• Tidak ada hasil yang ditemukan

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI UTARA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI UTARA"

Copied!
67
0
0

Teks penuh

(1)

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

PROVINSI SULAWESI UTARA

TRIWULAN I TAHUN 2016

Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara

Peter Jacobs

: Kepala Perwakilan /Direktur

A.Yusnang

: Deputi Kepala Perwakilan /Deputi Direktur

Lukman Hakim

: Kepala Tim Ekonomi dan Keuangan /Asisten Direktur

Zulham Effendi

: Analis Ekonomi /Manajer

Rivo Mandey

: Analis Ekonomi /Asisten Manajer

Donny Pratama

: Analis /Asisten Manajer

Iona H. Rombot

: Analis /Asisten Manajer

Khoirinnisa El K.

: Analis /Asisten Manajer

Hendro Sirait

: Pengawas Sistem Pembayaran /Asisten Manajer

Adhi Nugroho

: Pelaksana /Asisten Manajer

Untuk informasi lebih lanjut hubungi: Unit Asesmen Ekonomi dan Keuangan

Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara Jl. 17 Agustus No. 56

Manado 95117

T: 0431 868102 / 868103 F: 0431 866933

Salinan elektronis publikasi ini dapat diperoleh di website Bank Indonesia dengan alamat: http://www.bi.go.id/id/publikasi/kajian-ekonomi-regional/sulut/

atau

Silahkan mengirimkan surel ke: rivo_m@bi.go.id dengan subyek

(2)

Kata Pengantar

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga buku Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Utara Triwulan I 2016 dapat selesai disusun dan dipublikasikan kepada stakeholders Bank Indonesia. Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Utara diterbitkan secara periodik setiap triwulan sebagai wujud peranan Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara dalam memberikan informasi kepada stakeholders tentang perkembangan ekonomi Sulawesi Utara terkini serta prospeknya. Kami berharap informasi yang kami sajikan ini dapat menjadi salah satu referensi atau acuan dalam proses diskusi atau proses pengambilan kebijakan berbagai pihak terkait.

Dalam proses penyusunan kajian ini, kami menggunakan data yang diperoleh dari berbagai pihak, yakni instansi di lingkungan Pemerintah Provinsi Sulawesi Utara, Badan Pusat Statistik, pelaku usaha, laporan perbankan serta data hasil analisis intern Bank Indonesia dan sumber-sumber lain yang tidak dapat kami sebutkan satu per satu. Untuk itu kepada para pihak tersebut, kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya dan semoga hubungan yang telah terjalin erat selama ini dapat ditingkatkan di masa yang akan datang.

Kami juga menyadari bahwa masih terdapat kekurangan dalam penyusunan kajian ini ataupun terdapat penyajian data yang kurang tepat, oleh karena itu kami senantiasa mengharapkan kritikan dan masukan membangun demi penyempurnaan di masa yang akan datang.

Akhirnya besar harapan kami mudah-mudahan laporan triwulanan ini dapat bermanfaat bagi semua kalangan dalam memahami perekonomian Sulawesi Utara. Terima Kasih.

Manado, Mei 2016

KEPALA PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SULAWESI UTARA

Peter Jacobs Direktur

(3)

Daftar Isi

KATA PENGANTAR DAFTAR ISI INDIKATOR EKONOMI DAN PERBANKAN PROVINSI SULAWESI UTARA RINGKASAN EKSEKUTIF BAB I PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO Sisi Produksi/Penawaran Sisi Penggunaan/Permintaan Box I. Progress Pembangunan Mega Proyek Sulawesi Utara BAB II PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Pendapatan Daerah Belanja Daerah BAB III PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH Perkembangan Inflasi Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Inflasi Upaya Pengendalian Inflasi Box II. Hasil Pemetaan Inflasi Kota Manado: Alur Perdagangan Komoditas Strategis BAB IV STABILITAS KEUANGAN DAERAH Perkembangan Indikator Utama Bank Umum

Perkembangan Aset dan Aktiva Produktif Perkembangan Suku Bunga Kredit dan DPK Bank Umum Perkembangan DPK Bank Umum Perkembangan Pembiayaan Bank Umum Pembiayaan Sektor Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) BAB V PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN

Perkembangan Sistem Pembayaran Tunai

Perkembangan Sistem Pembayaran Non Tunai BAB VI PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN DAERAH & KESEJAHTERAAN MASYARAKAT Perkembangan Ketenagakerjaan Sulawesi Utara

Perkembangan Kesejahteraan Masyarakat

BAB VII PROSPEK PEREKONOMIAN Prospek Ekonomi Makro Prakiraan Inflasi DAFTAR ISTILAH DAN SINGKATAN

(4)

Indikator Ekonomi dan Perbankan

Provinsi Sulawesi Utara

INDIKATOR 2016

I. MAKRO NASIONAL TW I TW II TW III TW IV TOTAL TW I

A PDB Nasional (yoy) 4.71 4.67 4.73 5.04 4.79 4.92

B Inflasi Nasional (yoy) 6.38 7.26 6.83 3.35 3.35 4.45

II. MAKRO REGIONAL TW I TW II TW III TW IV TOTAL TW I

A 1. Laju Inflasi (ytd) % (0.40) 2.14 2.23 5.56 5.56 (1.02)

2. Laju Inflasi (yoy) % 7.99 8.73 9.34 5.56 5.56 4.91

3. Laju Inflasi (mtm) % 0.50 0.49 0.62 1.74 (0.03)

4. Inflasi Bahan Makanan (mtm) % 0.59 1.21 2.37 5.93 (2.51)

4. Inflasi Makanan Jadi (mtm) % 0.07 0.07 0.67 0.79 0.11

5. Inflasi Perumahan (mtm) % 0.44 0.05 0.08 0.40 (0.18) 6. Inflasi Sandang (mtm) % (0.12) 0.36 0.07 0.38 0.14 7. Inflasi Kesehatan (mtm) % 0.27 0.17 0.13 0.30 -8. Inflasi Pendidikan (mtm) % 0.31 0.27 - 0.35 0.05 9. Inflasi Transportasi (mtm) % 1.28 0.94 (0.28) 0.29 (1.50) B PDRB Penggunaan *** 6.40 6.27 6.31 5.57 6.12 5.96

- Konsumsi Rumah Tangga 6.26 6.06 6.72 6.69 6.44 6.82

- Konsumsi Lembaga Nonprofit Rumah Tangga (11.86) (1.55) 5.65 9.75 0.25 5.57

- Konsumsi Pemerintah 7.19 7.80 10.96 13.00 9.94 8.94

- Pembentukan Modal Tetap Bruto 3.56 6.61 12.86 12.37 9.08 9.96

- Perubahan Persediaan (72.36) (77.23) (62.90) 22.94 (63.28) (136.10)

- Ekspor Luar Negeri (3.15) (13.86) (9.52) (21.34) (11.70) (20.07)

- Impor Luar Negeri 1.64 (25.08) 3.54 16.45 (0.88) 16.01

- Net Ekspor Antardaerah (8.21) (9.23) 8.49 7.27 (1.38) (9.44)

C PDRB Sektoral *** 6.40 6.27 6.31 5.57 6.12 5.96

Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 4.27 4.43 2.83 0.66 2.95 0.90

Pertambangan dan Penggalian 12.40 8.35 7.48 5.30 8.17 3.56

Industri Pengolahan 4.57 3.67 0.83 1.80 2.65 2.68

Pengadaan Listrik dan Gas 31.93 4.35 2.99 (5.05) 6.76 8.10

Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang 8.15 8.29 (0.87) (4.90) 2.42 0.17

Konstruksi 7.12 7.53 11.25 11.48 9.49 9.88

Perdagangan Besar dan Eceran, dan Reparasi Mobil dan Sepeda Motor 6.09 5.49 5.44 6.65 5.93 6.53

Transportasi dan Pergudangan 8.78 7.99 7.06 5.47 7.25 7.83

Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 5.62 7.50 9.10 11.35 8.52 11.56

Informasi dan Komunikasi 8.20 9.23 8.75 9.52 8.95 8.24

Jasa Keuangan dan Asuransi 6.79 2.58 10.26 (3.32) 3.91 12.41

Real Estate 7.56 7.14 7.21 7.76 7.42 7.00

Jasa Perusahaan 8.14 8.26 8.40 6.29 7.73 6.36

Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib 8.37 9.24 8.74 9.47 8.99 8.07

Jasa Pendidikan 2.62 5.81 9.69 9.98 7.08 7.98

Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 4.46 9.35 9.16 8.36 7.88 7.10

