• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perkembangan aspek problem solving, pengendalian diri, kerja sama, dan empati

Jika ditinjau dari aspek-aspek kompetensi sosial yang dalam penelitian ini yaitu problem solving, pengendalian diri, kerjasama dan empati, maka berikut ini perkembangan

masing-masing aspek tersebut.

1) Problem solving

Problem solving adalah kemampuan yang ada pada diri anak untuk mendiskusikan

pemecahan terhadap konflik yang disetujui oleh semua pihak yang terlibat di dalamnya (Berns, 2010). Pada masa usia sekolah kemampuan anak dalam mengambil keputusan menjadi penting terutama dalam menghadapi permasalahan akademik dan sosial (Kostelnik et al., 2012). Adapun komponen-komponen yang dilakukan anak dalam pengambilan keputusan adalah: (a) anak mengidentifikasi keputusan-keputusan apa yang harus dibuat di sekolah, (b) anak membuat keputusan yang positif ketika berinteraksi dengan teman, (c) anak dalam mengidentifikasi dan menetapkan langkah-langkah yang sistematis mengambil keputusan, (d) anak menerapkan alternatif solusi dan mengevaluasi akibat-akibatnya terhadap situasi akademik dan sosial. Pada periode usia sekolah keterampilan seperti negosiasi, resolusi konflik, dan kompromi berkembang dan menjadi penting (Semrud-Clikeman, 2007).

Mengelola perilaku emosional yang tepat dan juga mampu mengekspresikan perasaan dan pikirannya menjadi lebih penting dan sangat erat berhubungan dengan kompetensi sosial.

15 2) Pengendalian diri

Pengendalian diri merupakan kekuatan seseorang untuk mengendalikan perilaku diri sendiri, anak tahu mana yang benar dan salah, serta dapat membuat pilihan perilaku yang tepat (Crockett & Knoff, 2003). Wllingham (2011) menyamakan pengendalian diri dengan regulasi diri yaitu kemampuan anak untuk dapat mengendalikan dan merencanakan emosi, kognisi, dan perilaku. Smart & Sanson (2003) mengartikan pengendalian diri sebagai perilaku yang dapat merespon secara tepat terhadap godaan situasi konflik dan non konflik yang menuntut kompromi. Anak-anak yang mempunyai pengendalian diri yang baik akan berperilaku: (a) membantu mempertahankan aturan-aturan secara rutin, (b) mengikuti aturan secara rutin dalam lingkungan belajar, (c) menggunakan materi belajar sesuai dengan tujuan dan menghormatinya, (d) mengekspresikan perasaan melalui bahasa tubuh, tindakan, dan bahasa yang tepat (Kostelnik et al., 2012). Pada anak usia sekolah faktor pengendalian diri menjadi penting karena dengan menguatkan pengendalian diri anak dapat membangun karakter untuk mencegah perilaku bermasalah dan kenakalan pada masa remaja dan dewasa (Lakes & Hoyt, 2004; Nakhaie, Silverman, LaGrange, 2000).

3) Kerjasama

Kerjasama adalah perilaku menolong, berbagi, dan mengikuti aturan serta permintaan orang lain (Smart & Sanson, 2003). Menurut Schneider et al. (2011) kerjasama merupakan aktivitas yang kontinum dengan kompetisi. Kerjasama digambarkan sebagai kemampuan sosial yang berakibat positif sementara kompetisi akan berakibat negatif. Beberapa perilaku kerjasama anak usia sekolah yang diharapkan berdasarkan Johnson dan Johnson (1999) adalah: (a) berinteraksi positif dengan anak lain, (b) berbagi gagasan dan material, (c) memberi dukungan ketika anak lain sedang berada dalam kondisi berbahaya, (d) memberi kontribusi terhadap

16

usaha kelompok, (e) berbagi tugas dengan anggota kelompok, (f) memperkecil perbedaan yang ada dalam kelompok.

Menurut Kemple (Bern, 2010) anak yang mau bekerjasama dan berbagi akan diterima oleh teman sebaya dan mengurangi risiko untuk ditolak. Dalam teori bermain sosial oleh Parten (Bern, 2010; Power, 2010) bermain kooperatif yaitu permainan yang membutuhkan kerjasama dan organisasi merupakan prototipe permainan untuk anak usia sekolah.

