• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pola Komunikasi Orang Tua Dan Anak Di Kelurahan Malaka Jaya Jakarta Timur

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pola Komunikasi Orang Tua Dan Anak Di Kelurahan Malaka Jaya Jakarta Timur"

Copied!
116
0
0

Teks penuh

(1)

POLA KOMUNIKASI ORANG TUA DAN ANAK DI

KELURAHAN MALAKA JAYA JAKARTA TIMUR

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Sosial Islam (S.Sos.I)

Oleh

S i t i W i d y a n i

Nim : 104051001765

JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM

FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

(2)

POLA KOMUNIKASI ORANG TUA DAN ANAK DI

KELURAHAN MALAKA JAYA JAKARTA TIMUR

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Dakwah Dan Komunikasi untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Ilmu Sosial Islam (S.Sos.I)

Oleh

S i t i W i d y a n i

Nim : 104051001765

Pembimbing

Dra. Armawati Arbi, M,Si

NIP : 1 5 0 2 4 6 2 8 8

JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM

FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

(3)

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau

merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Ciputat, 9 September 2008

(4)

ABSTRAK

SITI WIDYANI

Pola Komunikasi Orang Tua dan Anak di Kelurahan Malaka Jaya Jakarta

Timur

Komunikasi adalah hubungan kontak antar manusia baik individu maupun kelompok. Disadari atau tidak dalam kehidupan sehari-hari komunikasi adalah bagian dari kehidupan manusia itu sendiri, karena manusia melakukan komunikasi dalam pergaulan dan kehidupannya. Komunikasi antar pribadi merupakan pengiriman pesan-pesan dari seseorang dan diterima oleh orang lain, atau sekelompok orang dengan efek dan umpan balik yang langsung. Dan komunikasi yang dilakukan oleh orang tua dan anak adalah termasuk komunikasi antarpribadi(KAP).

Untuk mengetahui tentang komunikasi orang tua dan anak maka peneliti menjabarkannya dengan pertanyaan berikut: bagaimana hubungan komunikasi orang tua dan anak di usia mahasiswa dalam keluarga? Bagaimana proses non KAP ke KAP empat keluarga di Rt 003/011 kelurahan Malaka Jaya Jakarta Timur? Bagaimana PKK dan manajemen konflik empat keluarga di Rt 003/011 kelurahan Malaka Jaya Jakarta Timur? Bagaimana gaya kognitif dan kecakapan empatik empat keluarga di Rt 003/011 kelurahan Malaka Jaya Jakarta Timur? Bagaimana perkembangan hubungan komunikasi empat keluarga di Rt 003/011 kelurahan Malaka Jaya Jakarta Timur?

Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori penetrasi sosial, yaitu proses meningkatnya keintiman dalam suatu hubungan. mengemukakan bahwa semakin komunikator mengenal satu sama lain, maka komunikasi makin bersifat antarpribadi (interpersonal). Sebaliknya, makin sedikit tingkat pengetahuan partisipan satu sama lain, maka komunikasi makin bersifat impersonal. Dikatakan bahwa keintiman pertisipan meningkat ketika komunikasi beralih dari mulai kultural, sosiologis dan kemudian psikologis.

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Dan metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif yaitu menggambarkan sesuatu sesuai dengan fenomena yang ada.

Pada umumnya para orang tua telah mengubah cara pandang mereka kepada anak di usia mahasiswa/i/ karena anggapan mereka bahwa anak-anak mereka telah dewasa dan dapat menentukan jalan hidupnya sendiri, jadi sebagai orang tua hanya mengarahkan dan membimbing saja.

Dari hasil penelitian di atas dapat disimpulkan bahwa hubungan komunikasi yang terjadi dalam keluarga khususnya orang tua dan anak mengalami penurunan karena intensitas pertemuan yang berkurang dan komunikasi yang dibatasi oleh ruang dan waktu.

(5)

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim

Alhamdulillahi rabbil’alamiina, segala puji dipanjatkan ke hadirat Allah swt yang telah memberikan segala nikmat yang tak terhingga kepada hambaNya sampai detik ini. Sehingga manusia masih bisa melihat dan merasakan indahnya alam semesta yang dilukiskan olehNya.

Sholawat serta salam tak lupa dihaturkan kepada Rosul Allah yang telah merubah zaman jahiliyah ke zaman pengetahuan yaitu Muhammad saw. Berkat Beliau, kini manusia bisa bernafas lega dalam mencari ilmu yang tak ada habisnya.

Penuntasan skripsi ini dapat tercapai oleh penulis karena mendapat banyak bantuan, baik berupa moril maupun materil, hingga kiranya patut penulis sampaikan ucapan terima kasih kepada:

1. Papa Mudjiono, mama Neny Mulyani serta aa ku tercinta Windy Suseno Imam Pramudji, yang telah memberikan ilmu tentang arti sebuah perjuangan dan kasih sayang, menjadi tempat berkeluh kesah, banyak memberikan semangat, dan dukungan serta doa yang tak pernah putus terhadap penulis dari awal hingga akhir penelitian ini. Ahabba ilaikum jamii’an.

2. Dr. Murodi, M.Ag, selaku Dekan Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah, yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk mengaplikasikan ilmu yang telah diperoleh dalam bentuk karya tulis ini, semoga Allah memberikan pahalaNya.

3. Drs. Wahidin Saputra, MA sebagai Ketua Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam dan Ibu Umi Musyarrofah, MA sebagai Sekretaris Jurusan Komunikasi

(6)

Penyiaran Islam yang telah memberikan masukan dan dukungan kepada penulis selama ini, semoga Allah memberikan pahala yang besar, amin. 4. Pembimbing penulis Dra. Armawati Arbi, M.Si, yang telah membimbing

penulis dari awal penelitian hingga penelitian ini selesai. Semoga Allah membalas kebaikan ibu, amin.

5. Seluruh dosen Fakultas Dakwah Dan Komunikasi yang telah memberikan ilmu kepada penulis dari awal semester hingga akhir.

6. Keluarga besar Bapak Edy, Bapak Mursidi, Ibu Lilik, Ibu Mudjiono yang telah berkenan menjadi responden dalam penelitian ini.

7. Ketua Rt. 003 Rw. 011 Bapak Murwoto S.Sos, M.Si beserta staf yang telah membantu dan mengizinkan penulis untuk mengadakan penelitian di lingkungan Rt. 003 Rw.011.

8. Seluruh staf UIN beserta jajarannya yang telah membantu penulis dalam pembuatan surat dan pencaharian buku-buku untuk melengkapi karya ilmiah ini.

9. Bagian perpustakaan utama UIN syarif hidayatullah serta perpustakaan dakwah dan komunikasi yang telah membantu penulis dalam melengkapi sumber-sumber buku dalam penulisan karya ilmiah ini.

10.Man fi qolbi al’aana…yang telah mengajarkan arti sebuah kesabaran, tanggung jawab dan kedewasaan bagi penulis. Semoga Allah selalu memberikan yang terbaik untuk kita, amin.

(7)

memberikan tempat yang paling indah buatmu di sisiNya, amin. I won’t never forget our memories in my life forever…

12.Keluarga besar Bapak Bambang Mursidi yang telah memberikan tempat tinggal bagi penulis sebagai rumah kedua selama penulisan skripsi ini.

13.Sepupuku mba Ninik, mas Wawan, Yanti, Tomo yang telah memberikan motivasi, saran serta kritikan yang membangun kepada penulis. Thanks a lot of my cousins....

14.Temanku Budi Setyaningsih, Iyut, adik-adikku Kevin, Vina, Mumut, Nto, Duty yang telah memberikan tempat tinggal bagi penulis selama penulisan skripsi ini. Thanks for your good room…that a comfortable room for me… 15.Sahabat-sahabatku yang selalu memberikan dukungan dan tempat berbagi

cerita serta pendapat selama ini. Ela, Epi, Umi, Ida, Ana, Lyna, Sofi, Aci, Ami dan semua teman-teman seperjuanganku KPI A yang telah memberikan warna-warni kehidupan bagi penulis. Always remember you friends…

Jakarta, 9 September 2008

(8)

DAFTAR TABEL

1. Tabel 1 (BAB III) Jumlah Penduduk Rt. 003 Rw. 011 ... 35

2. Tabel 2 Latar Belakang Pendidikan Penduduk Rt. 003 Rw. 011... 36

3. Tabel 3 Pekerjaan Penduduk... 37

4. Tabel 4 Agama ... 38

5. Tabel 5 Jumlah Orang Tua ... 38

6. Tabel 6 Jumlah Anak Berdasarkan Jenis Kelamin ... 39

7. Tabel 7 Jumlah Anak Berdasarkan Usia... 39

8. Tabel 1 (BAB IV) Data Keluarga A... 41

9. Tabel 2 Data Keluarga B ... 44

10.Tabel 3 Data Keluarga C ... 47

11.Tabel 4 Data Keluarga D ... 49

12.Tabel 5 Strategi Komunikasi Keluarga A... 61

13.Tabel 6 Strategi Komunikasi Keluarga B... 62

14.Tabel 7 Strategi Komunikasi Keluarga C... 63

15.Tabel 8 Strategi Komunikasi Keluarga D... 65

16.Tabel 9 Gaya Kognitif Keluarga A ... 66

17.Tabel 10 Gaya Kognitif Keluarga B ... 67

18.Tabel 11 Gaya Kognitif Keluarga C ... 68

(9)

DAFTAR GAMBAR (ILUSTRASI)

