• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

C. Periode Kerajaan Banten

Peletak dasar nilai keislaman di kawasan Sunda ialah Nurullah yang berasal dari Samudera Pasai. Beliau datang ke sana sekitar tahun 1525 atau 1526 atas perintah Sultan Trenggana yang merupakan Sultan Demak pada saat itu. Kedatangan Nurullah atau Syarif Hidayatullah yang kemudian menjadi Sunan Gunung Jati di Jawa bagian barat itu dengan dua misi. Misi pertama penyebaran ajaran agama Islam dan misi kedua memperluas wilayah kekuasaan Demak.54

Setelah sampai di Banten, ia segera berhasil menyingkirkan bupati Sunda di situ untuk mengambil alih pemerintahan atas kota pelabuhan tersebut dengan bantuan militer dari kerajaan Demak. Langkah selanjutnya untuk mengislamkan Jawa Barat ialah menduduki kota pelabuhan Sunda yang sudah tua, Sunda Kelapa kira-kira tahun 1527.55 Kemudian ia pergi ke Cirebon, kekuasaannya atas Banten diserahkan kepada putranya yaitu Hasanuddin. Hasanuddin menikahi putri Demak dan diresmikan menjadi Panembahan Banten tahun 1552. Ia meneruskan usaha-usaha ayahnya dalam meluaskan daerah Islam.56

1. Raja-raja yang Pernah Memimpin Banten a. Maulana Hasanuddin

Pada saat masih dibawah naungan Demak, pada tahun 1552 M, Banten dijadikan Negara bagian Demak dengan Maulana Hasanuddin sebagai Sultannya.57 Kemudian Maulana Hasanuddin memerdekakan Banten ketika kekuasaan Demak beralih ke Pajang pada tahun 1568 atau

54

M. Yahya Harun, Kerajaan Islam Nusantara Abad XVI dan XVII, (Yogyakarta: Karunia Kalam Sejahtera, 1995), h. 33

55

De Graaf, Kerajaan Islam Pertama Di Jawa, op. cit., h.148

56

Yatim, op. cit., h. 218

57

bertepatan dengan wafatnya Sunan Gunung Jati (ayah dari Maulana Hasanuddin).58 Berdasarkan hal itulah Maulana Hasanuddin dapat dikatakan sebagai pemimpin pertama Kerajaan Banten. Walaupun di dalam buku H.J. de Graaf dan Th. G. Th. Pigeud, Maulana Hasanuddin sebagai penguasa kedua.59 Maulana Hasanuddin sebagai Sultan pertama di Banten, ia adalah putra dari Sunan Gunung Jati dari ibu putri Banten.60 Sejak peritisannya Kesultanan Banten didukung oleh para pedagang muslim, baik mereka yang berasal dari penduduk Banten sendiri dan mereka berasal dari daerah di nusantara maupun dari luar nusantara. Itulah sebabnya dalam perkembangan Kesultanan Banten tampil sebagai penguasa maritim yang mengutamakan kegiatan perlayaran dan perdagangan.61

Maulana Hasanuddin meninggal pada tahun 1570 M.62 Dalam cerita Banten, Hasanuddin terkenal dengan nama setelah ia meninggal yaitu Pangeran Saba Kingking (atau: Seba Kingking), sesuai dengan nama kota/desa tempat ia dimakamkan, tidak jauh dari Banten. Makamnya telah dijadikan tempat ziarah oleh anak cucunya. Namun, ia tidak pernah mendapat penghormatan keagamaan sepertiayahnya, Sunan Gunung Jati.63

b. Maulana Yusuf

Setelah Maulana Hasanuddin meninggal pada tahun 1570 M, ia menggantikan ayahnya memimpin Banten.64 Maulana Yusuf mempunyai beberapa isteri. Dari permaisurinya yang bernama Ratu Hadijah, Maulana Yusuf mempunyai dua orang anak, yaitu Ratu Winahon dan Pangeran Muhammad. Sedangkan dari anak dari istri-istri yang lainnya

58

Khalil, op. cit., h. 72.

59

Hasanuddin, penguasa Islam yang kedua atas Banten, lihat. H.J De Graaf dan Th. Pigeaud,

Kerajaan Islam Pertama Di Jawa: Tinjauan Sejarah Politik Abad XV dan XVI, op.cit, h. 151.

60

P.S. Sulendraningrat, Sejarah Cirebon, (Jakarta: Proyek Penerbitan Buku Bacaan dan Sastra Indonesia dan Daerah, 1978), h. 23.

61

Lubis, op. cit., h. 34.

