Lampiran 1
Daftar Sampel Perusahaan Manufaktur
No Kode Nama Perusahaan
1 INDF Indofood Sukses Makmur Tbk.
2 GGRM Gudang Garam Tbk.
3 KLBF Kalbe Farma Tbk.
4 KAEF Kimia Farma Tbk.
5 MYOR Mayora Indah Tbk.
6 AUTO Astra Otoparts Tbk.
7 JPFA JAPFA Comfeed Indonesia Tbk.
8 STTP Siantar Top Tbk.
9 AISA Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk.
Lampiran 2
Data Variabel Perusahaan Manufaktur Periode 2011-2015
2012 0.098 1.301 0.548 16.210 0.326 0.050 13 3.1 Analisis Statistik Deskriptif
Bond Rating ROA DER CR Size Growth Produktivity
Mean 14,50000 0,085432 0,894295 0,549841 19,22277 0,206386 0,097409 Maximum 17,00000 0,188000 1,974000 1,003000 30,24800 0,854000 0,245000 Minimum 12,00000 0,023000 0,252000 0,270000 0,046000 -0,003000 0,000000 Std. Deviasi 1,562645 0,041527 0,472772 0,183701 9,121037 0,156367 0,065090
Observatio 45 45 45 45 45 45 45
Sumber: Hasil Penelitian, 2017 (Data Diolah)
3.2 Uji Asumsi Klasik 3.2.1 Uji Normalitas
-0.15 -0.10 -0.05 0.00 0.05 0.10 0.15 0.20 0.25
Sumber: Hasil Penelitian, 2017 (Data Diolah)
3.2. 2 Uji Multikolinearitas
ROA DER CR Firm Size Growth Produktivity
1,000000 0,583772 0,512459 0,224782 -0,124733
CR
-0,542393
0,583772 1,000000 0,686909 -0,014658
-0,403145
Firm Size -0,433531
0,512459 0,686909 1,000000 0,060055 -0,301144
Growth 0,200486 0,224782 -0,014658
0,060055 1,000000 0,316155
Produktivity 0,778665 -0,124733 Sumber: Hasil Penelitian, 2017 (Data Diolah)
3.2.3 Uji Autokorelasi
Sumber: Hasil Penelitian, 2017 (Data Diolah)
3.2.4 Uji Heteroskedastisitas
Sumber: Hasil Penelitian, 2017 (Data Diolah)
R-squared
0.108438 Mean dependent var
-4.04E-16
Adjusted R-squared
-0.127564 S.D. dependent var
0.018688
S.E. of regression
0.019844 Akaike info criterion
-4.805102
Sum squared resid
0.013389 Schwarz criterion
-4.399605
Log likelihood
115.7122 Hannan-Quinn criter.
-4.654724
F-statistic
0.459480 Durbin-Watson stat
2.072636
Prob(F-statistic)
0.891268
Heteroskedasticity Test: White
F-statistic 1.858089 Prob. F(6,38) 0.1137
3.3 Pemilihan Model Data Panel 3.3.1 Uji Chow
Sumber: Hasil Penelitian, 2017 (Data Diolah) Redundant Fixed Effects Tes ts
Pool: DATAPANEL_DEBI Tes t cros s -s ection fixed effects
Effects Tes t Statis tic d.f. Prob.
Cros s -s ection F 1.885031 (8,30) 0.0998
Cros s -s ection Chi-s quare 18.326110 8 0.0189
Cros s -s ection fixed effects tes t equation: Dependent Variable: BOND_RATING? Method: Panel Leas t Squares
Date: 03/18/17 Tim e: 12:50 Sam ple: 2011 2015
Included obs ervations : 5 Cros s -s ections included: 9
Total pool (balanced) obs ervations : 45
Variable Coefficient Std. Error t-Statis tic Prob.
ROA? -0.356105 0.144159 -2.470225 0.0181
DER? -0.110846 0.204349 -0.542438 0.5907
CR? 0.043385 0.212638 0.204031 0.8394
FIRM_SIZE? 0.042779 0.055166 0.775449 0.4429
GROWTH? 0.319822 0.049175 6.503760 0.0000
PRODUKTIVITY? -0.685898 0.472232 -1.452460 0.1546
C 3.612554 1.195383 3.022088 0.0045
R-s quared 0.731474 Mean dependent var 2.592530
Adjus ted R-s quared 0.689076 S.D. dependent var 0.511468 S.E. of regres s ion 0.285198 Akaike info criterion 0.470768 Sum s quared res id 3.090837 Schwarz criterion 0.751804 Log likelihood -3.592272 Hannan-Quinn criter. 0.575535
F-s tatis tic 17.25225 Durbin-Wats on s tat 1.859948
3.3.2 Uji Hausman
Sumber: Hasil Penelitian, 2017 (Data Diolah) Correlated Random Effects - Haus m an Tes t Pool: DATAPANEL_DEBI
Tes t cros s -s ection random effects
Tes t Sum m ary Chi-Sq. Statis tic Chi-Sq. d.f. Prob.
Cros s -s ection random 13.767567 6 0.0323
** WARNING: es tim ated cros s -s ection random effects variance is zero.
Cros s -s ection random effects tes t com paris ons :
Variable Fixed Random Var(Diff.) Prob.
ROA? 0.399699 -0.356105 0.110169 0.0228 DER? -0.305376 -0.110846 0.089234 0.5149
CR? 0.835040 0.043385 0.231671 0.1000
FIRM_SIZE? 0.075624 0.042779 0.001626 0.4153 GROWTH? 0.240939 0.319822 0.001457 0.0387 PRODUKTIVITY? -0.321747 -0.685898 6.048692 0.8823
Cros s -s ection random effects tes t equation: Dependent Variable: BOND_RATING? Method: Panel Leas t Squares
Date: 03/18/17 Tim e: 12:51 Sam ple: 2011 2015
Included obs ervations : 5 Cros s -s ections included: 9
Total pool (balanced) obs ervations : 45
Variable Coefficient Std. Error t-Statis tic Prob.
C 0.178101 6.684593 0.026644 0.9789
ROA? 0.399699 0.357332 1.118564 0.2722 DER? -0.305376 0.352752 -0.865698 0.3935
CR? 0.835040 0.519408 1.607677 0.1184
FIRM_SIZE? 0.075624 0.064739 1.168127 0.2520 GROWTH? 0.240939 0.059118 4.075541 0.0003 PRODUKTIVITY? -0.321747 2.497333 -0.128836 0.8983
Effects Specification
Cros s -s ection fixed (dum m y variables )
3.4 Regresi Data Panel Berganda
Sumber: Hasil Penelitian, 2017 (Data Diolah) Dependent Variable: BOND_RATING? Method: Pooled Leas t Squares
Date: 03/18/17 Tim e: 12:47 Sam ple: 2011 2015
Included obs ervations : 5 Cros s -s ections included: 9
Total pool (balanced) obs ervations : 45
Variable Coefficient Std. Error t-Statis tic Prob.
ROA? -0.356105 0.144159 -2.470225 0.0181
DER? -0.110846 0.204349 -0.542438 0.5907
CR? 0.043385 0.212638 0.204031 0.8394
FIRM_SIZE? 0.042779 0.055166 0.775449 0.4429
GROWTH? 0.319822 0.049175 6.503760 0.0000
PRODUKTIVITY? -0.685898 0.472232 -1.452460 0.1546
C 3.612554 1.195383 3.022088 0.0045
R-s quared 0.731474 Mean dependent var 2.592530
Adjus ted R-s quared 0.689076 S.D. dependent var 0.511468 S.E. of regres s ion 0.285198 Akaike info criterion 0.470768 Sum s quared res id 3.090837 Schwarz criterion 0.751804
Log likelihood -3.592272 Hannan-Quinn criter. 0.575535
F-s tatis tic 17.25225 Durbin-Wats on s tat 1.859948
3.5 Nilai Statistik dari Uji F, Uji t dan Koefisien Determinasi
Dependent Variable: BOND_RATING? Method: Pooled Leas t Squares
Date: 03/18/17 Tim e: 12:47 Sam ple: 2011 2015
Included obs ervations : 5 Cros s -s ections included: 9
Total pool (balanced) obs ervations : 45
Variable Coefficient Std. Error t-Statis tic Prob.
ROA? -0.356105 0.144159 -2.470225 0.0181
DER? -0.110846 0.204349 -0.542438 0.5907
CR? 0.043385 0.212638 0.204031 0.8394
FIRM_SIZE? 0.042779 0.055166 0.775449 0.4429
GROWTH? 0.319822 0.049175 6.503760 0.0000
PRODUKTIVITY? -0.685898 0.472232 -1.452460 0.1546
C 3.612554 1.195383 3.022088 0.0045
R-s quared 0.731474 Mean dependent var 2.592530
Adjus ted R-s quared 0.689076 S.D. dependent var 0.511468 S.E. of regres s ion 0.285198 Akaike info criterion 0.470768 Sum s quared res id 3.090837 Schwarz criterion 0.751804 Log likelihood -3.592272 Hannan-Quinn criter. 0.575535
F-s tatis tic 17.25225 Durbin-Wats on s tat 1.859948
DAFTAR PUSTAKA
Adams, M. B. (2000). The Determinants Of Credit Rating in United Kingdom Insurance Industry. Journal of Finance .
Adrian, N. (2011). Analisa faktor-faktor yang Mempengaruhi Peringkat Obligasi Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Skripsi
Manajemen, Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro, Semarang .
Andry, W. (2005). Analisa faktor-faktor Yang Mempengaruhi Prediksi Peringkat Obligasi. Jurnal Buletin Ekonomi Moneter dan Perbankan , 232-250.