Jasa lainnya 6.17 7.42 8.77 7.75 7.56 7.34

II. MONETER TW I TW II TW III TW IV TOTAL TW I

Policy Rate (%) 7.50 7.50 7.50 7.50 7.50 6.75

Kurs (Rp/USD - posisi akhir) 13,084 13,313 13,854 13,726 13,494 13,527

III. PERDAGANGAN LUAR NEGERI TW I TW II TW III TW IV TOTAL TW I

1. Ekspor (ribu USD) 274,100 291,030 242,920 213,920 1,021,970 246,130

2. Impor (ribu USD) 18,790 12,040 12,080 29,210 72,120 37,270

IV. PERBANKAN** TW I TW II TW III TW IV TOTAL TW I

A. Jumlah Bank 46 46 46 46 46 46

1. Bank Umum 24 24 24 24 24 28

1.1. Bank Pemerintah 6 6 6 6 6 6

1.2. Bank Swasta 18 18 18 18 18 18

2. Bank Perkreditan Rakyat (BPR) 18 18 18 18 18 18

3. Bank Syariah 4 4 4 4 4 4

B. Jaringan Kantor (Termasuk Unit) 347 350 345 342 342 340

1. Bank Umum 292 295 290 289 289 285

1.1. Konvensional 276 279 275 275 275 272

1.2. Syariah 16 16 15 14 14 13

2. Bank Perkreditan Rakyat (BPR) 55 55 55 55 55 55

2.1. Konvensional 55 55 55 55 55 55

2.2. Syariah - - - - - -C. Total Asset (Rp miliar) 35,839 37,037 38,383 37,195 37,195 39,637 1. Bank Umum 34,381 35,566 36,932 35,721 35,721 38,135 2. BPR 973 977 983 1,004 1,004 1,069 3. Bank Syariah 485 494 468 470 470 433 Keterangan :

* Angka sementara

** Berdasarkan lokasi bank pelapor ***Menggunakan tahun dasar 2010

(5)

Indikator Ekonomi dan Perbankan

Provinsi Sulawesi Utara

INDIKATOR 2016

IV. PERBANKAN (berdasarkan bank pelapor) TW I TW II TW III TW IV TOTAL TW I

D. Indikator Kinerja Bank Umum Konvensional

1. Dana Pihak Ketiga (DPK) (Rp miliar) 20,368 21,096 21,848 21,482 21,482 21,537

1.1. Giro 3,855 4,292 4,485 4,436 4,436 5,017

1.2. Deposito 7,752 8,022 8,242 6,485 6,485 7,071

1.3. Tabungan 8,762 8,782 9,121 10,562 10,562 9,448

2. Kredit (Rp miliar) 27,079 28,652 30,036 30,273 30,273 29,630

2.1. Berdasarkan Jenis Penggunaan

- Modal Kerja 7,309 7,538 7,546 7,564 7,564 7,704

- Investasi 3,022 3,743 4,542 4,265 4,265 4,143

- Konsumsi 16,067 16,209 17,248 17,739 17,739 17,782

2.2. Berdasarkan Sektor Ekonomi

Pertanian, Kehutanan & Perikanan 480 506 510 545 545 539

Pertambangan & Penggalian 38 733 1,594 1,317 1,317 1,222 Industri Pengolahan 763 795 720 733 733 714

Pengadaan Listrik, Gas & Produksi Es 2 4 9 12 12 17

Pengelolaan Air, Sampah, Limbah & Daur Ulang 5 5 5 5 5 5

Konstruksi 724 839 900 807 807 751

Perdagangan Besar & Eceran, Reparasi Mobil & Sepeda Motor 6,075 6,230 6,228 6,549 6,549 6,708 Transportasi & Pergudangan 303 329 279 350 350 346

Penyediaan Akomodasi & Makan Minum 417 457 473 430 430 448

Informasi & Komunikasi 4 6 5 4 4 4

Jasa Keuangan & Asuransi 78 85 74 57 57 53

Real Estate 340 342 345 355 355 356

Jasa Perusahaan 235 228 223 225 225 276

Administrasi Pemerintah, Pertahanan & Jaminan Sosial Wajib 3 3 2 3 3 3

Jasa Pendidikan 42 39 37 35 35 39

Jasa Kesehatan & Kegiatan Sosial 35 37 35 39 39 37

Jasa Lainnya 579 643 463 420 420 330

Lain-lain 15,808 16,209 16,988 18,386 18,386 17,782 2.3. Kredit untuk Debitur UMKM 7,472 7,446 7,228 7,430 7,430 7,612 2.4. Loan to Deposit Ratio (LDR) % 128.12 131.00 132.73 135.73 135.73 137.57 2.5. Non Performing Loan (NPL) - Nominal (Rp miliar) 894 988 996 984 984 1,072 - Rasio (%) 3.39 3.45 3.32 3.33 3.33 3.62 V. SISTEM PEMBAYARAN TW I TW II TW III TW IV TOTAL TW I 1. Kas (Rp miliar) - Inflow 2,303 1,077 1,814 1,099 6,293 2,498 - Outflow 670 1,391 2,375 2,772 7,208 682

2. Kliring - Volume Kliring (Lembar) 90,235 91,718 92,357 99,513 373,823 94,737 - Nominal Kliring (Rp Miliar) 2,668 2,345 2,447 2,817 10,277 2,745 - Rata2 Volume Kliring/hari (Lembar) 1,477 1,558 1,490 1,659 1,546 1,609 - Rata2 Nominal Kliring/hari (Rp Miliar) 44 40 39 47 43 47

- Rata2 Lembar Tolakan Kliring/hari (%) 2.10 2.37 2.65 2.86 2.49 3.16

- Rata2 Nominal Tolakan Kliring/hari (%) 1.87 2.59 2.91 3.48 2.71 3.15

Keterangan : * Angka sementara

** Berdasarkan lokasi bank pelapor ***Menggunakan tahun dasar 2010

(6)

RINGKASAN EKSEKUTIF

BAB I Pertumbuhan Ekonomi

Perekonomian Sulawesi Utara pada triwulan I 2016 lebih baik dibandingkan dengan perekonomian nasional baik secara pertumbuhan maupun besarannya. Ekonomi Sulut tumbuh sebesar 5,96% (yoy), lebih tinggi dibandingkan triwulan IV 2015 yang tumbuh

sebesar 4,92% (yoy) pada triwulan ini.

Berdasarkan sisi produksi atau penawaran, pertumbuhan ekonomi Sulut ditopang oleh

dan Konstruksi mengalami perlambatan pertumbuhan.

Di sisi penggunaan atau permintaan, pertumbuhan ekonomi Sulut ditopang oleh pertumbuhan konsumsi rumah tangga dan perbaikan kinerja perdagangan Sulut dengan luar negeri. Sedangkan konsumsi pemerintah, investasi (PMTB) dan perdagangan antar daerah menunjukkan kinerja yang melambat.

BAB II Perkembangan Keuangan Daerah

Alokasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Provinsi Sulawesi Utara meningkat jika dibandingkan tahun sebelumnya, baik dari sisi pendapatan (17,37%, yoy) maupun dari sisi belanja (15,86%, yoy).

Berdasarkan proporsinya, Pemerintah Daerah masih memiliki ketergantungan terhadap Dana Perimbangan, yaitu sebesar 61,81% dari total pendapatan. Rasio kemandirian daerah pada periode laporan menunjukan penurunan dibandingkan dengan periode yang sama di tahun sebelumnya.

Realisasi pendapatan pada Triwulan I-2016 mencapai Rp711,93 juta sepanjang atau sebesar 23,72% dari plafond anggaran. Sementara itu, realisasi belanja pada Triwulan I-2016 mencapai Rp464,58 juta, atau 15,18% dari plafond anggaran.

BAB III Perkembangan Inflasi Daerah

Tekanan inflasi tahunan Sulawesi Utara yang diwakili oleh inflasi Kota Manado relatif mengalami penurunan sehingga tercatat semakin mendekati level nasional maupun KTI. Inflasi Sulut pada triwulan I 2016 tercatat sebesar 4,9% (yoy) lebih rendah dibandingkan dengan triwulan IV 2015 yang tercatat sebesar 5,56% (yoy).

(7)

Menurunnya tekanan inflasi tahunan Sulut terutama disebabkan oleh koreksi harga pada kelompok administered prices dan volatile food di tengah tekanan inflasi inti yang masih minimal seiring belum kuatnya tekanan permintaan di awal tahun

Secara bulanan, deflasi terjadi selama 3 (bulan) berturut-turut di Sulawesi Utara. Kondisi ini dipengaruhi oleh normalisasi harga khususnya pada komoditas volatile food pasca perayaan hari besar keagamaan pada bulan Desember 2015. Kondisi tersebut diikuti dengan koreksi harga pada kelompok administered prices terutama tarip listrik dan angkutan udara seiring masih rendahnya harga minyak dunia.