62

Harun, op. cit., h. 35.

63

De Graaf, Kerajaan Islam Pertama Di Jawa, op. cit., h. 152.

64

antara lain Pangeran Upapati, Pangeran Dikara, Pangeran Mandalika, Pangeran Aria Ranamanggala, Pangeran Madura, Pangeran Seminigrat, Ratu Demang, Ratu Pacatanda, Ratu Rangga, Ratu Manis, Ratu Wiyos, dan Ratu Balimbing.65 Maulana Yusuf meninggal pada tahun 1580, dan dimakamkan di Pangkalangan Gede dekat kampung Kasunyatan. Setelah meninggal ia terkenal dengan nama Pengeran Panembahan Pekalongan Gede atau Pangeran Pasareyan.66

c. Maulana Muhammad

Maulana Muhammad tetap diangkat menjadi pemimpin Banten ketika masih berusia 9 tahun. Namun, para Kadhi menyerahkan perwaliannya kepada Mangkubumi. Pangeran Muhammad diangkat menjadi sultan dengan gelar Kanjeng Ratu Banten Surosowan. Ketika Maulana Muhammad memimpin Banten, Kesultanan Banten menjadi semakin kuat dan ramai. Orang-orang dapat melayari kota dengan menyusuri banyak sungai yang terdapat di Banten.67 Maulana Muhammad dikenal sebagai seorang sultan yang amat saleh dan mempunyai keinginan yang kuat dalam menyebar luaskan ajaran Islam. Upaya yang dilakukan dalam menyebarluaskan ajaran Islam yaitu ia mengarang kitab-kitab, membangun sarana-sarana ibadah sampai ke pelosok desa, dan rutin menjadi imam dan khatib.68

Akhir hidup Maulana Muhammad cukup tragis. Ia terbujuk untuk membantu Pangeran Mas yang masih ada iktan saudara, berambisi untuk menjadi Raja Pelembang. Kemudian dilakukanlah penyerbuan ke Palembang dengan membawa pasukan dan kapal perang. Ketikan hampir berhasil, kapal perangnya tertembak yang mengakibatkan tebunuhnya Sultan Maulana Muhammad.69 Maulana Muhammad wafat pada Usia muda (kira-kira 25 Tahun). Setelah wafatnya, Maulana Muhammad

65

Lubis, op. cit., h. 39.

66

Harun, loc. cit.

67

Pemprov. Banten, Sultan di Banten, 2012, ( http://bantenprov.go.id/read/sultan-di-banten.html), diakses pada 4 Desember 2014.

68

Yatim, op. cit., h. 36

69

diberi gelar Pangeran Seda Ing Palembang atau Pangeran Seda Ing Rana. Ia dimakamkan di serambi Masjid Agung.70

d. Abul Mafakir Mahmud Abdul Kadir

Abul Mafakhir dinobatkan sebagai sultan ketika berusia lima bulan, sehingga untuk melaksanakan roda pemerintahan ditunjuklah Mangkubumi Jayanagara sebagai wali.71 Masa perwalian Sultan Muda berakhir pada bulan Januari 1624, maka Sultan Abul Mufakir Mahmud Abdul Kadir diangkat sebagai Sultan Banten (1596-1651).72 Sultan Abul Mafakir yang terkenal dengan sultan yang bijaksana dan mementingkan kehidupan rakyat menginggal pada tahun 1651. Ia digantikan oleh cucunya yang bergelar Abdulfattah atau yang terkenal dengan nama Sultan Ageng Tirtayasa. Pada masa Sultan Agung Titayasa dari tahun 1651 sampai dengan 1682 Banten mencapai puncak kemegahan baik dalam bidang perekonomian, politik, dan kebudayaan.73

e. Sultan Agung Tirtayasa

Sebagai pengganti Sultan Abdul Kadir yang mangkat, maka diangkatlah Pangeran Adipati Anom Pangeran Surya, putra Abu al-Ma'ali Ahmad, menjadi Sultan Banten ke-5 pada tanggal 10 Maret 1651. Sultan baru ini dikenal sebagai Pangeran Ratu Ing Banten atau Sultan Abulfath Abdulfattah dengan gelar lengkapnya adalah Sultan Abu Al Fath Abdul Fattah Muhammad Syifa Zaina Al Arifin.74

Walaupun pada masa kepemimpinan Sultan Ageng Tirtayasa menjadi masa kejayaan Banten, namun pada masa ini juga terjadi konflik yang melibatkan Sultan Ageng Tirtayasa dengan anaknya (Sultah Haji) yang berkerjasama denga VOC. Pada ahirnya perlawanan dari Sultan Agung dapat di patahkan berkat tipu daya dari Sultan Haji. Sultan Agung ditawan oleh Sultan Haji kemudian diserahkan kepada pihak Belanda.