Brigham, E. F. (2010). Manajemen Keuangan, Buku II. Edisi Kedelapan. Jakarta: Erlangga.
Darmadji, T. (2006). Pasar Modal Indonesia. Edisi Kedua. Jakarta: PT Salemba Empat.
Ghozali, I. (2013). Apllikasi Analisis Multivariate Dengan Program IMB SPSS 21 Up
Date PLS Regresi. Semarang. Universitas Diponegoro.
Gumanti, T. A. (2011). Manajemen Investasi: Konsep Teori dan Aplikasi. Edisi
Pertama. Jakarta: Mitra Wacana Media.
Keown, A. J. (2011). Manajemen Keuangan: Prinsip dan Penerapan, Edisi Kesepuluh,
Jilid 1. Jakarta: Indeks.
Purwaningsih, A. (2011). Pemilihan Rasio Keuangan Terbaik untuk Memprediksi Peringkat Obligasi: Studi Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEJ.
Jurnal Kinerja, Volume 12 Nomor 1 , 85-99.
Ross, S. A. (2004). Corporate Finance Fundamentals. Seventh Edition. New York: McGraw-Hill.
Syahyunan. (2015). Manajemen Keuangan. Perencanaan, Analisis, dan Pengendalian
Keuangan. Medan: USU Press, Medan.
Tandelilin, E. (2010). Portofolio dan Investasi: Teori dan Aplikasi. Edisi Pertama. Yogyakarta: Kanisius.
Pada Perusahaan Keuangan Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Simposium
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian asosiatif, yaitu penelitian yang
bertujuan untuk mengetahui hubungan antara variabel independen dengan variabel
dependen.
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Bursa Efek Indonesia pada perusahaan Manufaktur
melalui media internet dengan situs
penelitian ini dilakukan mulai bulan Februari 2017 sampai dengan bulan April 2017.
3.3 Batasan Operasional Variabel
Batasan Operasional ditujukan agar peneliti dapat lebih fokus dalam melakukan
pengamatan. Keterbatasan teori-teori untuk menghindari kesimpangsiuran dalam
membahas dan menganalisis permasalahan. Batasan operasional dalam penelitian ini
adalah:
1. Variabel yang digunakan pada penelitian ini terdiri dari dua bagian, yaitu:
a. Variabel Dependen, yaitu bond rating
b. Variabel Independen, yaitu profitability, leverage, liquidity, firm size,
2. Perusahaan yang menjadi sampel pada penelitian ini adalah perusahaan
manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dan menerbitkan peringkat
obligasi yang diperingkat oleh PEFINDO periode 2011-2015.
3. Data yang digunakan adalah data laporan keuangan masing-masing perusahaan
periode 2011-2015 yang diperoleh dari situsserta data peringkat
obligasi (bond rating) yang diperoleh dari situs
3.4 Defenisi Operasional Variabel
Untuk memahami variabel-variabel dan memberikan gambaran yang jelas dalam
pelaksanaan penelitian, diberikan defenisi variabel-variabel yang akan diteliti dalam
penelitian yaitu profitabilitas, leverage, likuiditas, ukuran perusahaan, umur obligasi,
pertumbuhan, produktivitas dan jaminan (X1,X2,X3,X4,X5, dan X6
3.4.1 Variabel Dependen
) sebagai variabel
bebas (independent variable) dan peringkat obligasi (Y) sebagai variabel terikat
(dependent variable).
Variabel dependen adalah variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat,
karena adanya variabel bebas. Variabel Dependen pada penelitian ini adalah:
1. Peringkat obligasi (Y)
Peringkat obligasi merupakan peringkat yang menyatakan mutu obligasi yang
mencerminkan kemungkinan gagal bayar yang disebut dengan risiko kredit. Suatu
peringkat obligasi dikatakan naik apabila peringkat obligasi pada periode saat ini lebih
tinggi dari peringkat obligasi pada periode sebelumnya. Peringkat obligasi dikatakan
obligasi pada periode sebelumnya. Agar dapat dilakukan pengolahan data dalam
penelitian ini, maka penilaian dalam bentuk huruf akan di konversikan kedalam bentuk
angka. Semakin tinggi nilai huruf pada peringkat, maka akan semakin tinggi nilai angka
yang diberikan. Konversi penilaian tersebut dapat dilihat pada Tabel 3.1 berikut ini:
Tabel 3.1 Konversi Nilai Rating
Rating Nilai Rating Nilai Rating Nilai
AAA 18 A- 12 BB- 6
AA+ 17 BBB+ 11 B+ 5
AA 16 BBB 10 B 4
AA- 15 BBB- 9 B- 3
A+ 14 BB+ 8 CCC 2
A 13 BB 7 D 1
3.4.2 Variabel Independen
Variabel independen adalah variabel yang menjadi sebab timbulnya atau
berubahnya variabel dependen (variabel terikat). Variabel Independen pada
penelitian ini adalah:
1. Profitabilitas (X1
Profitabilitas merupakan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dalam
hubungannya dengan penjualan, aset dan modal sendiri. Variabel profitabilitas yang
digunakan dalam penelitian ini adalah Return on Asset (ROA). Rumus untuk
mengetahui nilai ROA adalah:
)
Aset Total
Bersih Laba
2. Leverage (X2
Rasio leverage digunakan untuk mengetahui kemampuan perusahaan dalam
mendanai kegiatan usahanya apakah lebih banyak menggunakan utang atau ekuitas.
Untuk menilai leverage, penelitian ini menggunakan rasio Debt to Equity Ratio (DER).
Rumus untuk mengetahui DER adalah:
)
Likuiditas merupakan kemampuan perusahaan dalam melunasi kewajiban jangka
pendek perusahaan. Variabel likuiditas dalam penelitian ini diproksikan dengan Current
Ratio (CR). Rumus untuk mengetahui CR adalah:
)
4. Ukuran Perusahaan (X4
Firm size atau ukuran perusahaan dapat diukur menggunakan total aset, penjualan
ataupun ekuitas. Pada penelitian ini menggunakan total aset, hal ini dikarenakan ukuran
perusahaan dapat diwakilkan oleh kekayaan perusahaan. Karena nilai total aset yang
sangat besar, maka variabel firm size akan disesuaikan dengan menggunakan logaritma
natural dari total aset, rumusnya sebagai berikut:
)
5. Pertumbuhan (X5)
Pertumbuhan menunjukkan pertumbuhan aset dimana aset merupakan aktiva yang
digunakan untuk aktivitas operasional perusahaan. Pertumbuhan dapat dirumuskan
sebagai berikut:
6. Produktivitas (X6
Rasio produktivitas mengukur seberapa efektif perusahaan menggunakan sumber
dana yang dimilikinya. Perusahaan yang poduktivitasnya tinggi memperlihatkan bahwa
perusahaan mampu menghasilkan laba yang lebih tinggi dibandingkan dengan
perusahaan yang produktivitasnya rendah.
)
No Variabel Definisi Indikator Skala Ukur
1 Peringkat
2 Profitabilitas
No Variabel Definisi Indikator Skala Ukur
(X4
No Variabel Definisi Indikator Skala Ukur
6 Pertumbuh
3.5 Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di
Bursa Efek indonesia (BEI) pada tahun 2011-2015. Pemilihan sampel pada penelitian
ini adalah menggunakan metode purposive sampling. Purposive sampling adalah teknik
penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu. Kriteria pemilihan sampel dalam
1. Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2011 sampai
2015.
2. Perusahaan Manufaktur yang memiliki laporan Keuangan yang lengkap yang di
audit selama tahun 2011 sampai 2015.
3. Perusahaan yang memiliki obligasi dan diperingkat oleh Pemeringkat Efek
Indonesia (PT PEFINDO) periode 2011-2015.
Tabel 3.3
Jumlah Sampel Berdasarkan Kriteria Pemilihan Sampel
No Kriteria Pemilihan Sampel Jumlah
1 Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dari tahun 2011-2015
143 2 Perusahaan Manufaktur yang tidak mempunyai laporan keuangan
lengkap setiap tahun selama periode 2011-2015
(3) 3 Perusahaan Manufaktur obligasinya yang tidak diperingkat oleh
PEFINDO secara rutin dari tahun 2011-2015
(131)
Jumlah Akhir Sampel 9
Berdasarkan kriteria tersebut terdapat 143 perusahaan Manufaktur yang dijadikan
sampel dalam perusahaan ini. Dan yang memenuhi kriteria hanya ada 9 perusahaan.
Perusahaan yang memiliki kriteria diatas dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 3.4
Daftar Sampel Perusahaan Manufaktur
No Kode Nama Perusahaan
1 INDF Indofood Sukses Makmur Tbk.
2 GGRM Gudang Garam Tbk.
3 KLBF Kalbe Farma Tbk.
4 KAEF Kimia Farma Tbk.
5 MYOR Mayora Indah Tbk.
6 AUTO Astra Otoparts Tbk.
7 JPFA JAPFA Comfeed Indonesia Tbk.
8 STTP Siantar Top Tbk.
9 AISA Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk.
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data
sekunder merupakan data yang bisa didapatkan dari pihak lain yang sudah tersedia
sehingga tidak perlu lagi dikumpulkan secara langsung dari sumbernya oleh peneliti.
Data sekunder dalam penelitian ini diperoleh dari laporan keuangan perusahaan melalui
situs Bursa Efek Indonesia (www.idx.co.id) , data informasi peringkat obligasi
(bond rating) periode 2011-2015 yang didapatkan melalui situs Lembaga
Pemeringkat Efek Indonesia (www.pefindo.com) , buku-buku, jurnal penelitian,
serta literatur ilmiah lainnya yang berkaitan dengan pembahasan pada penelitian ini.