BAB IV Stabilitas Keuangan Daerah

Membaiknya perekonomian Sulawesi Utara tidak disertai dengan peningkatan kinerja perbankan. Indikator utama perbankan pada triwulan laporan yaitu DPK dan Kredit tercatat tumbuh melambat dibandingkan triwulan sebelumnya. Disisi lain, pertumbuhan Aset yang tidak disertai dengan pertumbuhan kredit, menyebabkan bank umum harus mengalokasikan aktiva produktifnya dengan baik agar tidak terjadi idle money.

Ditengah perlambatan tersebut, fungsi intermediary perbankan yang tercermin dari Loan to Deposit Ratio (LDR) tercatat mengalami penurunan, meski demikian angka LDR tersebut masih berada di atas level yang ideal. Rasio NPL meningkat pada triwulan laporan, dari 3,33% pada triwulan sebelumnya menjadi 3,62% pada triwulan laporan. Disisi suku bunga, suku bunga DPK tercatat menunjukkan penyesuaian yang searah dengan penurunan BI Rate yang terjadi selama 3 (tiga) bulan berturut-turut pada periode laporan.

BAB V Perkembangan Sistem Pembayaran

Pergerakan aliran masuk uang kartal dari masyarakat ke kas Bank Indonesia pada triwulan I 2016 masih mengikuti pola historisnya. Aliran uang kartal menunjukkan adanya peningkatan net-inflow dari triwulan sebelumnya dan dari triwulan yang sama tahun sebelumnya. Posisi net-inflow mengalami peningkatan signifikan yang mencapai 207% (qtq) dari sebelumnya net-outflow sebesar Rp1.67 triliun pada triwulan IV tahun 2015 menjadi net-inflow sebesar Rp1.79 triliun.

Dari sisi non tunai, transaksi melalui SKNBI menunjukkan perlambatan baik dari sisi volume maupun nominal transaksi. Secara rata-rata harian, nilai transaksi yang diproses SKNBI pada triwulan laporan mencapai Rp48.62 miliar per hari atau melambat sebesar 9.30% (qtq) dari triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar Rp53.60 miliar per hari. Temuan uang palsu meningkat cukup signifikan pada uang yang diragukan keasliannya di Sulut-Gorontalo pada triwulan laporan. Tercatat total uang palsu yang ditemukan

(8)

sebanyak 205 lembar, meningkat 144% (qtq) dari triwulan sebelumnya dan apabila dibandingkan dengan triwulan yang sama tahun sebelumnya meningkat sebesar 159.5% (yoy).

BAB VI Perkembangan Ketenagakerjaan Daerah dan Kesejahteraan Masyarakat

Kondisi ketenagakerjaan di Sulawesi Utara tercatat mengalami pertumbuhan seiring dengan pertumbuhan perekonomian Sulawesi Utara. Pada triwulan I 2016, jumlah tenaga kerja Sulawesi Utara tercatat tumbuh sebesar 1,96% (yoy) diikuti oleh Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) yang meningkat ke angka 2,14%.

Sementara peningkatan kesejahteraan masyarakat Sulawesi Utara terindikasi dari berbagai indikator tingkat kesejahteraan masyarakat. Kesejahteraan di sektor pertanian yang merupakan sektor utama pendorong perekonomian Sulawesi Utara menunjukkan perbaikan yang tercermin dari NTP dan NTUP. Hal tersebut juga dikonfirmasi dengan rasa optimisme konsumen terhadap peningkatan kesejahteraan masyarakat secara umum.

BAB VII Prospek Perekonomian - Prospek Ekonomi Makro

Perekonomian Sulawesi Utara pada triwulan II 2016 diperkirakan tumbuh pada kisaran 6,12% (yoy), atau mengalami akselerasi dibandingkan pertumbuhan ekonomi di triwulan I 2016. Meningkatnya perekonomian Sulut di triwulan II 2016 diperkirakan

Di sisi penggunaan, komponen utama Sulut diperkirakan mengalami peningkatan seluruhnya.

- Prakiraan Inflasi

Setelah mengalami penurunan pada triwulan I 2016, tekanan inflasi Sulut memasuki triwulan II 2016 diperkirakan kembali meningkat kendati dalam besaran yang relatif terbatas terutama secara bulanan. Setelah mencatatkan deflasi cukup dalam di periode April 2016, inflasi Sulut pada Mei dan Juni diperkirakan meningkat dengan proyeksi inflasi bulanan masing-masing pada kisaran 0,09% (mtm) dan 0,57% (mtm). Risiko tekanan inflasi pada triwulan II 2016 diperkirakan muncul dari kelompok volatile food dan kelompok inti dipengaruhi masuknya periode bulan Ramadhan, masuknya masa panen dan dimulainya realisasi proyek pemerintah. Sementara, tekanan inflasi pada kelompok administered prices diperkirakan masih relatif stabil kendati pergerakan harga minyak dunia terpantau mulai mengalami kenaikan.

(9)

BAB I. PERTUMBUHAN EKONOMI

Perekonomian Sulawesi Utara pada triwulan I 2016 lebih baik dibandingkan dengan perekonomian nasional baik secara pertumbuhan maupun besarannya. Ekonomi Sulut tumbuh sebesar 5,96% (yoy), lebih tinggi dibandingkan triwulan IV 2015 yang tumbuh sebesar 5,57% (yoy). Sementara itu, pertumbuha

tumbuh sebesar 4,92% (yoy) pada triwulan ini, lebih rendah dibandingkan triwulan lalu yang tercatat tumbuh sebesar 5,04% (yoy).

Berdasarkan sisi produksi atau penawaran, pertumbuhan ekonomi Sulut ditopang oleh pertumbuhan 3 sekto

Konstruksi mengalami perlambatan pertumbuhan.

Di sisi penggunaan atau permintaan, pertumbuhan ekonomi Sulut ditopang oleh pertumbuhan konsumsi rumah tangga dan perbaikan kinerja perdagangan Sulut dengan luar negeri. Sedangkan konsumsi pemerintah, investasi (PMTB) dan perdagangan antar daerah menunjukkan kinerja yang melambat.

SISI PRODUKSI / PENAWARAN

Struktur ekonomi Sulut pada didominasi oleh 5 sektor utama dengan total pangsa sebesar 65% yaitu sektor Pertanian, Kehutanan dan Perikanan (21%), Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor (12%), Konstruksi (11%), Transportasi dan Pergudangan (11%), dan Industri Pengolahan (9%). Selain 5 sektor utama tersebut, sektor Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan

Sosial Wajib memiliki pangsa sebesar 8% dan pangsa sisanya sebesar 27% tersebar pada 11 sektor lainnya.

Di sisi pertumbuhan, seluruh 17 sektor tumbuh positif yang terdiri dari 9 sektor yang tumbuh meningkat dan 8 sektor yang tumbuh melambat. Adapun 3 dari 5 sektor utama Sulut mengalami

Grafik 1.1. Pertumbuhan Ekonomi (yoy)

Sumber: Badan Pusat Statistik Prov. Sulut, diolah

Grafik 1.2. Struktur Ekonomi

(10)

peningkata

Konstruksi.

2015. Pertumbuhannya meningkat dari 0,66% pada triwulan lalu menjadi 0,90% pada triwulan erkebunan Tahunan dengan komoditas utama kelapa, pala serta cengkih, dan subsektor Tanaman Pangan (beras). Adapun pada triwulan ini, sumber peningkatan pertumbuhan berasal dari subsektor Perikanan, Peternakan, Tanaman Holtikultura Tahunan dan Tanaman Pangan, serta subsektor lainnya, kecuali subsektor Perkebunan Tahunan dan

Tanaman Holtikultura Semusim yang mana mengalami perlambatan.

