4.2.4. Keluarga Ina

Keluarga Ibu Ina tinggal di sebuah rumah yang berada pada sebuah kompleks sekolah madrasah. Suaminya merupakan penjaga sekolah sehingga mereka dapat menempati salah satu rumah di madrasah tersebut. Ibu Ina membuka sebuah warung kecil di depan rumahnya. Kamar mandi yang digunakan oleh keluarga ini merupakan kamar mandi sekolah. Selain mereka, maka anak-anak sekolah di madrasah tersebut juga menggunakan kamar mandi tersebut. Hasil pengamatan saya menunjukkan bahwa bak yang ada di kamar mandi tersebut jarang dibersihkan, karena tampak beberapa jentik-jentik di dalam bak tersebut.

Suami ibu Ina pernah menderita DBD pada bulan September 2008. Tetapi Ibu Ina merasa bahwa suaminya terkena gigitan nyamuk penyebab DBD bukanlah dari lingkungan sekitar rumahnya, tetapi dari tempat lain. Suami Ibu Ina memang mempunyai pekerjaan lain yaitu “mocok-mocok” sehingga sering bepergian ke tempat-tempat lain. Dan, dari mereka sekeluarga hanya suaminya yang terkena DBD, jadi hal ini menguatkan keyakinan Ibu Ina bahwa penyakit DBD yang mengenai suaminya diperolehnya dari tempat lain.

4.2.5. Keluarga Ibu Yati, Ibu Ita dan Ibu Arni

Ketiga ibu ini merupakan saudara kandung. Mereka tinggal bersama dalam sebuah rumah berukuran 12x15 meter. Rumah ini milik Dinas Pertanian. Bapak mereka dahulu adalah pegawai Dinas Pertanian, selanjutnya salah seorang abang dan kakak mereka juga pegawai Dinas Pertanian, sehingga mereka diperbolehkan untuk menempati rumah tersebut.

Ibu Yati memiliki seorang anak dan tidak bekerja, suaminya bekerja sebagai TKI di Kuwait. Ibu Ita memiliki 2 orang anak, suaminya memiliki pekerjaan “mocok- mocok”, dan Ibu Ita berjualan rujak di depan rumah tersebut. Kemudian, Ibu Arni memiliki satu orang anak, suaminya bekerja sebagai buruh bangunan dan dia sendiri berjualan goreng-gorengan, juga di depan rumahnya.

Alasan mereka sehingga tinggal satu rumah dikarenakan tidak memiliki uang yang cukup untuk menyewa rumah, Dinas Pertanian juga masih mengizinkan mereka untuk menggunakan rumah tersebut.

Rumah ini memiliki 3 buah kamar yang ditempati oleh masing-masing keluarga. Memiliki 2 buah kamar mandi yang tampak kotor, karena banyaknya kain- kain kotor bergantungan dan barang-barang bekas yang tidak digunakan lagi tapi berserakan di kamar mandi tersebut. Pada bagian dapur tampak sebuah rak piring tergantung pada pojok ruangan ini, tetesan air dari rak piring membuat suasana dapur tampak lembab.

Kondisi rumah dapat saya gambarkan sangat jauh dari kesan bersih, hasil pengamatan menunjukkan banyaknya pakaian-pakaian kotor bergantungan di mana- mana. Hal ini terjadi karena dalam rumah tersebut ada beberapa tali yang direntangkan menjadi gantungan ¯walaupun tidak terlalu panjang¯ sehingga

meninggalkan kesan suasana rumah yang dipenuhi oleh kain-kain kotor yang bergantungan.

Rumah yang mereka tempati memang cukup besar, tetapi ventilasi udara sangat sedikit (tidak sesuai dengan luas rumah), sehingga keadaan rumah tampak

kurang sehat. Hal ini menyebabkan keadaan rumah tampak lembab. Ketika saya meminta izin untuk melihat kondisi kamar masing-masing, ketiga informan tersebut tidak memperkenankannya dengan alasan merasa malu karena kamar mereka berantakan, “maklumlah bu, anak saya masih kecil-kecil, mereka suka bermain di tempat tidur, jadi kamarnya selalu berantakan, ujar ibu Ita”.

4.2.6. Keluarga Ibu Hani

Informasi tentang keluarga Ibu Hani saya peroleh dari Ibu Yani yang merupakan saudara kandung Ibu Hani. Ibu Hani dan seorang anaknya bernama Anto pernah menderita penyakit DBD pada akhir tahun 2008.