3.7 Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data dalam penelitian ini adalah metode dokumentasi.
Dengan mengumpulkan data pendukung literatur, jurnal, dan buku-buku referensi untuk
mendapatkan masalah yang telah diteliti serta mengumpulkan data sekunder yang
relevan dari laporan yang dipublikasikan oleh Bursa Efek Indonesia yang bersumber
dari media internet.
3.8 Teknik Analisis Data
Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan
melakβukan analisis kuantitatif yang dinyatakan dengan angka-angka dalam
perhitungannya menggunakan metode statistik yang dibantu dengan program
pengelolaan data statistik E-views. Teknik analisis data yang digunakan untuk
menganalisis data-data yang telah dikumpulkan dalam penelitian ini adalah:
Statistik Deskriptif pada umumnya digunakan untuk memberikan informasi
mengenai variabel-variabel penelitian didalam suatu penelitian. Metode analisis
deskriptif adalah suatu metode analisis data yang dikumpulkan,
diklasifikasikan,dianalisis, dan diinterpretasikan secara objektif sehingga memberikan
informasi dan gambaran mengenai topik yang dibahas. Statistik deskriptif memberikan
gambaran dari fenomena atau karakteristik dari data.
3.8.2 Analisis Regresi Linier Berganda Data Panel
Pengujian terhadap hipotesis dalam penelitian ini menggunakan metode analisis
regresi berganda. Analisis regresi digunakan untuk mengetahui bagaimana variabel
dependen dapat diprediksi melalui variabel secara individual.
Adapun persamaan regresi berganda yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
Y=β0+β1ROA+β2DER+β3CR+β4Size+β5Growth+β6Produktivity+ε
Keterangan:
Y = Bond rating Β0
β1,2,3,4 = Konstanta ,5,6 ROA
= Koefisien regresi
DER
=Profitability
CR = Liquidity = Leverage
Size = Firm Size Growth = Growth
Produktivity= Produktivity
ε = Standard Eror
1. Koefisien Determinasi
Koefisien determinasi dinotasikan dengan R-square merupakan suatu ukuran
penting dalam regresi karena dapa menginformasikan baik atau tidaknya model regresi
yang terestimasi. Nilai koefisien determinasi mencerminkan seberapa besar variabel
terikat dapat dijelaskan oleh oleh variabel bebasnya. Nilai koefisien determinasi ini
mempunyai interval nol sampai dengan satu (0 ≤R² ≤1). Nilai yang mendekati satu
berarti variabel-variabel independen yaitu profitability, leverage, liquidity, firm size,
growth dan produktivity memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk
memprediksi variabel dependen (bond rating), sedangkan nilai yang mendekati nol,
berarti kemampuan variabel-variabel independen dalam menjelaskan variabel dependen
sangat terbatas.
2. Uji Asumsi Klasik
Untuk menghasilkan suatu model yang baik, analisis regeresi memerlukan
pengujian asumsi klasik belum melakukan pengujian hipotesis. Tujuan pengujian
asumsi klasik ini adalah untuk memberikan kepastian bahwa regresi yang didapatkan
memiliki ketepatan estimasi tidak bias dan konsisten. Pengujian asumsi klasik tersebut
meliputi uji normalitas, uji multikolinearitas, uji heteroskedastitas dan uji autokorelasi.
a. Uji Normalitas
Tujuan uji normalitas data adalah bentuk mengetahui apakah dalam model regresi
keputusan adalah apabila nilai signifikan atau probabilitas ≥0,0 5 , maka residual
memiliki distribusi normal.
Dalam penelitian ini, uji normalitas terhadap residual dengan menggunakan uji Jarque-Bera (J-B).
Dalam penelitian ini, tingkat signifikansi yang digunakan �= 0,05. Dasar pengambilan keputusan
adalah melihat angka probabilitas dari statistik J-B, dengan ketentuan yaitu jika nilai probabilitas �
0,05, maka asumsi normalitas terpenuhi namun jika probabilitas < 0,05, maka asumsi normalitas tidak
terpenuhi.
b. Uji Multikolinearitas
Uji ini bertujuan untuk menguji adanya hubungan linear yang sempurna eksak
diantara variabel-variabel bebas dalam model regresi (Ghozali, 2013). Jika terjadi
korelasi, maka terdapat permasalahan terhadap multikolinearitas. Model regresi yang
baik seharusnya tidak terjadi korelasi antara variabel bebas. Uji multikolinearitas
penelitian ini dilakukan dengan matriks korelasi. Pengujian ada atau tidaknya gejala
multikolinearitas dilakukan dengan memperhatikan nilai matriks korelasi yang
dihasilkan pada saat pengolahan data serta nilai VIF (Variance Inflation Factor) dan
tolerancenya. Jika nilai VIF > 5 maka diduga mempunyai persoalan multikolinearitas.
Jika nilai VIF ≤ 5 maka tidak terdapat persoalan dalam multikolinearitas. Jika nilai
Tolerance < 0,1 maka diduga mempunyai persoalan multikolinearitas. Jika nilai
Tolerance ≥ 0,1 maka tidak terdapat persoalan multikolinearitas.
c. Uji Heterokedastisitas
Uji heterokedastisitas bertujuan untuk menguji apakah sebuah grup mempunyai
dikatakan terjadi heterokedastisitas, sedangkan jika varians dari residu atau dari suatu
pengamatan ke pengamatan yang lain tetap, maka disebut homokedastisitas (Ghozali,
2013). Salah satu cara untuk mendeteksi heterokedastisitas adalah dengan Uji White.
Apabila data yang berbentuk titik-titik menyebar secara acak atau tidak membentuk
suatu pola tertentu, maka tidak terjadi heterokedastisitas pada model regresi. Sedangkan
apabila data yang berbentuk titik-titik membentuk suatu pola atau tidak menyebar
secara acak, maka terjadi heterokedastisitas pada model regresi.
d. Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi bertujuan untuk apakah dalam model regresi linear pada korelasi
antara kesalahan penggangu pada periode t kesalahan pada periode sebelumnya.
Autokorelasi muncul karena adanya observasi yang berurutan sepanjang berkaitan satu
sama lainnya (Ghozali, 2013). Autokorelasi biasanya terjadi pada data time series yang
disebabkan gangguan pada satu data yang cenderung mengganggu data lainnya. Metode
yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan uji dari
Durbin-Watson.
3.9 Uji Hipotesis
Model regresi yang sudah memenuhi asumsi-asumsi klasik kemudian akan
dianalisis pengujian hipotesis sebagai berikut:
3.9.1 Uji Pengaruh Serempak (uji F)
Uji F yang dilakukan dalam penelitian ini adalah untuk membuktikan bahwa
setiap variabel bebas mempunyai pengaruh yang signifikan terikat secara serempak.
a. H0:β1, β2, β3,β4, β5, β6
b. H
= 0, artinya “variabel profitability, leverage, liquidity, firm
size, growth dan produktivity secara serempak tidak berpengaruh signifikan
terhadap variabel bond rating pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia”.
a:β1
Kriteria pengambilan keputusan dengan tingkat kesalahan (α) sebesar 5% adalah
dengan ketentuan sebagai berikut:
≠ 0, artinya “variabel profitability, leverage, liquidity, firm size, growth dan
produktivity dan secara simultan berpengaruh signifikan terhadap variabel bond
rating pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia”.
a. H0 diterima jika Fhitung ≤ Ftabel
b. H
dan Sig≥0,05
a diterima jika Fhitung > Ftabel
3.9.2 Uji Pengaruh Parsial (Uji t)
dan Sig<0,05
Untuk melihat pengaruh variabel independen (profitability, leverage, liquidity,
firm size, growth dan produktivity) secara parsial terhadap variabel dependen (bond
rating). Kriteria pengujian sebagai berikut:
a. H0 : β1
b. H
= 0, artinya “profitability, leverage liquidity, firm size, growth, dan
produktivity secara parsial tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel bond rating
pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia”.
a : β1 ≠ 0, artinya “profitability, leverage, liquidity, firm size, growth dan
produktivity secara parsial berpengaruh signifikan terhadap variabel bond rating
Kriteria pengambilan keputusan dengan tingkat kesalahan (α) sebesar 5% adalah
dengan ketentuan sebagai berikut:
a. H0 diterima jika thitung < ttabel
b. H
dan Sig >0,005
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Perusahaan
4.1.1 Indofood Sukses Makmur Tbk.
Indofood Sukses Makmur T
nama PT Panganjaya Intikusuma dan memulai kegiatan usaha komersialnya pada tahun
1990. Kantor pusat INDF berlokasi di Sudirman Plaza, Indofood Tower, Lantai 21, Jl.
Jend. Sudirman Kav. 76 – 78, Jakarta 12910 – Indonesia. Sedangkan pabrik dan
perkebunan INDF dan anak usaha berlokasi di berbagai tempat di pulau Jawa,
Sumatera, Kalimantan, Sulawesi dan Malaysia.
Berdasarkan Anggaran Dasar Perusahaan, ruang lingkup kegiatan INDF antara
lain terdiri dari mendirikan dan menjalankan industri makanan olahan, bumbu
penyedap, minuman ringan, kemasan, minyak goreng, penggilingan biji gandum dan
tekstil pembuatan karung terigu.