Subsektor terbesar yaitu Perikanan tumbuh meningkat sebesar 4,36% (yoy) setelah pada triwulan lalu tercatat kontraksi sebesar -0,86% (yoy). Peningkatan tersebut didorong oleh tidak diperpanjangnya aturan Moratorium oleh Kementerian Kelautan dan

Tabel 1.1. Pertumbuhan Sektoral (%, yoy)

Sumber: Badan Pusat Statistik Prov. Sulut, diolah

Grafik 1.3. Perkembangan Luas Lahan & Produksi Beras

Sumber: Dinas Pertanian dan Peternakan Sulut, diolah

2016 I II III IV Total I

Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 0.90 2.33 4.02 0.66 2.95 0.90 Pertambangan dan Penggalian 3.56 7.80 7.77 5.30 8.17 3.56 Industri Pengolahan 2.68 3.19 3.48 1.80 2.65 2.68 Pengadaan Listrik, Gas dan Produksi Es 8.10 15.43 4.47 (5.05) 6.76 8.10 Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah,

Limbah dan Daur Ulang 0.17 2.34 0.27 (4.90) 2.42 0.17 Konstruksi 9.88 10.00 10.28 11.48 9.49 9.88 Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi

Mobil dan Sepeda Motor 6.53 7.78 7.49 6.65 5.93 6.53 Transportasi dan Pergudangan 7.83 7.90 7.34 5.47 7.25 7.83 Penyediaan Akomodasi dan Makan

Minum 11.56 8.36 7.79 11.35 8.52 11.56 Informasi dan Komunikasi 8.24 6.50 7.33 9.52 8.95 8.24 Jasa Keuangan dan Asuransi 12.41 1.57 3.14 (3.32) 3.91 12.41 Real Estate 7.00 8.51 8.47 7.76 7.42 7.00 Jasa Perusahaan 6.36 6.08 6.01 6.29 7.73 6.36 Administrasi Pemerintahan, Pertahanan

dan Jaminan Sosial Wajib 8.07 9.61 9.10 9.47 8.99 8.07 Jasa Pendidikan 7.98 7.46 5.94 9.98 7.08 7.98 Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 7.10 3.81 3.90 8.36 7.88 7.10 Jasa lainnya 7.34 5.98 5.32 7.75 7.56 7.34

(11)

Perikanan sejak bulan Oktober 2015. Berakhirnya aturan larangan penggunaan kapal asing baik eks maupun baru mendorong kinerja perikanan tangkap tumbuh positif setelah tercatat tumbuh negatif sepanjang tahun 2015.

Selain subsektor Perikanan, subsektor utama Sulut lainnya yaitu subsektor Tanaman Pangan juga tumbuh positif yaitu sebesar 1,12% (yoy) setelah tumbuh negatif sebesar -0,08% (yoy) pada triwulan lalu. Peningkatan tersebut didorong oleh membaiknya cuaca pada triwulan ini setelah dilanda musim el nino pada tahun 2015 yang menyebabkan sebagian besar tanaman pangan mengalami gagal panen. Di samping itu, peningkatan anggaran APBN untuk pertanian melalui bantuan benih, alat, mesin, bantuan irigasi dan lainnya. Hal ini juga terkonfirmasi dengan data perkembangan sektor pertanian dari Distanak Sulut yang menunjukkan bahwa luas lahan panen dan produksi beras meningkat pada triwulan I 2016. Adapun produksi beras pada triwulan ini mencapai 89 Ribu ton dengan luas lahan panen sebesar 31 Ribu Ha.

Berbeda dengan subsektor Tanaman Pangan, musim el nino tahun 2015 masih memberikan dampak negatif pada subsektor Perkebunan Tahunan di triwulan ini. Subsektor tersebut tercatat mengalami kontraksi sebesar -5,29% (yoy), setelah tumbuh positif pada triwulan lalu (2,75%, yoy). Musim el nino menyebabkan sebagian tanaman kelapa tidak bertumbuh dengan baik bahkan mati. Untuk

tanaman kelapa yang mati, dibutuhkan waktu sekitar 3 5 tahun untuk pertumbuhan baru. Di samping itu, penurunan produksi kelapa juga disebabkan oleh kondisi perkebunan kelapa di Sulut yang sudah tua sehingga tidak cukup produktif. Program pemerintah dan Bank Indonesia dalam melakukan peremajaan kelapa belum cukup terlihat pada triwulan ini. Namun demikian, berbagai program peremajaan lainnya yang akan dilakukan sepanjang tahun ini dinilai dapat menjadi penolong perbaikan produksi kelapa. Total produksi kelapa pada triwulan ini sebesar 67 Ribu ton, menurun dibandingkan triwulan sebelumnya.

Sektor Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor

meskipun pertumbuhannya sedikit lebih rendah dibandingkan pertumbuhan triwulan IV 2015 sebagaimana siklusnya.

Grafik 1.4. Perkembangan Produksi Kelapa

Sumber: Dinas Perkebunan Sulut, diolah

Grafik 1.5. Indeks Penjualan Riil

(12)

Pertumbuhannya relatif melambat dari 6,65% pada triwulan lalu menjadi 6,54% pada triwulan ini, namun relatif lebih tinggi dibandingkan triwulan I 2015 (6,09%). Sumber perlambatan tersebut disebabkan oleh perdagangan besar dan eceran (bukan mobil dan sepeda motor), sedangkan perdagangan mobil dan sepeda motor menunjukkan peningkatan pertumbuhan. Perlambatan sektor ini sesuai dengan Survei Penjualan Eceran yang menunjukkan penurunan Indeks Penjualan Riil pada triwulan ini dibandingkan triwulan lalu.

Perlambatan pertumbuhan kinerja perdagangan besar dan eceran sesuai dengan siklusnya yang cenderung melambat pada awal tahun setelah puncaknya pada akhir tahun sebelumnya. Pertumbuhannya melambat dari 9,22% (yoy) pada triwulan lalu menjadi 7,36% (yoy) pada triwulan ini. Perlambatan tersebut terkonfirmasi juga dengan jumlah pengunjung pusat

perbelanjaan yang menurun. Sebagai catatan, pada triwulan ini terdapat penyelenggaraan Pilwako Kota Manado, namun demikian hal tersebut belum cukup mampu untuk mendorong perdagangan barang meningkat.

Sementara itu, sektor perdagangan ditopang oleh kinerja perdagangan mobil dan sepeda motor yang menjadi penahan perlambatan sektor perdagangan sehingga sektor ini masih tumbuh cukup tinggi. Perdagangan mobil dan sepeda motor tumbuh meningkat dari 2,33% (yoy) pada triwulan lalu menjadi 5,11% (yoy) pada triwulan ini. Berdasarkan hasil liaison, penjualan mobil dan sepeda motor di Sulut meningkat pada triwulan ini. Peningkatan atau perbaikan penjualan didorong oleh berbagai faktor baik dari sisi supply maupun demand. Di sisi penawaran, berbagai varian baru yang dikeluarkan oleh produsen kendaraan bermotor mendorong konsumen untuk melakukan pembelian. Hal itu didukung juga dengan penurunan harga BBM yang dilakukan pada awal tahun. Di sisi permintaan,

Grafik 1.6. Pengunjung Pusat Perbelanjaan

Sumber: Pusat Perbelanjaan di Sulut, diolah

Grafik 1.7. Pertumbuhan Penjualan Kend.Bermotor

Sumber: Pelaku Usaha, diolah

Grafik 1.8. Perkembangan Kredit Kendaraan Bermotor

(13)

meningkatnya pendapatan masyarakat baik berdasarkan Upah Minimum Provinsi Sulut maupun perbaikan sektor primer, menjadi pendorong daya beli masyarakat. Membaiknya penjualan kendaraan bermotor didukung kredit pembiayaan. Hal tersebut dapat dilihat dari pertumbuhan kredit kendaraan bermotor yang meningkat.

Sektor Konstruksi

Sektor Konstruksi tumbuh melambat dari 11,48% (yoy) pada triwulan lalu menjadi 9,88% (yoy) pada triwulan ini. Sebagaimana siklusnya, perlambatan di awal tahun salah satunya disebabkan oleh realisasi anggaran daerah pos belanja modal, yang relatif tidak secepat ketika memasuki semester kedua. APBD Sulut pada triwulan ini baru terealisasi sebesar 9,18% atau Rp68 Miliar dari anggaran

belanja modal Rp744 Miliar, sedangkan realisasi khusus triwulan IV 2015 tercatat sebesar 46,56% atau Rp367 M dari anggaran belanja modal Rp789 M. Hal tersebut menunjukkan bahwa realisasi lebih tinggi terjadi pada akhir tahun dibandingkan awal tahun. Meskipun begitu, pemprov Sulut masih mampu dalam menyerap anggaran yang tercermin dari realisasi belanja modal triwulan ini lebih tinggi dibandingkan triwulan yang sama tahun lalu. Sementara itu, realisasi APBN pos belanja modal triwulan ini baru terealisasi sebesar 6,46% atau Rp189 M dari Rp2,9 T. Untuk proyek strategis yang dianggarkan Rp2,2 T, baru terserap sebesar Rp138 M atau 6,23%.

