• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perkembangan Harga Sayuran di Pasar Induk Kramat Jati

Dalam dokumen RISIKO HARGA SAYURAN DI INDONESIA (Halaman 68-72)

KRAMAT JATI Petani/Produsen

5.2 Perkembangan Harga Sayuran di Pasar Induk Kramat Jati

Tabel 11. Pasokan sayur-mayur untuk setiap komoditas dari beberapa daerah asal

di Pasar Induk Kramat Jati.

Komoditas Daerah Asal

Kubis Dieng, Pangalengan, Garut, Cipanas, Medan, Padang, Malang

Kembang Kol Pangalengan, Cipanas, Garut

Sawi Cipanas, Sukabumi, Kuningan, Bogor Buncis Sukabumi, Cipanas, Lembang

Wortel Pangalengan, Cipanas, Garut, Sukabumi Tomat Garut, Pangalengan, Cipanas, Dieng Labu Siem Cipanas, Sukabumi, Bogor, Garut Terong Purwakarta, Bogor, Subang, Cirebon Timun Cikarang, Cipanas, Purwakarta, Subang Cabe(Kriting,Merah

Besar, Rawit Merah dan Hijau)

Magelang, Wates, Wonosobo, Malang, Banyuwangi, Madura, Rembang, Tasik, Sukabumi, Ciwidey, Pangalengan, Cipanas, Wonosobo, Klaten

Bawang Merah Brebes, Tegal, Patrolimport Nganjuk Bawang Putih Wonosobo, Import

Daun Bawang Sukabumi, Cipanas, Pangalengan, Garut Daun Sledri Sukabumi, Bogor, Cipanas

Nangka Muda Padang, Lampung, Bogor, Serang Caisin Cipanas, Bogor, Sukabumi Jagung Garut, Cirebon, Tegal, Brebes Jengkol Lampung, Tegal, Banyuwangi

Kentang Garut, Medan, Dieng, Pangalengan, Padang Kelapa Lampung, Tasik, Serang, Padang

Sumber: Pasar Induk Kramat Jati, 2011

Setiap harinya Pasar Induk Kramat Jati menerima pasokan sayur-sayuran, buah-buahan, umbi-umbian dan bumbu dapur dari berbagai daerah di Indonesia. Sebanyak 99,05 persen pasokan diperoleh dari luar daerah. Tonase dari masing-masing komoditas yang diperjualbelikan tersebut yaitu sayuran dengan jumlah 1100-1400 ton, buah-buahan sebanyak 1200-1500 ton, umbi-umbian dengan jumlah 90-120 ton dan bumbu dapur dengan jumlah 10-30 ton.Sedangkan untuk permintaan sayur-mayur dari Pasar Induk Kramat Jati berasal dari pasar-pasar swalayan, hotel dan restoran, pasar di wilayah DKI Jakarta, serta pasar-pasar wilayah Bogor, Tangerang, Bekasi.

5.2 Perkembangan Harga Sayuran di Pasar Induk Kramat Jati

Komoditas sayuran yang memberikan kontribusi cukup besar terhadap PDB hortikultura nasional. Sayuran tersebut meliputi beberapa komoditas termasuk kentang, kubis, dan tomat. Kontribusi terhadap PDB sayuran pada tahun 2009

54 1,000 2,000 3,000 4,000 5,000 6,000 7,000 8,000 250 500 750 1000 1250 1500 1750

komoditas kentang sebesar 8,16%, kubis sebesar 6,66%, dan tomat sebesar 7,48% (Ditjen Hortikultura, 2009a). Hal ini menunjukkan bahwa komoditas sayuran tersebut terutama kentang, kubis, dan tomat memiliki peranan penting dalam perekonomian nasional dan kesejahteraan masayarakat Indonesia terutama petani yang mengusahakan ketiga komoditas tersebut.

5.2.1 Perkembangan Harga Kentang

Perkembangan harga kentang cenderung mengalami fluktuasi setiap tahun sehingga hal ini menyebabkan ketidakpastian atas harga yang diperoleh pihak-pihak terkait terutama petani dan pedagang. Berdasarkan plot data deret waktu harga kentang diperoleh pola data harga yang dapat dilihat pada Gambar 12.

