Guus Heerma van Voss
2.4 Perjanjian kerja waktu tertentu
Terjemahan ke dalam bahasa Inggris dari UU Ketenagakerjaan menggunakan istilah perjanjian kerja waktu tertentu (agreements for a
specified time), disingkat PKWT, sedangkan negara-negara lain lebih kerap menggunakan istilah fixed-term contracts (kontrak dengan jangka
waktu tetap). Di dalam hukum perburuhan, jenis kontrak seperti ini
seringkali dibatasi, yakni untuk mendorong penggunaan kontrak dengan waktu tidak tertentu. Kontrak kerja waktu tidak tertentu kiranya dalam jangka panjang memberikan jaminan perlindungan yang jauh lebih baik bagi pekerja/buruh. Pembatasan demikian dapat berbentuk
pembatasan alasan untuk mana perjanjian untuk waktu tertentu dapat dibuat, jangka waktu yang diperkenankan bagi kontrak seperti ini ataupun jumlah perjanjian untuk waktu tertentu yang dibuat berturut- turut yang dapat ditutup. Hukum perburuhan Indonesia menggunakan ketiga macam pembatasan di atas.
Berdasarkan ketentuan Pasal 59 UUK, perjanjian kerja waktu tertentu hanya dapat dibuat untuk pekerjaan tertentu yang menurut
jenis dan sifat atau kegiatan pekerjaannya akan selesai dalam waktu
tertentu. Selanjutnya ketentuan tersebut menjelaskan bahwa pekerjaan demikian mencakup:
a. Pekerjaan yang sekali selesai atau yang sementara sifatnya;
b. Pekerjaan yang diperkirakan penyelesaiannya dalam waktu yang
tidak terlalu lama dan paling lama 3 (tiga) tahun; c. Pekerjaan yang bersifat musiman; atau
d. Pekerjaan yang berhubungan dengan produk baru, kegiatan baru, atau produk tambahan yang masih dalam percobaan atau penjajakan.
Ketentuan penjelasan dari Pasal ini menetapkan bahwa perjanjian kerja
untuk waktu tertentu harus didaftarkan di instansi pemerintah yang
bertanggungjawab atas urusan ketenagakerjaan.
Ketentuan ayat (2) dari Pasal 59 UUK secara tegas menyatakan
bahwa perjanjian kerja waktu tertentu tidak dapat diadakan untuk
pekerjaan yang bersifat tetap. Hal ini kiranya sudah dapat disimpulkan
dari ketentuan ayat terdahulu Pasal ini.
Penjelasan dari ketentuan di atas menerangkan bahwa pekerjaan
yang bersifat tetap merujuk pada pekerjaan yang bersifat berlanjut, terus
menerus atau tanpa jeda, yang terikat pada jangka waktu tertentu dan merupakan bagian dari proses produksi dalam kegiatan atau pekerjaan
yang tidak bersifat musiman.
Pekerjaan tidak musiman adalah pekerjaan yang tidak tergantung pada cuaca/iklim atau situasi-kondisi tertentu. Jika suatu pekerjaan
bersifat terus menerus serta berlanjut, namun tidak terikat jangka/ kerangka waktu (timeframe) dan merupakan bagian dari proses produksi,
tetapi terikat/tergantung pada cuaca/iklim ataupun pekerjaan diadakan karena adanya situasi-kondisi tertentu, maka dikatakan bahwa pekerjaan demikian adalah pekerjaan musiman. Pekerjaan demikian tidak termasuk pekerjaan tetap dan sebab itu dapat ditundukkan pada ketentuan-ketentuan yang berlaku bagi perjanjian kerja untuk waktu tertentu.
Bab 2. Kesepakatan kerja
waktu tertentu dapat diperpanjang atau diperbaharui. Perbedaan antara keduanya harus dikaitkan dengan upaya-upaya lain untuk membatasi penggunaan kontrak-kontrak kerja seperti ini. Kiranya
dengan perpanjangan (extension) dimaksudkan bahwa perjanjian lama langsung diteruskan seketika berakhir. Pembaharuan (renewal)
sebaliknya merujuk pada pengertian bahwa setelah lewat jangka waktu tertentu setelah perjanjian berakhir, dibuat perjanjian baru
Ketentuan ayat (4) Pasal 59 UUK menetapkan bahwa perjanjian kerja waktu tertentu yang didasarkan atas jangka waktu tertentu dapat
diadakan untuk paling lama 2 (dua) tahun dan hanya boleh diperpanjang 1 (satu) kali untuk jangka waktu paling lama 1 (satu) tahun.
