• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERKEMBANGAN INFLASI .1 INFLASI TAHUNAN

BAB III. PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH

3.1 PERKEMBANGAN INFLASI .1 INFLASI TAHUNAN

Inflasi tahunan Sulut pada triwulan I 2016 tercatat masih signifikan dipengaruhi oleh kelompok Bahan Makanan yang tercermin dari besarnya sumbangan pada level inflasi tahunan. Sementara itu, kelompok lain cenderung mencatatkan andil inflasi yang relatif moderat, bahkan kelompok Perumahan, Air, Gas & Bahan Bakar tercatat memiliki andil negatif secara tahunan.

Inflasi kelompok Bahan Makanan tercatat masih cukup tinggi yaitu sebesar 13,13% (yoy) sehingga memberikan andil 2,93% terhadap tingkat inflasi tahunan Sulut. Meskipun demikian, level inflasi kelompok Bahan Makanan tersebut relatif lebih rendah dibandingkan posisi triwulan lalu yang mencapai 13,91% (yoy). Namun demikian, tingginya level inflasi kelompok Bahan Makanan secara tahunan lebih dipengaruhi tingginya inflasi kelompok tersebut pada Oktober dan Desember 2015 yang masih terpengaruh fenomena El Nino sehingga menyembabkan gagal panen terutama untuk komoditas sayuran dan bumbu-bumbuan. Sementara, kelompok lain yang tercatat cukup besar memberi andil pada inflasi tahunan Sulut adalah kelompok Transpor, Komunikasi & Jasa Keuangan dengan inflasi tahunan sebesar 6,13% (yoy) sehingga memberi sumbangan sebesar 0,97% pada inflasi tahunan Sulut. Sumbangan yang cukup besar tersebut lebih dipengaruhi based effect akibat penyesuaian harga angkutan dalam kota pada yang dimulai pada periode April tahun lalu. Di sisi lain, kelompok Perumahan, Air, Listrik, Gas dan Bahan Bakar mencatatkan sumbangan negatif pada inflasi tahunan Sulut. Kondisi ini dipicu oleh rendahnya harga bahan bangunan seperti semen dang seng yang menjadi kompok tersebut.

Apabila dilihat dari komoditasnya, inflasi tahunan Sulut tercatat masih disumbang oleh komoditas angkutan dalam kota yang mencatat inflasi sebesar 18,15% (yoy) dan memberikan andil sebesar 0,79% terhadap inflasi tahunan. Hal ini dipengaruhi oleh penyesuaian harga BBM oleh pemerintah pada periode Maret 2015 yang kemudian diikuti oleh penyesuaian tarif angkutan dalam kota oleh pemerintah khususnya di Kota Manado sebagai kota perhitungan IHK. Di sisi

2016

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1

1 Bahan Makanan 0.86 2.00 0.61 2.58 2.46 2.39 3.16 3.17 2.93

2 Makanan Jadi, Minuman, Rokok & Tembakau 0.45 0.39 0.58 0.77 0.86 0.88 0.90 0.81 0.55

3 Perumahan, Air, Listrik, Gas & Bahan Bakar 2.28 2.24 1.97 3.13 2.48 2.38 1.98 0.64 -0.02

4 Sandang 0.16 0.22 0.13 0.14 0.12 0.14 0.16 0.12 0.14

5 Kesehatan 0.11 0.12 0.14 0.17 0.19 0.19 0.16 0.12 0.09

6 Pendidikan, Rekreasi & Olahraga 0.12 0.16 0.16 0.17 0.17 0.15 0.30 0.24 0.23

7 Transpor, Komunikasi & Jasa Keuangan 1.71 1.13 0.42 2.72 1.71 2.60 2.68 0.46 0.97

5.67 6.26 4.00 9.67 7.99 8.73 9.34 5.56 4.90

No Kelompok

Umum

2014 2015

Tabel 3.1

Andil Inflasi Tahunan Kota Manado Menurut Kelompok Barang dan Jasa (%)