70

Pemprov. Banten, Sultan di Banten, 2012, loc. cit.

71 Harun, op.cit., h.36. 72 Lubis, op.cit., h. 43 73 Kosoh op.cit., h. 97-98. 74 Lubis, op.cit., h. 47.

Sultan Agung ditawan sampai ia wafat pada tahun 1692.75 Untuk selanjutnya pemerintahan Kerajaan Banten dipimpin oeh Sultan Haji, namun pemerintahan ini dibawah kendali dari pihak VOC (Belanda). 2. Perluasan Wilayah Kerajaan Banten

Pada awalnya kawasan Banten juga dikenal dengan Banten Girang merupakan bagian dari Kerajaan Sunda. Kedatangan pasukan Kerajaan Demak di bawah pimpinan Maulana Hasanuddin ke kawasan tersebut selain untuk perluasan wilayah juga sekaligus penyebaran dakwah Islam. Kemudian dipicu oleh adanya kerjasama Sunda-Portugal dalam bidang ekonomi dan politik, hal ini dianggap dapat membahayakan kedudukan Kerajaan Demak selepas kekalahan mereka mengusir Portugal dari Melaka tahun 1513. Atas perintah Trenggana, bersama dengan Fatahillah melakukan penyerangan dan penaklukkan Pelabuhan Kelapa sekitar tahun 1527, yang waktu itu masih merupakan pelabuhan utama dari Kerajaan Sunda.76

Selain mulai membangun benteng pertahanan di Banten, Maulana Hasanuddin juga melanjutkan perluasan kekuasaan ke daerah penghasil lada di Lampung.77 Seiring dengan kemunduran Demak terutama setelah meninggalnya Trenggana, Banten yang sebelumnya vazal dari Kerajaan Demak, mulai melepaskan diri dan menjadi kerajaan yang mandiri. Maulana Yusuf anak dari Maulana Hasanuddin, naik tahta pada tahun 1570 melanjutkan ekspansi Banten ke kawasan pedalaman Sunda dengan menaklukkan Pakuan Pajajaran tahun 1579.78 Pada masanya (Maulana Yusuf) menetapkan batas wilayah kekuasaan Banten dengan Cirebon, yaitu sungai citarum dari muara sampai pedalamannnya (Cianjur sekarang)79. Kemudian ia digantikan anaknya Maulana Muhammad, yang mencoba menguasai Palembang tahun 1596 sebagai bagian dari usaha

75

Kosoh S., op. cit., h. 105.

76 Hayati, op.cit., h. 10. 77 Lubis, op.cit., h. 35. 78Ibid. , 36. 79 Lubis, h. 36.

Banten dalam mempersempit gerakan Portugis di nusantara, namun gagal karena ia meninggal dalam penaklukkan tersebut.80

Pada pemerintahan Sultan Ageng Tirtayasa yang bertahta dari tahun 1651 sampai tahun 1682 dipandang sebagai masa kejayaan Banten. Di bawah dia, Banten memiliki armada yang mengesankan, dibangun atas contoh Eropa, serta juga telah mengupah orang Eropa bekerja pada Kesultanan Banten. Dalam mengamankan jalur pelayarannya Banten juga mengirimkan armada lautnya ke Sukadana atau Kerajaan Tanjungpura (Kalimantan Barat sekarang) dan menaklukkannya tahun 1661. Pada masa ini Banten juga berusaha keluar dari tekanan yang dilakukan VOC, yang sebelumnya telah melakukan blokade atas kapal-kapal dagang menuju Banten.81

Selain mengembangkan perdagangan, Sultan Ageng Tirtayasa berupaya juga untuk memperluas pengaruh dan kekuasaan ke wilayah Priangan, Cirebon, dan sekitar Batavia guna mencegah perluasan wilayah kekuasaan Mataram yang telah masuk sejak awal abad ke-17. Selain itu, juga untuk mencegah pemaksaan monopoli perdagangan VOC yang tujuan akhirnya adalah penguasaan secara politik terhadap Banten. Pada masa Sultan Agung TIrtayasa berkuasa, kerajaan Banten mencapai puncak kejayaannya.82

Akan tetapi, pada masa ini juga Banten menuju masa kemunduran dan perpecahan. Dimulai dari kudeta putra mahkota yang tidak lain adalah anaknya sendiri, Sultan Abdul Nasr Abdul Kahar atau Sultan Haji. Sultan Haji ingin merebut tahta kerajaan dari tangan Sultan Ageng Titayasa dengan bantuan VOC. Walupun Sultan Ageng Tirtayasa melakukan perlawanan, tapi pada akhirnya dapat dikalahkan. Kerajaan Banten selanjutnya dipimpin oleh Sultan Haji. Namun, kepemimpinya

80

Ibid., 41.

