• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perkembangan Hubungan Komunikasi Keluarga

HASIL PENELITIAN KOMUNIKASI ANTARA ORANG TUA DAN ANAK

E. Perkembangan Hubungan Komunikasi Keluarga

Setiap individu yang mempunyai hubungan dengan seseorang menginginkan hubungannya selalu berjalan dengan baik, tetapi karena adanya beberapa faktor sejalan dengan berputarnya waktu membuat suatu hubungan itu kadang meningkat

dan kadang menurun. Begitu juga hubungan dalam sebuah keluarga. Untuk mengetahui faktor-faktor apa yang menyebabkan suatu hubungan dalam sebuah keluarga meningkat dan menurun, maka peneliti mengajukan beberapa pertanyaan kepada masing-masing keluarga antara lain: faktor-faktor apa saja yang membuat hubungan saudara dengan keluarga saudara meningkat? Dan faktor-faktor apa saja yang membuat hubungan saudara dengan keluarga saudara menurun? Penemuan dari hasil di lapangan peneliti jabarkan sebagai berikut:

1. Keluarga pertama

Keluarga A berpendapat bahwa hubungannya dengan anggota keluarga lain khususnya A selalu baik-baik saja. Masa balita dan masa anak-anak A selalu dihabiskan A dan keluarga untuk berkumpul bersama keluarga dan selalu keluar rumah untuk sekedar jalan-jalan bersama atau makan bersama bila ayah A mempunyai waktu luang. Ketika menuju masa remaja kebersamaan antara A dan orang tuanya berkurang karena A sudah mulai belajar di sebuah pondok pesantren, tetapi setelah A kembali ke rumah dan melanjutkan kuliahnya di Jakarta kebersamaan itu kembali seperti semula. Perkembangan hubungan yang terjadi dalam keluarga pertama antara A dan orang tua dapat dilihat pada grafik di bawah ini:

Grafik 5

Perkembangan Hubungan Keluarga A

Eskalasi 5 4 3 2 1 tahun 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 De-eskalasi

Grafik 1 di atas dapat memperlihatkan bahwa 5 tahun pertama dan 5 tahun kedua hubungan A dengan orang tua A meningkat hal ini ditunjukkan oleh garis yang melengkung ke atas yang mencapai angka 5, ini dikarenakan sering berkumpulnya A dengan orang tua di rumah dan ayah yang meluangkan waktu untuk keluar rumah bersama keluarga untuk berekreasi. Pada 5 tahun ketiga hubungan mereka agak menurun, dan 5 tahun keempat hubungan A dengan orang

tua lebih menurun karena intensitas pertemuan dan komunikasi yang kurang, hal ini disebabkan karena A yang masih berada di sebuah pondok pesantren di Solo. Setelah A kembali ke rumah untuk melanjutkan kuliahnya hubungan orang tua dengan A berangsur membaik dan lebih meningkat.

2. Keluarga kedua

Dalam keluarga kedua ini orang tua B dan B berpendapat bahwa saat B masih balita hubungan mereka sangat dekat karena intensitas pertemuan yang sering misalnya keluar rumah untuk berekreasi bersama keluarga. Tetapi setelah berkembang menjadi anak-anak hubungan B dan orang tuanya mulai berkurang dengan alasan “karena kegiatan yang padat dari sekolah, bermain, belajar dan tidur setiap harinya.” Melanjutkan sekolahnya di sebuah pondok pesantren selama 6 tahun membuat hubungan orang tua dan B semakin berkurang karena jarang bertemu dan jarang berkomunikasi. Ketika B melanjutkan studinya di Jakarta untuk kuliah hubungan itu kembali membaik, tetapi karena padatnya kegiatan di kampus membuat hubungan itu kembali meregang atau berkurang. Perkembangan hubungan yang terjadi antara orang tua dan B dalam keluarga kedua ini dapat digambarkan sebagai berikut:

Grafik 6

Perkembangan Hubungan Keluarga B Eskalasi 5 4 3 2 1 tahun 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 De-eskalasi

