• Tidak ada hasil yang ditemukan

EINJAUAN PUSEAKA

2.1 Landasan Eeori .1 Pasar Modal

2.1.2.4 Peringkat Obligasi ( Bond Rating )

Dalam rangka melakukan investasi obligasi, ada acuan yang akan membantu para investor dalam menganalisa keputusan untuk berinvestasi terhadap perusahaan yang menerbitkan obligasi. Acuan ini digambarkan dalam bentuk peringkat obligasi atau bisa disebut dengan penilaian terhadap obligasi suatu perusahaan. Darmadji dan Hendy (2006:18) mengatakan bahwa, agar investor memiliki gambaran tingkat risiko ketidakmampuan perusahaan dalam membayar kupon maupun mengembalikan pokok obligasi, dikenal suatu tingkat yang menggambarkan kemampuan bayar perusahaan penerbit obligasi, tingkat kemampuan dalam membayar kewajiban tersebut dikenal dengan istilah peringkat obligasi (bond rating). Maka dari itu, jika seorang investor memiliki keinginan melakukan investasi kedalam bentuk obligasi, maka investor tersebut harus memperhatikan peringkat obligasi sebagai salah satu bentuk informasi sebelum memutuskan berinvestasi dalam bentuk obligasi.

Peringkat obligasi (bond rating) merupakan skala resiko dari semua obligasi yang diperdagangkan sehingga menunjukkan tingkat aman suatu investasi obligasi bagi investor. Tingkat aman dalam berinvestasi dapat ditunjukkan dari kemampuan perusahaan dalam membayar bunga dan pelunasan pokok pinjaman.

Untuk itu, dalam menentukan skala peringkat tersebut, diperlukan variabel-variabel yang mempengaruhi obligasi, kemudian dihitung. Dari perhitungan tersebut ditemukan standar untuk mendapatkan peringkat tertentu (Lubis, 2008:201).

Saat suatu perusahaan (emiten) akan menerbitkan obligasi ataupun surat utang lainnya, sesuai dengan peraturan yang telah ditetapkan pasar modal bahwasanya obligasi yang akan diterbitkan harus terlebih dahulu diperingkat oleh suatu lembaga independen yang bergerak sebagai pemeringkat efek. Lembaga pemeringkat efek dapat membantu perkembangan pasar modal dengan menerbitkan data statistik yang independen serta akurat mengenai efek yang tercatat di bursa efek dalam bentuk data elektronis yang sesuai dengan kebutuhan para pelaku serta analis pasar modal. Lembaga pemeringkat efek juga dapat berperan penting dalam rangka memajukan pasar sekuritas yang memberikan penghasilan tetap (fixed-income securuities) (Suta, 2003:201).

Menurut Brigham dan Houston (2010:300) terdapat faktor-faktor yang dapat mempengaruhi peringkat obligasi (bond rating), yaitu:

1. Rasio keuangan suatu perusahaan yang baik. Jika semakin baik rasio keuangan suatu perusahaan maka akan semakin tinggi peringkat obligasinya. 2. Ketentuan hipotek. Jika obligasi dijamin dengan hipotek maka obligasi

tersebut memiliki nilai yang relatif tinggi terhadap jumlah utang yang diobligasikan, dan peringkatnya pun akan meningkat.

3. Ketentuan subornasi. Apabila obligasi di subornasikan ke hutang lain maka obligasi tersebut akan diberi peringkat yang seharusnya diberikan jika tidak disubornasikan.

4. Ketentuan jaminan. Jika utang suatu perusahaan lemah dijamin oleh

perusahaan yang kuat (biasanya kondisi lemah ini terjadi pada induk perusahaan), maka obligasinya akan diberikan peringkat yang sama dengan perusahaan yang kuat.

5. Dana pelunasan. Apabila obligasi memiliki dana pelunasan maka hal ini akan menjadi nilai tambah di mata lembaga pemeringkat.

6. Jatuh tempo. Obligasi dengan waktu jatuh tempo yang lebih singkat dinilai kurang berisiko dibandingkan obligasi dengan jangka waktu yang lebih panjang, dan hal ini akan mempengaruhi peringkatnya.

7. Stabilitas laba dan penjualan emiten.

8. Regulasi atau peraturan yang berkaitan dengan industri emiten.

9. Antitrust yang berkaitan dengan gugatan yang ditujukan pada perusahaan.

10. Operasi di luar negeri.

11. Faktor lingkungan hidup dan tanggung jawab produk. 12. Kewajiban atas produk.

13. Kewajiban pensiun.

14. Masalah ketenagakerjaan yang berpotensi muncul di masa mendatang yang dapat memperlemah posisi perusahaan.

15. Kebijakan akuntansi. Jika kebijakan akuntansi suatu perusahaan dan laba yang dilaporkannya menjadi dipertanyakan, maka hal ini akan memberikan dampak negatif pada peringkat obligasinya.

Peringkat obligasi dikeluarkan oleh lembaga yang secara khusus bertugas memberikan peringkat atas semua obligasi yang diterbitkan perusahaan. Hal ini bertujuan agar investor dapat mengukur atau memperkirakan seberapa besar risiko yang akan diterima dengan membeli obligasi (Darmadji dan Hendy, 2006:18).

