• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

B. Periode Kerajaan Cirebon

Kerajaan Cirebon adalah kerajaan Islam pertama yang berada di Jawa Barat. Cirebon yang semula masuk daerah kekuasaan Sunda Pajajaran. Ketika itu Cirebon dipimpin oleh Pangeran Cakrabuana dan pada tahun 1479 M, Pangeran Cakrabuana menyerahkan kekuasaannya kepada keponakannya sendiri yaitu Sunan Gunung Jati. Sekitar tahun 1513, Cirebon sudah termasuk dibawah kekuasaan kerajaan Demak.31

1. Raja-raja yang Pernah Memimpin Cirebon a. Sunan Gunung Jati

Sunan Gunung Jati (Syarif Hidayatullah), nama lainnya dari Sunan Gunug Jati yaitu Said Kamil (nama pemberian Nabi Muhammad) dan Syekh Maulana Jati (nama sebagai guru agama).32 Sunan Gunung Jati adalah salah satu dari kelompok ulama besar di Jawa bernama

31

Poesponegoro, op.cit., h. 59.

32

walisongo. Sunan Gunung Jati merupakan satu-satunya Walisongo yang menyebarkan Islam di Jawa Barat. Beliau sebagai pendiri kerajaan Islam di Ceribon. Sebelum berdirinya kerajaan Cirebon yang dipimpin oleh Sunan Gunung Jati, wilayah Cirebon terbagi atau dua daerah. Untuk derah pesisir disebut dengan Cirebon Larang, sedangkan untuk daerah pedalaman disebut dengan nama Cirebon Girang.33

Menurut naskah Carita Purwaka Caruban Nagari, “Ayah dari Sunan Gunung Jati adalah Sultan Mahmud alias Syarif Abdullah dari

Bani Hasyim keturunan Bani Ismail.”34

Ibunya adalah Larasantang seorang putri Sunda Pajajaran yang bergelar Sarifah Mudaim. Gelar tersebut didapat setelah Ibu Sunan Gunung Jati mengandungnya pada usia kandungan sembilan bulan. Ibu dari Sunan Gunung Jati merupakan adik dari Pangeran Walangsungsang yang bergelar Cakrabuwana/ Cakrabumi. Sunan Gunung Jati atau Syarif Hidayatullah lahir sekitar tahun 1450 M.35

Pangeran Cakrabuana yang pada saat itu sebagai penguasa Cirebon menyerahkan kekuasaannya kepada Sunan Gunung Jati.36 Pengangkatan Sunan Gunung Jati didukung oleh para Wali Allah di pulau Jawa yang dipimpin oleh Sunan Ampel.37 Sunan Gunung Jati memiliki umur yang panjang sekitar 120 tahun. Beliau wafat pada tahun 1568.38

b. Fatahillah

Fatahillah dilahirkan di Pasai dari keturunan rakyat biasa. Selama 2 tahun memperdalam ilmu agama di Mekkah dan kembali ke pasai tahun 1521, kota tersebut sudah dikuasai oleh Portugis.39 Fatahillah

33

M. Sanggupri Bochori, dkk., Sejarah Kerajaan Tradisional Cirebon, (Jakarta: Proyek Peningkatan Kesadaran Sejarah Nasional Direktorat Jenderal Kebudayaan Departemen Pendidikan Nasional, 2001), h. 6.

34

Sunyoto, op. cit., hal. 155.

35

Adeng, op. cit., h. 24.

36 Ibid., h. 25. 37Ibid. 38 Poesponegoro, op.cit., h. 60. 39 Adeng, dkk., op.cit., h. 22.

menjadi panglima perang pada masa Demak dan menguasai Sunda Kelapa yang diubah namanya menjadi Jayakarta dan menjadi bupati disana. Ketika Sunan Gunung Jati wafat, ia mengantikan kedudukan Sunan Gunung Jati di Cirebon. Namun baru dua tahun memimpin ia meninggal pada 1570 M.40

c. Panembahan Ratu I

Pada tahun 1570 Sunan Gunung Jati sebagai penguasa Cirebon telah diganti oleh seorang cicitnya, yang hanya terkenal dengan gelar Pangeran Ratu atau Panembahan Ratu.41 Pada masa peralihan, Cirebon dipimpin oleh Fatahillah selama dua tahun. Panembahan Ratu I dianugrahi umur yang panjang, semenjak menjadi Raja Cirebon pada 1570 ia baru meninggal pada tahun 1650.42 Berarti ia menjabat menjadi raja Cirebon sekitar 80 tahun. Sebagai pengganti yang meneruskan kerajaan Cirebon adalah Pangeran Girilaya. Ia merupakan cucu dari Panembahan Ratu I.