1. Gambar keintiman komunikasi keluarga A ... 53

2. Grafik model komunikasi keluarga A ... 54

3. Gambar keintiman komunikasi keluarga B ... 55

4. Grafik model komunikasi keluarga B ... 56

5. Gambar keintiman komunikasi keluarga C ... 57

6. Grafik model komunikasi keluarga C ... 58

7. Gambar keintiman komunikasi keluarga D ... 59

8. Grafik model komunikasi keluarga D ... 60

9. Grafik perkembangan hubungan keluarga A ... 72

10.Grafik perkembangan hubungan keluarga B ... 74

11.Grafik perkembangan hubungan keluarga C ... 76

(10)

DAFTAR ISI

ABSTRAK... i

KATA PENGANTAR... ii

DAFTAR ISI ... iii

DAFTAR TABEL ... iv

DAFTAR GAMBAR... v

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ... 5

C. Tujuan dan Manfaat penelitian ... 5

D. Metode Penelitian ... 6

E. Sistematika Penulisan... 9

BAB II TINJAUAN TEORITIS KOMUNIKASI ANTARPRIBADI ORANG TUA DAN ANAK A. Pengertian Komunikasi ... 12

B. Komunikasi Orang Tua dan Anak dalam Keluarga... 19

BAB III GAMBARAN UMUM MASYARAKAT A. Keadaan Geografis ... 35

B. Keadaan Demografis ... 35

1. Jumlah Penduduk... 35

2. Latar Belakang Pendidikan ... 36

3. Pekerjaan ... 37

4. Agama ... 37

5. Jumlah Orang Tua ... 38

6. Jumlah Anak Berdasarkan Jenis Kelamin... 39

7. Jumlah Anak Berdasarkan Usia ... 39

8. Sarana Perhubungan ... 40 v

(11)

BAB IV HASIL PENELITIAN KOMUNIKASI ORANG TUA DAN

ANAK

A. Data Kultural, Sosiologi, dan Psikologi Keluarga... 41 B. Proses Komunikasi Non Antarpribadi ke Proses

Komunikasi Antarpribadi ... 51 C. Pola Kontrol Komunikasi (PKK) dan Manajemen

Konflik Keluarga ... 60 D. Gaya Kognitif dan Kecakapan Empatik Keluarga... 65 E. Perkembangan Hubungan Komunikasi Keluarga... 70

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ... 79 B. Saran-saran ... 81

DAFTAR PUSTAKA ... 82

(12)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Manusia sebagai makhluk individu maupun makhluk sosial, memiliki dorongan ingin tahu, ingin maju dan berkembang, maka salah satu sarananya adalah komunikasi. Dengan komunikasi, manusia dapat menyampaikan informasi, opini, ide, konsepsi, pengetahuan, perasaan, sikap, perbuatan, kepada sesamanya secara timbal balik sebagai penyampai maupun penerima. Melalui komunikasi juga orang dapat mempengaruhi dan merubah sikap tingkah laku orang lain, membentuk suatu konsensus. Karena komunikasi merupakan kebutuhan yang mutlak bagi kehidupan manusia.

Komunikasi adalah hubungan kontak antar manusia baik individu maupun kelompok. Disadari atau tidak dalam kehidupan sehari-hari komunikasi adalah bagian dari kehidupan manusia itu sendiri, karena manusia melakukan komunikasi dalam pergaulan dan kehidupannya.1

Begitu juga dalam sebuah keluarga, komunikasi mempunyai peranan yang sangat penting karena dengan komunikasi seorang suami dapat mencurahkan kasih sayang, menumbuhkan sikap saling pengertian, begitupun sebaliknya bagi istri dan anak. Tanpa komunikasi maka kebekuan, kemandegan dan bahkan ‘kematian’ proses kehidupan umat manusia tidak mungkin dapat dihindarkan.2

1

H.A.W. Widjaja. Komunikasi dan Hubungan Masyarakat, (Jakarta: Bumi Aksara, 2002), cet. ke-4, h. 1.

2

(13)

Oleh karena itu dengan komunikasi semua anggota keluarga akan mengetahui perasaan, sikap, sifat, keinginan atau tujuan setiap individu dan menghasilkan rasa kasih sayang dalam keluarga. Dalam surat As-Syuuraa’ ayat 23 pun Allah swt befirman:

“Itulah (karunia) yang (dengan itu) Allah menggembirakan hamba-hamba-Nya yang beriman dan mengerjakan amal saleh. Katakanlah ”Aku tidak meminta kepadamu sesuatu apa pun atas seruanKu kecuali kasih sayang dalam kekeluargaan” dan siapa yang mengerjakan kebaikan, akan kami tambahkan baginya kebaikan pada kebaikannya itu. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun Lagi Maha Mensyukuri.”

Komunikasi yang terjadi antara orang tua dan anak adalah komunikasi antarpribadi. Komunikasi antarpribadi adalah bahwa setiap orang yang berkomunikasi akan membuat prediksi tentang efek atau perilaku komunikasinya, yaitu bagaimana pihak yang menerima pesan memberikan reaksinya. Jika menurut persepsi komunikator reaksi komunikan menyenangkan atau positif, maka ini merupakan suatu pertanda bagi komunikator bahwa komunikasinya berhasil.3

Menurut Djamarah percakapan dalam hubungan keluarga bukan hanya sekedar pertukaran informasi. Melalui pembicaraan anak maupun orang tua dapat menyatakan perasaan hati, memperjelas pikiran, menyampaikan ide dan juga berhubungan dengan orang lain. Ini merupakan cara yang menyenangkan untuk

3

(14)

melakukan waktu belajar mengenal satu sama lain, melepaskan ketergantungan serta menyampaikan pendapat.4

Peranan orang tua sebagai pendidik yang pertama dan utama nampaknya makin terabaikan di masyarakat kita. Alasan kesibukan orang tua, baik karena desakan ekonomi, profesi ataupun hobi sering menyebabkan kurang adanya kedekatan antara orang tua dan anak. Kondisi demikian apabila tidak disadari lama kelamaan akan menjadi penghalang terhadap kedekatan hubungan antara orang tua dan anak-anaknya, yang berarti terganggulah hubungan saling pengaruh diantara mereka. Sementara itu kita semua mengetahui bahwa hubungan yang harmonis antara orang tua dan anak di dalam keluarga akan banyak berpengaruh terhadap kehidupan anak selanjutnya.

Pada umumnya fungsi komunikasi itu untuk memberi dan menerima informasi, memberi pendidikan, mempengaruhi dan menghibur.5 Begitu juga komunikasi dalam keluarga, karena komunikasi dalam keluarga orang tua maupun anak dapat menyatakan perasaan hati, memperjelas pikiran, menyampaikan ide dan juga berhubungan dengan orang lain.

Pepatah lama mengatakan ”Siapa yang mananam maka akan menuai”. Jika dikaitan dengan perkembangan anak, hal ini tidak terlepas dari peran komunikasi, di mana komunikasi merupakan penyampaian energi dari alat-alat indera ke otak, pada peristiwa penerimaan dan pengolahan informasi, pada proses saling mempengaruhi di antara berbagai sistem dalam diri organisme dan di antara organisme.

4

Syaiful Bahri Djamarah, Pola Komunikasi Orang Tua Dan Anak Dalam Keluarga (Sebuah Perspektif Pendidikan Islam), (Jakarta: Rineka Cipta, , 2004), cet. ke-1, h. 4.

5

(15)

Tetapi jika kita lihat masalah kenakalan remaja, dan perkelahian antar pelajar yang sering terjadi akhir-akhir ini pada umumnya salah satu faktor penting penyebabnya adalah kurangnya atau tidak adanya keakraban antara orang tua dan anak.6 Adanya anak dalam sebuah keluarga merupakan impian setiap pasangan suami istri tetapi anak juga dapat menjadi ujian untuk menguji kedua orang tuanya, sejauh mana mereka mampu membekali anak mereka dengan iman dan amal. Dalam Al-Qur’an surat Al- Anfal ayat 28 Allah swt. berfiman :

Y $ #[ %

“Dan Ketahuilah, bahwa hartamu dan anak-anakmu itu hanyalah sebagai cobaan dan Sesungguhnya di sisi Allah-lah pahala yang besar.”

Begitu pun juga yang terjadi pada masyarakat kelurahan Malaka Jaya khususnya Rt 003 Rw 011. Rt. 003 adalah masyarakat yang mempunyai kepala keluarga paling banyak dari 8 Rt yang berada di Rw 011. Menurut salah satu warga yang telah bertempat tinggal di Rw 003 selama hampir 30 tahun lamanya mengatakan bahwa “Dahulu Rt 003 adalah bagian dari Rt 21 mempunyai banyak persoalan remaja, dari perampokan, pemakaian narkoba dan kenakalan remaja seperti hamil di luar nikah. Tetapi 5 tahun belakangan ini masalah-masalah itu berkurang, walaupun masih ada tetapi tidak banyak.”7 Untuk mengetahui faktor apa yang menyebabkan terjadinya persoalan tersebut, maka penulis tertarik untuk mengadakan penelitian di kelurahan Malaka Jaya khususnya Rt 003 Rw 011

(16)

dengan judul “Pola Komunikasi Orang Tua dan Anak di Kelurahan Malaka Jaya Jakarta Timur.

B. Batasan dan Rumusan Masalah

Dalam penelitian ini, peneliti membatasi masalah :

1. Komunikasi orang tua dan anak yang dimaksud adalah komunikasi antarpribadi (KAP) yang dilakukan oleh orang tua dengan anak sebagai komunikator. Dalam penelitian ini komunikasi orang tua dan anak dilihat dari proses komunikasi dari non KAP ke KAP, Pola Kontrol Komunikasi (PKK) dan manajemen konflik, gaya kognitif dan kecakapan empatik individu, eskalasi hubungan dan penetrasi sosial.