Garis yang melengkung ke atas dengan mencapai angka 5 pada grafik 3 di atas menunjukkan bahwa hubungan B dengan orang tuanya pada 5 tahun pertama terlihat meningkat, hal itu disebabkan oleh intensitas pertemuan untuk berinteraksi antara orang tua dan B yang sering. Tetapi garis lengkungan kedua turun ke angka 4, itu menunjukkan bahwa hubungan B dengan orang tuanya pada 5 tahun kedua agak menurun, hal itu disebabkan oleh berkurangnya waktu untuk berkumpul

bersama keluarga karena kesibukan anak yang dibilang cukup melelahkan. Pada 5 tahun ketiga hubungan itu sangat menurun, hal itu dapat dilihat dari garis yang melengkung ke bawah mencapai angka tiga pada de-eskalasi. Ini disebabkan oleh intensitas pertemuan yang terjadi antara orang tua dan B dibatasi oleh ruang dan waktu, karena B berada di asrama. Garis keempat yang melengkung mencapai angka 4 pada grafik di atas menunjukkan hubungan B dengan orang tuanya pada 5 tahun keempat kembali membaik, hal itu disebabkan oleh B intensitas pertemuan sudah tidak dibatasi lagi oleh ruang dan waktu karena B sudah menyelesaikan studinya di pondok pesantren. Dan hubungan orang tua dengan B pada 5 tahun terakhir kembali menurun karena kegiatan B yang sangat padat di kampus membuat pertemuan antara orang tua dan B dibatasi oleh waktu yang tidak pernah sama untuk bertemu.

3. Keluarga ketiga

Menurut pendapat orang tua dan C pada masa-masa balita dan anak-anak C selalu berkumpul bersama keluarga, dan sering keluar rumah bersama keluarga untuk berkreasi setiap minggunya. Kebersamaan keluarga yang C rasakan berangsur berkurang karena ayahnya yang jarang sekali pulang ke rumah semenjak ayah bekerja sebagai supir truk. Komunikasi dan intensitas pertemuan yang berkurang membuat hubungan orang tua dan C mengalami penurunan. Hanya saat lebaran saja mereka dapat berkumpul bersama. Begitu pun setelah C melanjutkan kuliahnya di Lombok. Peningkatan dan penurunan hubungan yang terjadi dalam keluarga ketiga dapat dilihat pada grafik di bawah ini:

Grafik 7

Perkembangan Hubungan Keluarga C Eskalasi 5 4 3 2 1 tahun 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 De-eskalasi

Dari grafik 5 di atas dapat dilihat bahwa garis yang melengkung ke atas dan berakhir pada angka lima dapa garis eskalasi menunjukkan bahwa hubungan orang tua dan C meningkat pada lima tahun pertama dan lima tahun kedua saja. Hal itu disebabkan karena sering berkumpul bersama dan keluar rumah bersama untuk berekreasi. Garis yang melengkung ke bawah dan berakhir pada angka 3, 4 dan 5 menunjukkan bahwa hubungan antara orang tua dan C menurun pada lima tahun ke tiga, lima tahun keempat dan lima tahun kelima hingga sekarang. Hal itu

disebabkan karena intensitas pertemuan yang kurang dan komunikasi yang berkurang karena pisahnya ayah dan ibu C dan C yang melanjutkan kuliahnya di Lombok.

4. Keluarga keempat

Walaupun ayah dan ibu D dapat dikatakan cukup sibuk tetapi kedua orang tua D selalu menyempatkan diri untuk sarapan dan makan malam bersama di rumah. Mengantarkan D dan kakak D ke sekolah dan menemani D belajar pada malam hari membuat hubungan orang tua dengan D sangat baik. Menginjak masa remaja hubungan D dengan orang tuanya agak menurun karena D melanjutkan studinya ke sebuah pondok pesantren di Jawa Timur. Setelah menyelesaikan studinya di pondok pesantren A melanjutkan kuliahnya di Jakarta dan hubungan D dengan orang tuanya kembali membaik. Perkembangan hubungan antara D dengan orang tua di keluarga keempat ini dapat dilihat pada grafik di bawah ini:

Grafik 8

Perkembangan Hubungan Keluarga D Eskalasi 5 4 3 2 1 1 2 3 4 5 1 2

3 4 5

De-eskalasi

Jika melihat garis yang melengkung dari angka 0 sampai angka 5 pada grafik 7 di atas menunjukkan bahwa hubungan D dengan orang tua pada 5 tahun pertama dan 5 tahun kedua sangat meningkat, karena pertemuan dan kebersamaan yang sangat intens. Hubungan D dengan orang tua menurun pada 5 tahun ketiga dan 5 tahun keempat ketika D berkurangnya pertemuan dan komunikasi antara D dengan orang tua, hal ini ditunjukkan oleh garis yang melengkung ke bawah mencapai angka 3 dan empat. Ini disebabkan karena D melanjutkan sekolah di sebuah pondok pesantren di daerah Jawa Timur. Tetapi kemudian hubungan D dengan orang tuanya kembali meningkat pada 5 tahun kelima disaat D melanjutkan kuliah di Jakarta. Ini disebabkan karena intensitas pertemuan dan komunikasi yang cukup yang dilakukan oleh D dengan orang tuanya.