Grafik 1.9. Realisasi Belanja Modal APBD (Rp Juta)

Sumber: Pemprov Sulut, diolah

Tabel 1.2. Perkembangan Realisasi Anggaran Proyek Strategis APBN

Sumber: Dirjen Perbendaharaan Negara Sulut

1 Pengadaan dan Pemasangan Fasilitas Keselamatan LLAJ 34,464,750,000 -2 Pembangunan Terminal Angkutan Penumpang 11,000,000,000 -3 Peningkatan Terminal Angkutan Penumpang 5,000,000,000

-4 Landas Pacu (Runaway Bandar Udara Naha) 115,227,017,000 20,990,335,000

5 Sarana Prasarana, Rumah Sakit yang akan di Akreditasi 22,403,381,000 -6 Peralatan Kesehatan, Rumah Sakit yang akan di Akreditasi 84,210,898,000 198,000,000

7 Bendungan baru yang dibangun 136,559,272,000 95,179,500

8 Bendungan dalam tahap Pelaksanaan (on going) 155,227,148,000 28,096,466,000

9 Danau yang Direvitalisasi 26,500,000,000 40,143,000

10 Pembangunan dan Pengembangan Kawasan Pemukiman Perkotaan 50,345,064,000 -11 Pembangunan dan Pengembangan Kawasan pemukiman Pedesaan 6,796,488,000 9,600,000

12 Pembangunan SPAM Perkotaan 115,089,822,000 3,946,700,000

13 Pembangunan SPAM Kawasan Khusus 11,024,000,000 2,104,280,000

14 Pembangunan SPAM Kawasan Rawan Air 4,540,500,000 -15 Sistem Pengelolaan Drainase kawasan / Lingkungan 10,587,800,000 -16 Sistem Penanganan Persampahan Sklala Kota 67,801,500,000 -17 Sistem Pengelolaan Air Limbah SkalaKota 11,087,850,000 -18 Sistem Pengelolaan Air Limbah Khusus 3,120,500,000 -19 Jaringan Irigasi Permukaan Kewenangan Pusat yang dilaksanakan konstruksinya 15,650,000,000 -20 Saluran Pembawa yang dibangun/ditingkatkan 19,367,806,000

-21 Sumur JIAT yang dibangun/ditingkatkan 2,273,000,000 603,413,400

22 Bendungan irigasi Kewenangan Daerah yang dilaksanakan konstruksinya 24,136,304,000 1,970,845,420 23 Jaringan Irigasi Permukaan Kewenangan Pusat yang ditingkatkan/direhabilitasi 11,349,653,000

-24 Sumur JIAT yang direhabilitasi 2,273,000,000

-25 Jaringan Irigasi Air Tanah yang direhabilitasi 3,556,000,000 606,666,800 26 Normalisasi Sungai dan Pembuatan tanggul yang dibangun/ditingkatkan 46,356,046,000 4,490,167,140

27 Pelebaran jalan 769,995,799,000 34,605,299,694

28 Pembangunan Fly Over/Underpass/Terowongan 53,900,000,000

-29 Peningkatan Jembatan 79,920,000,000 12,770,675,050

30 pembangunan Jalan 46,400,000,000 5,122,000,000

31 Pembangunan Jalan Bebas hambatan (Tol Manado - Bitung) 277,000,000,000 22,798,000,000

No Proyek Strategis Pagu Realisasi s/d

(14)

Di sisi swasta, hasil liaison pada konstruksi perumahan menunjukkan bahwa sektor ini cenderung melambat. Hal tersebut tercermin juga dari hasil Survei Harga Properti Residensial dan Survei Penjualan Eceran Bank Indonesia. SHPR menunjukkan bahwa kenaikan harga properti residensial mengalami perlambatan dari 5,24% (yoy) pada triwulan lalu menjadi 3,53% (yoy) pada triwulan ini. Perlambatan kenaikan harga tersebut terjadi sejak triwulan II 2015 dan hingga triwulan ini. Perlambatan kenaikan harga jual terjadi di seluruh tipe rumah yaitu tipe kecil, sedang dan besar. Hasil Survei Penjualan Eceran khususnya Indeks Penjualan Riil Bahan Konstruksi menunjukkan penurunan dari 248,80 pada triwulan lalu menjadi 139,14 pada triwulan ini. Pada konstruksi pembangunan pabrik, pelaku usaha masih bersikap wait & see dalam melakukan investasi. Pelaku usaha memperkirakan kondisi bisnis yang lebih baik akan terjadi pada triwulan kedepan, sehingga investasi diperkirakan mulai dilakukan pada triwulan-triwulan mendatang. Perlambatan sektor Konstruksi juga tercermin dari perlambatan pertumbuhan kredit konstruksi pada triwulan ini dibandingkan triwulan lalu.

Adapun fasilitas Kredit Pemilikan Rumah (KPR) tetap menjadi pilihan utama dalam melakukan transaksi pembelian properti oleh konsumen. Berdasarkan data Kementerian Perumahan Rakyat (Kemenpera), dari total KPR yang dikucurkan oleh bank di Sulut tahun 2016, sebanyak 38 unit dengan total Rp3,6 M menggunakan Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan (FLPP) oleh pemerintah.

Sektor Transportasi dan Pergudangan

kinerjanya dibandingkan triwulan IV 2015. Pertumbuhannya naik dari 5,47% (yoy) pada triwulan lalu menjadi 7,83% (yoy) pada

Grafik 1.10. Indeks Harga Properti Residensial

Sumber: Survei Harga Properti Residensial Bank Indonesia

Grafik 1.11. Perkembangan Kredit Konstruksi

Sumber: Bank Indonesia

Grafik 1.12. Pertumbuhan Jumlah Armada

(15)

triwulan ini. Peningkatan tersebut bersumber dari meningkatnya kinerja angkutan darat, udara 7%), angkutan udara (24%), angkutan laut (16%), serta pergudangan dan angkutan sungai (3%). Kinerja angkutan darat tumbuh meningkat dari 6,67% (yoy) menjadi 6,87% (yoy) yang didorong oleh mobilitas masyarakat dalam rangka merayakan hari raya keagamaan seperti Tahun Baru Cina, Cap Go Meh, dan Paskah. Di samping itu, pembangunan dan perbaikan jalan yang cukup tinggi pada beberapa tahun terakhir serta penurunan harga BBM diperkirakan juga menjadi faktor meningkatnya kinerja angkutan darat. Peningkatan kinerja angkutan darat tercermin dari jumlah armada transportasi darat.

Sementara itu, kinerja angkutan udara tumbuh signifikan dari 4,50% (yoy) pada triwulan lalu menjadi 16,58% (yoy) pada triwulan ini. Peningkatan tersebut didorong oleh beberapa hal antara lain yaitu biaya bahan bakar avtur yang mengalami penurunan seiring dengan menurunnya harga minyak dunia, penurunan batas atas dan batas bawah sehingga mendorong daya beli masyarakat, ekspansi maskapai baru pada triwulan lalu serta pembukaan rute baru oleh maskapai tersebut pada triwulan ini. Peningkatan terlihat dari arus penumpang yang datang dan berangkat melalui bandara dengan jumlah penumpang sebanyak 567.611 pada triwulan ini.

Adapun kinerja angkutan laut juga tumbuh meningkat dari 1,63% (yoy) menjadi 3,73% (yoy) didorong oleh peningkatan produksi industri pengolahan disertai dengan perbaikan ekspor. Peningkatan tersebut dapat dilihat dari arus barang perdagangan luar negeri di Pelabuhan Bitung (terminal konvensional).

Sektor Industri Pengolahan

Sektor Industri Pengolahan menunjukkan peningkatan kinerja dibandingkan triwulan IV 2015. Pertumbuhannya naik dari 1,80% (yoy) pada triwulan lalu menjadi 2,68% (yoy) pada triwulan ini. Sektor ini secara signifikan dikuasai oleh industri makanan dan minuman dengan pangsa sebesar 84%, sedangkan industri lainnya relatif kecil. Adapun industri tersebut didominasi oleh pengolahan bahan baku kelapa dan pengolahan bahan baku ikan.

Grafik 1.13. Arus Penumpang Bandara Sam Ratulangi

Sumber: PT Angkasa Pura I, Bandara Sam Ratulangi Manado, diolah

Grafik 1.14. Arus Barang Pelabuhan Bitung

(16)

Pada triwulan ini, peningkatan sektor industri didorong oleh pengolahan ikan yang meningkat tajam, sedangkan pengolahan kelapa dan pala relatif masih terkontraksi akibat musim el nino yang menyebabkan banyak tanaman mati atau berbuah sedikit. Industri berbahan baku ikan tumbuh membaik kinerjanya pada triwulan I 2016, setelah cenderung melambat sepanjang 4 triwulan di

tahun 2015. Perbaikan industri ini didorong oleh tidak diperpanjangnya aturan Moratorium sejak triwulan IV 2015 sehingga ketersediaan bahan baku ikan mengalami peningkatan. Melalui liaison, pelaku usaha juga menyatakan bahwa kondisi bisnis atau penjualan pada tahun 2016 akan membaik dibandingkan tahun 2015. Kondisi ini tercermin dari pelaku usaha di industri pengolahan ikan yang mengalami peningkatan produksi yang mulai terjadi pada saat dinonaktifkannya aturan Moratorium dan tumbuh meningkat tajam pada triwulan ini.