Dari batasan masalah di atas, maka rumusan masalah yang akan diteliti adalah bagaimana hubungan komunikasi orang tua dan anak di usia mahasiswa dalam keluarga? Dengan rincian petanyaan sebagai berikut:

1. Bagaimana proses non KAP ke KAP empat keluarga di Rt 003/011 kelurahan Malaka Jaya Jakarta Timur?

2. Bagaimana PKK dan manajemen konflik empat keluarga di Rt 003/011 kelurahan Malaka Jaya Jakarta Timur?

3. Bagaimana gaya kognitif dan kecakapan empatik empat keluarga di Rt 003/011 kelurahan Malaka Jaya Jakarta Timur?

4. Bagaimana perkembangan hubungan komunikasi empat keluarga di Rt 003/011 kelurahan Malaka Jaya Jakarta Timur?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

(17)

1. Mengetahui proses non KAP ke KAP yang terjadi pada empat keluarga di Rt 003/011 kelurahan Malaka Jaya Jakarta Timur.

2. Mengetahui PKK dan manajemen konflik yang ada pada empat keluarga di Rt 003/011 kelurahan Malaka Jaya Jakarta Timur.

3. Mengetahui gaya kognitif dan kecakapan empatik yang ada pada empat keluarga di Rt 003/011 kelurahan Malaka Jaya Jakarta Timur.

4. Mengetahui perkembangan hubungan komunikasi yang terjadi pada empat keluarga di Rt 003/011 kelurahan Malaka Jaya Jakarta Timur.

Adapun manfaat penelitian ini adalah:

1. Menambah pengetahuan baru tentang cara berkomunikasi dan menjalin hubungan antarpribadi yang baik antara orang tua dan anak.

2. Dapat menjadi acuan bagi para pembaca pada umumnya dan peneliti pada khususnya untuk menjadi komunikator dan komunikan yang baik dalam sebuah komunikasi keluarga. Serta bisa menjadi bahan referensi tambahan dalam penelitian selanjutnya.

D. Metodologi Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Dan metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif yaitu menggambarkan sesuatu sesuai dengan fenomena yang ada. Adapun penelitian kualitatif ini terdiri dari beberapa cara, yaitu:

1. Lokasi Penelitian

(18)

Dalam penelitian ini yang akan menjadi subjek penelitian adalah 4 (empat) keluarga yang mempunyai tipe keluarga yang berbeda-beda, yang terdiri dari 4 (empat) orang tua dan 4 (empat) orang anak. Orang tua yang dimaksud adalah orang tua kandung dan anak yang dimaksud adalah anak yang berumur 18 sampai 25 tahun yang berlatar belakang pendidikan mahasiswa atau mahasiswi. Keluarga pertama atau A kategori ekonomi atas yaituanggota masyarakat yang mampu menempatkan dominansinya pada masyarakat yang lainnya dimana dengan menguasai nilai-nilai yang ada pada masyarakat tertentu yang dapat berupa : kekuasaan, kekayaan, kehormatan, pengetahuan dan lain-lain8. Keluarga kedua atau B kategori ekonomi menengah yaitu keluarga yang yang dapat mencukupi sesuai kebutuhan keluarganya. Keluarga ketiga atau C kategori ekonomi rendah yaitu keluarga yang mempunyai beberapa ciri diantaranya dalam sehari makan < 3x, penghasilan tidak tetap, tidak mempunyai sawah atau tegalan, rumah sederhana dari gedeg (bilik bambu) ukuran 6 x 4 meter persegi dan berlantai tanah, berpenghasilan dibawah Rp. 122.000,- ( sekitar 13 dolar) perbulannya9. Keluarga keempat atau D kategori ekonomi menengah.

3. Tahapan Penelitian

Penelitian ini terdiri dari beberapa tahapan, antara lain: a. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang dipergunakan adalah dengan mengadakan penelitian lapangan (field research). Untuk mendapatkan

8

http://halilintarblog.blogspot.com/2008/10/kekuasaan-elit.html. 29-10-08 9

(19)

data yang diinginkan maka peneliti menggunakan beberapa instrument, yaitu:

1) Observasi adalah pengamatan dan pencatatan dengan sistematika fenomena-fenomena yang diselidiki.10 Observasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasi non partisipan, yaitu peneliti langsung mengamati cara berkomunikasi orang tua dan anak, serta untuk menemukan tipe kondisi keluarga yang akan menjadi subjek penelitian di Rt 003 Rw 011 kelurahan Malaka Jaya. Peneliti melakukan observasi selama kurang lebih 6 bulan.

2) Wawancara adalah percakapan yang dilakukan oleh 2 belah pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan yang diwawancarai (interviewee) yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu.11 Dalam penelitian ini peneliti menggunakan wawancara mendalam, dengan maksud untuk mengetahui hubungan antara orang tua dan anak secara menyeluruh kepada empat tipe keluarga yang berbeda mengenai cara berkomunikasi antara orang tua dengan anaknya.

Jenis data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah:

a. Data primer merupakan sumber data penelitian yang diperoleh secara langsung dari sumber asli (tidak menggunakan perantara) yang didapat dengan cara melakukan survey.

10

Dedy Mulyana, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT. Remadja Rosdakarya, 2002), cet. ke-4, h. 181.

11

(20)

b. Data sekunder merupakan sumber data penelitian yang diperoleh secara tidak langsung melalui media perantara, berupa data eksternal.

4. Analisis Deskriptif

Metode deskriptif pada hakekatnya mengumpulkan data secara univariat. Karakteristik data diperoleh dengan ukuran-ukuran kecenderungan pusat (central tendency) atau ukuran sebaran (dispersion). Penelitian deskriptif ditujukan : (a) mengumpulkan informasi aktual secara rinci yang melukiskan gejala yang ada; (b) mengidentifikasi masalah atau memeriksa kondisi dan praktek-praktek yang berlaku; (c) membuat perbandingan atau evaluasi; (d) menentukan apa yang dilakukan orang lain dalam menghadapi masalah yang sama dan belajar dari pengalaman mereka untuk menetapkan rencana dan keputusan pada waktu yang datang.12

5. Tinjauan Pustaka

Dari beberapa skripsi yang telah peneliti baca, hanya ada dua skripsi yang membahas tentang komunikasi antarpribadi yang dilihat dari beberapa tingkatan yaitu tingkat kultural, sosiologis dan psikologis dengan judul “Pola Komunikasi Dokter Terhadap Pasien dalam Proses Penyembuhan di Klinik Yasmin Medika Ciputat” yang ditulis oleh Bani Sadr tahun 2007.

6. Teknik Penulisan

Adapun teknik penulisan skripsi ini, peneliti berpedoman pada buku CeQDA yang diterbitkan oleh UIN Syarif Hidayatullah yang berjudul “Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis dan Disertasi).”

12

(21)

E. Sistematika penulisan

Sistematika penulisan yang digunakan dalam penelitian ini berdasarkan buku panduan yang disebutkan di atas, yaitu:

Bab I Pendahuluan

Bab pertama ini akan menjelaskan mengenai latar belakang masalah yang akan diteliti, batasan dan rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, metodologi penelitian, lokasi penelitian, subjek dan objek penelitian, tahapan penelitian, analisis deskriptif, teknik penulisan dan sistematika penulisan.

Bab II Tinjauan Teoritis

Bab kedua ini akan menjelaskan mengenai pengertian komunikasi, unsur-unsur komunikasi, bentuk-bentuk komunikasi, perbedaaan komunikasi antarpribadi dan non komunikasi antarpribadi, Pola Kontrol Komunikasi (PKK) dan strategi komunikasi antarpribadi, gaya kognitif dan kecakapan empatik individu, eskalasi hubungan dan penetrasi sosial dalam komunikasi antarpribadi dan pengertian anak serta ciri-ciri masa usia mahasiswa.

Bab III Gambaran umum masyarakat.

Bab ketiga ini akan menjelaskan tentang keadaan goegrafis daerah, keadaan demografis masyarakat, pekerjaan masyarakat, keadaan orang tua, keadaan anak dan sarana umum yang ada di daerah tersebut. Bab IV Analisis Data.

(22)

orang tua dan anak dari non KAP ke KAP empat tipe keluarga, Pola Kontrol Komunikasi (PKK) dan manajemen konflik empat tipe keluarga, gaya kognitif dan kecakapan empatik empat tipe keluarga, eskalasi hubungan dan penetrasi sosial empat tipe keluarga.

Bab V Kesimpulan.

(23)

BAB II

TINJUAN TEORITIS KOMUNIKASI ANTARPRIBADI ORANG TUA

DAN ANAK

A. Pengertian Komunikasi

Komunikasi secara etimologis atau menurut asal katanya, berasal dari bahasa Latin communicatio, dan perkataan ini bersumber pada kata communis. Perkataan communis diartikan “sama”, dalam arti kata sama makna, yaitu sama makna mengenai suatu hal.13

Menurut Wiryanto communicatio yang berarti pemberitahuan atau

penukaran. Kata sifatnya communis, yang bermakna umum atau bersama-sama, maka komunikasi mengandung makna bersama-sama (common).14

Dani Vardiansyah dalam bukunya Pengantar Ilmu Komunikasi Pendekatan Taksonomi Konseptual mengatakan bahwa komunikasi berasal dari kata

communis, yang berarti membuat kebersamaan atau membangun kebersamaan

antara dua orang atau lebih. Akar katanya communis adalah communico, yang artinya berbagi. Dalam hal ini yang dibagi adalah pemahaman bersama melalui pertukaran pesan. Komunikasi sebagai kata kerja (verb) dalam bahasa Inggris, communicate, yang berarti:

a. Untuk bertukar pikiran-pikiran, perasaan-perasaan, dan informasi. b. Untuk membuat tahu.

c. Untuk membuat sama.

13

Onong Uchjana Effendy, Dinamika Komunikasi (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004), cet. ke-6, h. 3.

