• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perkawinan Adat Minangkabau a. Lamaran Adat Minang

Oleh: Rahmiyati dan Munawir

1. Perkawinan Adat Minangkabau a. Lamaran Adat Minang

Maminang merupakan istilah untuk menyebut prosesi lamaran dalam tradisi Minang. Sesuai dengan kultur Minang yang menganut sistem matrilineal, maka prosesi lamaran justru dilakukan oleh pihak keluarga wanita kepada keluarga pria yang akan dipinang. Dalam prosesi Maminang juga dikenal istilah batuka tando atau batimbang tando. Artinya, kedua pihak saling menukar tanda sebagai simbol ikatan kesepakatan meminang dilakukan. Saling memberikan benda sebagai tanda ikatan ini sesuai dengan hukum perjanjian pertunangan menurut adat Minangkabau5.

Jika prosesi batuka tando telah dilakukan maka bukan hanya kedua calon mempelai saja yang telah ada keterikatan dan pengesahan, tetapi juga antar kedua belah pihak keluarga. Jadi tidak bisa lagi memutuskan secara sepihak perjanjian yang telah disepakati. Urutan Acara Maminang sebagai berikut6:

1) Melamar : Menyampaikan secara resmi lamaran dari pihak keluarga si gadis kepada keluarga si pemuda

2) Batuka tando: Mempertukarkan tanda ikatan masing-masing 3) Baretong: Merembukkan tata cara yang akan dilaksanakan nanti

dalam penjemputan calon pengantin pria waktu akan dinikahkan. 4) Manuak hari: Menentukan waktu terbaik hari pernikahan

Dalam tradisi Minangkabau, sirih pinang lengkap menjadi barang bawaan yang wajib hukumnya dibawa saat prosesi maminang. Entah itu

5 Nazif Basir dan Elly Kasim, Tata cara Perkawinan Adat Istiadat Minangkabau, (Elly Kasim Collections, 1997), hal 21

6 Nazif Basir dan Elly Kasim, Tata cara Perkawinan Adat Istiadat Minangkabau,……. hal 24

sirih pinang disusun di carano atau dibawa dengan kampia. Yang penting sirih dan pinang lengkap masuk dalam daftar bawaan. Sirih pinang bukan semata benda belaka, melainkan ada simbolisasi dan makna tersirat di dalamnya.

Daun sirih kalau dikunyah menimbulkan dua rasa dilidah, yaitu pahit dan manis. Terkandung simbol kearifan manusia akan kekurangan-kekurangan mereka. Wajar saja bila dalam setiap pertemuan dua pihak terjadi kekhilafan dan kekurangan. Maka dengan menyuguhkan sirih di awal pertemuan, maka segala perkara yang janggal tidak layak jadi gunjingan.

Selain itu, dalam prosesi maminang kedua pihak keluarga juga telah menyiapkan benda untuk prosesi batuka tando atau bertukar tanda. Benda tersebut diletakkan dalam suatu wadah (dulang atau nampan) yang dihias apik. Benda yang dipertukarkan untuk ‘batuko tando’ lazimnya adalah benda-benda pusaka, seperti keris atau kain adat yang mengandung nilai sejarah bagi keluarga. Jadi barang yang dipertukarkan bukan dinilai dari kebaruan dan kemahalan harganya, tetapi justru karena sejarahnya.

Barang-barang yang dipertukarkan tersebut, mengingat sejarahnya, maka nanti setelah akad dilangsungkan, masing-masing tanda ini harus dikembalikan lagi dalam suatu acara resmi oleh kedua belah pihak. Lazimnya, dibawa juga buah tangan berupa kue-kue atau buah-buahan sebagai oleh-oleh. Sebagian masyarakat Bukit tinggi, Sumatera Barat, saat meminang mamak dari pihak laki-laki menyiapkan rokok daun anau diisi dengan tembakau yang dibawa dengan kampia (wadah pipih yang dibuat dari daun lontar atau daun anau).

b. Mahanta Siriah

Mahanta Siriah merupakan acara mempelai izin atau memohon doa restukedua calon mempelai pengantin kepada mamak – mamaknya, saudara ayah, kakak yang telah berkeluarga dan sesepuh yang

dihormati. Ritual ini bertujuan untuk memohon doa dan memberitahukan rencana pernikahannya. Calon mempelai pria membawa selapah yang berisi daun nipah dan tembakau. Kalau sekarang diganti dengan rokok. Sementara calon mempelai wanita menyertakan sirih lengkap.

c. Babako - Babaki

Babako adalah pihak keluarga dari ayah calon mempelai wanita. pihak keluarga ini ingin meperlihatkan kasih sayangnya dengan cara ikut memikul biaya sesuai dengan kemampuannya. Sesuai tradisi, acara ini beberapa hari sebelum acara akad nikah berlangsung. Calon mempelai wanita dijemput untuk dibawa ke rumah keluarga ayahnya. Lalu para tetua memberi nasihat. Esoknya, calon mempelai wanita diarak kembali ke rumahnya diiringi keluarga pihak ayah dengan membawa berbagai macam barang bantuan tadi. Perlengkapan yang disertakan biasanya berupa sirih lengkap (sebagai kepala adat), nasi kuning singgang ayam (makanan adat), antaran barang yang diperlukan calon mempelai wanita seperti seperangkat busana, perhiasan emas, lauk pauk baik yang sudah dimasak maupun yang masih mentah, kue-kue dan sebagainya.