Data BPS juga mengkonfirmasi kondisi di atas. Produksi industri manufaktur besar dan sedang di Sulut pada triwulan I 2016 tumbuh meningkat sebesar 4,32% (yoy) dibandingkan triwulan IV 2015 yang tumbuh 4,24% (yoy).

melambat kinerjanya pada triwulan I 2016 dibandingkan triwulan IV 2015. Pertumbuhannya melambat dari 9,47% (yoy) pada triwulan lalu menjadi 8,07% (yoy) pada triwulan ini. Perlambatan tersebut sebagaimana siklusnya dimana kinerja pemerintah yang tercermin dari realisasi anggaran relatif lambat pada triwulan

pertama, kemudian mulai meningkat memasuki triwulan berikutnya sampai dengan triwulan akhir tahun. Pada triwulan ini, realisasi anggaran belanja nonmodal pemerintah daerah (APBD) sebesar 17,11%, lebih rendah dibandingkan realisasi khusus triwulan lalu sebesar 54,85%.

Grafik 1.15. Pertumbuhan Produksi Ikan Olahan

Sumber: Pelaku Usaha, diolah

Grafik 1.16. Realisasi Belanja Nonmodal APBD (Rp Juta)

(17)

Sektor Lainnya

Selain ke-6 sektor di atas yang masing-masing memiliki pangsa lebih dari 5%, terdapat 11 sektor lainnya yang masing-masing memiliki pangsa di bawah 5%. Sektor-sektor tersebut yaitu sektor Pertambangan dan Penggalian (4,80%), Jasa Keuangan dan Asuransi (4,13%), Informasi dan Komunikasi (3,82%), Real Estate (3,52%), Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial (3,47%), Jasa Pendidikan (2,92%), Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum (2,20%), Jasa lainnya (1,54%), Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang (0,14%), Jasa Perusahaan (0,09%), Pengadaan Listrik, Gas dan Produksi Es (0,08%).

Pada triwulan ini, sektor lainnya yang meningkat dibandingkan triwulan lalu yaitu sebanyak 5 Sampah,

pertumbuhan.

Peningkatan signifikan terjadi pada sektor Pengadaan Listrik dan Gas yang tumbuh meningkat dari -5,05% (yoy) pada triwulan lalu menjadi 8,10% (yoy) pada triwulan ini. Peningkatan tersebut didorong oleh jumlah pelanggan listrik yang meningkat. Tercatat jumlah pelanggan listrik sebanyak 1.724.021 pelanggan yang meliputi berbagai sektor. Selain itu, kondisi ketersediaan pasokan listrik di yang tercatat surplus sebesar 10 MW pada

triwulan ini, setelah tercatat defisit pada triwulan sebelumnya. Pasokan listrik tersebut didukung oleh kapal listrik atau disebut kapal Marine Vessel Power Plant (MVPP) Karadeniz Powership Zeynep Sultan yang disewa oleh PT Perusahaan Listrik Negara dari luar negeri.

Selain sektor tersebut, sektor Jasa Keuangan dan Asuransi juga tumbuh signifikan dari -3,32% (yoy) pada triwulan lalu menjadi 12,41% (yoy) pada triwulan ini. Kebijakan sistem keuangan yang dikeluarkan pada triwulan ini seperti penurunan suku bunga acuan (BI rate) dan penurunan GWM primer Rupiah serta peningkatan dana KUR merupakan faktor meningkatnya kinerja

sektor tersebut. Hal tersebut terlihat dari Nilai Tambah Bruto bank di Sulut yang meningkat.

Grafik 1.17. Jumlah Pelanggan Listrik

Sumber: PT PLN Wil.Suluttenggo, diolah

Grafik 1.18. NTB Bank Umum di Sulut

(18)

SISI PENGGUNAAN

Berdasarkan penggunaan, penguatan pertumbuhan ekonomi Sulut didorong oleh meningkatnya konsumsi rumah tangga dan perbaikan kinerja perdagangan luar negeri. Peningkatan konsumsi rumah tangga disebabkan oleh beberapa hal antara lain naiknya Upah Minimum Provinsi, tingkat inflasi yang relatif terjaga, dan faktor lainnya. Sementara itu, perdagangan luar negeri yang membaik kinerjanya disebabkan oleh perbaikan ekspor di tengah perlambatan impor. Di sisi lain, konsumsi pemerintah dan investasi (Pembentukan Modal Tetap Bruto) relatif melambat kinerjanya pada triwulan ini dibandingkan triwulan lalu.

Sebagai catatan, PDRB berdasarkan sisi penggunaan didominasi oleh komponen Konsumsi Rumah Tangga dengan pangsa sebesar 48%, diikuti oleh Investasi (PMTB) sebesar 33%, Konsumsi Pemerintah sebesar 18%, Perdagangan Luar Negeri sebesar 17%, dan Perdagangan Antar Daerah sebesar 9%, serta Konsumsi Lembaga Non Profit sebesar 2%. Melihat komposisi tersebut, pertumbuhan ekonomi Sulut relatif

bergantung pada konsumsi masyarakat, sehingga penting untuk menjaga sumber pendapatan masyarakat serta tingkat inflasi barang dan jasa.

Konsumsi

Konsumsi rumah tangga pada triwulan I 2016 mencatat pertumbuhan tertinggi sepanjang 5 tahun terakhir. Pertumbuhannya naik dari 6,69% (yoy) pada triwulan lalu menjadi 6,82% (yoy) pada triwulan ini. Terdapat beberapa faktor yang mendorong peningkatan tersebut, antara lain naiknya tingkat penghasilan dan terjaganya tingkat inflasi pada level yang rendah.

Tabel 1.3. Perkembangan Realisasi Anggaran Proyek Strategis APBN

Sumber: Dirjen Perbendaharaan Negara Sulut

Grafik 1.19. Pangsa Komponen PDRB Sisi Permintaan

Sumber: Badan Pusat Statistik Prov. Sulut, diolah

2016

Q1 Q2 Q3 Q4 Total Q1

Konsumsi Rumah Tangga 6.26 6.06 6.72 6.69 6.44 6.82 Konsumsi Lembaga Nonprofit Rumah Tangga (11.86) (1.55) 5.65 9.75 0.25 5.57 Konsumsi Pemerintah 7.19 7.80 10.96 13.00 9.94 8.94 Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) 3.56 6.61 12.86 12.37 9.08 9.96 Perubahan Persediaan (72.36) (77.23) (62.90) 22.94 (63.28) (136.10) Ekspor Luar Negeri (3.15) (13.86) (9.52) (21.34) (11.70) (20.07) Impor Luar Negeri 1.64 (25.08) 3.54 16.45 (0.88) 16.01 Net Ekspor Antardaerah (C21-C22) (8.21) (9.23) 8.49 7.27 (1.38) (9.44)

(19)

Pada Oktober 2015, Pemprov Sulut memutuskan kenaikan UMP yang mulai diberlakukan tahun 2016. UMP Sulut naik sebesar 11,63% dari Rp2.150.000 pada tahun 2015 menjadi Rp2.400.000 pada tahun 2016. Besaran UMP ini merupakan tertinggi ketiga secara nasional atau berada di bawah DKI Jakarta dengan UMP Rp3.100.000 dan Papua dengan UMP Rp2.450.770. Kenaikan tersebut diindikasikan berdampak pada peningkatan daya beli masyarakat yang mendorong meningkatnya konsumsi rumah tangga. Di samping itu, meningkatnya kinerja sektor primer khususnya sektor Pertanian juga menjadi pendorong tingkat konsumsi masyarakat.

Hasil Survei Konsumen Bank Indonesia mengkonfirmasi kenaikan UMP tahun 2016. Rumah tangga menyatakan bahwa penghasilan saat ini meningkat yang tercermin dari peningkatan Indeks Penghasilan Saat Ini.

Di sisi lain, konsumsi didorong oleh tingkat inflasi yang relatif rendah pada triwulan ini. Rendahnya tingkat inflasi disebabkan oleh normalisasi harga komoditas pangan dan penurunan harga komoditas yang diatur pemerintah serta inflasi inti yang relatif terjaga. Adapun selama 3 bulan di triwulan ini, perkembangan harga barang dan jasa di Sulut mencatat deflasi.