Indofood telah memiliki produk-produk dengan merek yang telah dikenal
masyarakat, antara lain mi instan (Indomie, Supermi, Sarimi, Sakura, Pop Mie, Pop
Bihun dan Mi Telur Cap 3 Ayam), dairy (Indomilk, Cap Enaak, Tiga Sapi, Indomilk
Champ, Calci Skim, Orchid Butter dan Indoeskrim), makan ringan (Chitato, Lays,
Qtela, Cheetos dan JetZ), penyedap makan (Indofood, Piring Lombok, Indofood Racik
dan Maggi), nutrisi & makanan khusus (Promina, SUN, Govit dan Provita), minuman
Freiss), tepung terigu & Pasta (Cakra Kembar, Segitiga Biru, Kunci Biru, Lencana
Merah, Chesa, La Fonte), minyak goreng dan mentega (Bimoli dan Palmia).
Pada tahun 1994, INDF memperoleh pernyataan efektif dari Bapepam-LK untuk
melakukan Penawaran Umum Perdana Saham INDF (IPO) kepada masyarakat
sebanyak 21.000.000 dengan nilai nominal Rp1.000,- per saham dengan harga
penawaran Rp6.200,- per saham. Saham-saham tersebut dicatatkan pada Bursa Efek
Indonesia (BEI) pada tanggal 14 Juli 1994.
4.1.2 Gudang Garam Tbk.
Gudang Garam Tbk (dahulu PT Perusahaan Rokok Tjap) (GGRM) didirikan
tanggal 26 Juni 1958 dan memulai kegiatan usaha komersialnya pada tahun 1958.
Kantor pusat Gudang Garam beralamat di Jl. Semampir II / 1, Kediri, Jawa Timur, serta
memiliki pabrik yang berlokasi di Kediri, Gempol, Solo-Kartasura, Karanganyar dan
Sumenep. Selain itu, GGRM juga memiliki kantor perwakilan di Jl. Jenderal A. Yani
79, Jakarta dan Jl. Pengenal 7 – 15, Surabaya – Jawa Timur.
Pemegang saham yang memiliki 5% atau lebih saham Gudang Garam Tbk adalah PT
Suryaduta Investama (69,29%) dan PT Suryamitra Kusuma (6,26%). PT Suryaduta
Investama merupakan induk usaha dan induk usaha terakhir GGRM.
Berdasarkan Anggaran Dasar Perusahaan, ruang lingkup kegiatan GGRM
bergerak di bidang industri rokok dan yang terkait dengan industri rokok. Gudang
Garam memproduksi berbagai jenis rokok kretek, termasuk jenis rendah tar dan nikotin
antara lain: Klobot, Sriwedari, Djaja, Gudang Garam, Gudang Garam Merah, Gudang
Garam Gold, Surya, Surya Pro Mild dan GG Mild.
Pada tanggal 17 Juli 1990, GGRM memperoleh izin Menteri Keuangan untuk
melakukan Penawaran Umum Perdana Saham GGRM (IPO) kepada masyarakat
sebanyak 57.807.800 dengan nilai nominal Rp1.000,- per saham dengan harga
penawaran Rp10.250,- per saham. Saham-saham tersebut dicatatkan pada Bursa Efek
Indonesia (BEI) pada tanggal 27 Agustus 1990.
4.1.3 Kalbe Farma Tbk.
Kalbe Farma Tbk (KLBF) didirikan tanggal 10 September 1966 dan memulai
kegiatan usaha komersialnya pada tahun 1966. Kantor pusat Kalbe berdomisili di
Gedung KALBE, Jl. Let. Jend. Suprapto Kav. 4, Cempaka Putih, Jakarta 10510,
sedangkan fasilitas pabriknya berlokasi di Kawasan Industri Delta Silicon, Jl. M.H.
Thamrin, Blok A3-1, Lippo Cikarang, Bekasi, Jawa Barat.
Berdasarkan Anggaran Dasar Perusahaan, ruang lingkup kegiatan KLBF
meliputi, antara lain usaha dalam bidang farmasi, perdagangan dan perwakilan. Saat
ini, KLBF terutama bergerak dalam bidang pengembangan, pembuatan dan
perdagangan sediaan farmasi, produk obat-obatan, nutrisi, suplemen, makanan dan
minuman kesehatan hingga alat-alat kesehatan termasuk pelayanan kesehatan
primer.
Kalbe memiliki anak usaha yang juga tercatat di Bursa Efek Indonesia, yakni
Pada tahun 1991, KLBF memperoleh pernyataan efektif dari Bapepam-LK untuk
melakukan Penawaran Umum Perdana Saham (IPO) KLBF kepada masyarakat
sebanyak 10.000.000 dengan nilai nominal Rp1.000,- per saham dengan harga
penawaran Rp7.800,- per saham. Saham-saham tersebut dicatatkan pada Bursa Efek
Indonesia (BEI) pada tanggal 30 Juli 1991.
4.1.4 Kimia Farma Tbk.
Kimia Farma (Persero) Tbk (KAEF) didirikan tanggal 16 Agustus 1971. Kantor
pusat KAEF beralamat di Jln. Veteran No. 9, Jakarta 10110 dan unit produksi berlokasi
di Jakarta, Bandung, Semarang, Watudakon (Mojokerto), dan Tanjung Morawa –
Medan.
Kimia Farma mulai beroperasi secara komersial sejak tahun 1817 yang pada saat
itu bergerak dalam bidang distribusi obat dan bahan baku obat. Pada tahun 1958, pada
saat Pemerintah Indonesia menasionalisasikan semua Perusahaan Belanda, status KAEF
tersebut diubah menjadi beberapa Perusahaan Negara (PN). Pada tahun 1969, beberapa
Perusahaan Negara (PN) tersebut diubah menjadi satu Perusahaan yaitu Perusahaan
Negara Farmasi dan Alat Kesehatan Bhinneka Kimia Farma disingkat PN Farmasi
Kimia Farma. Pada tahun 1971, berdasarkan Peraturan Pemerintah status Perusahaan
Negara tersebut diubah menjadi Persero dengan nama PT Kimia Farma (Persero).
Pemegang saham pengendali Kimia Farma (Persero) Tbk adalah Pemerintah
Republik Indonesia, dengan memiliki 1 Saham Preferen (Saham Seri A Dwiwarna) dan
Pada tanggal 14 Juni 2001, KAEF memperoleh pernyataan efektif dari
Bapepam-LK untuk melakukan Penawaran Umum Perdana Saham KAEF (IPO) kepada
masyarakat sebanyak 500.000.000 saham seri B dengan nilai nominal Rp100,- per
saham dengan harga penawaran Rp200,- per saham. Saham-saham tersebut dicatatkan
pada Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tanggal 04 Juli 2001.
4.1.5 Mayora Indah Tbk.
Mayora Indah Tbk (MYOR) didirikan 17 Februari 1977 dan mulai beroperasi
secara komersial pada bulan Mei 1978. Kantor pusat Mayora berlokasi di Gedung
Mayora, Jl.Tomang Raya No. 21-23, Jakarta 11440 – Indonesia, dan pabrik terletak di
Tangerang dan Bekasi.
Berdasarkan Anggaran Dasar Perusahaan, ruang lingkup kegiatan Mayora adalah
menjalankan usaha dalam bidang industri, perdagangan serta agen/perwakilan. Saat ini,
Mayora menjalankan bidang usaha industri biskuit (Roma, Danisa, Royal Choice,
Better, Muuch Better, Slai O Lai, Sari Gandum, Sari Gandum Sandwich, Coffeejoy,
Chees’kress.), kembang gula (Kopiko, KIS, Tamarin dan Juizy Milk), wafer (beng
beng, Astor, Roma), coklat (Choki-choki), kopi (Torabika dan Kopiko) dan makanan
kesehatan (Energen) serta menjual produknya di pasar lokal dan luar negeri.
Pada tanggal 25 Mei 1990, MYOR memperoleh pernyataan efektif dari
Bapepam-LK untuk melakukan Penawaran Umum Perdana Saham MYOR (IPO) kepada
masyarakat sebanyak 3.000.000 dengan nilai nominal Rp1.000,- per saham dengan
harga penawaran Rp9.300,- per saham. Saham-saham tersebut dicatatkan pada Bursa
4.1.6 Astra Otoparts Tbk.
Astra Otoparts Tbk (AUTO) didirikan tanggal 20 September 1991 dan memulai
kegiatan komersialnya pada tahun 1991. Kantor pusat AUTO beralamat di Jalan Raya
Pegangsaan Dua Km. 2,2, Kelapa Gading, Jakarta 14250 – Indonesia, dan pabrik
berlokasi di Jakarta dan Bogor.
Berdasarkan Anggaran Dasar Perusahaan, ruang lingkup kegiatan AUTO terutama
bergerak dalam perdagangan suku cadang kendaraan bermotor, baik lokal maupun
ekspor, dan manufaktur dalam bidang industri logam, plastik dan suku cadang
kendaraan bermotor.
Produk-produk suku cadang unggulan Astra Otoparts, antara lain: aki untuk
kendaraan roda dua dan roda empat (merek GS, Incoe, dan Aspira), ban untuk
kendaraan roda dua dan truk (Aspira), suku cadang kendaraan roda dua dan roda empat
(Aspira, Federal, KYB, dan TDW) dan pelumas untuk kendaraan roda empat (Shell
Helix Astra).
Pada tanggal 29 Mei 1998, AUTO memperoleh pernyataan efektif dari
Bapepam-LK untuk melakukan Penawaran Umum Perdana Saham AUTO (IPO) kepada
masyarakat sebanyak 75.000.000 saham dengan nilai nominal Rp500,- per saham dan
harga perdana sebesar Rp575,- per saham. Pada tanggal 15 Juni 1998, saham tersebut
telah dicatatkan pada Bursa Efek Indonesia.
