• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori

2.3 Kerangka Konseptual

2.3.6 Poduktivitas Terhadap Bond Rating

Rasio poduktivitas mengukur seberapa efektif perusahaan menggunakan sumber-sumber dana perusahaan. Rasio ini secara signifikan berpengaruh positif terhadap peringkat obligasi. Semakin tinggi tingkat produktivitas maka akan semakin baik pula peringkat yang diberikan pada perusahaan.

Berdasarkan uraian yang telah dijelaskan sebelumnya maka dapat digambarkan kerangka konseptual penelitian ini adalah sebagai berikut:

Profitabilitas

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual 2.4 Hipotesis Penelitian

Berdasarkan uraian teoritis dan kerangka konseptual, maka hipotesis penelitian adalah Profitability, Leverage, Liquidity, Firm size, Growth dan Produktivity secara serempak maupun parsial berpengaruh signifikan terhadap Bond Rating pada Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2011-2015.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Pasar modal (capital market) merupakan pasar untuk berbagai instrumen keuangan jangka panjang yang bisa diperjual belikan, baik dalam bentuk utang (obligasi), ekuitas (saham), instrumen derivatif maupun instrumen lainnya. Pasar modal merupakan sarana pendanaan bagi perusahaan maupun institusi lainnya dan sarana bagi kegiatan berinvestasi ((Keown, 2011).

Investasi obligasi merupakan salah satu yang diminati oleh pemodal. Hal ini dikarenakan obligasi memiliki pendapatan yang bersifat tetap. Pendapatan tetap tersebut diperoleh dari bunga yang akan diterima secara periodik dan pokok obligasi pada saat jatuh tempo. Bagi emiten, obligasi merupakan sekuritas yang aman karena biaya emisinya lebih murah daripada harga saham. Selain itu penerbitan obligasi juga untuk menghindari penilaian jelek investor dibandingkan jika perusahaan menerbitkan saham baru (Brigham, 2010)

Investor yang berminat untuk membeli sekuritas obligasi memerlukan informasi seputar obligasi agar dapat menganalisis serta memperkirakan risiko yang mungkin akan terjadi dalam investasi obligasi. Default risk atau risiko dimana perusahaan yang menerbitkan obligasi tidak mampu dalam memenuhi kewajibannya yaitu membayar kupon ataupun mengembalikan pokok pinjaman bisa saja terjadi terhadap obligasi yang diinvestasikan. Salah satu informasi yang diperlukan investor

adalah dengan memperhatikan peringkat obligasi (bond rating) dari perusahaan penerbit obligasi. Peringkat obligasi penting karena memberikan pernyataan yang informatif dan memberikan sinyal tentang probabilitas kegagalan utang suatu perusahaan (Yuliana, 2011). Peringkat obligasi ini dinilai sangat penting bagi investor karena dapat dimanfaatkan untuk memutuskan apakah obligasi tersebut layak untuk diinvestasikan atau tidak serta untuk mengetahui kemungkinan tingkat risiko yang ada dalam investasi obligasi tersebut.

Meskipun demikian obligasi tetap memiliki risiko. Salah satu risiko tersebut adalah ketidakmampuan perusahaan untuk melunasi obligasi kepada investor. Tahun 2009 fenomena obligasi gagal bayar (default risk) banyak terjadi pada perusahaan yang cukup populer bagi masyarakat. PT. Mobile-8 Telecom Tbk, telah gagal bayar 2 kali untuk kupon 15 maret 2009 dan 15 juni 2009 dengan obligasi senilai Rp 675 miliar yang jatuh tempo maret 2012. PT Davomas Abadi Tbk, obligasi senilai 235 juta dolar untuk jatuh tempo 2011 telah gagal bayar sebesar 13,09 juta dolar untuk kupon 5 mei 2009 (Kompasiana, 9 Februari 2010).

Salah satu sinyal yang dapat digunakan untuk mengetahui risiko default obligasi adalah peringkat obligasi (Brigham, 2010). Bagi emiten peringkat obligasi sangat mendorong dalam perbaikan kinerja (pelunasan obligasi) perusahaan. Selain itu juga digunakan sebagai sarana promosi terutama jika perusahaan memperoleh peringkat yang baik.

Proses pemeringkatan terhadap peringkat obligasi (bond rating) harus dilakukan oleh suatu lembaga atau agen pemeringkat obligasi (rating agency), dalam hal ini pemeringkat obligasi merupakan lembaga yang independen yang memberikan informasi mengenai peringkat skala rasio yang merupakan petunjuk sejauh mana keamanan suatu obligasi bagi para investor. Keamanan ini ditunjukkan berdasarkan kemampuan dalam membayar suku bunga dan melunasi pinjaman pokok.