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan penjabaran peneliti mengenai hubungan komunikasi orang tua dengan anak di RW 011 kelurahan Malaka Jaya Jakarta Timur pada bab-bab sebelumnya, maka pada bab ini peneliti menyimpulkan permasalahan-permasalahan yang tentunya bertujuan untuk lebih mempermudah dalam memahami pokok masalah. Dan melihat dari hasil penelitian di lapangan yang berupa pengamatan dan wawancara mendalam maka dapat disimpulkan antara lain sebagai berikut:

1. Proses komunikasi yang berlangsung di empat keluarga yang berbeda dalam segi ekonomi di kelurahan Malaka Jaya Jakarta Timur adalah sebagai berikut: keluarga pertama atau A proses komunikasi yang berlangsung merupakan komunikasi yang bersifat non antarpribadi, hal ini disebabkan karena masing-masing individu dalam keluarga ini baru mencapai tahap menuju afektif. Keluarga kedua atau B proses komunikasi yang berlangsung merupakan komunikasi hampir dapat dikatakan komunikasi antar pribadi karena proses perkembangan keluarga ini sudah mencapai pertukaran afektif. Keluarga ketiga atau C proses komunikasi yang berlangsung baru pada tahap orientasi, jadi dapat dikatakan bahwa komunikasinya bersifat komunikasi non antar pribadi. Dan keluarga keempat atau D proses komunikasinya sudah mencapai tahap akhir yaitu pertukaran stabil karena

masing-masing individu sudah saling mengetahui psikologi anggota keluarganya.

2. Pola Kontrol Komunikasi (PKK) dan manajeman konflik yang dilakukan oleh empat keluarga di kelurahan Malaka Jaya Jakarta Timur adalah sebagai berikut: keluarga A termasuk keluarga yang menggunakan strategi wortel berayun, pedang tergantung dan dunia peri, karena selalu memberikan imbalan kepada anak jika anak melakukan suatu pekerjaan yang baik, memberi hukuman jika tidak patuh dan menganggap anaknya selalu berbuat baik. Keluarga B selalu menggunakan strategi katalistor dan wortel beayun dan pedang tergantung, karena antara ayah dan ibu sangat berbeda dalam hal berkomunikasi dengan anak. Keluarga C selalu menggunakan strategi katalisator, dunia peri dan pedang tergantung, karena ibu enggan berbicara dengan C jika tidak perlu. Keluarga D selalu menggunakan strategi katalisator dalam hal apapun termasuk meredam konflik, karena baik ayah, ibu dan D selalu membicarakan apa yang disukai dan apa yang tidak disukai. 3. Gaya kognitif dan kecakapan empatik individu yang ada dalam empat

keluarga di kelurahan Malaka Jaya Jakarta Timur termasuk dalam individu yang mempunyai cara pandang tertutup yang dogmatis yaitu tidak bisa menerima pesan dari luar yang tidak sejalan dengan pendapatnya, pada masa balita dan kanak-kanak dalam hal agama. Tetapi setelah berkembangan menjadi remaja dan dewasa cara pandang semua orang tua dalam empat keluarga berangsur berubah menjadi demokratis dengan alasan “anak sudah besar dan sudah tahu apa yang baik dan tidak baik untuk dirinya.”

4. Perkembangan hubungan yang terjadi antara orang tua dan anak dalam empat keluarga di kelurahan Malaka Jaya Jakarta Timur dapat dikatakan meningkat disaat 5 tahun pertama dan 5 tahun kedua karena intensitas pertemuan dan komunikasi yang selalu terjalin. Pada 5 tahun ketiga dan keeempat hubungan orang tua dan anak dapat dikatakan menurun karena intensitas pertemuan dan komunikasinya dibatasi oleh ruang dan waktu. Pada 5 tahun kelima hubungan orang tua dan anak kembali meningkat karena komunikasi, intensitas pertemuan yang sering dan cara pandang orang tua yang telah berubah. Hanya keluarga C dan B saja tingkat hubungan antara orang tua dan anak menurun pada 5 tahun terakhir karena kesibukan anak dan karena anak maupun orang tua saling menutup diri.

B. Saran-saran

Sebagai kesatuan masyarakat terkecil dan kelompok primer, komunikasi dalam keluarga harus dapat dijaga dengan baik. Karena jika tidak kenakalan remaja akan terus ada bahkan mungkin bertambah. Sebagai orang tua wajib mendidik anak dengan baik sesuai dengan kebutuhan yang ada karena itu adalah hak anak dan sebagai anak wajib untuk mau bercerita tentang apa yang dirasakan, karena orang tua adalah orang yang akan selalu menjaga kita , begitu juga sebaliknya orang tua harus saling terbuka kapada anak tentang apa yang disukai dan apa yang tidak.