4.1.7 JAPFA Comfeed Indonesia Tbk.
Japfa Comfeed Indonesia Tbk (JPFA) didirikan tanggal 18 Januari 1971 dengan
tahun 1971. Kantor pusat Japfa di Wisma Millenia, Lt. 7, Jl. MT. Haryono Kav. 16
Jakarta 12810, dengan pabrik berlokasi di Sidoarjo – Jawa Timur, Tangerang – Banten,
Cirebon – Jawa Barat, Makasar – Sulawesi Selatan, Lampung, Padang – Sumatera Barat
dan Bati-bati – Kalimantan Selatan.
Berdasarkan Anggaran Dasar Perusahaan, ruang lingkup kegiatan JPFA meliputi
bidang pengolahan segala macam bahan untuk pembuatan/produksi bahan makanan
hewan, kopra dan bahan lain yang mengandung minyak nabati, gaplek dan lain-lain;
mengusahakan pembibitan, peternakan ayam dan usaha peternakan lainnya, meliputi
budi daya seluruh jenis peternakan, perunggasan, perikanan dan usaha lain yang terkait,
dan menjalankan perdagangan dalam dan luar negeri dari bahan serta hasil produksi.
Pada tanggal 31 Agustus 1989, JPFA memperoleh pernyataan efektif dari
Bapepam-LK untuk melakukan Penawaran Umum Perdana Saham JPFA (IPO) kepada
masyarakat sebanyak 4.000.000 dengan nilai nominal Rp1.000,- per saham dengan
harga penawaran Rp7.200,- per saham. Saham-saham tersebut dicatatkan pada Bursa
Efek Indonesia (BEI) pada tanggal 23 Oktober 1989.
4.1.8 Siantar Top Tbk
Siantar Top Tbk (STTP) didirikan tanggal 12 Mei 1987 dan mulai beroperasi
secara komersial pada bulan September 1989. Kantor pusat Siantar Top beralamat di Jl.
Tambak Sawah No. 21-23 Waru, Sidoarjo, dengan pabrik berlokasi di Sidoarjo (Jawa
Timur), Medan (Sumatera Utara), Bekasi (Jawa Barat) dan Makassar (Sulawesi
Berdasarkan Anggaran Dasar Perusahaan, ruang lingkup kegiatan Siantar Top
terutama bergerak dalam bidang industri makanan ringan, yaitu mie (snack noodle,
antara lain: Soba, Spix Mie Goreng, Mie Gemes, Boyki, Tamiku, Wilco, Fajar, dll),
kerupuk (crackers, seperti French Fries 2000, Twistko, Leanet, Opotato, dll), biskuit dan
wafer (Goriorio, Gopotato, Go Malkist, Brio Gopotato, Go Choco Star, Wafer Stick,
Superman, Goriorio Magic, Goriorio Otamtam, dll), dan kembang gula (candy dengan
berbagai macam rasa seperti: DR. Milk, Gaul, Mango, Era Cool, dll). Selain itu, STTP
juga menjalankan usaha percetakan melalui anak usaha (PT Siantar Megah Jaya).
Pada tanggal 25 Nopember 1996, STTP memperoleh pernyataan efektif dari
BAPEPAM-LK untuk melakukan Penawaran Umum Perdana Saham STTP (IPO)
kepada masyarakat sebanyak 27.000.000 saham dengan nilai nominal Rp1.000,- per
saham dan harga penawaran Rp2.200,- per saham. Saham-saham tersebut dicatatkan
pada Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tanggal 16 Desember 1996.
4.1.9 Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk.
Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk (TPS Food) (AISA) didirikan pada tanggal 26
Januari 1990 dengan nama PT Asia Intiselera dan mulai beroperasi secara komersial
pada tahun 1990. Kantor pusat AISA berada di Gedung Plaza Mutiara, LT. 16, Jl. DR.
Ide Agung Gede Agung, Kav.E.1.2 No 1 & 2 (Jl. Lingkar Mega Kuningan), Jakarta
Selatan 12950. Lokasi pabrik mie kering, biskuit dan permen terletak di Sragen, Jawa
Tengah. Usaha perkebunan kelapa sawit terletak di beberapa lokasi di Sumatera dan
Kalimantan. Usaha pengolahan dan distribusi beras terletak di Cikarang, Jawa Barat dan
Berdasarkan Anggaran Dasar Perusahaan, ruang lingkup kegiatan TPS Food
meliputi usaha bidang perdagangan, perindustrian, peternakan, perkebunan, pertanian,
perikanan dan jasa. Sedangkan kegiatan usaha entitas anak meliputi usaha industri mie
dan perdagangan mie, khususnya mie kering, mie instan dan bihun, snack, industri
biskuit, permen, perkebunan kelapa sawit, pembangkit tenaga listrik, pengolahan dan
distribusi beras. Merek-merek yang dimiliki TPS Food, antara lain: Ayam 2 Telor, Mie
Instan Superior, Mie Kremezz, Bihunku, Beras Cap Ayam Jago, Beras Istana Bangkok,
Gulas Candy, Pio, Growie, Taro, Fetuccini, Shorr, Yumi, HAHAMIE, Mikita, Hayomi,
Din Din dan Juzz and Juzz.
Pada tanggal 14 Mei 1997, AISA memperoleh pernyataan efektif dari
Bapepam-LK untuk melakukan Penawaran Umum Saham AISA 45.000.000 saham dengan nilai
nominal Rp500,- per saham dan Parga Penawaran Rp950,- kepada masyarakat. Pada
tanggal 11 Juni 1997, saham tersebut telah efektif dicatatkan pada Bursa Efek Indonesia
(BEI).
4.2 Analisis Deskriptif
Analisis deskriptif digunakan untuk memberikan informasi mengenai variabel
penelitian yang utama. Ukuran yang digunakan antara lain frekuensi tendensi sentral
(mean, median, modus), disperse (deviasi standar, variance), dan pengukur-pengukur
bentuk seperti measures of sharpe. Dalam penelitian ini, variabel yang digunakan dalam
perhitungan statistik deskriptif ini adalah Bond Rating, Return On Asset (ROA), Debt to
Tabel 4.1
Statistik Deskriptif Bond Rating, ROA, CR, DER, Growth, Size, Produktivity
Bond
Rating ROA DER CR Size Growth Produktivity
Mean 14,50 0,08 0,89 0,54 19,22 0,20 0,09
Maximum 17,00 0,18 1,97 1,00 30,24 0,85 0,24
Minimum 12,00 0,02 0,25 0,27 15,09 -0,00 0,00
Std. Deviasi 1,56 0,04 0,47 0,18 9,12 0,15 0,06
Observatio 45 45 45 45 45 45 45
Sumber: Hasil Penelitian, 2017 (Data Diolah)
Berdasarkan Tabel 4.1 menunjukkan bahwa jumlah data yang digunakan dalam
penelitian ini adalah sebanyak 45 data pengamatan yang diambil dari laporan keuangan
publikasi tahunan perusahaan Manufaktur terbuka di Bursa Efek Indonesia (BEI)
periode 2011-2015. Berikut interpretasi dari statistik deskriptif pada Tabel 4.1 tersebut :
a. Variabel Bond Rating memiliki nilai minimum sebesar 12,00 yang diperoleh dari
Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk. Pada tahun 2011-2015, hal ini dikarenakan
peringkat obligasi dari Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk. Mengalami penurunan
peringkat setiap tahunnya dibandingkan 8 perusahaan lainnya yang menjadi sampel
pada penelitian ini dengan peringkat A-. sedangkan nilai maksimum Bond Rating
sebesar 17,00 yang diperoleh dari Indofood Sukses Makmur Tbk. Pada tahun
2011-2015, hal ini dikarenakan peringkat obligasi dari Indofood Sukses Makmur
Tbk.Mengalami peningkatan peringkat setiap tahunnya dibandingkan 8 perusahaan
lainnya yang menjadi sampel pada penelitian ini dengan peringkat A+. Diketahui
rata-rata (mean) nilai Bond Rating sebesar 14,50 dan standar deviasinya sebesar
1,56 dengan jumlah pengamatan sebanyak 45.
b. Variabel Return On Asset (ROA) memiliki nilai minimum sebesar 0,02 yang
dari Astra Otoparts Tbk. Mengalami penurunan sebesar 322.701 dan total aktivanya
sebesar 14,339,110. Sedangkan nilai maksimum ROA sebesar 0,188 yang diperoleh
dari Kalbe Farma Tbk. Pada tahun 2012, hal ini dikarenakan laba bersih dari Kalbe
Farma Tbk. Mengalami peningkatan sebesar 1,775,098,847,932dan total aktivanya
sebesar 9,417,957,180,958. Hal tersebut menunjukkan bahwa perusahaan Kalbe
Farma Tbk. Lebih mampu dalam menggunakan aset perusahaannya dalam
memperoleh laba dibandingkan Astra Otoparts Tbk. Diketahui rata-rata (mean)
nilai ROA sebesar 0,08 dan standar deviasinya sebesar 0,04 dengan jumlah
pengamatan sebanyak 45.
c. Variabel Debt Equity Ratio (DER) memiliki nilai minimum sebesar 0,25 yang
diperoleh dari Kalbe Farma Tbk. Pada tahun 2015, hal ini dikarenakan total hutang
dari Kalbe Farma Tbk. sebesar 2,758,131,396,170 dan total ekuitasnya sebesar
10,938,285,985,269. Hal tersebut menunjukkan bahwa perusahaan tersebut lebih
banyak menggunakan ekuitas dibandingan hutang dalam kegiatan usahanya.