lain, komoditas strategis Sulut tercatat memberi sumbangan cukup signifikan pada level inflasi tahunan. Komoditas tersebut antara lain adalah cabai rawit, daun bawang, bawang merah, bawang putih dan tomat sayur. Faktor cuaca yang kurang mendukung pada pertengahan 2015 serta permasalahan tata niaga khususnya pada komoditas tomat sayur dan cabai rawit membuat harga cenderung bergejolak terutama pada triwulan IV 2015. Kondisi cuaca tercatat membuat daerah penghasil sayuran Sulut seperti Boltim dan Minahasa mengalami kekeringan yang diikuti gagal panen. Sementara hasil panen yang ada sebagian dijual ke wilayah timur lainnya seperti Maluku Utara, Maluku dan Papua mengingat harga yang lebih tinggi di daerah tersebut. Kondisi tersebut membuat beberapa komoditas strategis mencatatkan level inflasi yang tinggi secara tahunan. Di sisi lain, komoditi ikan-ikanan dan bahan bangunan tercatat menjadi penyumbang deflasi secara tahunanpada triwulan pertama 2016. Hasil tangkapan nelayan skala kecil terkonfirmasi meningkat. Berdasarkan hasil liaison dan FGD, peraturan moratorium dan transhipment memiliki dampak positif terhadap hasil tangkapan nelayan terutama nelayan skala kecil. Sementara itu, perlambatan ekonomi secara umum serta pergerakan harga komoditas dunia memberi pengaruh pada perkembangan harga bahan bangunan yang cenderung terkoreksi.

Tabel 3.2

Komoditas Penyumbang Inflasi Tahunan Kota Manado

Grafik 3.2

Inflasi & Sumbangan per Kelompok Maret 2016

3.1.2 INFLASI TRIWULANAN (qtq)

Secara triwulanan, inflasi Sulut relatif sejalan dengan pola historisnya yang selalu mengalami lonjakan di akhir tahun dan terjadi normalisasi pada triwulan berikutnya. Inflasi pada triwulan laporan tecatat sebesar -1,02% (qtq) atau mengalami deflasi, jauh lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 3,25% (qtq). Terjadinya deflasi secara signifikan dipengaruhi oleh normalisasi harga seiring turunnya tingkat permintaan khususnya pada komoditas strategis seperti cabai rawit, tomat sayur dan daun bawang yang telah mengalami

KOMODITAS Inflasi/Deflasi (%) Andil (%)

ANGKUTAN DALAM KOTA 18.15 0.79

CABAI RAWIT 76.87 0.67 KANGKUNG 93.39 0.31 DAUN BAWANG 165.21 0.31 BAWANG MERAH 35.77 0.25 PISANG 43.44 0.23 BAWANG PUTIH 85.15 0.16 TOMAT SAYUR 15.62 0.15 DAGING BABI 34.77 0.14 MINUMAN RINGAN 20.33 0.13 LEMON -8.11 -0.02 BESI BETON -10.60 -0.02 SELAR/TUDE -13.82 -0.02 CAKALANG/SISIK -1.86 -0.02 CUMI-CUMI -24.56 -0.02 BUBARA -31.37 -0.03

BIJI NANGKA / KUNIRAN -14.40 -0.05

SEMEN -5.85 -0.06

SENG -11.25 -0.10

TINDARUNG -12.13 -0.12

Inflasi

Deflasi

peningkatan cukup signifikan di akhir tahun 2015. Kondisi tersebut juga didukung membaiknya pasokan yang dipengaruhi oleh mulai masuknya musim penghujan sehingga mendukung peningkatan produksi.

Tabel 3.3

Inflasi Triwulanan Kota Manado Menurut Kelompok Barang dan Jasa (%)

Secara kelompok komoditas, inflasi kelompok Bahan Makanan tercatat mengalami penurunan signifikan dari 12,39% (qtq) menjadi -2,98% (qtq) pada triwulan laporan. Kelompok lain yang mencatatkan deflasi secara triwulanan adalah kelompok Perumahan,Air,Listrik dan bahan Bakar yang terkoreksi dari 0,23% (qtq) menjadi -0,78% (qtq) serta kelompok Transpor, Komunikasi dan Jasa Keuangan yang terkoreksi dari 0,78% (qtq) menjadi -1,60% (qtq).