14

(24)

d. Untuk mempunyai sebuah hubungan yang simpatik. Sedangkan dalam kata benda (noun), communication, berarti :

a) Pertukaran simbol, pesan-pesan yang sama, dan informasi.

b) Proses pertukaran di antara individu-individu melalui sistem simbol-simbol yang sama.

c) Seni untuk mengekspresikan gagasan-gagasan. d) Ilmu pengetahuan tentang pengiriman informasi.15

Menurut Sendjaja dalam bukunya Pengantar Komunikasi, komunikasi berasal dari kata communicatus yang berarti “berbagi” atau menjadi “milik bersama.”16

Dan komunikasi menurut Dedy Mulyana yang ditulis pada buku Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar berarti sama, communico, communication, atau

communicare yang berarti membuat sama (to make common). Istilah pertama

adalah istilah yang paling sering disebut sebagai asal-usul kata komunikasi, yang merupakan akar dari kata-kata Latin lainnya yang mirip. Komunikasi

menyarankan bahwa suatu pikiran, suatu makna, atau suatu pesan dianut secara sama.17

Komunikasi secara terminologis berarti proses penyampaian suatu pernyataan oleh seseorang kepada orang lain.18

15

Dani Vardiansyah, Pengantar Ilmu Komunikasi Pendekatan Taksonomi Konseptual, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2004), cet. ke-1, h. 3.

16

Sasa Djuarsa Sendjaja, Pengantar Komunikasi, (Jakarta: Universitas Terbuka, 1993), cet. ke-1, h. 7.

17

Dedy Mulyana, Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2002), cet. ke-4, h. 41.

18

(25)

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia komunikasi adalah “pengiriman dan penerimaan pesan atau berita antara dua orang atau lebih sehingga pesan yang dimaksud dapat dipahami.19

Dalam Kamus Komunikasi Onong menyebutkan bahwa komunikasi adalah proses penyampaian suatu pesan dalam bentuk lambang bermakna sebagai paduan pikiran dan perasaan berupa ide, informasi, kepercayaan, harapan, imbauan, dan sebagainya, yang dilakukan seseorang kepada orang lain, baik langsung secara tatap muka maupun tak langsung melalui media, dengan tujuan mengubah sikap, pandangan atau perilaku.20

Komunikasi menurut Gunadi adalah proses kegiatan manusia yang diungkapkan melalui bahasa lisan dan tulisan, gambar-gambar, isyarat, bunyi-bunyian dan bentuk kode lain yang mengandung arti dan dimengerti oleh orang lain.21

Astrid mengatakan dalam bukunya Komunikasi Dalam Teori dan Praktek Komunikasi merupakan kegiatan pengoperan lambang-lambang tersebut terikat pada unsur-unsur kebudayaan, tingkat pendidikan dan pengalaman orang.22

Dalam Webster’s New Coolegiate Dictionary edisi tahun 1977, yang dikutip oleh Sendjaja komunikasi adalah suatu proses pertukaran informasi di antara individu melalui sistem lambang-lambang, tanda-tanda atau tingkah laku.23

19

Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 2005) edisi ke-3, cet. ke-3, h. 585.

20

Onong Uchajan Effendy, Kamus Komunikasi, (Bandung: Mandar Maju, 1989), cet. ke-1, h. 60.

21

Gunadi, Himpunan Istilah Komunikasi, (Jakarta: Gramedia Widiasarana Indonesia, 1998), cet. ke-1, h. 69.

22

Astrid S. Susanto, Komunikasi Dalam Teori dan Praktek (Jakarta: Bina Cipta, 1980), cet. ke-3. h. 2.

23

(26)

Eduard Depari mengatakan bahwa komunikasi adalah proses penyampaian gagasan, harapan, pesan yang disampaikan melalui lambang tertentu yang mengandung arti, dilakukan oleh penyampaian pesan (source, communicator, sender) ditujukan pada penerima pesan (reciever, communicator, atau audience)

dengan maksud mencapai kebersamaan (commonnees).24

Menurut Harold D. Laswell, sebagaimana dikutip oleh Sendjaja cara yang baik menggambarkan komunikasi adalah dengan menjawab pertanyaaan berikut: who says what in which channel to whom with what effect? (siapa mengatakan apa

dengan saluran apa kepada siapa dengan efek bagaimana?).25

Menurut Raymond S. Ross (1983:8) yang dikutip oleh Wiryanto mendefinisikan komunikasi sebagai suatu proses menyortir, memilih, dan mengirimkan simbol-simbol sedemikian rupa, sehingga membantu pendengar membangkitkan makna atau respon dari pikirannya yang serupa dengan yang dimaksudkan oleh sang komunikator. Shannon dan Weaver (1949) mengatakan bahwa komunikasi adalah bentuk interaksi manusia yang saling mempengaruhi satu sama lain, sengaja atau tidak sengaja dan tidak terbatas pada bentuk komunikasi verbal, tetapi juga dalam hal ekspresi muka, lukisan, seni dan teknologi.26 Komunikasi adalah hubungan kontak antar manusia baik individu maupun kelompok. Dalam kehidupan sehari-hari disadari atau tidak. Komunikasi adalah bagian dari kehidupan itu sendiri, karena manusia melakukan komunikasi dalam pergaulan dan kehidupannya.27

24

H.A.W. Widjaja, Komunikasi dan Hubungan Masyarakat, (Jakarta:Bumi Aksara, 2002), cet. ke-4, h. 2.

25

Ibid., h. 7. 26

Wiryanto, Pengantar Komunikasi, h.6-7. 27

(27)

Brent D. Ruben (1988) mendefinisikan komunikasi manusia yang lebih komprehensif adalah suatu proses melalui mana individu dalam hubungannya, dalam keluarganya, dalam organisasinya dan dalam masyarakat menciptakan, mengirimkan dan menggunakan informasi untuk mengkoordinasi lingkungannya dan orang lain.28

Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa komunikasi berasal dari kata communicatio yang berarti suatu pikiran, suatu makna, atau suatu pesan yang diartikan sama. Maka dapat dikatakan bahwa komunikasi adalah proses

penyampaian pesan oleh seseorang kepada orang lain sehingga pesan yang disampaikan dapat dipahami.

1. Unsur-Unsur Komunikasi

Dalam komunikasi terdapat beberapa unsur yang merupakan syarat, unsur-unsur tersebut: komunikator, pesan, komunikan, media, efek.29

1. Komunikator : Dapat berupa individu yang sedang berbicara atau menulis, kelompok orang, organisasi komunikasi seperti: surat kabar, radio, televisi.

2. Komunikan : Manusia berakal budi, kepada siapa pesan komunikator ditujukan. 30 Orang atau kelompok atau khalayak yang menerima pesan komunikasi atau yang menjadi sasaran komunikasi itu sendiri.31

28 Arni Muhammad, Komunikasi Organisasi, (Jakarta:Bumi Aksara,2001), cet. ke-4, h. 3. 29

Onong Uchjana, Dinamika Komunikasi, h. 6.

30

Dani Vardiansyah, Pengantar Ilmu Komunikasi Pendekatan Taksonomi Konseptual, h. 19-21.

31

(28)

3. Pesan : Suatu gagasan atau ide, informasi, pengalaman, yang dituangkan dalam lambang untuk disebarkan kepada pihak lain.32

4. Media : Alat yang digunakan untuk berkomunikasi agar hasil komunikasi dapat mencapai sasaran yang lebih banyak dan luas. Media ini ada yang bersifat nirmasa, yaitu: telepon, handphone dan lainnya. Ada juga yang bersifat media massa, yaitu: televisi, radio, koran (pers), film dan internet.33

5. Efek : Efek adalah dampak sebagai pengaruh dari pesan. Perubahan yang terjadi di pihak komunikan sebagai akibat dari diterimanya pesan melalui komunikasi.ada tiga efek komunikasi yaitu: visual, voice dan word. Dan paling berpengaruh adalah visual yaitu berupa bahasa tubuh dan simbol.34 Efek komunikasi juga bisa bersifat kognitif yang meliputi pengetahuan, bisa juga bersifat afektif yang meliputi perasaan emosi, atau bisa juga bersifat behavioral yang merupakan tindakan.35

2. Bentuk-Bentuk Komunikasi

Ada 4 bentuk komunikasi, yaitu:36

32

Roudhonah, Ilmu Komunikasi, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2007), cet. ke-1, h.45. 33

Ibid, h.46 34

Kris Cole, Hari Wahyudi, Komunikasi Sebening Kristal: Meraih Sukses Melalui Keterampilan Memahami (trjmh), ( Jakarta: Quantum, 2005), cet. ke-1, h. 79.

35

Onong Uchjana, Dinamika Komunikasi, h. 5. 36

(29)

1. Komunikasi intrapersonal menurut Sasa Djuarsa adalah proses komunikasi yang terjadi dalam diri seseorang. Yang jadi pusat perhatian adalah bagaimana jalannya proses pengolahan informasi yang dialami seseorang melalui sistem syaraf dan inderanya.37

2. Komunikasi antarpersona adalah komunikasi yang berlangsung antara dua orang, dimana terjadi kontak langsung dalam bentuk percakapan. Komunikasi ini bisa berlangsung secara berhadapan muka (face to face), bisa juga melalui sebuah medium telepon.38

3. Komunikasi kelompok menurut Michael Burgoon dan Michael Ruffner yang dikutip oleh Sasa Djuarsa adalah interaksi tatap muka dari tiga atau lebih indivdu guna memperoleh maksud atau tujuan yang dikehendaki seperti berbagi informasi, pemeliharaan diri atau pemecahan masalah sehingga semua anggota dapat menumbuhkan karakteristik pribadi anggota lainnya dengan akurat.39

4. Komunikasi massa adalah komunikasi melalui media massa. Menurut Severin dan Tankard, Jr. komunikasi massa adalah keterampilan, seni dan ilmu, dikaitkan dengan pendapat Devito komunikasi massa itu ditujukan kepada massa dengan melalui media massa dibandingkan dengan jenis-jenis komunikasi lainnya, maka komunikasi massa mempunyai ciri-ciri khusus yang disebabkan oleh sifat-sifat komponennya.40

37

Sasa Djuarsa Sendjaja, Teori Komunikasi, (Jakarta: Universitas Terbuka, 2005), cet. ke-9, h. 125.