Sedangkan nilai maksimum DER sebesar 1,97 yang diperoleh dari Japfa Comfeed
Indonesia Tbk. Pada tahun 2014, hal ini dikarenakan total hutang dari Japfa
Comfeed Indonesia Tbk. sebesar 10,440,441 dan total ekuitasnya sebesar
5,289,994. Hal tersebut menunjukkan bahwa perusahaan tersebut lebih banyak
menggunakan hutang dibandingkan ekuitas dalam kegiatan usahanya. Diketahui
rata-rata (mean) nilai DER sebesar 0,89 dan standar deviasinya sebesar 0,47
d. Variabel Current Ratio (CR) memiliki nilai minimum sebesar 0,27 yang diperoleh
dari Kalbe Farma Tbk. Pada tahun 2015, hal ini dikarenakan hutang lancarnya dari
Kalbe Farma Tbk. Sebesar 2,365,880,490,863 dan aktiva lancarnya sebesar
8,748,491,608,702. Hal tersebut menunjukkan bahwa perusahaan tersebut banyak
menggunakan aktiva lancarnya dalam membayar kewajiban jangka pendeknya.
Sedangkan nilai maksimum CR sebesar 1,00 yang diperoleh dari Japfa Comfeed
Indonesia Tbk. Pada tahun 2014, hal ini dikarenakan hutang lancarnya dari Japfa
Comfeed Indonesia Tbk. Sebesar 4,916,448 dan aktiva lancarnya sebesar
8,709,315. Hal tersebut menunjukkan bahwa perusahaan tersebut banyak
menggunakan aktiva lancarnya dalam membayar kewajiban jangka pendeknya.
Diketahui rata-rata (mean) nilai CR sebesar 0,54 dan standar deviasinya sebesar
0,18 dengan jumlah pengamatan sebanyak 45.
e. Variabel Size memiliki nilai minimum sebesar 15,09 yang diperoleh dari Tiga Pilar
Sejahtera Food Tbk. Pada tahun 2011, hal ini dikarenakan total aktiva dari Tiga
Pilar Sejahtera Food Tbk. Sebesar 3,590,309. Sedangkan nilai maksimum Size
sebesar 30,24 yang diperoleh dari Kalbe Farma Tbk. Pada tahun 2015, hal ini
dikarenakan total aktiva dari Kalbe Farma Tbk. Sebesar 13,696,417,381,439. Hal
tersebut menunjukkan bahwa perusahaan Kalbe Farma Tbk. Memiliki prospek yang
lebih baik dan lebih mampu menghasilkan laba dibandingkan Tiga Pilar Sejahtera
Food Tbk. Diketahui rata-rata (mean) nilai Size sebesar 19,22 dan standar
f. Variabel Growth memiliki nilai minimum sebesar -0,003 yang diperoleh dari Astra
Otoparts Tbk. Pada tahun 2015, hal ini dikarenakan total aktiva dari Astra Otoparts
Tbk. Sebesar 14,339,110. Sedangkan nilai maksimum Growth sebesar 0,85 yang
diperoleh dari Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk. Pada tahun 2011, hal ini dikarenakan
total aktiva dari Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk. Sebesar 3,590,309. Diketahui
rata-rata (mean) nilai Growth sebesar 0,20 dan standar deviasinya sebesar 0,15 dengan
jumlah pengamatan sebanyak 45.
g. Variabel Produktivity memiliki nilai minimum sebesar 0,00 yang diperoleh dari
Indofood Sukses Makmur Tbk. Pada tahun 2014, hal ini dikarenakan pendapatan
dari Indofood Sukses Makmur Tbk. Mengalami penurunan sebesar 29,687 dan total
aktivanya sebesar 85,938,885. Sedangkan nilai maksimum Produktivity sebesar
0,24 yang diperoleh dari Kalbe Farma Tbk. Pada tahun 2012, hal ini dikarenakan
pendapatan dari Kalbe Farma Tbk. sebesar 2,308,017,092,492dan total aktivanya
sebesar 9,417,957,180,958. Hal tersebut menunjukkan bahwa perusahaan Kalbe
Farma Tbk. Lebih efektif dalam menggunakan sumber dana perusahaannya
dibandingkan Indofood Sukses Makmur Tbk. Diketahui rata-rata (mean) nilai
Produktivity sebesar 0,09 dan standar deviasinya sebesar 0,06 dengan jumlah
pengamatan sebanyak 45.
Pada Tabel 4.1 terlihat bahwa standar deviasi setiap variabel mengalami fluktuasi
yang mencerminkan adanya keberagaman data didalam penelitian ini. Apabila standar
deviasi lebih besar daripada rata-rata maka tingkat penyebaran data terhadap rata-rata
deviasi lebih kecil dari rata-rata, maka tingkat penyebaran data terhadap rata-rata
4.3 Uji Asumsi Klasik
4.3.1 Uji Normalitas
Dalam penelitian ini, uji normalitas terhadap residual dengan menggunakan uji
Jarque-Bera (J-B). Dalam penelitian ini, tingkat signifikansi yang digunakan
�= 0,05. Dasar pengambilan keputusan adalah melihat angka probabilitas dari
statistik J-B, dengan ketentuan yaitu jika nilai probabilitas � 0,05, maka asumsi
normalitas terpenuhi namun jika probabilitas < 0,05, maka asumsi normalitas tidak
terpenuhi.
Gambar 4.1 Uji Normalitas dengan Uji Jarque-Bera
Sumber: Hasil Penelitian, 2017 (Data Diolah)
Perhatikan bahwa berdasarkan Gambar 4.1, diketahui nilai probabilitas dari
statistik J-B adalah 0,162244. Karena nilai probabilitas �, yakni 0,162244, lebih besar
dibandingkan tingkat signifikansi, yakni 0,05. Hal ini berarti asumsi normalitas
dipenuhi.
-0.15 -0.10 -0.05 0.00 0.05 0.10 0.15 0.20 0.25
4.3.2. Uji Multikolinearitas
Dalam penelitian ini, gejala multikolinearitas dapat dilihat dari nilai korelasi
antara variabel yang terdapat dalam matriks korelasi. Menurut Ajija et al. (2011:35) jika
koefisien korelasi di antara masing-masing variabel bebas lebih besar dari 0,8 maka
terjadi multikolinearitas. Hasil uji ini dapat dilihat pada Tabel 4.2 sebagai berikut:
Tabel 4.2 Uji Multikolinearitas dengan Matriks Korelasi
ROA DER CR Firm Size Growth Produktivity
ROA 1,00 -0,41 -0,54 -0,43 0,20 0,77
DER -0,41 1,00 0,58 0,51 0,22 -0,12
CR -0,54 0,58 1,00 0,68 -0,01 -0,40
Firm Size -0,43 0,51 0,68 1,00 0,06 -0,30
Growth 0,20 0,22 -0,01 0,06 1,00 0,31
Produktivity 0,77 -0,12 -0,40 -0,30 0,31 1,00
Sumber: Hasil Penelitian, 2017 (Data Diolah)
Berdasarkan Tabel 4.2, dapat dilihat bahwa korelasi antara ROA dan DER sebesar
-0,41, korelasi antara DER dan CR sebesar -0,54, korelasi antara CR dan Firm Size
sebesar -0,43, korelasi antara Firm Size dan Growth sebesar 0, 20 dan korelasi antara
Growth dan Produktivity sebesar 0,77. Dari hasil pengujian multikolinearitas pada
Tabel 4.2 dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat gejala multikolinearitas antar variabel
independen. Hal ini karena nilai korelasi antar variabel independen tidak lebih dari 0,8.
4.3.3 Uji Autokorelasi
Asumsi mengenai independensi terhadap residual (non-autokorelasi) dapat diuji
di antara 0 dan 4. Nilai statistik dari uji Durbin-Watson yang lebih kecil dari 1 atau
lebih besar dari 4 diindikasi terjadi autokorelasi.
Tabel 4.3 Uji Autokorelasi dengan Uji Durbin-Watson
Log likelihood 115.7122 Hannan-Quinn criter. -4.654724 Durbin-Watson stat 2.072636 Sumber: Hasil Penelitian, 2017 (Data Diolah)
Berdasarkan Tabel 4.3, nilai dari statistik Durbin-Watson adalah 2,072636.
Perhatikan bahwa karena nilai statistik Durbin-Watson terletak di antara 1 dan 4, yakni
1 < 2,072636 < 4, maka asumsi non-autokorelasi terpenuhi. Dengan kata lain, tidak
terjadi gejala autokorelasi yang tinggi pada residual.
4.3.4 Uji Heteroskedastisitas
Deteksi ada tidaknya heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan Uji White.
Dasar pengambilan keputusan adalah melihat angka probabilitas dari statistik uji
White.
Tabel 4.4 Uji Heteroskedastisitas dengan Uji White
Sumber: Hasil Penelitian, 2017 (Data Diolah)
Berdasarkan Tabel 4.4, nilai Prob. Chi-Square dari Obs *R-squared = 0,1162
0,05, maka asumsi homoskedastisitas terpenuhi. Dengan kata lain, tidak terjadi gejala
heteroskedastisitas yang tinggi pada residual. Heteroskedasticity Test: White
F-statistic 1.858089 Prob. F(6,38) 0.1137
4.4 Pemilihan Model Data Panel
4.4.1 Penentuan pemilihan Model Estimasi antara Common Effect Model (CEM) dan Fixed Effect Model (FEM) dengan Uji Chow
Untuk mengestimasi model dengan data panel, terdapat beberapa teknik yang
dapat digunakan yaitu Common effect Model atau Pooled Least Square (PLS), Metode
Efek Tetap, dan Metode Efek Random. Maka dapat digunakan Uji CHOW. Aturan
pengambilan keputusan sebagai berikut:
1. Jika nilai probabilitas chi-square < 0,05, maka �0 ditolak dan �1 diterima.
2. Jika nilai probabilitas chi-square 0,05, maka �0 diterima dan �1 ditolak.
Berikut hasil berdasarkan uji Chow dengan menggunakan Eviews 9.
