• Tidak ada hasil yang ditemukan

V. GAMBARAN UMUM

5.2 Perkembangan Flu Burung di Kota Bogor

Flu Burung pada unggas merebak pertama kali di Kota Bogor pada tanggal 12 Januari 2006 dengan ditemukan positif flu burung pada bebek di Kelurahan Kebon Kelapa, Kecamatan Bogor Tengah dengan kematian sebanyak kurang lebih 50 ekor. Kemudian pada tanggal 16 Februari 2006 ditemukan kembali kasus positif AI pada tiga ekor ayam, tiga ekor merpati, satu ekor tekukur di daerah Cilebende, Kelurahan Babakan, Kecamatan Bogor Tengah (Prima, 2007).

Penyebaran flu burung mengalami peningkatan terus di Kota Bogor. Pada Bulan Juni 2006, unggas yang positif AI tercatat di 28 kelurahan. Penyebaran sampai Bulan Oktober 2006 di 33 kelurahan dan meningkat hingga 44 kelurahan

pada akhir Bulan Desember 2006. Hingga akhir Mei 2007 status Kota Bogor termasuk ke dalam daerah tertular penyakit AI (endemis) dengan seluruh kecamatan yang ada di Kota Bogor telah positif flu burung. Penyebaran penyakit flu burung di Kabupaten, Kota Bogor dan Depok dapat dilihat pada Gambar 6. Meskipun demikian, hingga kini belum dilaporkan kasus positif pada manusia, masih terbatas pada unggas.

Gambar 6 Peta Penyebaran Penyakit Flu Burung di Kabupaten, Kota Bogor dan Depok

Sumber: www.disnakjabar.com (Edit Terakhir : 11-04-2007 15:45:38)

Dinas Agribisnis Kota Bogor melakukan berbagai kegiatan dalam menangani dan mengendalikan wabah flu burung agar dapat dikendalikan. Berbagai kegiatan yang telah dilakukan adalah :

1. Melakukan depopulasi secara terbatas pada unggas yang dinyatakan positif flu burung

2. Sosialisasi mengenai pengenalan, pencegahan dan pengendalian penyakit flu burung serta budaya hidup bersih terutama pada peternakan skala rumah tangga di enam kecamatan Kota Bogor. Sosialisasi dilakukan dengan metode langsung maupun menggunakan media tertulis seperti poster, spanduk, brosur, leatfet.

3. Pengadaan bahan dan alat kesehatan, obat-obatan (vaksin AI) serta alat praktek lapangan yang dipergunakan untuk pengendalian flu burung.

4. Pembekalan teknis kader dilaksanakan terhadap peserta kader vaksinator kelurahan dan juga pemberian imunisasi (kekebalan influenza) yang bekerjasama dengan Dinas Kesehatan Kota Bogor terhadap petugas dinas dan kader vaksinator berjumlah 80 orang.

5. Pelaksanaan vaksinasi flu burung dan disinfeksi kandang unggas di setiap kelurahan dengan melibatkan petugas teknis Dinas Agribisnis dan Petugas Paramedis dari Departemen Pertanian. Untuk warga yang unggasnya sudah divaksin diberikan surat keterangan.

6. Pengambilan dan pemeriksaan sampel darah unggas maupun sekresi unggas dilaksanakan bekerjasama dengan Balai Besar Penelitian Veteriner (Balivet) Bogor dan Laboratorium Kesehatan Dinas Peternakan Propinsi Jawa Barat. 7. Pemeliharaan penangkaran ayam dilakukan di lahan Dinas Agribisnis,

Kelurahan Cipaku Kecamatan Bogor Selatan berupa perbaikan kandang, pemberian pakan dan obat-obatan.

8. Melaksanakan dan menghadiri undangan berbagai pelatihan, seminar, diskusi, talkshow serta diklat terkait dengan flu burung yang dilakukan oleh berbagai organisasi masyarakat, mahasiswa, instansi pemerintah maupun swasta.

9. Penyebaran informasi flu burung melalui media cetak maupun elektronik. Penyebarluasan informasi secara berkala dengan penayangan iklan di Radio Sipatahunan milik Pemda Kota Bogor.