4) Empati

Empati adalah perilaku yang menunjukkan kepedulian dan penghargaan terhadap perasaan dan pandangan orang lain (Smart & Sanson, 2003). Dengan empati anak akan bermain peran untuk memperoleh perspektif orang lain (Berns, 2010). Empati merupakan tindakan mengenali dan memahami perspektif orang lain bahkan ketika perspektif tersebut berbeda dengan diri sendiri (Carchuff, 2000). Empati dikategorikan menjadi kemampuan kognitif dan afektif dalam mengambil perspektif orang lain (Garaigordobil, 2009). Kemampuan empati berkembang dan bertambah seiring dengan bertambahnya usia. Litfack et al. (1997) menemukan kenaikan kemampuan empati anak pada usia 8-11, sedangkan Mestre et al (2004) menemukan perkembangan pesat empati pada usia 13-14 tahun.

Tabel 2.

Nilai-nilai Pembelajaran Kompetensi Sosial

KOMPONEN TEORI ASPEK INDIKATOR PERMAINAN INTI PEMBELAJARAN Problem

solving

(Bern, 2012;

Kostelnik, et al., 2010;

Semrud-Cikleman, 2007)

Mengatur strategi

-Mengatur strategi agar lemparan bola mengenai tumpukan pecahan genting -Memikirkan cara mengelabui lawan agar bisa menata kembali pecahan genting

-Mencari cara untuk

menghindari lemparan bola dari lawan

Anak belajar bagaimana memecahkan masalah dan mencari cara yang paling tepat untuk memecahkan masalah.

17 KOMPONEN TEORI ASPEK INDIKATOR PERMAINAN INTI PEMBELAJARAN

Pengambil

Anak belajar untuk berpikir dulu sebelum bertindak, belajar bagaimana menentukan pilihan dengan cepat dan tepat, dan perdebatan ketika ada anak yang melanggar aturan

-Ketika: disalahkan oleh teman satu tim karena menyebabkan

Anak belajar untuk berdamai ketika bertentangan dengan orang lain, anak belajar menerima pertentaangan yang ada tanpa permusuhan. Anak (mis: melempar bola di kepala, melempar bola sambil lari)

Menjalankan aturan-aturan yang sudah ditentukan maupun yang sudah disepakati.

-Anak berbuat sportif saat kaki melangkah tidak dengan satu kaki ketika membawa bola

Anak belajar berbuat sportif dan bersedia menerima sangsi ketika berbuat kesalahan. teman satu tim maupun teman dari tim lawan tidak berbuat agresif

-

Anak belajar menunjukkan

emosi dengan

mempertimbangkan keadaan sekitar serta belajar untuk tidak berbuat agresif ketika mengalami emosi negate dengan anak lain dalam satu tim pada saat menentukan strategi -Menyampaikan kepada tim lawan ketika mengetahui ada kecurangan yang dilakukan pemain

-Ketika sudah berhasil menata pecahan genting anak berteriak

“boy” untuk memberitahu

Anak belajar berkomunikasi dan belajar memberi perhatian terhadap anak lain.

18

KOMPONEN TEORI ASPEK INDIKATOR PERMAINAN INTI PEMBELAJARAN temannya bahwa tim mereka

-Memberi ide kepada anak lain untuk memenagkan permainan -Melempar bola kepada teman satu tim yang lebih dekat dengan lawan

Anak belajar menyumbang ide untuk kepentingan orang lain dan belajar untuk bersedia memberikan sesuatu yang dimiliki kepada orang lain. akan dilempar bola oleh lawan -Memberitahu teman yang sedang menata pecahan genting ketika bola sudah di tangan lawan

Anak belajar bagaimana memberi dukungan ketika anak lain dalam bahaya, belajar memberi kontribusi dalam kelompok, serta belajar berbagi tugas dengan anggota kelompok. ketika melempar bola ke anak lain tidak terlalu menyakiti yang sedang dialami oleh anak lain dan belajar merasakan apa yang sedang dirasakan oleh anak lain.

19

Dokumen terkait