Tabel 4.5 Hasil Uji Chow
Sumber: Hasil Penelitian, 2017 (Data Diolah)
Berdasarkan hasil dari Uji Chow pada Tabel 4.5, diketahui nilai probabilitas
Chi-Squarenya adalah 0,0189. Karena nilai probabilitas < 0,05 , maka model estimasi
yang digunakan adalah fixed effect model (FEM).
4.4.2 Penentuan Model Estimasi antara Fixed Effect Model (FEM) dan Random Effect Model (REM) dengan Uji Hausman
Redundant Fixed Effects Tests Pool: DATAPANEL_DEBI Test cross-section fixed effects
Effects Test Statistic d.f. Prob.
Cross-section F 1.885031 (8,30) 0.0998
Untuk mengetahui apakah model antara fixed effect model dengan random effect
model untuk membentuk model regresi dapat digunakan uji Hausman. Hipotesisi yang
digunakan adalah sebagai berikut:
H0: Random Effect Model (REM)
H1: Fixed Effect Model
Dengan kriteria:
1. Jika nilai probabilitas 0,05, maka �0 diterima dan �1 ditolak.
2. Jika nilai probabilitas < 0,05, maka �0 ditolak dan �1 diterima.
Berikut hasil berdasarkan uji Hausman dengan menggunakan Eviews 9:
Tabel 4.6 Hasil Uji Hausman
Sumber: Hasil Penelitian, 2017 (Data Diolah)
Berdasarkan uji Hausman pada Tabel 4.6, diketahui nilai probabilitasnya adalah
0,0323 . Karena nilai probabilitas < 0,05 , maka model estimasi yang digunakan adalah
Fixed Effect Model (FEM).
4.5 Analisis Regresi Data Panel Berganda
Analisis regresi data panel berganda digunakan untuk mengetahui pengaruh antara
variabel Return on Asset, Debt to Equity Ratio, Current Ratio, Firm Size, Growth, dan Correlated Random Effects - Hausman Test
Pool: DATAPANEL_DEBI
Test cross-section random effects
Test Summary Chi-Sq. Statistic Chi-Sq. d.f. Prob.
Produktivity terhadap Bond Rating pada perusahaan Manufakttur yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia. Pengujian regresi data panel berganda dilakukan untuk mencari hubungan
antara variabel independen dan variabel dependen, melalui pengaruh ROA, DER, CR, Firm
Size , Growth, dan Produktivity dengan Bond Rating. Hasil regresi dapat dilihat pada Tabel
Tabel 4.7
Pengujian Regresi Data Panel Berganda
Sumber: Hasil Penelitian, 2017 (Data Diolah)
Berdasarkan pengelolaan data pada Tabel 4.7 pada kolom Coefficient, dan
persamaan 3.1 maka diperoleh model persamaan regresi sebagai berikut:
3,612 – 0,356 ROA -0, 110 DER + 0,043 CR + 0,042 Firm Size + 0,319 Growth -0,685
Produktivity.
Berdasarkan persamaan regresi berganda yang telah dijabarkan, berikut
interpretasi dari model persamaan regresi tersebut :
1. Koefisien Return 0n Asset (ROA) sebesar -0,356, artinya setiap kenaikan ROA
sebesar 1% dan variabel lain dianggap konstan, maka akan menurunkan Bond
Rating sebesar 0,356.
2. Koefisien regresi Debt to Equity Ratio (DER) sebesar -0,110, artinya setiap
kenaikan DER sebesar 1% dan variabel lain dianggap konstan, maka akan
menurunkan Bond Rating sebesar 0,110. Dependent Variable: BOND_RATING? Method: Pooled Least Squares Date: 03/18/17 Time: 12:47 Sample: 2011 2015
Included observations: 5 Cross-sections included: 9
Total pool (balanced) observations: 45
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
ROA? -0.356105 0.144159 -2.470225 0.0181
DER? -0.110846 0.204349 -0.542438 0.5907
CR? 0.043385 0.212638 0.204031 0.8394
FIRM_SIZE? 0.042779 0.055166 0.775449 0.4429
GROWTH? 0.319822 0.049175 6.503760 0.0000
PRODUKTIVITY? -0.685898 0.472232 -1.452460 0.1546
3. Koefisien regresi Current Ratio (CR) sebesar 0,043 , artinya setiap kenaikan CR
sebesar 1% dan variabel lain dianggap konstan, maka akan meningkatkan Bond
Rating sebesar 0,043.
4. Koefisien regresi Firm Size sebesar 0,042, artinya setiap kenaikan Firm Size
sebesar 1% dan variabel lain dianggap konstan, maka akan meningkatkan Bond
Rating sebesar 0.042.
5. Koefisien regresi Growth sebesar 0,319, artinya setiap kenaikan Growth sebesar
1% dan variabel lain dianggap konstan, maka akan meningkatkan Bond Rating
sebesar 0, 319.
6. Koefisien regresi Produktivity sebesar -0.685, artinya setiap kenaikan sebesar
Produktivity 1% dan variabel lain dianggap konstan, maka akan menurunkan
Bond Rating sebesar 0,685.
4.6 Pengujian Hipotesis
Pada pengujian hipotesis, akan dilakukan pengujian signifikansi koefisien regresi
secara simultan (uji F), uji signifikansi koefisien regresi secara parsial (uji t) dan analisis
koefisien determinasi. Nilai-nilai statistik dari uji F, uji t dan koefisien determinasi,
Tabel 4.8
Nilai Statistik dari Uji F, Uji t dan Koefisien Determinasi
Sumber: Hasil Penelitian, 2017 (Data Diolah)
4.6.1 Uji Signifikansi Pengaruh Serempak (Uji F)
Uji statistik F pada dasarnya menunjukkan apakah semua variabel bebas yang
terdapat dalam model mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel
terikat (Kuncoro, 2009:239). Pengujian secara simultan menunjukkan bahwa adanya
pengaruh yang signifikan variabel independen terhadap variabel dependen yang dapat
dilihat pada Tabel 4.8 yaitu dengan probabilitas 0,000000 pada tingkat signifikansi 0.05.
Dengan probabilitas 0,000000 yang lebih rendah dibandingkan signifikasi pada 0.05
menunjukan bahwa semua variabel independen yaitu ROA, DER, CR, Firm Size, Dependent Variable: BOND_RATING?
Method: Pooled Least Squares Date: 03/18/17 Time: 12:47 Sample: 2011 2015
Included observations: 5 Cross-sections included: 9
Total pool (balanced) observations: 45
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
ROA? -0.356105 0.144159 -2.470225 0.0181
DER? -0.110846 0.204349 -0.542438 0.5907
CR? 0.043385 0.212638 0.204031 0.8394
FIRM_SIZE? 0.042779 0.055166 0.775449 0.4429
GROWTH? 0.319822 0.049175 6.503760 0.0000
PRODUKTIVITY? -0.685898 0.472232 -1.452460 0.1546
C 3.612554 1.195383 3.022088 0.0045
R-squared 0.731474 Mean dependent var 2.592530
Growth dan Produktivity berpengaruh secara simultan terhadap Bond Rating
perusahaan.
4.6.2 Uji Signifikansi Pengaruh Parsial (Uji t)
Menurut Ajija et al. (2011:34) uji t merupakan pengujian terhadap koefisien dari
variabel penduga atau variabel bebas. Uji statistik t pada dasarnya menunjukkan
seberapa jauh pengaruh satu variabel penjelas secara individual dalam menerangkan
variasi variabel terikat. Uji signifikansi pengaruh parsial merupakan suatu uji untuk
mengetahui signifikan atau tidak, pengaruh masing-masing variabel bebas, terhadap
variabel tak bebas. Berdasarkan dari Tabel 4.8 hasil pengujian parsial (uji t) dapat
ditarik kesimpulan:
1. Berdasarkan pengaruh ROA terhadap Bond Rating sebesar 0,0181. Hal ini
diketahui bahwa nilai probabilitas lebih rendah dibandingkan tingkat signifikan
0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh signifikan antara
variabel ROA dengan variabel Bond Rating secara statistik.
2. Berdasarkan pengaruh DER terhadap Bond Rating sebesar 0,5097. Hal ini diketahui
bahwa nilai probabilitas lebih tinggi dibandingkan tingkat signifikan 0,05 sehingga
dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh tidak signifikan antara variabel DER
dengan variabel Bond Rating secara statistik.
3. Berdasarkan pengaruh CR terhadap Bond Rating sebesar 0,8394. Hal ini diketahui
dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh tidak signifikan antara variabel CR
dengan variabel Bond Rating secara statistik.
4. Berdasarkan pengaruh Firm Size terhadap Bond Rating sebesar 0,4429. Hal ini
diketahui bahwa nilai probabilitas lebih tinggi dibandingkan tingkat signifikan
0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh tidak signifikan
antara variabel Firm Size dengan variabel Bond Rating secara statistik.
5. Berdasarkan pengaruh Growth terhadap Bond Rating sebesar 0,0000. Hal ini diketahui
bahwa nilai probabilitas lebih rendah dibandingkan tingkat signifikan 0,05 sehingga
dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh signifikan antara variabel Growth dengan
variabel Bond Rating secara statistik.