38

Onong Uchjana Effendy, Dimensi-Dimensi Komunikasi, (Bandung: Alumni, 1981), h. 48. 39

Sasa Djuarsa Sendjaja, Teori komunikasi, h. 33. 40

(30)

B. Komunikasi Orang Tua dan Anak dalam Keluarga

Dari keempat bentuk komunikasi yang telah disebutkan di atas, komunikasi orang tua dan anak termasuk dalam komunikasi antarpribadi. Komunikasi antarpribadi dalam definisi ini merupakan proses pengiriman dan penerimaan pesan di antara dua orang atau di antara sekelompok kecil orang, dengan berbagai efek dan umpan balik (feed back). Dalam definisi ini setiap komponen harus dipandang dan dijelaskan sebagai bagian-bagian yang terintegritas dalam tindakan komunikasi antarpersonal.

Komunikasi mempunyai peranan yang sangat penting dalam kehidupan sehari-hari. Jika boleh dibandingkan, komunikasi sama pentingnya dengan udara untuk kita bernafas. Ketika lahir, manusia bukan saja membutuhkan pertukaran udara demi kelangsungan hidupnya, tetapi juga melakukan pertukaran pesan-pesan dengan lingkungannya, terutama dengan orang tuanya yang berlangsung secara tetap. Hal ini dapat kita lihat pada saat bayi itu lapar, buang air kecil, sakit dan sebagainya.

Komunikasi merupakan medium penting bagi pembentukkan atau

pengembangan pribadi dan untuk kontak sosial. Melalui komunikasi kita tumbuh dan belajar, kita menemukan pribadi kita dan orang lain, kita bergaul, bersahabat, bermusuhan, mencintai atau mengasihi orang lain, membenci orang lain dan sebagianya.

Orang tua adalah orang dewasa pertama yang memikul tanggung jawab pendidikan, sebab secara alami anak pada masa-masa awal kehidupannya berada di tengah-tengah ayah dan ibunya.41

41

(31)

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia orang tua adalah ayah – ibu kandung, yang dianggap tua (cerdik, pandai, ahli, dsb), orang-orang yang dihormati

(disegani) di kampung.42 Orang tua yang dimaksud dalam penelitian ini yaitu orang tua kandung.

Anak dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah manusia yang masih kecil.43

Dalam penelitian ini, anak yang menjadi subjek adalah anak yang berusia 18-25 tahun. Anak dengan usia 18-25 tahun dapat digolongkan pada masa remaja akhir sampai masa dewasa awal atau dewasa madya dan mereka juga termasuk dalam masa usia mahasiswa. Karena jika dilihat dari segi perkembangan, tugas perkembangan pada usia mahasiswa ini merupakan pemantapan pendirian hidup. Dengan kata lain, pemantapan itu dimaksudkan pengujian lebih lanjut tentang pendirian hidup serta penyiapan diri dengan keterampilan dan kemampuan yang diperlukan untuk merealisasikan pendirian hidup yang telah dipilihnya.44

Ciri-ciri masa usia mahasiswa yaitu:45

1. Kelompok-kelompok sosial dibentuk berdasarkan atas sistem nilai-nilai tertentu

2. Adanya perubahan sikap dari individu yang idealistis ke sikap individu yang realistis.

3. Individu berada dalam vitalitas optimum.

Perkembangan telah berada pada taraf operasional formal, sehingga kemampuan nalarnya tinggi.

42

Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, h. 802. 43

Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, h. 41. 44

Abu Ahmadi, Munawar Sholeh, Psikologi Perkembangan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2005), cet. ke-1, h. 45.

45

(32)

Keluarga merupakan kelompok sosial yang pertama dalam kehidupan manusia, tempat ia belajar dan menyatakan diri sebagai manusia sosial dalam hubungan interaksi dengan kelompoknya.46 Komunikasi yang berlangsung dalam keluarga bernilai pendidikan. Karena didalamnya anak diajarkan sejumlah norma-norma, mulai dari norma agama norma akhlak, norma sosial dan sebagainya.

Komunikasi dalam keluarga memegang peranan penting, maka hal ini tidak boleh dianggap sederhana, seperti yang telah diisyaratkan dalam Al-Qur’an surat At-Taghabun ayat 14 yang berbunyi:

FNg^%hK'

”Hai orang-orang mukmin, Sesungguhnya di antara isteri-isterimu dan anak-anakmu ada yang menjadi musuh bagimu. Maka berhati-hatilah kamu terhadap mereka dan jika kamu memaafkan dan tidak memarahi serta mengampuni (mereka) Maka Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”

Menurut Djamarah percakapan dalam hubungan keluarga bukan hanya sekedar pertukaran informasi. Melalui pembicaraan anak maupun orang tua dapat menyatakan perasaan hati, memperjelas pikiran, menyampaikan ide dan juga berhubungan dengan orang lain. Ini merupakan cara yang menyenangkan untuk melakukan waktu belajar mengenal satu sama lain, melepaskan ketergantungan serta menyampaikan pendapat.47

1. Perbedaan Komunikasi Antarpribadi dan Non Komunikasi

Antarpribadi

46

W. A. Gerungan, Psikologi Sosial, (Bandung: Refika Aditama, 2004), cet.ke-1, h. 195. 47

(33)

Komunikasi antarpribadi merupakan satu proses sosial dimana orang-orang yang terlibat di dalamnya saling mempengaruhi. Sebagaimana diungkapkan oleh Devito yang dikutip oleh Alo Liliweri dalam buku Komunikasi Antar Pribadi, bahwa komunikasi antar pribadi merupakan pengiriman pesan-pesan dari seseorang dan diterima oleh orang lain, atau sekelompok orang dengan efek dan umpan balik yang langsung.48

Asumsi dasar komunikasi antarpribadi adalah bahwa setiap orang yang berkomunikasi akan membuat prediksi tentang efek atau perilaku komunikasinya, yaitu bagaimana pihak yang menerima pesan memberikan reaksinya. Jika menurut persepsi komunikator reaksi komunikan menyenangkan atau positif, maka ini merupakan suatu pertanda bagi komunikator bahwa komunikasinya berhasil.49

Komunikasi jenis ini dianggap paling efektif dalam hal upaya mengubah sikap, pendapat atau perilaku seseorang, karena sifatnya yang dialogis, berupa percakapan. Komunikator mengetahui tanggapan komunikan ketika itu juga, pada saat komunikasi dilancarkan. Komunikator, mengetahui pasti apakah komunikasi itu positif atau negatif, berhasil atau tidak. Jika tidak, ia dapat memberi

kesempatan kepada komunikan untuk bertanya seluas-luasnya.

Komunikasi non-antarpribadi yaitu seseorang yang melakukan prediksinya hanya atas dasar data kultural dan sosiologis. Pada tingkat ini, dalam melakukan prediksi komunikator melakukan generalisasi rangsangan, yakni mencari kesamaan di antara para pelaku komunikasi lainnya.50

48

Alo Liliweri, Komunikasi Antar Pribadi, ( Bandung: Citra Aditya Bakti, 1991), h. 12. 49

M. Budyatna dan Nina Mutmainah, Komunikasi Antarpribadi, Materi Pokok, IKOM44337/3SKS/Modul 1-9, (Jakarta: Universitas Terbuka, 1994), cet. ke-1, h. 4.

50

(34)

Setiap berkomunikasi dengan orang lain, kita melakukan proses prediktif. Setiap kali berinteraksi dengan orang lain timbul pertanyaan-pertanyaan:

Bagaimana sifat orang yang saya ajak bicara? Apakah ia dapat dipercaya? Apa dia menyukai saya? Bagaimana agar dia menyukai saya? Dan sebagainya. Mungkin pada saat memulai berinteraksi, kita menyadari bahwa prediksi kita sebelum salah. Untuk efektifnya komunikasi kita harus membuat prediksi baru dan membuat strategi komunikasi baru yang sesuai dengan prediksi tersebut.

Menurut Gerald R. Miller dan Mark Steinbreg (1975) seperti yang dikutip oleh Budyatna dan Nina Mutmainah dalam buku Komunikasi Antarpribadi, bahwa ada tingkatan analisis yang digunakan dalam melakukan prediksi, yaitu: 51

1. Tingkat Kultural

Pada analisis tingkat kultural, guna mencapai efek yang diharapkan, komunikator dalam melakukan prediksi paling tidak harus mengerti dan memahami kultur, terutama yang bersifat imaterial dari pihak yang diajak berkomunikasi. Dengan mengenal atau menguasai kultur yang imaterial ini, seperti bahasa dan adat istiadat, paling tidak kita mampu untuk

berkomunikasi dengan pihak lain. 2. Tingkat Sosiologis

Apabila komunikator melakukan prediksi mengenai reaksi komunikan terhadap pesan yang ia sampaikan berdasarkan keanggotaan komunikan dalam kelompok sosial tertentu, maka dapat dikatakan bahwa komunikator melakukan prediksi pada tingkat sosiologis. Pada tingkat ini, prediksi atau

51

(35)

prakira yang dilakukan komunikator terhadap reaksi komunikan dapat dilihat dari segi keanggotaan dari kelompok tempat komunikan berada. 3. Tingkat Psikologis

Apabila prediksi atau prakira yang dibuat komunikator terhadap reaksi komunikan sebagai akibat menerima suatu pesan didasarkan atas analisis pengalaman individual yang unik dari komunikan, maka dapat dikatakan bahwa komunikator melakukan prediksi pada tingkat psikologis. Prediksi pada tingkat psikologis ini memerlukan analisis yang cermat dan hati-hati mengenai perilaku orang lain yang pernah melakukan kontak dengan kita sebelumnya.