d. Panembahan Girilaya

Setelah Panembahan Ratu I meninggal, Kesultanan Cirebon dilanjutkan oleh cucunya yang bernama Pangeran Rasmi atau Pangeran Karim (lahir tahun 1601, anak dari Pangeran Seda ing Gayam, yang telah meninggal lebih dahulu). Pangeran Rasmi kemudian menggunakan nama gelar ayahnya yaitu Panembahan Ratu II.43 Panembahan Ratu II mempunyai hubungan erat dengan Mataram, karena ia adalah menantu dari Mangkurat I, namun hubungan merenggang ketika Mataram mencurigai Cirebon yang sedang merintis kekuatan dengan Banten untuk mengadakan pemberontakan. Akhirnya diatur siasat berupa undangan kekeluargaan oleh Mangkurat I, yang berujung kepada penahanan

40

Ibid., h. 22.

41

De Graaf, Kerajaan Islam Pertama Di Jawa, op. cit., h. 144.

42Ibid.

, h. 145

43

Panembahan Ratu II. Ia ditahan sampai meninggalnya dan dimakamkan di Imogiri 1667.44

2. Perluasan Wilayah Kerajaan Cirebon

Sekitar abad ke-15 hingga abad ke-16, sebuah kerajaan di Jawa bagian barat telah berdiri. Kerajaan tersebut adalah kerajaan Cirebon. Kerajaan Cirebon terletak di pantai utara pulau Jawa. Lokasinya di perbatasan antara Jawa Barat dengan Jawa Tengah menjadi jembatan antara kebudayaan Jawa dengan kebudayaan Sunda. Pada saat kerajaan Mataram berkuasa di Jawa, kerajaan Cirebon dijadikan sebagai pangkalan penting untuk angkatan bersenjata dan sebagai kerajaan kegamaan saja. Selain itu Cirebon dianggap sebagai vassal (daerah taklukan) dari kerajaan Mataram.45

Kerajaan Cirebon mulai melakukan perluasan wilayah kerajaannya ketika dipimpin oleh Sunan Gunung Jati. Perluasan di Luragung (Kuningan) berjalan secara damai dengan ikatan perkawinan. Kemudian dilanjutkan perluasan ke Talaga. Namun di Talaga proses perluasannya dilakukan secara peperangan dikarenakan terjadi kesalahpahaman antara pengawal Sunan Gunung Jati dengan Prabu Pucukumum. Sunan Gunung Jati berhasil menundukkan Talaga,46 tetapi Prabu Pucukumum dan putrinya Nyai Mas Tajungrangagang melarikan diri ke Gunung Ceremai.47 Begitu pula di Raja Galuh (Majalengka) juga melalui peperangan. Akhirnya Cirebon dapat menundukkan Raja Galuh pada tahun 1528 M.48 Setelah Raja Galuh takluk, raja Indramayu yang bernama Arya Wiralodra dengan gelar Prabu Indrawijaya tidak hanya menyatakan meyerah, tetapi juga menyatakan masuk Islam.49

44

Sanggupri, op. cit., h. 33.

45

Kosoh S., Suwarno K., dan Syafel, Sejarah Daerah Jawa Barat, (Jakarta: Proyek Inventarisasi dan Dokumentasi Sejarah Nasional, 1994), h. 101.

46 Dalam buku lain “Talaga” yang dimaksud adalah Banten Girang, lihat Nina H. Lubis, Banten Dalam Pergumulan Sejarah: Sultan, Ulama, dan Jawara, (Jakarta: Pusaka LP3ES Indonesia, 2003), Cet I, h. 47 Adeng, dkk, op.cit., h. 29-30 48Ibid., h. 31. 49 Sunyoto, op.cit., h. 165.

