• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori

2.1.3 Peringkat Obligasi (Bond Rating)

Dalam rangka melakukan investasi obligasi, ada acuan yang akan membantu para investor dalam menganalisa keputusan untuk berinvestasi terhadap perusahaan yang menerbitkan obligasi. Acuan ini digambarkan dalam bentuk peringkat obligasi atau bisa disebut dengan penilaian terhadap obligasi suatu perusahaan.

(Darmadji, 2006) mengatakan bahwa agar investor memiliki gambaran tingkat risiko ketidakmampuan perusahaan dalam membayar kupon maupun mengembalikan pokok obligasi, dikenal suatu tingkat yang menggambarkan kemampuan bayar perusahaan penerbit obligasi, tingkat kemampuan dalam membayar kewajiban tersebut dikenal dengan istilah peringkat obligasi (bond rating). Maka dari itu, jika seorang investor memiliki keinginan melakukan investasi kedalam bentuk obligasi, maka

investor tersebut harus memperhatikan peringkat obligasi sebagai salah satu bentuk informasi sebelum memutuskan berinvestasi dalam bentuk obligasi.

Peringkat Obligasi (bond rating) merupakan skala risiko dari semua obligasi yang diperdagangkan sehingga menunjukkan tingkat aman suatu investasi obligasi bagi investor. Tingkat aman dalam berinvestasi dapat ditunjukkan dari kemampuan perusahaan dalam membayar bunga dan pelunasan pokok pinjaman. Untuk itu, dalam menentukan skala peringkat obligasi tersebut, diperlukan variabel-variabel yang mempengaruhi obligasi, kemudian dihitung. Dari perhitungan tersebut ditemukan standar untuk mendapatkan peringkat tertentu (Brigham, 2010).

Menurut Brigham dan Houston (2010) terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi peringkat obligasi (bond rating), yaitu:

1. Rasio keuangan suatu perusahaan yang baik. Jika semakin baik rasio keuangan suatu perusahaan maka akan semakin tinggi peringkat obligasinya.

2. Ketentuan hipotek. Jika obligasi dijamin dengan hipotek maka obligasi tersebut memiliki nilai yang relatif tinggi terhadap jumlah utang yang diobligasikan,dan peringkatnya pun akan meningkat.

3. Ketentuan subornasi. Apabila obligasi disubornasikan ke hutang lain maka obligasi tersebut akan diberi peringkat yang seharusnya diberikan jika tidak disubornasikan.

4. Ketentuan jaminan. Jika utang suatu perusahaan lemah dijamin oleh perusahaan yang kuat (biasanya kondisi lemah ini terjadi pada induk perusahaan), maka obligasinya akan diberikan peringkat yang sama oleh perusahaan yang kuat.

5. Dana pelunasan. Apabila obligasi memiliki dana pelunasan maka hal ini akan menjadi nilai tambah dimata lembaga pemeringkat.

6. Jatuh tempo. Obligasi dengan waktu jatuh tempo yang lebih singkat dinilai kurang berisiko dibandingkan dengan obligasi dengan jangka waktu yang lebih panjang dan hal ini akan mempengaruhi peringkatnya.

7. Stabilitas laba dan penjualan emiten.

8. Regulasi atau peraturan yang berkaitan dengan industri emiten.

9. Anti trust yang berkaitan dengan gugatan yang ditujukan pada perusahaan. 10. Operasi diluar negeri.

11. Faktor lingkungan hidup dan tanggung jawab produk. 12. Kewajiban atas produk.

13. Kewajiban pension.

14. Masalah ketenagakerjaan yang berpotensi muncul dimasa yang akan datang yang dapat memperlemah posisi perusahaan.

15. Kebijakan akuntansi.

Peringkat obligasi dikeluarkan oleh lembaga yang secara khusus bertugas memberikan peringkat atas semua obligasi yang diterbitkan oleh perusahaan. Hal ini bertujuan agar investor dapat mengukur atau memperkirakan seberapa besar risiko yang diterima dengan membeli obligasi (Brigham, 2010).

Berdasarkan surat edaran Bank Indonesia 13/31/DPNP Tanggal 22 Desember 2011 perihal Lembaga Pemeringkat dan Peringkat yang diakui Bank Indonesia, terdapat tiga lembaga pemeringkat di Indonesia yaitu PT Fitch Ratings Indonesia, PT ICRA

Indonesia, dan PT Pemeringkat Efek Indonesia (PEFINDO). Penelitian ini mengacu pada lembaga pemeringkat PT PEFINDO dikarenakan PEFINDO merupakan lembaga pemeringkat tertua di Indonesia yang telah berdiri sejak tahun 1993 serta telah melakukan pemeringkatan terhadap lebih dari 500 perusahaan dan pemerintah daerah.

PEFINDO merupakan lembaga pemeringkat pertama di Indonesia yang didirikan atas inisiatif BAPEPAM dan Bank Indonesia serta merupakan suatu lembaga penunjang pasar modal di Indonesia. Sejak tahun 1996, PEFINDO telah melakukan kerja sama dengan salah satu perusahaan pemeringkat global yaitu Standard Poor’s (S&P). PEFINDO juga merupakan lembaga pemeringkat satu-satunya di Indonesia yang memiliki default data dan default study yang dapat digunakan perusahaan termasuk Bank Indonesia.