Dengan begitu dapat dikatakan bahwa manusia, di dalam berinteraksi antara satu dan lainnya tentu akan menggunakan suatu alat atau cara untuk

menyampaikan sesuatu hal yang kiranya akan berguna atau bermanfaat bagi kedua belah pihak atau kelompok tertentu di dalam berkomunikasi. Oleh karena itu peran komunikasi di dalam menyampaikan sesuatu pesan yang bermanfaat sangat diutamakan bagi hidup dan kehidupan.

(36)

impersonal.52 Dalam berkomunikasi setiap pelaku komunikasi selalu menggunakan model komunikasi. Ada beberapa model komunikasi yang

cenderung banyak dilakukan oleh manusia, yaitu: pasif yaitu antara komunikator dan komunikan keduanya saling menutup diri, agresif-pasif yaitu komunikator lebih terbuka dibandingkan komunikan, pasif-agresif yaitu komunikan lebih membuka diri dibandingkan komunikator dan luwes yaitu kedua belah pihak (antara komunikator dan komunikan) saling membuka diri.53

2. Pola Kontrol Komunikasi (PKK) dan Manajemen Konflik

Komunikasi dapat dikatakan berhasil jika apa yang diperoleh komunikator, paling tidak sebagian, sesuai dengan harapan atau keinginannya semula. Dan semua itu dapat diperoleh dengan melakukan pengendalian lingkungan. Dalam usaha pengendalian lingkungan, setiap individu memiliki dan menggunakan cara, strategi atau teknik yang berbeda-beda. Perbedaan ini menunjukkan karakter khas individu yang membedakannya dengan individu lainnya. Konsep pengendalian atau kontrol lingkungan dalam berkomunikasi merupakan konsep penting dalam berkomunikasi antarpribadi. Karena keberhasilan atau efektif tidaknya

komunikasi tergantung pada individu yang melakukan kontrol tersebut. unsur dalam PKK ini dibagi menjadi 2 yaitu yang tetap dan tidak tetap. Unsur-unsur yang tetap yaitu:54

1. Semua orang cenderung menghendaki respon yang menyenangkan dari orang lain.

2. Para komunikator saling bergantung sama lain untuk mendapatkan respons.

52

M. Budyatna dan Nina Mutmainah, Komunikasi Antarpribadi, h. 12. 53

Darlexne Powell Hopson dan Derek S. Hopson, Menuju Keluarga Kompak, 8 Prinsip Praktis Menjadi Orang Tua Yang Sukses, (Bandung: Mizan Media Utama, 2002), cet. ke-1, h. 86.

54

(37)

3. Prosedur kendali untuk mendapatkan respon yang diinginkan harus dipelajari dan perolehannya bergantung pada keberhasilan kita untuk mendapatkan respon yang kita inginkan.

Adapun unsur-unsur yang tidak tetap yaitu: 1. Prosedur kendali yang spesifik mendapat imbalan.

2. Tipe-tipe manusia dihubungkan dengan perilaku-perilaku mendapatkan imbalan.

3. Situasi yang memerlukan perilaku dan imbalan tertentu.

Karena itu menurut Budyatna dan Nina Mutmainah dalam bukunya Komunikasi Antarpribadi, untuk mendapatkan respon yang diinginkan dari

komunikator lainnya sebagai teman dalam transaksional komunikasi maka sebagai komunikator pertama harus mengerti strategi-strategi kendali komunikasi yang utama antara lain yaitu55:

1) Startegi Wortel Berayun

Yaitu strategi yang digunakan untuk dapat menambah probabilitas untuk mendapatkan respons yang diinginkan apabila kita mampu untuk

memberikan imbalan kepada seseorang supaya ia memberikan respons yang diinginkan. Dan penambahan probabilitas respons yang diinginkan dengan asumsi komunikator akan mengulangi perilaku yang sama dengan perilaku yang mendapatkan imbalan. Contohnya hadiah, pujian dan ucapan.

55

(38)

2) Strategi Pedang Tergantung

Yaitu strategi yang digunakan untuk mengurangi probabilitas respons yang tidak diinginkan. Maksud dari strategi ini adalah seorang

komunikator bisa menghukum pihak lainnya supaya orang tersebut mengurangi atau membatasi perilaku yang tidak disenangi si penghukum. Contohnya ancaman.

3) Strategi Katalisator

Yaitu strategi yang digunakan hanya untuk mengingatkan pihak yang satu atau orang yang mendengarkan dengan harapan orang itu mau menuruti apa yang dikatakannya. Strategi ini dimaksudkan untuk menjadikan individu berbuat berdasarkan kesadarannya sendiri tanpa harus diberi imbalan atau hukuman. Komunikator harus membuat pihak yang bersangkutan dengan rangkaian pesan-pesan untuk merangsang suatu proses, namun tindakan selanjutnya sepenuhnya ditentukan oleh yang bersangkutan. Contohnya nasihat.

4) Strategi Kembar Siam

Yaitu strategi ini hanya bisa diterapkan pada hubungan yang telah terbina, dalam arti kedua belah pihak sangat bergantung satu sama lain. Strategi ini berlaku kedua komunikator memiliki kurang lebih jumlah kendali yang sama.

5) Strategi Dunia Peri

(39)

sekali dasar realitasnya dan tidak dapat dianggap sebagai pengganti dari suatu strategi kendali. Komunikator yang menggunakan strategi ini sulit menerima keterbatasan kemampuannya untuk mendapatkan respons yang diinginkan. Contohnya selalu menganggap baik semua orang. Cara yang digunakan strategi ini ialah

a. Mengabaikan respons yang tidak diinginkan.

b. Memutarbalikkan respons yang tidak diinginkan dengan memberikan penafsiran positif.

Komunikasi dalam keluarga dapat berlangsung secara vertikal maupun horizontal. Dari dua jenis komunikasi ini berlangsung secara silih berganti komunikasi antara suami dan isteri, komunikasi antara ayah, ibu dan anak, komunikasi antara ibu dan anak, komunikasi antara anak dan anak. Tetapi pada umumnya komunikasi dalam sebuah keluarga bersifat searah dan instruktif.56 Yang mana orang tua sebagai seorang komunikator sangat berperan aktif dalam berkomunikasi, sedangkan anak sebagai komunikan hanya duduk mendengarkan dan ”mengiyakan” apa yang dikatakan mereka tanpa tahu efek apa yang akan terjadi setelah berlangsungnya komunikasi.

Tetapi dalam komunikasi antarpribadi baik orang tua maupun anak

merupakan komunikator, karena komunikasi yang terjadi di antara orang tua dan anak adalah bersifat intensional, transaksional dan prosesual. Dimana kedua belah pihak menginginkan respon yang dihasilkan sesuai dengan keinginan atau

perkiraan masing-masing.

56

(40)

Banyak orang tua yang tidak mengerti anaknya dan banyak juga anak yang tidak mengerti orang tuanya. Akibatnya hubungan orang tua-anak menjadi renggang dan muncul konflik-konflik.57 Konflik ini timbul dikarenakan respon yang dihasilkan tidak sesuai dengan keinginan kedua belah pihak konflik. Konflik antar pribadi berarti pertentangan atau perselisihan di antara individu-individu yang saling berhubungan.58 Dan setiap individu juga mempunyai cara sendiri untuk menyelesaikan konflik tersebut. Budyatna dan Mutmainah menyatakan bahwa terdapat berbagai macam cara penyelesaian konflik secara logis dan rasional berkisar dari yang tidak resmi sampai debat yang formal dan polanya tidak selalu identik dan tidak jelas. Dalam hal ini terdapat beberapa faktor yang kompleks, yakni:

1. Sejumlah referensi yang berbeda-beda yang dimiliki komunikator untuk menyelesaikan konflik.

2. Ada orang yang beranggapan bahwa semua situasi konflik adalah sama, dan respons yang diberikan bagi setiap penyelesaian konflik juga sama.

3. Ada pula orang yang menganggap situasi konflik tidak sama antara yang satu dan yang lainnya dan setiap situasi konflik memerlukan strategi kendali yang berbeda pula.

4. Ada individu yang beranggapan bahwa semua orang adalah sama dan akan memberikan reaksi yang sama pula terhadap strategi kendali yang sama. 5. Sedangkan individu lainnya beranggapan bahwa semua orang tidak sama

dan masing-masing akan memberikan reaksi yang berbeda-beda terhadap strategi kendali yang berbeda.

57

Sintha Ratnawati, Keluarga, Kunci Sukses Anak, Kumpulan Artikel Kompas, (Jakarta : PT. Kompas Media Nusantara, 2000), cet. ke-1, h. 6-7.