Berdasarkan Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 13/31/DPNP Tanggal 22 Desember 2011 perihal Lembaga Pemeringkat dan Peringkat yang diakui Bank Indonesia, terdapat tiga lembaga pemeringkat di Indonesia, yaitu PT Fitch Ratings Indonesia, PT ICRA Indonesia, dan PT Pemeringkat Efek Indonesia (PEFINDO). Penelitian ini mengacu pada lembaga pemeringkat PT PEFINDO dikarenakan PEFINDO merupakan lembaga pemeringkat tertua di Indonesia yang telah berdiri sejak tahun 1993 serta telah melakukan pemeringkatan terhadap lebih dari 500 perusahaan dan pemerintah daerah. PEFINDO merupakan lembaga pemeringkat pertama di Indonesia yang didirikan atas inisiatif BAPEPAM dan Bank Indonesia serta merupakan suatu lembaga penunjang pasar modal di Indonesia. Sejak Tahun 1996, PEFINDO telah melakukan kerja sama dengan salah satu perusahaan pemeringkat global yaitu Standard & Poor’s (S&P). PEFINDO juga merupakan lembaga pemeringkat satu-satunya di Indonesia yang memiliki default data dan

Eabel 2.1

Definisi Peringkat Obligasi (Bond Rating)PE PEFINDO

Peringkat Arti

IdAAA

Sekuritas utang dengan peringkat idAAA merupakan peringkat tertinggi yang diberikan oleh PEFINDO. Kapasitas obligor adalah superior relatif dibanding obligor Indonesia lainnya dalam memenuhi kewajiban keuangan jangka panjangnya yang sesuai dengan perjanjian.

IdAA

Sekuritas utang dengan peringkat idAA hanya memiliki perbedaan yang tipis dengan kualitas kreditnya yang sedikit berada dibawah peringkat tertinggi karena memiliki kapasitas obligor yang relatif sangat kuat

dalam memenuhi kewajiban keuangan jangka panjangnya yang sesuai dengan perjanjian, relatif dibanding dengan obligor Indonesia lainnya.

IdA

Sekuritas utang dengan peringkat idA menunjukkan kapasitas obligor yang

kuat dalam memenuhi kewajiban keuangan jangka panjangnya yang sesuai dengan perjanjian dibanding obligor Indonesia lainnya. Namun, sekuritas utang lebih rentan terhadap perubahan situasi dan kondisi ekonomi yang merugikan.

IdBBB

Sekuritas utang dengan peringkat idBBB menunjukkan kapasitas obligor yang memadai dalam memenuhi kewajiban keuangan jangka panjangnya yang sesuai dengan perjanjian dibanding dengan obligor Indonesia lainnya. Namun, perubahan kondisi ekonomi dapat memperlemah kapasitas obligor tersebut dalam memenuhi kewajiban keuangannya.

IdBB

Sekuritas utang dengan peringkat idBB menunjukkan kapasitas obligor yang agak lemah dibanding dengan obligor Indonesia lainnya dalam memenuhi kewajiban keuangan jangka panjangnya yang sesuai dengan perjanjian. Obligor dihadapkan pada situasi dan kondisi keuangan, perekonomian serta bisnis yang tidak menentu yang dapat mempengaruhi kapasitas obligor dalam memenuhi kewajiban jangka panjangnya.

IdB

Sekuritas utang dengan peringkat idB menunjukkan kapasitas obligor yang

lemah dalam memenuhi kewajiban keuangan jangka panjangnya dibanding dengan obligor Indonesia lainnya yang sesuai dengan perjanjian. Namun, adanya perubahan kondisi keuangan, kondisi perekonomian, ataupun kemungkinan kerugian dalam bisnis akan memperburuk kapasitas obligor tersebut dalam memenuhi kewajiban keuangannya.

IdCCC

Sekuritas utang dengan peringkat idCCC menunjukkan keadaan obligor yang rentan dalam memenuhi kewajiban keuangan jangka panjangnya dan hanya dapat bergantung pada keadaan bisnis dan kondisi keuangan yang membaik dalam memenuhi kewajiban jangka panjangnya tersebut.

IdD

Sekuritas utang dengan peringkat idD menunjukkan keadaan bahwa sekuritas utang tersebut telah gagal bayar ataupun perusahaan penerbit yang sudah berhenti berusaha.

Hasil peringkat dari idAA sampai idB dapat ditambahkan tanda plus(+)

ataupun minus(-) yang dapat menunjukan relatif kekuatan obligor dalam suatu kategori peringkat.

Zubir (2014:11) mengungkapkan bahwa obligasi perusahaan dengan

peringkat AAA, AA, A, BBB dinyatakan sebagai investment grade bonds

sedangkan peringkat BB dan B diklasifikasikan sebagai speculative bond, dan peringkat CCC dan D dinyatakan sebagai non-investment grade atau bisa disebut juga dengan high-yield bonds karena obligasi tersebut memberikan imbal hasil

(yield) yang tinggi tetapi juga memiliki potensi default risk yang besar.

Perubahan kemampuan perusahaan penerbit (bond issuer) dalam melunasi kewajibannya dapat disebabkan oleh bencana alam atau kecelakaan industri

(industrial accident) ataupun adanya perubahan peraturan serta pengambil-alihan

(takeover) atau restrukturisasi perusahaan. Risiko ini disebut dengan risiko

peristiwa (event risk) dan dapat menyebabkan menurunnya peringkat obligasi perusahaan penerbit (Fabozzi, 2000:518).

Dokumen terkait