Table 2.1

Defenisi Peringkat Obligasi (Bond Rating) PT PEFINDO

Peringkat Arti

IdAAA

Sekuritas utang dengan peringkat idAAA merupakan peringkat tertinggi yang diberikan oleh PEFINDO. Kapasitas obligor superior relatif dibanding obligor Indonesia lainnya dalam memenuhi kewajiban keuangan jangka panjangnya yang sesuai dengan perjanjian.

IdAA

Sekuritas utang dengan peringkat idAA hanya memiliki perbedaan yang tipis dengan kualitas kreditnya yang sedikit berada dibawah peringkat tertinggi karena memiliki kapasitas obligor yang relatif sangat kuat dalam memenuhi kewajiban keuangan jangka panjangnya yang sesuai dengan perjanjian, relatif dibanding dengan obligor Indonesia lainnya.

IdA

Sekuritas utang dengan peringkat idA menunjukkan kapasitas obligor yang kuat dalam memenuhi kewajiban keuangan jangka panjangnya yang sesuai dengan perjanjian dibanding obligor Indonesia lainnya. Namun, sekuritas utang lebih rentan terhadap perubahan situasi dan ekonomi yang merugikan.

IdBBB

Sekuritas utang dengan peringkat idBBB menunjukkan kapasitas obligor yang memadai dalam memenuhi kewajiban keuangan jangka panjangnya yang sesuai dengan perjanjian dengan obligor Indonesia lainnya. Namun, perubahan kondisi ekonomi dapat memperlemah kapasitas obligor tersebut dalam memenuhi kewajiban keuangannya.

IdBB

Sekuritas utang dengan peringkat idBB menunjukkan kapasitas obligor yang agak lemah dibanding dengan obligor Indonesia lainnya dalam memenuhi kewajiban keuangan jangka panjangnya yang sesuai dengan perjanjian. Obligor dihadapkan pada situasi dan kondisi keuangan, perekonomian serta bisnis yang tidak menentu yang dapat mempengaruhi kapasitas obligor dalam memenuhi kewajiban jangka panjangnya.

IdB

Sekuritas utang dengan peringkat idB menunjukkan kapasitas obligor yang lemah

dalam memenuhi kewajiban keuangan jangka panjangnya dibanding dengan obligor Indonesia lainnya yang sesuai dengan perjanjian. Namun, adanya perubahan kondisi

keuangan, kondisi perekonomian, ataupun kemungkinan kerugian dalam bisnis akan memperburuk kapasitas obligor tersebut dalam memenuhi kewajiban keuangannya.

IdB

Sekuritas utang dengan peringkat idB menunjukkan kapasitas obligor yang lemah

dalam memenuhi kewajiban keuangan jangka panjangnya dibanding dengan obligor Indonesia lainnya yang sesuai dengan perjanjian. Namun, adanya perubahan kondisi keuangan, kondisi perekonomian, ataupun kemungkinan kerugian dalam bisnis akan memperburuk kapasitas obligor tersebut dalam memenuhi kewajiban keuangannya.

Lanjutan Tabel 2.1

IdCCC

Sekuritas utang dengan peringkat idCCC menunjukkan keadaan obligor yang

rentan dalam memenuhi kewajiban keuangan jangka panjangnya dan hanya dapat bergantung pada keadaan bisnis dan kondisi keuangan yang membaik dalam memenuhi kewajiban jangka panjangnya tersebut.

IdD

Sekuritas utang dengan peringkat idD menunjukkan keadaan bahwa sekuritas utang tersebut telah gagal bayar ataupun perusahaan penerbit yang sudah berhenti berusaha. Hasil peringkat dari idAA sampai idB dapat ditambahkan tanda plus(+) ataupun minus(-) yang dapat menunjukan relatif kekuatan obligor dalam suatu kategori peringkat.

Sumber:

Pefindo menyatakan peringkat obligasi suatu perusahaan dengan investment grade (AAA,AA,A,dan BBB) berarti pefindo menganggap kinerja perusahaan tersebut baik. Informasi tersebut akan direspon oleh investor dengan cara mengalokasikan dananya keperusahaan karena investor menganggap perusahaan tersebut dapat meningkatkan kesejahteraannya. Dan pefindo menyatakan suatu obligasi tersebut non investment

grade (BB,B,CCC dan D) berarti pefindo menganggap kinerja perusahaan tersebut

mengalami penurunan. Jika terjadi penurunan peringkat obligasi maka investor tidak akan tertarik menginvestasikan dananya pada perusahaan tersebut atau bahkan akan menjual saham yang dimiliki.

Perubahan kemampuan perusahaan penerbit (bond issuer) dalam melunasi kewajibannya dapat disebabkan oleh bencana alam atau kecelakaan industry (industrial

accident) ataupun adanya perubahan peraturan serta pengambil-alihan (takeover) atau

dapat menyebabkan menurunnya peringkat obligasi perusahaan penerbit (Syahyunan, 2015).

Dokumen terkait