58

(41)

4. Gaya Kognitif dan Kecakapan Empatik Individu

Setiap individu memiliki cara tersendiri untuk berkomunikasi. Cara tersebut dapat mempengaruhinya dalam berinteraksi atau berkomunikasi dengan orang lain. Ada orang yang berpikiran sempit, kaku dan simplistis. Sementara ada pula orang yang berpikiran terbuka dan mampu melihat perbedaan-perbedaan yang ada di antara para pelaku komunikasi dan menyesuaikan diri dengannya. Atau dapat disebut juga dengan gaya kognitif. Gaya kognitif adalah cara-cara yang khas di mana individu membangun atau membentuk keyakinan dan sikapnya tentang dunia sekitarnya dan cara-cara ia memproses dan memberikan reaksi terhadap informasi yang masuk atau diterima.59

Begitu juga orang tua dan anak yang mempunyai gaya kognitifnya masing-masing. Gaya kognitif itu diantaranya:60

a. Gaya kognitif tertutup adalah orang yang berpikiran sempit, kaku, dan simplistis. Gaya kognitif tertutup dibagi menjadi 2 yaitu: otoriter dan dogmatis. Karakteristik gaya kognitif tertutup:

1. Menilai pesan berdasarkan motif-motif pribadi.

2. Berpikir simplistis, artinya berpikir hitam-putih (tanpa nuansa). 3. Bersandar lebih banyak pada sumber pesan daripada isi pesan. 4. Mencari informasi tentang kepercayaan orang lain dari sumbernya

sendiri, bukan dari sumber kepercayaan orang lain.

5. Secara kaku mempertahankan dan memegang teguh sistem kepercayaannya.

59

Budyatna dan Nina Mutmainah, Komunikasi Antarpribadi, h. 102-108. 60

(42)

6. Menolak, mengabaikan, mendistorsi dan menolak pesan yang tidak konsisten dengan sistem kepercayaannya.

b. Gaya kognitif terbuka yaitu: orang yang mampu melihat perbedaan-perbedaan yang ada di antara para pelaku komunikasi dan menyesuaikan diri dengannya. Karakteristiknya yaitu:

1. Menilai pesan secara objektif, dengan menggunakan data dan keajegan logika.

2. Membedakan dengan mudah, melihat nuansa, dan lain-lain. 3. Berorientasi pada isi.

4.Mencari informasi dari berbagai sumber.

5.Lebih bersifat provisional dan bersedia mengubah kepercayaannya.

6.Mencari pengertian pesan yang tidak sesuai dengan rangkaian kepercayaannya.61

Agar menuju hubungan komunikasi antarpribadi yang berhasil komunikator harus mengembangkan kemampuan empatinya. Karena empati merupakan salah satu konsep terpenting dalam bidang komunikasi antarpribadi.62

Menurut L. Katz, dalam bukunya Empathy mengatakan bahwa apabila kita mengalami suatu empati, maka kita merasakan seolah-olah apa yang dirasakan orang lain menjadi perasaan kita juga. Jadi kegembiraan seseorang seolah-olah menjadi kegembiraan kita juga dan kesedihan seseorang seolah-olah menjadi kesedihan kita juga. Menurut Katz, empati adalah menempatkan posisi orang lain ke dalam diri kita.63

61

Ibid., h.136. 62

Budyatna dan Nina Mutmainah, Komunikasi Antarpribadi, h. 101. 63

(43)

Secara transaksional, empati meliputi dua tahap utama yaitu:64

1. Pengempatian yang prospektif harus mampu membedakan secara tepat bahwa cara-cara bermotivasi dan bersikap setiap individu akan berbeda dengan individu lainnya.

2. Pembedaan secara tepat harus diikuti oleh perilaku yang diinginkan atau bermanfaat bagi mereka yang menjadi objek dari suatu rediksi.

5. Eskalasi Hubungan dan Penetrasi Sosial dalam Komunikasi

Antarpribadi

Setiap orang yang menjalin hubungan menginginkan hubungan itu dapat berjalan dengan baik. Ketika proses hubungan komunikasi antarpribadi

berkembang, ada kemungkinan terjadi eskalasi dan de-eskalasi. Eskalasi adalah suatu bentuk yang bisa meningkatkan secara cepat kualitas hubungan komunikasi antarpribadi.65 Istilah eskalasi menjabarkan proses pengembangan hubungan yang tidak saja menunjukkan suatu hubungan berkembang atau mengalami kemajuan secara berkesinambungan atau mantap tetapi pada waktu-waktu tertentu pada hubungan tersebut terjadi lompatan ke depan atau ke atas.

De-eskalasi adalah penurunan secara mendadak di dalam keuntungan atau adanya penemuan sumber baru yang lebih menguntungkan dari suatu hubungan.66

Penetrasi sosial adalah proses meningkatnya keintiman dalam suatu hubungan. Menurut Miller dan Steinberg seperti yang dikutip oleh M. Budyatna dan Nina Mutmainah dalam bukunya Komunikasi Antarpribadi, mengemukakan bahwa semakin komunikator mengenal satu sama lain, maka komunikasi makin bersifat antarpribadi (interpersonal). Sebaliknya, makin sedikit tingkat

64

Ibid., h. 117. 65

Ibid, h. 127. 66

(44)

pengetahuan partisipan satu sama lain, maka komunikasi makin bersifat

impersonal. Dikatakan bahwa keintiman pertisipan meningkat ketika komunikasi

beralih dari mulai kultural, sosiologis dan kemudian psikologis. Proses

bergeraknya komunikasi dari tingkat kultural ke psikologis inilah yang dikenal sebagai penetrasi sosial.67 Altman dan Taylor berpendapat bahwa penetrasi sosial mengacu pada:

1. Perilaku pribadi yang terjadi pada interaksi sosial, dan

2. Proses-proses subjektif yang internal yang mendahului, mendampingi, dan mengikuti suatu pertukaran sosial.

Menurut Altman dan Taylor dalam buku Komunikasi Antarpribadi, dikatakan bahwa ada sejumlah faktor yang mempengaruhi perkembangan hubungan antarpribadi. Sejumlah faktor itu dapat dikelompokkan dalam tiga faktor utama:

a. Karakteristik personal dan partisipan. Misalnya: kebutuhan, sifat, kepribadian dan motivasi.

b. Hasil dari pertukaran. Bila seorang menyukai orang lain atau merasa akan mendapatkan keuntungan dari suatu hubungan (pertukaran) maka warna hubungan tersebut akan berbeda jika tidak merasa puas dengan partisipan lainnya atau merasa tidak memperoleh keuntungan dari suatu hubungan. c. Konteks situasional. Konteks lingkungan dan situasi yang melatarbelakangi

suatu hubungan mempengaruhi bagaimana suatu hubungan berkembang. Altman dan taylor juga berpendapat bahwa ada empat tahap perkembangan suatu hubungan, yaitu:68

67

Ibid., h. 208. 68

(45)

1. Orientasi : berisi komunikasi yang impersonal, pada saat itu seseorang hanya mengemukakan informasi yang sangat umum tentang dirinya. Bila tahap ini menguntungkan oleh partisipan, mereka akan bergerak ke tahap selanjutnya. 2. Menuju pertukaran afektif : mulai bergerak ke tahap yang lebih dalam untuk

menyikapi topik-topik tertentu yang terpilih.

3. Pertukaran afektif : memusatkan perasaan pada tingkat yang lebih dalam. Tahap ketiga ini tidak akan dilalui individu hingga ia menerima imbalan yang substansial pada tahap-tahap sebelumnya.

(46)

BAB III

GAMBARAN UMUM MASYARAKAT

Untuk mengetahui keadaan masyarakat Rt 003 Rw 011 dari segi geogafis dan demografis sebagai subjek penelitian, peneliti menggambarkan keadaan masyarakat Rt 003 secara lengkap sebagai berikut:

A. Keadaan Geografis

Secara geografis Rt 003 merupakan bagian dari 8 Rt yang berada di Rw 011 kelurahan Malaka Jaya. Rt 003 antara lain berbatasan dengan:69

a. sebelah utara : Jalan Raya Taman Malaka Utara b. sebelah barat : Rt 004

c. sebelah selatan : Rt 002

d. sebelah timur : Kelurahan Malaka Sari B. Keadaan Demografis

1. Jumlah Penduduk

Populasi penduduk di Rt. 003 Rw. 011 sebagian besar dihuni oleh laki-laki yang jumlahnya lebih banyak dibandingkan perempuan baik itu dari orang tua maupun anak. Untuk itu presentase populasi penduduk di Rt. 003 Rw. 011 dapat di lihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 1

Jumlah penduduk

Penduduk F %

Laki-laki 219 53,02

Perempuan 194 46,98

Jumlah 413 100

69

(47)

Jika dilihat dari tabel 1 dan berdasarkan data terakhir, jumlah penduduk yang ada di Rt 003/011 adalah 413 jiwa, yang terdiri dari laki-laki sebanyak 53,02% (219 orang), dan perempuan sebanyak 46,98% (194 orang) dengan jumlah kepala keluarga sebanyak 121 kepala keluarga. Ketua Rt 003 saat ini bernama bapak Murwoto. Sedangkan luas wilayah Rt 003/011 kurang lebih 1 hektar.70

2. Latar Belakang Pendidikan

Dilihat dari latar belakang pendidikan pada tabel 2 di bawah ini, menunjukkan bahwa latar belakang pendidikan masyarakat di wilayah Rt 003/011 adalah SLTA dan Sarjana dengan jumlah yaitu 35,91% (79 orang).

Tabel 2 orang dengan presentase 10,90%, kemudian yang berpendidikan SLTA berjumlah 79 orang dengan presentase 35,91%, jumlah penduduk yang berlatar pendidikan D3 berjumlah 31 orang dengan presentase 14, 09 dan jumlah penduduk yang berlatar pendidikan sarjana berjumlah 79 orang dengan presentase 35,91%. Jadi dapat dikatakan bahwa masyarakat Rt. 003 Rw. 011 adalah masyarakat yang berpendidikan tinggi, yaitu dengan rata-rata masyarakat yang berlatar belakang pendidikan sarjana.