10.Monotoring pelaksanaan dengan melibatkan unsur masyarakat (kelurahan dan kecamatan)

Secara umum, kebijakan yang diterapkan oleh Dinas Agribisnis Bidang Usaha Peternakan Kota Bogor dalam menangani dan mengendalikan kasus flu burung di Kota Bogor terdiri dari empat kegiatan yang dinilai efektif :

a. Depopulasi terbatas

b. Vaksinasi massal pada peternakan skala rumah tangga c. KIE (Komunikasi, Informasi serta Edukasi)

d. Monitoring dan evaluasi

FAO dan WHO merekomendasikan untuk melakukan pemusnahan massal unggas dalam menangani wabah AI ganas untuk menghindari resiko terjadinya penularan kepada manusia. Tetapi situasi peternakan di Kota Bogor tidak tersentralisasi sehingga menyulitkan untuk pemusnahan massal. Selain itu, jenis usaha peternakannya bervariasi dari peternakan skala rumah tangga, skala peternakan kecil hingga skala industri. Sehingga Dinas Agribisnis Kota Bogor mengambil kebijakan depopulasi terbatas atau pemusnahan unggas secara selektif.

Dinas Agribisnis hingga Mei 2007 telah melakukan depopulasi terhadap unggas positif flu burung sebanyak 1.447 ekor. Depopulasi pertama kali dan paling besar dilakukan di daerah Cilibende, Kelurahan Babakan, Kecamatan Bogor Tengah sebanyak 1.346 ekor. Depopulasi terbatas yang dilakukan hingga Mei 2007 dapat dilihat pada Lampiran 4. Setelah itu, depopulasi berikutnya hanya

dilakukan dalam satu areal kandang pada unggas yang positif dengan cara dibakar setelah disembelih. Depopulasi terakhir dilakukan pada Februari 2008 dengan kasus 3 unggas terinfeksi flu burung.

Jumlah unggas yang dimusnahkan berbeda-beda tiap wilayah tergantung dari jumlah unggas yang positif flu burung. Bagi warganya yang unggasnya dilakukan pemusnahan unggas terbatas mendapat dana kompensasi sesuai dengan besarnya menurut Intruksi Presiden No 1 Tahun 2007 yakni Rp 12.500 per ekor. Semua unggas yang sakit dan sehat dalam satu wilayah infeksi dimusnahkan dengan cara disembelih sesuai dengan prosedur pemotongan unggas kemudian langsung dikuburkan pada kedalaman minimum 1.5 meter ataupun dibakar dalam keadaan telah disembelih terlebih dahulu.

Tetapi keterbatasan anggaran, depopulasi massal hanya dilakukan pada awal wabah pandemi terjadi di Bogor. Selanjutnya Dinas Agribisnis memberikan penyuluhan informasi yang lebih intensif untuk warga yang memelihara unggas. Saat ini menurut hasil penelitian Prima Tahun 2007, Dinas Agribisnis Kota Bogor masih mengalami permasalahan dan hambatan dalam menangani wabah flu burung yaitu :

1. Cara pemeliharaan unggas di pemukiman masih banyak yang mengikuti sistem pemeliharaan tradisional sehingga menyulitkan pelaksanaan vaksinasi karena unggas tidak dikandangkan

2. Masih adanya pemilik unggas yang kurang peduli dengan pentingnya kesehatan unggas dan kebersihan lingkungannya

3. Pemilik unggas tidak melaporkan secara dini kematian unggas yang terjadi pada unggas peliharaannya

4. Belum ada sanksi hukum yang jelas bagi para pelanggar yang berhubungan dengan peternakan dan kesehatan hewan sesuai aturan yang berlaku

5. Kurang kuatnya posisi Organisasi Perangkat Daerah khususnya bidang kesehatan hewan (otoritas veteriner) dibawah Bidang Usaha Peternakan di Struktural Pemerintahan Kota Bogor sehingga kebijakan kesehatan hewan masih sangat terbatas dan belum optimal

6. Kurangnya tenaga pelaksana teknis dinas untuk melaksanakan vaksinasi massal secara serentak di seluruh Wilayah Kota Bogor

Dokumen terkait