Satu syarat tambahan ialah bahwa pengusaha yang bermaksud memperpanjang perjanjian kerja waktu tertentu, paling lama 7 (tujuh) hari sebelum perjanjian kerja waktu tertentu tersebut berakhir, harus telah memberitahukan maksudnya secara tertulis kepada pekerja/
buruh yang bersangkutan (Pasal 59 (5) UUK).
Ketentuan ayat (6) Pasal 59 UUK berkenaan dengan pembaharuan
perjanjian kerja waktu tertentu. Pembaharuan hanya dapat diadakan
setelah melebihi masa tenggang waktu 30 (tigapuluh) hari (sejak)
berakhirnya perjanjian kerja waktu tertentu yang lama. Pembaharuan
perjanjian kerja waktu tertentu hanya boleh dilakukan 1 (satu) kali dan paling lama 2 (dua) tahun.
Di dalam Kitab Undang-undang Hukum Perdata dapat kita temukan empat ketentuan tambahan berkenaan dengan perjanjian kerja waktu tertentu. Pertama, hubungan kerja berakhir demi hukum, jika habis waktunya yang ditetapkan dalam perjanjian atau dalam peraturan perundang-undangan atau jika semuanya itu tidak ada,
menurut kebiasaan. (Pasal 1603e KUHPerdata). Sebagai akibatnya,
KUHPerdata secara tegas menetapkan bahwa jika lamanya hubungan kerja tidak ditentukan, baik dalam perjanjian atau reglemen, maupun dalam peraturan perundang-undangan atau menurut kebiasaan, maka
hubungan kerja itu dipandang diadakan untuk waktu tidak tentu (Pasal
1603gKUHPerdata).
Ketentuan kedua yang dapat kita temukan dalam KUHPerdata berkenaan dengan kapan pemberitahuan perihal pemutusan hubungan kerja disyaratkan dalam hal perjanjian kerja waktu tertentu. Menurut ketentuan Pasal 1603e KUHPerdata yang sudah disebut di atas, pemberitahuan tentang pemutusan hubungan hanya akan disyarakatkan dalam hal-hal berikut ini:
1. jika hal itu dijanjikan dalam surat perjanjian atau dalam reglemen; 2. jika menurut peraturan perundang-undangan atau menurut hukum
kebiasaan, juga dalam hal lamanya hubungan kerja ditetapkan sebelumnya, diharuskan adanya pemberitahuan tentang pemutusan itu dari kedua belah pihak, dalam hal yang diperbolehkan, tidak mengadakan penyimpangan dengan perjanjian tertulis atau dengan reglemen.
Ketentuan ketiga berkenaan dengan situasi pekerja/buruh terus melanjutkan pekerjaan padahal jangka waktu telah lampau dan belum ada kesepakatan baru dibuat berkenaan dengan pelanjutan pekerjaan tersebut. Ketentuan Pasal 1603f KUHPerdata menetapkan bahwa jika hubungan kerja, setelah waktunya habis sebagaimana diuraikan pada aliner pertama Pasal 1603e diteruskan oleh kedua belah pihak tanpa bantahan, maka hubungan kerja itu dianggap diadakan lagi untuk waktu yang sama. Dalam hal hubungan kerja yang diperpanjang itu akan berlangsung untuk waktu kurang dari enam bulan maka hubungan kerja tersebut dianggap diadakan untuk waktu tidak tentu, hanya dengan syarat-syarat yang sama.
Ketentuan di atas berlaku pula jika dalam hal-hal tersebut pada alinea kedua Pasal 1603e KUHPerdata, pemberitahuan pemutusan hubungan kerja tidak dilakukan pada waktu yang tepat, Dalam surat perjanjian atau dalam reglemen, akibat-akibat dari pemberitahuan pemutusan hubungan kerja yang tidak dilakukan tepat pada waktunya dapat diatur dengan cara lain, asal hubungan kerja diperpanjang untuk waktu sedikit-dikitnya enam bulan.
Terakhir, dapat kita temukan aturan yang berlaku bagi
kontrak waktu tertentu yang dibuat berkelanjutan (consecutive fixed-
term contracts). Suatu perjanjian kerja baru yang diadakan seorang buruh dalam waktu empat minggu setelah berakhirnya hubungan kerja sebelumnya, tidak peduli apakah hubungan kerja yang lalu itu diadakan untuk waktu tertentu atau waktu tidak tentu, dengan majikan yang sama dan untuk waktu tertentu yang kurang dari enam
bulan, dipandang diadakan untuk waktu tidak tentu (Pasal 1603i bis
KUHPerdata). Ketentuan terakhir ini tampaknya bertentangan dengan sistem perpanjangan maupun pembaharuan dalam Pasal 59 UUK.