70

(48)

3. Pekerjaan

Jika dilihat dari latar belakang pendidikan masyarakat Rt. 003 Rw. 011 yang sarjana dan SLTA, maka dapat dikatakan bahwa pekerjaan yang dilakukan oleh masyarakatnya adalah cukup mapan. Dan di bawah ini adalah tabel mengenai pekerjaan masyarakat di Rt 003/011.

Tabel 3 orang). Kemudian dilanjutkan dengan pelajar pada tingkat kedua dengan jumlah 88 orang. Pada tingkat ketiga yaitu ibu rumah tangga, kemudian mahasiswi/a, kemudian pensiunan, PNS, wiraswasta, guru dan dosen, pengangguran dan yang terakhir adalah buruh.

4. Agama

(49)

adalah agama Kristen, dilanjutkan dengan agama Katholik, Hindu. Data tersebut dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 4

Agama

Agama F %

Islam 349 84,51

Kristen 46 11,14

Katolik 15 3,63

Hindu 3 0,72

Budha - -

Jumlah 413 100

Berdasarkan tabel 4 masyarakat Rt 003 mayoritas beragama Islam dengan jumlah 84,51% (349 orang), kemudian Kristen 11,14% (46 orang), Katolik 3,63% (15 orang), dan yang paling sedikit adalah Hindu dengan jumlah 0,72% (3 orang).

5. Jumlah Orang Tua

Jumlah orang tua yang ada di wilayah Rt 003/011 adalah 220 orang. Yang terdiri dari bapak-bapak sebanyak 48,64% (107 orang) dan ibu-ibu sebanyak 51,36% (113 orang). Dan jumlah tersebut dapat dilihat pada tabel 5 di bawah ini.

Tabel 5

Jumlah Orang Tua

Orang Tua F %

Bapak 107 48,64

Ibu 113 51,36

Jumlah 220 100

(50)

6. Jumlah Anak Berdasarkan Jenis Kelamin

Tabel di bawah ini adalah jumlah anak di Rt 003 berdasarkan jenis kelaminnya.

Tabel 6

Jumlah Anak Berdasarkan Jenis Kelamin

Jenis kelamin F %

Laki-laki 120 62,18

Perempuan 73 37,82

Jumlah 193 100

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa jumlah anak laki-laki lebih banyak 24,36% dibandingkan dengan jumlah anak perempuan yang hanya berjumlah 73 anak dengan presentase 37,82%.

7. Jumlah Anak Berdasarkan Usia

Anak-Anak yang ada di Rt. 003 Rw. 011 dapat dikategorikan dari usianya, antara lain: anak yang berusia 0-5 tahun hanya berjumlah 25 anak dengan presentase 12,95%, anak berusia 6-12 tahun berjumlah 113 anak dengan presentase 58,54%, kemudian anak yang berusia 13-17 tahun berjumlah 20 anak dengan presentase 10,38% dan yang terakhir adalah kategori anak dengan usia 18-25 tahun yang berjumlah 35 orang dengan presentase 18,13. dan jumlah tersebut dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 7

Jumlah Anak Berdasarkan Usia

Usia F %

0-5 tahun 25 12,95

6-12 tahun 113 58,54

13-17 tahun 20 10,38

18-25 tahun 35 18,13

(51)

Berdasarkan tabel 7 di atas dapat dilihat bahwa usia anak yang lebih banyak di Rt 003 adalah usia 6-12 tahun yang berjumlah 113 anak dengan presentase 58,54%.

8. Sarana Perhubungan

(52)

BAB IV

HASIL PENELITIAN KOMUNIKASI ANTARA ORANG TUA DAN

ANAK

A. Data Kultural, Sosiologis dan Psikologis Keluarga

Responden yang menjadi subjek penelitian ini adalah 4 (empat) keluarga dengan latar belakang yang berbeda yang ada di masyarakat Rt 003/011. Untuk mendapatkan data kultural, masing-masing individu baik ayah dan ibu dalam 1 keluarga menerima pertanyaan yaitu: Dimanakah bapak atau ibu lahir? Sejak tahun berapa bapak atau ibu tinggal di Jakarta? dan untuk anak yaitu: dimanakah saudara lahir? Dapatkah saudara ceritakan latar belakang pendidikan saudara? Begitu juga dengan data sosiologis, yaitu apa pekerjaan bapak saat ini? Apakah bapak, ibu atau saudara aktif dalam bermasyarakat? Untuk mengetahui data psikologis peneliti mengajukan beberapa pertanyaan kepada masing-masing individu (ayah, ibu dan anak), yaitu: bagaimana pendapat mengenai sifat dan sikap anak anda? dan untuk anak yaitu: bagaimana pendapat saudara mengenai sifat dan sikap orang tua anda? Ayah dan ibu? Dan masing-masing jawaban dari responden adalah sebagai berikut:

1. Keluarga Pertama

(53)

Data Keluarga A

Kategori Kultural Sosiologis Psikologis

Ayah Tegal, Jawa Tengah

1.Wiraswasta dalam bidang perbengkelan di daerah Rawamangun dan bangunan di Tambun.

2.Dalam masyarakat aktif dalam bidang keagamaan, misalnya pengajian ibu-ibu. Anak Jakarta 1.Mahasiswi Universitas di

Jakarta semester 6.

(54)

anak-anaknya mereka mereka menggunakan bahasa Indonesia, karena walaupun anak-anak mereka paham apabila mereka berbicara menggunakan bahasa daerah tetapi mereka tidak bisa memberikan respon dengan menggunakan bahasa daerah yang sama pula.

Data Sosiologis

Ayahnya bekerja sebagai wiraswasta dalam bidang perbengkelan di Rawamangun dan bangunan di Tambun. Ibunya hanya sebagai ibu rumah tangga. Dua orang anaknya sudah bekerja, dan saat ini A tercatat sebagai mahasiswi di sebuah Universitas Negeri di Jakarta dan sekarang pun A telah bekerja sampingan sebagai guru parttime di sebuah Taman Kanak-Kanak (TK) di Duren Sawit. Dalam bermasyarakat pun baik ayah, ibu dan A terbilang cukup aktif dalam berbagai kegiatan di lingkungan sekitarnya, dari kegiatan keagamaan seperti kepengurusan masjid Al-Muhajirin, pengajian ibu-ibu maupun kegiatan sosial seperti karang taruna RT dan RW.

Data Psikologis

Menurut A ayahnya adalah sosok yang mempunyai karakter yang keras dan tegas tetapi penyayang. Kadang sangat peka perasaannya dan mudah emosi bila sedang marah. Tidak pernah terlihat sedih. Banyak bicara bila senang.

(55)

Menurut orang tuanya A adalah anak yang selalu terbuka, suka bercerita, selalu pamit dan mengatakan tujuannya jika hendak bepergian, manja (kolokan), selalu marah bila apa yang ia mau tidak segera dibelikan, dan tidak pernah terlihat sedih.

Karena apa yang dibutuhkan oleh anaknya akan dipenuhi. Semua orang dalam keluarga ini baik ayah, ibu dan anak saling berkomunikasi. Mereka membicarakan semua hal, baik hal-hal yang bersifat santai maupun serius. Satu sama lain saling mengisi, menjalankan apa yang telah menjadi tugasnya dan memberikan apa yang menjadi kebutuhan masing-masing individu dalam keluarga. Tetapi dalam hal menceritakan hal-hal yang bersifat pribadi misalnya, cerita tentang teman dekat yang dia sukai dia tidak dapat menceritakan. Dia lebih bisa mengutarakan tentang isi hatinya kepada kakak perempuannya, karena perasaan takut dimarahi apabila ia katakan kepada ayahnya.

2. Keluarga Kedua

Tabel 2

Data Keluarga B

Kategori Kultural Sosiologis Psikologis

Ayah Purwodadi,

2.Aktif di masyarakat khususnya dalam bidang Ibu Jakarta 1.Ibu rumah tangga

2.Dalam masyarakat aktif dalam bidang keagamaan, misalnya pengajian ibu-ibu.

Anak Jakarta 1.Mahasiswa Universitas Islam di Jakarta semester 6. 2.Karang taruna RT.

1.Supel

Gambar

Tabel 1 Jumlah penduduk
Tabel 2 Latar Belakang Pendidikan
Tabel 3 Pekerjaan
Tabel 4 Agama
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian ini adalah Pola komunikasi yang diterapkan orang tua dalam meningkatkan gizi di kelurahan Kedinding dan Bulak Banteng Kecamatan Kenjeran adalah menggunakan

“Memaparkan situasi a tau peristiwa, mengumpulkan informasi aktual secara rinci yang melukiskan gejala yang ada, mengidentifikasikan masalah atau memeriksa kondisi

1. Teguh Soedarto, MP., selaku Rektor Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur. Suparwati, MSi., Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui, pola asuh anak usia dini dalam keluarga orang tua tunggal di Kecamatan Krueng Sabee Kabupaten Aceh Jaya dan hambatan apa saja yang

Pabrik tahu X, Kelurahan Utan Kayu, Jakarta Timur merupakan industri skala rumah tangga milik satu keluarga yang berdiri pada tahun 1965 yang berlokasi di Jalan Kelurahan

Analisis Pengaruh Kinerja Koperasi Unit Desa Manunggal Jaya Terhadap Pendapatan dan Kualitas Bokar Di Kelurahan Karang Jaya Kecamatan Prabumulih Timur (Dibimbing oleh

Hasil penelitian ini adalah Pola komunikasi yang diterapkan orang tua dalam meningkatkan gizi di kelurahan Kedinding dan Bulak Banteng Kecamatan Kenjeran adalah menggunakan

Upaya mengatasi kendala pada penyaluran bantuan Program Keluarga Harapan dalam meningkatkan kesejahteraan keluarga di Kelurahan Kayu Putih Jakarta Timur Tahun 2021 Upaya yang harus