Konsumsi rumah tangga didorong juga oleh mobilitas masyarakat dalam merayakan hari

Perbaikan kondisi ketenagakerjaan yang tercermin dari menurunnya Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) pada Februari 2016 merupakan faktor lain peningkatan konsumsi.

Berbeda dengan konsumsi rumah tangga, konsumsi pemerintah terlihat mengalami perlambatan. Pertumbuhannya melambat dari 13,00% (yoy) pada triwulan lalu menjadi 8,94% (yoy) pada triwulan ini. Sebagaimana siklus tahun-tahun sebelumnya, perlambatan tersebut disebabkan oleh realisasi anggaran (APBD) belanja non modal yang relatif lambat pada triwulan pertama, dimana realisasi mulai meningkat ketika memasuki triwulan selanjutnya sampai dengan triwulan akhir. Pada triwulan ini, realisasi anggaran belanja nonmodal pemerintah daerah (APBD) sebesar 17,11%, lebih rendah dibandingkan realisasi khusus triwulan lalu sebesar 54,85% atau terealisasi Rp396 M. Namun demikian, realisasi belanja nonmodal triwulan ini tercatat mengalami peningkatan dibandingkan triwulan yang sama tahun lalu. Hal ini mengindikasikan bahwa

Grafik 1.20. Indeks Penghasilan Saat Ini

Sumber: Survei Konsumen Bank Indonesia

Grafik 1.21. Tingkat Inflasi Tahunan (yoy)

(20)

pemerintah provinsi masih mampu menyerap anggaran yang ada. Adapun APBD belanja non modal tahun 2016 mencapai Rp2,3 Triliun, meningkat dari Rp1,9 Triliun pada tahun 2015.

Investasi

Investasi tumbuh melambat dari 12,37% (yoy) pada triwulan IV 2015 menjadi 9,96% (yoy) pada triwulan ini. Perlambatan terjadi baik pada investasi pemerintah maupun swasta. Di sisi pemerintah, investasi yang melambat tercermin dari realisasi APBD modal yang baru terealisasi sebesar 9,18% atau Rp68 Miliar dari anggaran belanja modal Rp744 Miliar, sedangkan realisasi khusus triwulan IV 2015 tercatat sebesar 46,56% atau Rp367 M dari anggaran belanja modal Rp789 M. Hal tersebut menunjukkan bahwa realisasi lebih tinggi terjadi pada akhir tahun dibandingkan awal tahun. Lambatnya realisasi triwulan awal tahun sering disebabkan oleh progress pelelangan beberapa proyek yang sering terkendala. Meskipun begitu, pemprov Sulut masih mampu dalam menyerap anggaran, tercermin dari realisasi belanja modal triwulan ini lebih tinggi dibandingkan triwulan yang sama tahun lalu. Sementara itu, realisasi APBN pos belanja modal triwulan ini baru terealisasi sebesar 6,46% atau Rp189 M dari Rp2,9 T. Untuk proyek strategis yang dianggarkan Rp2,2 T, baru terserap sebesar Rp138 M atau 6,23%.

Di sisi swasta, hasil liaison menunjukkan bahwa pelaku usaha berencana melakukan investasi pada tahun 2016, namun belum pada triwulan pertama. Investasi berupa pembangunan outlet/kantor, pembelian tanah dan pembangunan perumahan, serta pembelian armada angkutan akan dilakukan pada triwulan-triwulan berikutnya. Perlambatan investasi tercermin juga dari

pertumbuhan kredit investasi yang cenderung melambat.

Ekspor Impor

Kinerja perdagangan ekspor impor Sulut pada triwulan I 2016 relatif membaik dibandingkan triwulan IV 2015. Meskipun tercatat net impor sebesar Rp1,2 T, namun pertumbuhan net impor triwulan ini sebesar 54,29% (yoy) lebih rendah dibandingkan triwulan lalu yang tercatat sebesar 159,93% (yoy). Perbaikan kinerja perdagangan ditopang baik oleh perbaikan kinerja perdagangan luar negeri maupun dalam negeri.

Ekspor luar negeri relatif membaik kinerjanya, meskipun pertumbuhannya masih tercatat kontraksi. Ekspor LN terkontraksi sebesar -20,07% (yoy), membaik dibandingkan kontraksi triwulan lalu sebesar -21,34% (yoy). Peningkatan ekspor ke luar negeri didorong oleh

Grafik 1.22. Perkembangan Kredit Investasi

(21)

peningkatan kinerja industri pengolahan yang tumbuh meningkat pada triwulan ini. Industri yang meningkat yaitu industri pengolahan ikan yang disebabkan oleh bertambahnya ketersediaan bahan baku ikan pasca dinonaktifkannya aturan Moratorium. Sementara itu, ekspor industri pengolahan kelapa diindikasikan mengalami penurunan akibat kekurangan pasokan bahan baku yang disebabkan oleh musim El Nino tahun 2015. Kondisi tersebut tercermin dalam data ekspor impor BPS Sulut, yang menunjukkan bahwa ekspor lemak nabati mengalami penurunan pertumbuhan sebesar -8,12% (yoy) pada triwulan ini dibandingkan dengan triwulan lalu yang juga tumbuh negatif sebesar -3,10% (yoy). Sementara itu, ekspor ikan, ikan olahan, udang dan daging mengalami perbaikan pertumbuhan dari -0,46% (yoy) pada triwulan lalu menjadi -0,10% (yoy) pada triwulan ini. Sebagai catatan, komoditas ekspor terbesar Sulut yaitu lemak dan minyak hewan/nabati dengan pangsa sebesar 66% pada triwulan ini. Negara tujuan ekspor Sulut terbesar pada triwulan ini yaitu Amerika Serikat dengan pangsa 22%, kemudian diikuti oleh Belanda dengan pangsa 18%. Peningkatan ekspor tercermin pada kegiatan muat barang di pelabuhan yang relatif meningkat dibandingkan triwulan lalu.

Di sisi impor, perlambatan pertumbuhan disebabkan oleh penurunan impor barang modal, khususnya besi, baja dan barang yang terbuat dari besi dan baja. Penurunan impor barang modal sejalan dengan perlambatan pertumbuhan sektor konstruksi dan juga investasi. Perkembangan kegiatan bongkar di pelabuhan juga mengkonfirmasi perlambatan pertumbuhan impor.

Grafik 1.23. Perkembangan Ekspor Sulut

Sumber: Badan Pusat Statistik Prov. Sulut, diolah

Grafik 1.24. Kegiatan Muat di Pelabuhan Bitung

Sumber: PT Pelindo IV Bitung, diolah

Grafik 1.25. Kegiatan Bongkar di Pelabuhan Bitung

(22)

Box I

Progress

Pembangunan Mega Proyek Sulawesi Utara

Sesuai dengan RPJMN Prov. Sulut 2015-2019, progres pembangunan megaproyek untuk infrastruktur yang telah berlangsung adalah sbb :

a. Pembangunan Tol Manado Bitung sepanjang 39 km

Hingga pertengahan April 2016 progress fisik untuk seksi I (13,5 km) telah 1,2%, bersamaan dengan hal tersebut, saat ini Badan Pengatur Jalan Tol (BPJT) sedang menyelesaikan tahap akhir proses lelang investasi seksi II sepanjang 25,5 km yang akan dilepas ke pihak swasta proses pembangunannya.

b. Pengembangan Pelabuhan Bitung sebagai International Hub-Port

Pengembangan Pelabuhan Bitung berada dalam koordinasi Pelindo IV sebagai pengelola.

Gambar 1. Pengembangan Pelabuhan Penumpang Gambar 2. Pengembangan Pelabuhan Peti Kemas

c. Pembangunan jalur KA Manado Bitung

Saat ini memasuki tahapan penyusunan AMDAL oleh konsultan pembangunan yang diproyeksikan akan selesai dalam waktu dekat. Setelahnya akan ditindaklanjuti dengan pembebasan lahan.

d. Pengembangan Bandara Sam Ratulangi

Runway Bandara Sam Ratulangi yang saat ini berjarak 2.650 meter akan ditambah 150 meter menjadi 2.800 meter, kedepannya dapat di darati oleh pesawat-pesawat berbadan lebar, semisal Air Bus type A 350 yang berkapasitas sekitar 400 penumpang.

e. Pembangunan Bendungan Lolak, Kab. Bolaang Mongondow

Progress fisik bendungan telah 17%, dari biaya konstruksi sebesar Rp830 M, telah terserap 22,89% hingga Tw I 2016. Luas area genangan akan mencapai 97,46 ha sehingga kedepannya dapat menampung air dengan kapasitas total mencapai 16,1 juta meter kubik yang dapat mendukung penyediaan air untuk irigasi seluas 2.214 hektar ke sentra-sentra pertanian Sulut (wilayah Bolmong).