6. Berdasarkan pengaruh Produktivity terhadap Bond Rating sebesar 0,1546. Hal
ini diketahui bahwa nilai probabilitas lebih tinggi dibandingkan tingkat
signifikan 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh tidak
signifikan antara variabel Produktivity dengan variabel Bond Rating secara
statistik.
4.7 Analisis Koefisien Determinasi
Menurut Kuncoro (2009:242), koefisien determinasi (�2) merupakan perangkat
yang mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel
terikat. Nilai koefisien determinasi berkisar antara 0 sampai 1. Nilai koefisien
determinasi �2 yang mendekati nol mencerminkan kemampuan variabel-variabel bebas
koefisien determinasi �2 yang mendekati satu mencerminkan variabel-variabel bebas
memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi
variabel terikat.
Berdasarkan Tabel 4.8, diketahui bahwa nilai koefisien determinasi (R2)
4.8 Pembahasan
=
0,731474. Nilai tersebut dapat diinterpretasikan bahwa variabel Return On Asset, Debt
Equity Ratio, Current Ratio, Firm Size, Growth dan Produktivity mampu menjelaskan
Bond Rating secara simultan sebesar 73,14%, sisanya sebesar 26,86% dipengaruhi oleh
faktor-faktor lain.
1. Pengaruh Profitabilitas terhadap Bond Rating
Menurut teori yang diungkapkan oleh Gumanti bahwa Rasio profitability dapat
diukur dengan return on asset yang merupakan rasio yang menunjukkan seberapa
mampu perusahaan menggunakan aset yang ada untuk dapat memperoleh laba
ataupun keuntungan yang diukur dari total aktiva nya. Apabila laba perusahaan
tinggi maka akan memberikan peringkat obligasi yang tinggi pula.
Dari hasil penelitian yang dilakukan secara parsial diketahui bahwa Return on
Asset berpengaruh negatif signifikan terhadap bond rating pada perusahaan manufaktur
di Bursa Efek Indonesia.
Hasil penelitian ini sejalan dengan Yuliana (2011) yang menyatakan bahwa
perusahaan yang memiliki profitabilitas tinggi tidak terlalu mempengaruhi besar
obligasi itu dilihat dari laba ataupun total aktiva yang dimiliki suatu perusahaan. Namun
penelitian ini tidak sejalan dengan Adams et al. (2000) yang menyatakan bahwa
semakin tinggi profitabilitas suatu perusahaan maka akan semakin rendah resiko
ketidakmampuan bayar suatu perusahaan yang menjadikan semakin baiknya peringkat
suatu perusahaan.
2. Pengaruh Leverage terhadap Bond Rating
Menurut teori yang diungkapkan oleh Syahyunan (2015) rasio leverage dapat
diukur dengan debt to equity ratio yang membandingkan utang dan ekuitas dalam
pendanaan perusahaan dan menunjukkan kemampuan modal sendiri perusahaan
dalam memenuhi seluruh kewajibannya Jika rasio ini menunjukan angka yang tinggi
maka menunjukkan juga bahwa semakin tinggi risiko gagal bayar utang (default
risk) yang akan dihadapi perusahaan dan menjadikan semakin rendah peringkat
perusahaan yang diperoleh. Dari hasil penelitian yang dilakukan secara parsial
diketahui bahwa debt to equity ratio berpengaruh negatif tidak signifikan terhadap
bond rating pada perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia.
Hasil penelitian ini sejalan dengan Amilia dan Devi (2007) yang menyatakan
bahwa apabila rasio ini menunjukkan angka yang tinggi maka menunjukkan juga bahwa
semakin besar proporsi hutang yang digunakan untuk struktur modal suatu perusahaan,
maka akan semakin besar pula jumlah kewajibannya. Peningkatan hutang pada
gilirannya akan mempengaruhi besar kecilnya laba bersih yang tersedia bagi para
diprioritaskan. Semakin tinggi risiko gagal bayar utang (default risk) yang akan
dihadapi perusahaan dan tidak terlalu mempengaruhi peringkat perusahaan yang
diperoleh. Namun penelitian ini tidak sejalan dengan Adams et al. (2000) yang
menyatakan bahwa debt to equity ratio menunjukan angka yang tinggi maka akan
semakin rendah peringkat perusahaan yang diperoleh (Adams et al.2000).
3. Pengaruh Likuiditas terhadap Bond Rating
Menurut teori yang diungkapkan oleh Gumanti (2011) bahwa Rasio likuiditas
adalah tingkat kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya.
Tingkat likuiditas yang tinggi menandakan pelunasan kewajiban jangka pendek yang
baik. Apabila kemampuan melunasi utang jangka pendek baik maka setidaknya
kemampuan perusahaan untuk melunasi utang jangka panjang juga semakin baik Dari
hasil penelitian yang dilakukan secara parsial diketahui bahwa current ratio
berpengaruh positif tidak signifikan terhadap bond rating pada perusahaan manufaktur
di Bursa Efek Indonesia.
Hasil temuan ini mendukung hasil penelitian dari Adrian (2011) dimana hasil
penelitiannya menunjukkan bahwa likuiditas tidak memiliki pengaruh yang
signifikan terhadap prediksi bond rating. Hal ini dikarenakan Pefindo dalam menilai
likuiditas menggunakan laporan keuangan terbaru yang diterbitkan perusahaan
sebelum dilakukannya poses pemeringkatan, misalnya menggunakan laporan
keuangan triwulan atau bahkan laporan bulanan sehingga diperoleh hasil penilaian
sejalan dengan Adams et al. (2000) yang menyatakan bahwa tingkat likuiditas yang
tinggi akan menunjukkan kuatnya kondisi keuangan perusahaan sehingga secara
finansial akan mempengaruhi prediksi peringkat obligasi.
4. Pengaruh Firm Size terhadap Bond Rating
Menurut teori yang diungkapkan oleh Brigham dan Houston (2010) bahwa
Ukuran perusahaan (firm size) dapat diukur menggunakan total aset, penjualan ataupun
ekuitas. Perusahaan yang memiliki total aset yang besar menunjukkan bahwa
perusahaan tersebut telah mencapai tahap kedewasaan dimana dalam tahap ini arus kas
perusahaan sudah positif dan dianggap memiliki prospek yang baik dalam jangka waktu
yang relatif lama, selain itu juga perusahaan relatif lebih stabil dan lebih mampu
menghasilkan laba dibanding perusahaan dengan total aset yang kecil. Dari hasil
penelitian yang dilakukan secara parsial diketahui bahwa firm size berpengaruh positif
tidak signifikan terhadap bond rating pada perusahaan manufaktur di Bursa Efek
Indonesia.
Variabel firm size berpengaruh tidak signifikan terhadap bond rating mendukung
hasil penelitian Andry (2005) yang menyatakan ukuran perusahaan yang besar ataupun
kecil tidak terlalu mempengaruhi peringkat obligasi, karena bisa jadi perusahaan yang
kecil tersebut memiliki aset yang besar hanya saja digunakan untuk membayar
Namun penelitian ini tidak sejalan dengan Adams et al. (2000.) bahwa semakin
besar ukuran perusahaan maka semakin kecil potensi risiko ketidakmampuan
perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka panjang dan semakin kecil pula
ketidakpastian yang dimiliki oleh investor mengenai prospek perusahaan ke depan,
sehingga besarnya ukuran perusahaan akan berpengaruh terhadap semakin tingginya
peringkat obligasi.
5. Pengaruh Growth terhadap Bond Rating
Brigham dan Houston (2010) menyatakan bahwa pertumbuhan yang positif dalam
annual surplus dapat mengindikasikan atas berbagai kondisi financial. Pertumbuhan
bisnis yang kuat berhubungan positif dengan keputusan rating dan grade dari rating
berikutnya diberikan untuk perusahaan karena growth mengindikasikan prospek kinerja
cash flow masa dating dan meningkatkan nilai ekonomi.
Dari hasil penelitian yang dilakukan secara parsial diketahui bahwa growth
berpengaruh positif signifikan terhadap bond rating pada perusahaan manufaktur di
Bursa Efek Indonesia.
Hasil penelitian ini sejalan dengan Andry (2005) menyatakan bahwa pertumbuhan
(growth) perusahaan yang kuat berhubungan positif dengan keputusan rating dan grade
yang diberikan oleh pemeringkat obligasi. Pada umumnya dengan pertumbuhan
perusahaan yang baik akan memberikan peringkat obligasi yang investment grade.
pertumbuhan perusahaan apabila pertumbuhan perusahaan dinilai baik maka perusahaan
penerbit obligasi akan memiliki peringkat obligasi investment grade.
6. Pengaruh Produktivity terhadap Bond Rating
Menurut teori yang diungkapkan oleh Gumanti (2011) bahwa Rasio poduktivitas
mengukur seberapa efektif perusahaan menggunakan sumber-sumber dana perusahaan.
Dari hasil penelitian yang dilakukan secara parsial diketahui bahwa produktivity
berpengaruh negatif tidak signifikan terhadap bond rating pada perusahaan manufaktur
di Bursa Efek Indonesia.
Penelitian ini sejalan dengan Alfiani (2013) yang menyatakan bahwa seharusnya
perusahaan dengan produktivity yang tinggi cenderung akan mampu mnghasilkan laba
yang lebih tinggi sehingga perusahaan mampu membayar bunga obligasi secara periodik
dan melunasi pokok pinjamannya. Namun penelitian ini tidak sejalan dengan Yuliana
(2011) yang menyatakan bahwa produktivity secara signifikan berpengaruh positif
terhadap peringkat obligasi. Semakin tinggi tingkat produktivitas maka akan