Proses pemeringkatan ini dilakukan juga dengan tujuan untuk menilai kinerja suatu perusahaan sehingga agen pemeringkat obligasi dapat menyatakan layak atau tidaknya obligasi tersebut untuk diinvestasikan (Purwaningsih, 2011). Peringkat obligasi (bond rating) yang diberikan oleh agen pemeringkat pada umumnya dapat dikategorikan menjadi dua, yaitu investment grade (AAA, AA, A dan BBB) yang menunjukkan bahwa tingkat risiko terhadap sekuritas utang tersebut rendah serta

non-investment grade (BB, B ,CCC dan D) yang menunjukkan bahwa tingkat risiko

terhadap sekuritas utang tersebut tinggi.

Proses penilaian peringkat dilakukan dengan cara mempertimbangkan segala sesuatu yang berhubungan dengan informasi keuangan maupun non keuangan seperti operasional perusahaan, manajemen perusahaan, laporan keuangan perusahaan dan perencanaan perusahaan dengan menggunakan ukuran kuantitatif seperti laporan keuangan tahunan dan ukuran kualitatif seperti strategi perusahaan, posisi industri dan kerjasama tim dalam manajemen perusahaan (Adrian, 2011).

Indonesia mempunyai beberapa lembaga yang diakui oleh Bank Indonesia sebagai lembaga pemeringkat dan peringkat, yaitu Fitch Ratings Indonesia, PT ICRA Indonesia, dan PT Pemeringkat Efek Indonesia (PEFINDO). Hal ini sesuai dengan pemberlakuan Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 13/31/DPNP tanggal 22 Desember 2011 perihal Lembaga Pemeringkat dan Peringkat yang diakui Bank Indonesia.

Penelitian ini lebih mengacu pada penggunaan data yang dipublikasikan oleh PEFINDO karena PEFINDO merupakan lembaga pemeringkat paling tertua di Indonesia yang berdiri sejak tahun 1993 serta telah melakukan pemeringkatan terhadap lebih dari 500 perusahaan dan pemerintahan daerah. Sejak tahun 1996, PEFINDO telah melakukan kerja sama dengan salah satu perusahaan pemeringkat global yaitu Standard and Poor’s (S&P).

PEFINDO juga merupakan lembaga pemeringkat satu-satunya di Indonesia yang memiliki default data dan default study yang dapat digunakan oleh perusahaan termasuk Bank Indonesia.

Pefindo menentukan peringkat obligasi untuk menilai kinerja perusahaan dari berbagai faktor yang secara langsung maupun tidak langsung berhubungan dengan keuntungan perusahaan. Karena obligasi merupakan surat utang sehingga rating sangat diperlukan untuk menilai apakah penerbit nantinya dapat membayar kembali seluruh utangnya atau tidak.

Pefindo menilai peringkat obligasi berdasarkan 3 aspek, tetapi belum ada penjelasan lebih lanjut mengenai 3 aspek tersebut. Penelitian ini menguji salah satu

aspek yang digunakan PEFINDO dalam penilaian, yaitu aspek keuangan. Aspek keuangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan variabel Profitabilitas dengan proksi Return On Assets, Likuiditas dengan proksi Current Ratio, Leverage dengan proksi Debt to Equity Ratio, Ukuran perusahaan, Pertumbuhan, dan Produktivitas. Alasan dipilihnya variabel-variabel tersebut adalah karena variabel tersebut sering digunakan investor dalam mengukur atau menilai kinerja perusahaan. Dan sampel yang dipilih adalah perusahaan Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2011,2012,2013,2014 dan 2015.

Perusahaan manufaktur dipilih karena pada umumnya perusahaan manufaktur merupakan perusahaan yang paling dominan di Indonesia sehingga emiten tersebut mempunyai peluang besar dalam memberikan kesempatan bagi investor untuk investasi yang akan berpengaruh signifikan terhadap kinerja pasar modal. Hal ini menjadikan perusahaan manufaktur selalu mendapat perhatian dan sorotan dari pelaku pasar.

Perusahaan industri manufaktur terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) berjumlah 143, yang terdiri dari 3 buah sektor industri. Masing-masing 3 buah sektor itu yaitu 65 perusahaan sektor industri dasar dan kimia, 41 perusahaan sektor aneka industri, dan 37 perusahaan industri barang dan konsumsi.