d. Malam Bainai

Malam bainai dilakukan pada malam sebelum akad nikah. Bainai meupakan ritual melekatkan hasil tumbukan daun pacar merah (daun inai) kepada kuku-kuku calon pengantin wanita. Tradisi ini sebagai ungkapan kasih sayang dan doa restu dari para sesepuh keluarga mempelai wanita. Perlengkapan lain yang digunakan antara lain air yang berisi keharuman tujuh kembang, daun iani tumbuk, payung kuning, kain jajakan kuning, kain simpai dan kursi untuk calon mempelai. Bersamaan dengan inai dipasang, berkumandang syair tradisi Minang pada malam bainai diwarnai dengan pekikan seruling. Calon mempelai wanita dengan baju tokoh dan bersunting rendah

dibawa keluar dari kamar diapit kawan sebayanya. Acara mandi-mandi secara simbolik dengan memercikkan air harum tujuh kembang oleh para sesepuh dan kedua orang tua. Selanjutnya, kuku-kuku calon mempelai wanita diberi inai.

e. Manjapuik Marapulai

Manjapuik Marapulai merupakan acara ritual paling penting dalam pernikahan adat minangkabau. Prosesinya ialah calon pengantin pria dijemput dan dibawa ke rumah calon pengantin wanita untuk melangsungkan akad nikah. Selain itu, dalam acara ini juga akan dilakukan pemberian gelar pusaka kepada calon mempelai pria sebagai simbol kedewasaan. Rombongan dari keluarga calon mempelai wanita akan menjemput calon mempelai pria dengan membawa perlengkapan berupa sirih lengkap dalam cerana, pakaian pengantin pria lengkap, nasi kuning singgang ayam, lauk pauk, dan lain-lain. Setelah prosesi sambah mayambah dan mengutarakan maksud kedatangan, barang-barang diserahkan. Calon pengantin pria beserta rombongan diarak menuju kediaman calon mempelai wanita.

f. Penyambutan di Rumah Anak Daro

Tradisi ini diiringi bunyi musik tradisional khas Minang yaitu talempong dan gandang tabuk, serta barisan Gelombang Adat timbal balik yang terdiri dari pemuda – pemuda berpakaian silat serta disambut pada dara berpakaian adat yang menyuguhkan sirih. Keluarga mempelai wanita memayungi calon mempelai pria disambut dengan Tari Gelombang Adat Timbal Balik. Barisan dara menyambut rombongan dengan persembahan sirih lengkap. Para sesepuh wanita menaburi calon pengantin pria dengan beras kuning. Sebelum memasuki pintu rumah, kaki calon mempelai pria diperciki air sebagai lambang mensucikan, lalu berjalan menapaki kain putih menuju tempat berlangsungnya akad.

g. Akad Nikah

Prosesi akad nikah dilaksanakan sesuai syariat agama islam. Diawali pembacaan ayat suci, ijab kabul, nasehat perkawinan dan doa. Ijab Kabul umumnya dilakukan pada hari Jum’at siang

h. Basandiang di Pelaminan

Sesudah melakukan akad nikah, maka kedua mempelai akan ditujukan untuk basandiang di rumah anak daro. Anak daro dan marapulai menanti tamu alek salingka alam diwarnai musik di halaman rumah.

i.Tradisi Usai Akad Nikah

Setelah akad nikah, terdapat enam acara adat yang dilaksanakan pada tata cara adat Minangkabau, yaitu :

1) Mamulangkan Tando Setelah resmi sebagai suami istri, maka tanda yang diberikan sebagai ikatan janji saat lamaran dikembalikan oleh kedua belah pihak.

2) Malewakan Gala Marapulai Mengumumkan gelar untuk pengantin pria sebagai tanda kehormatan dan kedewasaan yang disandang mempelai pria.

3) Balantuang Kaniang (Mengadu Kening) Dipimpin oleh sesepuh wanita, pasangan mempelai menyentuhkan kening mereka. Duduk berhadapan dengan wajah dipisahkan oleh kipas, lalu kipas diturunkan perlahan. Barulah kening pengantin akan saling bersentuhan.

4) Mangaruak Nasi Kuniang Diawali dengan kedua pengantin berebut daging ayam yang tersembunyi di dalam nasi kuning sebagai tanda hubungan kerjasama antara suami istri harus selalu saling menahan diri dan melengkapi.

5) Bamain Coki Permainan tradisional minang, semacam permainan catur dua orang, dengan papan menyerupai halma. Bermakna agar kedua mempelai bisa saling meluluhkan kekakuan dan egonya masing – masing agar tercipta kemesraan. 6) Tari Payung . Dipercayai sebagai tarian pengantin baru. Syair

“Berbendi – bendi ke sungai tanang” berarti pasangan yang baru menikah pergi mandi ke kolan yang dinamai sungai Tanang yang mencerminkan berbulan madu. Penari memakai payung melambangkan peranan suami sebagai pelindung istri.

j. Manikam Jajak

Satu minggu setelah akad nikah, kedua pengantin pergi ke rumah orangtua serta ninik mamak pengantin pria dengan membawa makanan. Tujuannya untuk menghormati atau memuliakan orangtua serta ninik mamak pengantin pria seperti orangtua dan ninik mamak sendiri.