3.1.3 INFLASI BULANAN (mtm)

Secara bulanan, inflasi Sulut yang diwakili Kota Manado tercatat mengalami deflasi selama tiga bulan berturut-turut. Kondisi ini kali

pertama terjadi sejak satu dasawarsa terakhir. Terjadinya deflasi selama tiga bulan beruntun tersebut relatif berbeda dengan pola historisnya. Hal tersebut dipengaruhi perubahan musim tanam akibat fenomena kemarau panjang pada pertengahan tahun 2015. Tiga bulan pertama diwarnai oleh koreksi harga yang cukup signifikan dari beberapa komoditas strategis seperti

cabai rawit, bawang, tomat sayur serta beberapa komoditas sayur-sayuran. Normalisasi permintaan pasca perayaan Natal dan tahun baru serta cukup melimpahnya pasokan mendorong terjadinya koreksi ke bawah pada beberapa komoditas tersebut. Di sisi lain, komoditas pada kelompok administered prices seperti bensin, angkutan udara dan tarip listrik juga turut mengalami penurunan mengikuti perkembangan harga minyak dunia dan nilai tukar. Namun

2016 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1

1 Bahan Makanan -2.19 1.28 -0.51 13.15 -2.31 0.92 2.80 12.39 -2.98 2 Makanan Jadi, Minuman, Rokok & Tembakau 1.21 0.26 1.41 1.62 1.73 0.42 1.48 1.32 0.14 3 Perumahan, Air, Listrik, Gas & Bahan Bakar 4.22 0.31 1.43 4.64 1.83 0.05 0.11 0.23 -0.43

4 Sandang 0.97 0.90 -0.03 0.65 0.64 1.07 0.43 0.03 1.07

5 Kesehatan 0.56 1.23 1.28 1.03 1.03 1.17 0.46 0.43 0.12

6 Pendidikan, Rekreasi & Olahraga 0.31 0.66 0.38 1.07 0.37 0.36 2.54 0.48 0.10 7 Transpor, Komunikasi & Jasa Keuangan 0.82 1.69 -0.37 15.10 -4.72 6.84 0.17 0.78 -1.60

1.15 0.82 0.56 6.95 -0.40 1.51 1.13 3.25 -1.02 2014 Umum 2015 No Kelompok Grafik 3.3

Laju Inflasi Kota Manado (mtm)

Sumber : BPS, diolah Sumber : BPS, diolah

demikian, kenaikan harga pada komoditas strategis lainnya seperti beras menjadi faktor penahan terjadinya deflasi lebih dalam.

 JANUARI 2016

Tekanan inflasi Kota Manado pada bulan Januari 2016 tercatat sebesar -0,18% (mtm) menurun cukup tajam dari bulan sebelumnya yang tercatat sebesar 1,74% (mtm). Koreksi harga komoditas sayuran dan bumbu-bumbuan menjadi penyebab utama terjadinya deflasi pada bulan ini.

Kondisi penurunan harga secara umum pada Januari lebih dipengaruhi oleh faktor normalisasi harga. Hal tersebut

didorong oleh mulai normalnya tingkat permintaan pasca lonjakan di akhir tahun yang didukung oleh dimulainya musim penghujan sehingga mendukung produksi pertanian khususnya pada komoditas sayuran dan bumbu-bumbuan. Koreksi harga bensin dan solar di awal tahun juga turut mendukung terjadinya penurunan harga pada bahan pokok melalui transmisi pada biaya transportasi. Komoditas cabai rawit dan tomat sayur tercatat sebagai penyumbang utama terjadinya deflasi pada Januari 2016. Di sisi lain, komoditas yang tercatat menjadi penyumbang inflasi terbesar pada bulan ini adalah bawang merah. Ketersediaan yang minim akibat belum masuknya masa panen di daerah penghasil serta kondisi cuaca yang kurang mendukung bagi petani bawang menyebabkan terjadinya lonjakan harga bawang di awal tahun. Sementara itu, meskipun bensin dan solar mengalami penurunan harga, beberapa komoditi administered prices masih tercatat mengalami peningkatan harga selama Januari. Beberapa komoditas tersebut antara lain adalah bahan bakar rumah tangga, tarip listrik dan angkutan udara.