Gambar 12. Plot Harga Kentang Periode Januari 2006 – Februari 2011

Sumber : Pasar Induk Kramat Jati, 2011

Berdasarkan Gambar 12, menunjukkan adanya fluktuasi harga yang tinggi untuk komoditas kentang yang terjadi setiap hari. Harga jual kentang yang tertinggi sebesar Rp. 8.000 per kilogram yang terjadi pada periode 1094-1095 pada bulan Januari 2009. Sedangkan untuk harga terendah sebesar Rp. 2.000 per kilogram yang terjadi pada periode ke 332 pada bulan Desember 2006. Kondisi ini tidak lepas dari keseimbangan pasar antara penawaran dan permintaan yang terjadi di Pasar Induk Kramat Jati. Pasokan kentang yang masuk ke Pasar Induk Kramat Jati dengan pasokan pada harga tertinggi sebesar 3.244 ton bulan Januari 2009 dengan jumlah permintaan sebesar 2.595 ton. Sedangkan harga terendah dengan pasokan kentang sebesar 3.676 ton pada bulan Desember 2006 dengan jumlah permintaan sebesar 2.941 ton (Lampiran 1). Harga tertinggi yang dicapai

H ar g a (R p /k il o g ra m ) Hari

55 disebabkan oleh jumlah pasokan yang lebih sedikit dibandingkan dengan saat harga mencapai titik terendah.

5.2.2 Perkembangan Harga Kubis

Harga kubis dalam kurun waktu lima tahun terakhir cenderung mengalami fluktuasi yang cukup tinggi. Kondisi ini menyebabkan ketidakpastian atas hasil yang diperoleh atas komoditas yang di jual. Berdasarkan plot data deret waktu harga kubis diperoleh pola data harga yang dapat dilihat pada Gambar 13.

0 1,000 2,000 3,000 4,000 5,000 6,000 250 500 750 1000 1250 1500 1750

Gambar 13. Plot Harga Kubis Periode Januari 2006 – Februari 2011

Sumber : Pasar Induk Kramat Jati, 2011

Berdasarkan Gambar 13 menunjukkan bahwa kubis cenderung mengalami fluktuasi harga setiap harinya. Harga tertinggi kubis mencapai Rp. 6.000 per kilogram pada peiode 1612 bulan Juni 2010. Hal ini disebabkan oleh kurangnya pasokan yang masuk ke Pasar Induk Kramat Jati sebesar 2.302 ton karena daerah sentra penghasil kubis di Dieng, Pangalengan, Garut, Cipanas, Medan, Malang, dan Padang panennya tidak maksimal atau belum panen sehingga menyebabkan harga meningkat. Sedangkan harga terendah mencapai Rp. 700 per kilogram yang terjadi pada periode ke 794-795 dan 807 bulan Februari dan Maret 2008 dengan jumlah pasokan yang masuk sebesar 2.861 dan 3.459 ton (Lampiran 2). Harga terendah pada kubis disebabkan oleh daerah sentra panen secara bersamaan sehingga menyebabkan peningkatan jumlah pasokan yang masuk ke Pasar Induk Kramat Jati. H ar g a Hari

56 5.2.3 Perkembangan Harga Tomat

Harga tomat cenderung mengalami fluktuasi yang cukup tinggi dalam beberapa tahun terakhir. Berdasarkan plot data deret waktu harga tomat diperoleh pola data harga yang dapat dilihat pada Gambar 14.

0 2,000 4,000 6,000 8,000 10,000 250 500 750 1000 1250 1500 1750

Gambar 14. Plot Harga Tomat Periode Januari 2006 – Februari 2011

Sumber : Pasar Induk Kramat Jati, 2011

Pada Gambar 14, menunjukkan bahwa komoditas tomat cenderung mengalami fluktuasi harga setiap harinya. Harga tertinggi tomat mencapai Rp. 9.500 per kilogram pada peiode 1549 bulan April 2010. Hal ini disebabkan oleh kurangnya pasokan yang masuk ke Pasar Induk Kramat Jati sebesar 2.030 ton karena daerah sentra penghasil tomat di Dieng, Pangalengan, Garut, dan Cipanas mengalami gagal panen sehingga menyebabkan harga meningkat. Sedangkan harga terendah mencapai Rp. 900 per kilogram yang terjadi pada periode ke 648-649 dan 654-655 bulan September 2007 dengan jumlah pasokan yang masuk sebesar 3.167 ton (Lampiran 3). Harga terendah pada tomat disebabkan oleh daerah sentra panen secara bersamaan sehingga menyebabkan peningkatan jumlah pasokan yang masuk ke Pasar Induk Kramat Jati.

H

ar

g

a

57

VI ANALISIS RISIKO HARGA SAYURAN

6.1 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Risiko Harga Sayuran

Dalam dokumen RISIKO HARGA SAYURAN DI INDONESIA (Halaman 68-72)