Perusahaan Manufaktur di Indonesia mengalami perkembangan dari tahun ke tahun walaupun banyak mengalami masalah. Salah satu masalah yang dihadapi yaitu masalah keuangan yang mempengaruhi salah satunya adalah kinerja keuangan perusahaan. Berikut ini dapat dilihat laporan kinerja keuangan perusahaan Manufaktur dengan peringkat obligasi di Bursa Efek Indonesia:

Tabel 1.1

Data Laporan Keuangan & Bond Rating Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

Perusahaan Tahun Bond

Rating Laba Utang Aset Ekuitas Aset Lancar Utang Lancar

Pendapatan Indofood Sukses Makmur Tbk. 2011 AA+ 4,891,673 22,114,722 53,715,950 31,601,228 24,608,559 12,670,150 6,347,274 2012 AA+ 4,779,446 25,249,168 59,389,405 34,140,237 26,235,990 12,805,200 6,316,960 2013 AA+ 3,416,635 39,719,660 78,092,789 38,373,129 32,464,497 19,471,309 4,666,958 2014 AA+ 5,146,323 44,710,509 85,938,885 41,228,376 40,995,736 22,681,686 29,687 2015 AA+ 3,709,501 48,709,933 91,831,526 43,121,593 42,816,745 25,107,538 311,665 Gudang Garam Tbk. 2011 AA 4,958,102 14,537,777 39,088,705 24,550,928 30,381,754 13,534,319 6,614,971 2012 AA 4,068,711 14,903,612 41,509,325 26,605,713 29,954,021 13,802,317 5,530,646 2013 AA 4,383,932 21,353,980 50,770,251 29,416,271 34,604,461 20,094,580 5,936,204 2014 AA 5,395,293 24,991,880 58,220,600 33,228,720 38,532,600 23,783,134 7,205,845 2015 AA 6,452,834 25,497,504 63,505,413 38,007,909 42,568,431 24,045,086 8,635,275 Siantar Top Tbk. 2011 A 42,675 447,701 934,766 490,065 313,986 303,434 60,382,411,569 2012 A 74,626 670,149 1,249,841 579,691 569,840 571,296 93,116,800,006 2013 A 114,437 775,931 1,470,059 694,128 684,264 598,989 142,799,075,520 2014 A 123,465 882,610 1,700,204 817,594 799,430 538,631 167,765,041,979 2015 A 187,705 910,758 1,919,568 1,008,809 875,469 554,491 232,005,398,773 Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk 2011 A- 149,951 1,757,492 3,590,309 1,832,817 1,726,581 911,836 185,179 2012 A- 253,664 1,834,123 3,867,576 2,033,453 1,544,940 1,216,997 324,465 2013 A- 346,728 2,664,051 5,020,824 2,356,773 2,445,504 1,397,224 449,586 2014 A- 378,142 3,779,017 7,371,846 3,592,829 3,977,086 1,493,308 484,284 2015 A- 373,750 5,094,072 9,060,979 3,966,907 4,463,635 2,750,456 500,435 Sumber:

Berdasarkan Tabel 1.1 dapat dilihat bahwa data laporan keuangan pada perusahaan Indofood Sukses Makmur Tbk dan Gudang Garam Tbk mengalami fluktuasi setiap tahunnya. Dimana laba pada perusahaan Indofood Sukses Makmur pada tahun 2011-2013 mengalami penurunan dan diikuti oleh aset yang mengalami penurunan pada tahun 2013, sedangkan pada tahun 2014 laba tersebut mengalami kenaikan dan

ditahun berikutnya kembali menurun. Namun hal tersebut tidak mempengaruhi peringkat obligasi pada perusahaan Indofood Sukses Makmur pada tahun 2011-2015.

Pada perusahaan Gudang Garam Tbk pada tahun 2012 laba dan Aset Lancar mengalami penurunan dan pada tahun 2013-2015 laba perusahaan tersebut kembali meningkat setiap tahunnya. Namun hal tersebut tidak mempengaruhi peringkat obligasi pada perusahaan Gudang Garam Tbk pada tahun 2011-2015.

Pada perusahaan Siantar Top Tbk Laba, Utang, Aset, Ekuitas dan Aset Lancar mengalami peningkatan setiap tahunnya, namun pada tahun 2014 utang lancarnya mengalami penurunan dan pada tahun 2015 kembali meningkat. Namun hal tersebut tidak mempengaruhi peringkat obligasi pada perusahaan Siantar Top Tbk pada tahun 2011-2015.

Pada perusahaan Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk Laba perusahaan 2011-2014 mengalami peningkatan setiap tahunnya namun ditahun 2015 mengalami penurunan, dan Aset Lancar perusahaan pada tahun 2012 mengalami penurunan dan kembali meningkat pada tahun berikutnya. Namun hal tersebut tidak mempengaruhi peringkat obligasi pada perusahaan Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk pada tahun 2011-2015.

Hal ini berbeda dengan yang diungkapkan oleh Brigham dan Houston bahwa peringkat obligasi dapat dipengaruhi oleh faktor keuangan berupa berbagai ukuran rasio keuangan serta faktor non keuangan lainnya.

Berdasarkan fenomena dan teori yang diungkapkan diatas , maka penulis tertarik untuk meneliti lebih lanjut kedalam penelitian yang berjudul “Faktor-Faktor Yang

Mempengaruhi Peringkat Obligasi Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia”.

Dokumen terkait