81

Kesultanan Banten, (Id.wikipedia.org/wiki/Kesultanan_Banten), diakses pada 15 Januari 2015.

82

Sultan Haji ini hanya sebagai bonekanya Belanda, karena yang mengatur jalannya pemerintahan dikendalikan Belanda dengan VOC-nya.83

3. Media perluasan Islam Masa Kerajaan Banten

Berbagai cara dilakukan dalam perluasan wilayah dan pengaruh ajaran Islam selain dengan cara kekerasan atau peperangan. Berikut cara atau media yang digunakan kerajaan Banten dalam memperluas pengaruh Islam:

a. Perkawinan

Pada awal penyebaran Islam di Banten oleh Sunan Gunung Jati, Islam dapat diterima oleh masyarakat sehingga banyak orang masuk Islam. Bupati Banten itu sendiri tertarik dengan ketinggian ilmu dan akhlak dari Sunan Gunung Jati. Ia menikahkan putrinya yang bernama Nyai Kawunganten dengan Sunan Gunung Jati yang dianugrahi dua orang anak salah satunya adalah Pangeran Hasanuddin.84

b. Perdagangan

Pada masa Maulana Yusuf, ia memperluas kegiatan perekonomian dengan pembukaan daerah persawahan di sepanjang pesisir Banten dan daerah perkebunan lada di Lampung dan Bengkulu.85 Pada tahun-tahun pertama pemerintahan, Sultan Ageng Tirtayasa berhasil mengembangkan kembali perdagangan Banten. Hal tersebut dapat dilihat dari kenyataan bahwa Banten berhasil menarik perdagangan bangsa Eropa lainnya, seperti Inggris, Perancis, Denmark, dan Portugis. Sebagai saingan VOC, Banten lebih dekat dengan para pedagang Eropa itu karena masih menjalankan sistem perdagangan bebas bukan sistem perdagangan monopoli seperti yang dijalankan VOC. Selain itu, Banten pun mampu mengembangkan perdagangannya dengan Persia, Surat, Mekah, Koromandel, Benggala dan Siam, Tonkin, dan Cina sehingga VOC menganggap keadaan ini sebagai ancaman serius terhadap

83

Kosoh S., op. cit., h. 105.

84

Lubis, h. 27.

85Ibid.

perdagangannya yang berbasis di Batavia.86 c. Politik

Usaha Sultan Ageng Tirtayasa baik dalam bidang politik diplomasi maupun di bidang pelayaran dan perdagangan dengan bangsa-bangsa lain semakin ditingkatkan. Pelabuhan Banten makin ramai clikunjungi para pedagang asing dari Persi (Iran), India, Arab, Cina, Jepang, Filipina, Malayu, Pegu, dan lainnya. Demikian pula dengan bangsa-bangsa dari Eropa yang bersahabat dengan Inggris9, Prancis, Denmark, dan Turki.87

Berikut adalah hasil pemetaan perluasan wilayah ketika kerajaan Banten yang tergambar dalam peta tematik dibawah ini:

Gambar 4.3

Peta perluasan Wilayah Kerajaan Islam di Jawa Periode Kerajaan Banten

Gambar peta tematik di atas adalah hasil pemetaan perluasan wilayah pada masa kerajaan Banten. Pada peta tematik ini dibagi dengan tiga tipe

86

Ibid., h. 47.

87Ibid.

simbol yaitu simbol titik, simbol garis dan simbol area. Untuk simbol titik terbagi menjadi dua kategori, yaitu simbol titik berwarna hijau menandakan daerah-daerah penting yang menjadi wilayah kekuasaan dan taklukan pada periode kerajaan Banten. Sedangkan untuk simbol titik segilima menandakan pusat pemerintahan dari kerajaan Banten. Untuk simbol yang kedua yaitu simbol garis berupa anak panah warna merah menandakan arah perluasan wilayah (ekspansi) yang dilakukan selama pemerintahan Banten sejak menjadi kerajaan independen sampai masa puncak kejayaannya. Dan simbol yang ketiga adalah simbol area berwarna ungu yang menandakan cakupan wilayah yang pernah dikuasai oleh kerajaan Banten.

Dokumen terkait