Halaman rumah Ibu Hani cukup luas dan dipenuhi oleh beberapa pohon besar juga bunga-bunga yang ditanam di dalam pot. Saya melihat beberapa pot bunga berisi genangan air karena tidak terjadi peresapan air secara sempurna ¯lobang bagian

bawah pot tempat air yang berlebih keluar, telah tertutup oleh tanah-tanah yang mengeras¯. Saya tanyakan kepada ayah Anto apakah pot bunga tersebut selalu

tergenang air seperti saat ini, ayah Anto mengatakan, “memang beberapa pot bunga setiap hujan datang air dalam pot tidak meresap, sehingga untuk beberapa hari air tetap tergenang di permukaan pot tersebut”. Dan, Ayah Anto tidak pernah membuang genangan air tersebut karena ia merasa tidak terlalu penting untuk melakukan hal tersebut.

Ketika saya berada di halaman rumah Ibu Hani, ada banyak nyamuk-nyamuk beterbangan, menurut Anto di halaman rumah mereka memang selalu banyak

nyamuk apalagi jika musim kemarau. Nyamuk-nyamuk itu bukan nyamuk penyebab DBD karena ukuran nyamuknya besar-besar.

Pada halaman samping sebelah kanan rumah ada parit terbuka, parit tersebut sebagai tempat mengalirkan air yang berasal dari atap rumah apabila hujan turun. Parit tersebut disemen, posisinya tampak rata (tidak menurun), sehingga sisa-sisa air berpotensi untuk tergenang. Dan ketika saya melakukan pengamatan pada parit tersebut, ada genangan air di sana sini. Parit tersebut jarang dibersihkan oleh ayah Anto, pembersihan hanya dilakukan ketika ayah Anto lagi rajin atau ’good mood’. Jadi, tidak ada jadwal atau waktu yang tertentu dalam membersihkan parit/saluran air tersebut.

Rumah Ibu Hani berukuran 14x18 meter, rumah terlihat rapi. Tetapi pada bagian pojok teras rumah terlihat tumpukan barang-barang bekas yang tidak terpakai lagi. Menurut Ayah Anto, barang-barang tersebut kadang-kadang masih digunakan sehingga sayang untuk dibuang.

Di kamar Anto tampak banyak pakaian bekas pakai yang digantung pada bagian belakang pintu kamar. Sewaktu ditanyakan mengapa pakaian bekas pakai tersebut digantung, Anto menjelaskan bahwa pakaian-pakaian tersebut belum kotor benar dan masih bisa dipakai sewaktu-waktu, sehingga sayang untuk mencucinya.

Pada bagian belakang rumah keluarga ini ada sebuah kolam ikan yang berisi ikan-ikan nila. Pada sebelah kolam ikan ini ada sebuah bak yang sudah bocor sehingga tidak dapat digunakan sebagai kolam ikan, tetapi pada bagian dasar bak ini

masih ada tersisa air-air yang ternyata berisi jentik-jentik nyamuk. Menurut Bapak Anto, bak yang kosong ini tidak pernah dibersihkan karena tidak lagi digunakan.

BAB 5

PERILAKU KELUARGA DALAM PENCEGAHAN DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD)

Penyakit DBD merupakan salah satu penyakit yang dapat menimbulkan kekhawatiran masyarakat karena perjalanan penyakitnya yang cepat dan dapat menyebabkan kematian dalam waktu yang singkat. Sampai saat ini, penyakit ini merupakan penyakit menular yang sering menimbulkan Kejadian Luar Biasa (KLB) di Indonesia.

Sudah banyak program yang dilaksanakan oleh pemerintah dalam upaya pencegahan DBD, beberapa di antaranya adalah penyuluhan/sosialisasi program

‘3M’, penyemprotan/pengasapan, pembagian abate, dan pelaksanaan gotong royong

membersihkan lingkungan. Namun sampai saat ini penyakit DBD belum dapat ditanggulangi secara tuntas, penderita-penderita DBD masih tetap ada mengisi ruang- ruang perawatan di rumah sakit, bahkan ada yang meninggal karena keterlambatan pemberian pertolongan.

Penyakit DBD tidak akan dapat diberantas jika hanya mengandalkan peran petugas kesehatan. Keterlibatan masyarakat yang tinggi sangat membantu dalam pencegahan penyakit DBD. Namun, ternyata masyarakat masih memiliki pengetahuan, sikap dan tindakan yang berbeda-beda dalam upaya pencegahan penyakit DBD.

Dokumen terkait