Sampai pada masa Panembahan Ratu I wilayah Cirebon kekuasaan pada waktu pemerintahannya meliputi Indramayu, Majalengka, Kuningan, kabupaten dan kota Cirebon sekarang.50 Pada pemerintahan selanjutnya Cirebon selalu diapit oleh kerajaan Banten dan Mataram yang menyebabkan konflik antar ketiga kerajaan ini yang berujung pada meninggalnya Panembahan Girilaya di Kertasura. Peristiwa ini menyebabkan kekosongan kekuasaan di Cirebon dan terpecahnya kekuasaan Cirebon mejadi tiga bagian, yang masing-masing dipimpin oleh anak-anak dari panembahan Girilaya (Pengeran Martawijaya, Pangeran Kartawijaya, Pangeran Wangsekerta).51

Karena ketiganya sudah dilantik menjadi Sultan Cirebon, maka Sultan Banten, Ageng Tirtayasa menetapkan ketiganya sebagai raja. Sebagai anak sulung, Pangeran Martawijaya menjadi Sultan Sepuh I yang berkuasa di Keraton Kasepuhan. Adiknya, Pangeran Kartawijaya yang berkuasa di Keraton Kanoman dan Pangeran Wangsakerta diangkat menjadi Panembahan Cirebon tetapi tidak memiliki wilayah kekuasaan dan keraton secara formal.52 Dari kasus pembagian kekuasaan itu, akhirnya terhitung sejak pertengahan abad XVII di Cirebon ada tiga kesultananan yang menempati keraton yang berbeda, yaitu Kasepuhan, Kanoman, dan Kacirebonan.

3. Media Perluasan Islam masa Kerajaan Cirebon

Berbagai cara dilakukan dalam perluasan wilayah dan pengaruh ajaran Islam selain dengan cara kekerasan atau peperangan. Cara atau media yang digunakan kerajaan Cirebon dalam memperluas pengaruh Islam. Media dalam perluasan wilayah dalam menunjukan eksistensi Kerajaan Cirebon lebih kepada pendidikan dan dakwah, terutama peran dari Sunan Gunung Jati. Salah satu strategi dakwah yang dilakukan untuk memperkuat kedudukan sekaligus memperluas hubungan dengan tokoh yang berpengaruh di Cirebon adalah melalui pernikahan. Sebagaimana

50 Abimanyu, op.cit., h. 449. 51Ibid. , h. 450. 52 Sanggupri op.cit., h. 34.

yang dicontohkan oleh Nabi Muhammad SAW dan para sahabat. Tidak kurang terdapat enam orang perempuan dijadikan istri.53

Berikut adalah hasil pemetaan perluasan wilayah ketika kerajaan Cirebon yang tergambar dalam peta tematik dibawah ini:

Gambar 4.2

Peta Perluasan Wilayah Kerajaan Islam di Jawa Periode Kerajaan Cirebon

Gambar peta tematik di atas adalah hasil pemetaan perluasan wilayah pada masa kerajaan Cirebon. Pada peta tematik ini dibagi dengan tiga tipe simbol yaitu simbol titik, simbol garis dan simbol area. Untuk simbol titik terbagi menjadi dua kategori, yaitu simbol titik berwarna hijau menandakan daerah-daerah penting yang menjadi wilayah kekuasaan dan taklukan kerajaan Cirebon. Sedangkan untuk simbol titik segilima menandakan pusat pemerintahan. Untuk simbol yang kedua yaitu simbol garis berupa anak panah warna merah menandakan arah perluasan wilayah (ekspansi) yang dilakukan selama pemerintahan Cirebon dari sebelum Banten menjadi

53

kerajaan independen, sampai masa puncak perluasan Cirebon. Dan simbol yang ketiga adalah simbol area berwarna ungu yang menandakan cakupan wilayah yang pernah dikuasai oleh kerajaan Cirebon yang menguasai Jawa barat bekas kekuasaan Hindu Pajajaran.

Dokumen terkait