Secara kelompok, deflasi pada Januari terutama dipengaruhi oleh penurunan indeks harga pada kelompok bahan makanan dan transportasi yang masingmasing memberi andil 0,37% dan -0,06% pada tingkat inflasi Sulut pada Januari. Di sisi lain, kelompok perumahan tercatat sebagai penyumbang utama inflasi dengan andil sebesar 0,24% pada inflasi Januari 2016.

 FEBRUARI 2016

Inflasi Sulut pada Februari 2016 tercatat kembali mengalami penurunan atau mengalami deflasi cukup dalam sebesar 0,82% (mtm). Masih berlangsungnya normalisasi harga komoditas pangan

Grafik 3.4

Inflasi dan Andil Kota Manado Bulan Januari 2016 Menurut Kelompok Barang dan Jasa

strategis serta koreksi harga pada komoditas kelompok administered prices menjadi penyebab utama terjadinya deflasi pada Februari.

Koreksi harga pada tiga kelompok yaitu kelompok bahan makanan, kelompok transportasi dan kelompok perumahan menjadi pendorong utama terjadinya deflasi yang cukup dalam pada Februari 2016. Masih tingginya harga kelompok bahan makanan pada minggu pertama

dan kedua Januari membuat pengaruh normalisasi harga masih terasa pada Februari. Di sisi lain, kelompok transportasi juga tercatat memberi sumbangan deflasi dipengaruhi masuknya masa low season yang berdampak pada koreksi harga komoditas angkutan udara. Sementara itu, deflasi yang disumbang oleh kelompok perumahan disebabkan oleh terjadinya koreksi harga pada komoditas bahan bakar rumah tangga seiring ketersediaan LPG yang memadai serta perkembangan harga minyak dunia dan nilai tukar yang memberikan pengaruh pada koreksi tarip listrik.

Pada Februari, beras tercatat menjadi penyumbang inflasi terbesar dengan tingkat harga yang berada di level tertinggi selama periode triwulan I 2016. Hal ini disebabkan oleh belum masuknya masa panen sehingga ketersediaan beras di pasaran relatif berkurang. Berdasarkan hasil FGD dan liaison kepada pelaku usaha, beras yang ada di pasaran pada Februari mayoritas dipasok dari luar daerah seperti Sulawesi Selatan, Gorontalo dan Surabaya.

 MARET 2016

Pada Maret 2016, tekanan inflasi Kota Manado tercatat relatif stabil atau mengalami deflasi sebesar -0,03% (mtm). Terjadinya deflasi pada bulan Maret 2016 dipengaruhi oleh koreksi harga yang terjadi pada kelompok volatile food dan administered prices di tengah tekanan pada kelompok inti yang relatif minimal seiring belum kuatnya permintaan.

Kelompok transportasi, perumahan dan bahan makanan tercatat masih mengalami

Grafik 3.5

Inflasi dan Andil Kota Manado Februari 2016 Menurut Kelompok Barang dan Jasa

Sumber : BPS, diolah

Grafik 3.6

Inflasi dan Andil Kota Manado Maret 2016 Menurut Kelompok Barang dan Jasa

deflasi secara bulanan pada Maret 2016 meskipun dengan besaran yang relatif terbatas. Kelompok bahan makanan tercatat mengalami deflasi 0,14% (mtm) sehingga memberi andil sebesar -0,04 pada inflasi bulan Maret 2016. Kondisi tersebut dipengaruhi oleh koreksi yang terjadi pada komoditas sayuran seperti daun bawang, kangkung dan wortel. Selain itu, harga pada komoditas daging ayam ras dan telur ayam ras juga tercatat mengalami penuruan, sejalan dengan kondisi yang terjadi pada level nasional. Sementara itu, komoditas angkutan udara tercatat melanjutkan teren penurunan harganya yang terjadi sejak bulan sebelumnya. Hal tersebut membuat kelompok transportasi turut mengalami pergerakan searah mengingat komoditas lainnya pada kelompok tersebut tercatat relatif stabi. Di sisi lain, kelompok sandang tercatat sebagai penyumbang utama inflasi pada Maret. Kenaikkan harga emas dunia yang diikuti peningkatan harga emas perhiasan menjadi penyebab utama tingginya sumbangan dari kelompok tersebut.

Dokumen terkait