Gambar 3. Kegiatan Strategis Infrastruktur Jangka Menengah Nasional Provinsi Sulawesi Utara 2015 -2019

Sumber: PT. Pelindo IV, Cab. Bitung Sumber: PT. Pelindo IV, Cab. Bitung

(23)

BAB II. PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH

Alokasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Provinsi Sulawesi Utara meningkat jika dibandingkan tahun sebelumnya, baik dari sisi pendapatan (17,37%, yoy) maupun dari sisi belanja (15,86%, yoy). Realisasi pendapatan pada Triwulan I-2016 mencapai Rp711,93 juta sepanjang atau sebesar 23,72% dari plafond anggaran. Nilai realisasi pendapatan tersebut tercatat lebih rendah dibandingkan periode yang sama di tahun sebelumnya yang mencapai 26,27% dari plafond anggaran. Berdasarkan proporsinya, Pemerintah Daerah masih memiliki ketergantungan terhadap Dana Perimbangan, yaitu sebesar 61,81% dari total pendapatan. Rasio kemandirian daerah pada periode laporan menunjukan penurunan dibandingkan dengan periode yang sama di tahun sebelumnya. Hal ini diindikasikan dari besarnya porsi PAD terhadap total pendapatan yang mengalami penurunan, dari semula 40,21% di tahun 2015, menjadi 38,02% di tahun 2016.

Sementara itu, realisasi belanja pada Triwulan I-2016 mencapai Rp464,58 juta, atau 15,18% dari plafond anggaran. Nilai realisasi belanja tersebut tercatat lebih tinggi dibandingkan periode yang sama di tahun sebelumnya, yaitu sebesar 14,30% dari plafond anggaran. Dilihat dari perkembangan selama tiga tahun terakhir, porsi belanja modal mengalami peningkatan setiap tahunnya. Hal ini mengindikasikan bahwa arah kebijakan pemerintah daerah Sulawesi Utara yang mulai memberikan perhatian lebih terhadap pengembangan infrastruktur dalam rangka membangun ekomomi daerah.

2.1 Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD)

Dalam rangka melaksanakan pelayanan publik di daerah, instrumen utama yang digunakan dalam kebijakan fiskal adalah melalui APBD. Tujuan utama dari APBD adalah sebagai pedoman oleh pemerintah daerah dalam mengatur penerimaan dan belanja untuk pelaksanaan pembangunan daerah. Pelaksanaan APBD juga diharapkan dapat menjadi mesin utama pendorong pertumbuhan ekonomi. Selain itu, APBD juga sebagai salah satu penentu tercapainya target dan sasaran makroekonomi daerah yang diarahkan untuk mengatasi berbagai kendala dan permasalahan pokok dalam mewujudkan agenda masyarakat yang sejahtera dan mandiri. APBD yang direncanakan setiap tahun dengan mendapatkan persetujuan dari Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) pada dasarnya menunjukkan sumber-sumber pendapatan daerah, besaran alokasi belanja untuk melaksanakan program / kegiatan, serta pembiayaan yang muncul apabila terjadi surplus atau defisit. Nilai APBD-P Provinsi Sulawesi Utara di tahun 2016 meningkat jika dibandingkan dengan nilai APBD-P periode tahun sebelumnya, baik dari sisi pendapatan (17,37%, yoy) maupun dari sisi belanja (15,86%, yoy).

(24)

Nominal (Rp Juta) % Nominal (Rp Juta) % Nominal (Rp Juta) % I Pendapatan 2,054,618 188,027 9.15 2,557,555 756,101 29.56 3,001,755 711,928 23.72 Pendapatan Asli Daerah 944,590 188,027 19.91 1,028,491 207,816 20.21 1,141,321 206,442 18.09 Dana Perimbangan 1,109,528 - - 1,191,741 463,956 38.93 1,855,433 505,486 27.24 Lain-lain PAD yang Sah 500 - - 337,324 84,329 25.00 5,000 - -II Belanja 2,452,619 213,538 8.71 2,641,789 377,814 14.30 3,060,767 464,576 15.18

Belanja Operasi 1,570,594 204,620 13.03 1,623,110 233,821 14.41 1,880,730 306,663 16.31 Belanja Modal 509,774 7,418 1.46 651,429 57,127 8.77 744,468 68,349 9.18 Belanja Tidak Terduga 10,000 1,500 15.00 5,000 - - 10,000 - -Transfer (Ke Kab/Kota/Desa) 362,250 - - 362,250 86,866 23.98 425,568 89,565 21.05 III Pembiayaan 123,283 - - 84,224 290,709 345.16 59,012 -

-Penerimaan Daerah 148,283 - - 109,224 290,709 266.16 84,012 - -- SILPA 148,283 - - 109,224 290,709 266.16 84,012 - -Pengeluaran Daerah 25,000 - - 25,000 - - 25,000 - -- Penyertaan Modal ( Investasi) Pemda 25,000 - - 25,000 - - 25,000 -

-APBD-P 2016 (Rp Juta) Realisasi APBD-P Triwulan I - 2016 No Uraian APBD-P 2014 (Rp Juta) Realisasi APBD-P Triwulan I - 2014 APBD-P 2015 (Rp Juta) Realisasi APBD-P Triwulan I - 2015 Nominal (Rp Juta) % Nominal (Rp Juta) % Nominal (Rp Juta) % 2,054,618 188,027 9.15 2,557,555 671,772 26.27 3,001,755 711,928 23.72

I Pendapatan Asli Daerah 944,590 188,027 19.91 1,028,491 207,816 20.21 1,141,321 206,442 18.09

- Pajak Daerah 820,520 172,243 20.99 911,162 183,218 20.11 980,942 187,111 19.07

- Retribusi Daerah 38,000 2,315 6.09 39,679 6,194 15.61 56,729 13,533 23.86 - Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah 40,000 - - 30,000 - - 45,000 - -- Lain--lain 46,070 13,469 29.24 47,650 18,404 38.62 58,650 5,798 9.89

II Dana Perimbangan 1,109,528 - - 1,191,741 379,627 31.85 1,855,433 505,486 27.24

- Dana Bagi Hasil Pajak dan Bukan Pajak 100,000 - - 97,900 17,243 17.61 121,662 26,489 21.77

- Dana Alokasi Umum 949,853 - - 1,026,949 342,316 33.33 1,065,545 355,182 33.33

- Dana Alokasi Khusus 59,675 - - 66,892 20,068 30.00 668,226 123,815 18.53 II Lain - Lain Pendapatan Daerah yang Sah 500 - - 337,324 84,329 25.00 5,000 - -PENDAPATAN APBD-P 2016 (Rp Juta) Realisasi APBD-P Triwulan I - 2016 No Uraian APBD-P 2014 (Rp Juta) Realisasi APBD-P Triwulan I - 2014 APBD-P 2015 (Rp Juta) Realisasi APBD-P Triwulan I - 2015 2.1.1 Pendapatan Daerah

Dari sisi pendapatan, nilai pagu anggaran APBD-P 2016 mencapai Rp3,00 triliun, dengan realisasi sebesar Rp711,93 juta sepanjang Triwulan I-2016 (23,72%). Realisasi pendapatan pada periode laporan lebih rendah dibandingkan realisasi pada periode yang sama di tahun sebelumnya, yaitu sebesar 29,56%.

Terdapat dua sumber pendanaan utama dalam struktur APBD Provinsi Sulawesi Utara, yaitu Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan Dana Perimbangan. Berdasarkan proporsinya, Pemerintah Daerah masih memiliki ketergantungan terhadap Dana Perimbangan, yaitu sebesar 61,81% dari total pendapatan. Rasio kemandirian daerah pada periode laporan menunjukan penurunan dibandingkan dengan periode yang sama di tahun sebelumnya. Hal ini diindikasikan dari besarnya porsi PAD terhadap total pendapatan yang mengalami penurunan, dari semula 40,21% di tahun 2015, menjadi 38,02% di tahun 2016.

Sumber: Badan Pengelola Keuangan dan Barang Milik Daerah (BPKBMD) Sulawesi Utara (diolah)

Tabel 2.1.

Kinerja APBD Provinsi Sulawesi Utara Periode Triwulan I 2014 - 2016

Tabel 2.2.

Kinerja Pendapatan Daerah Provinsi Sulawesi Utara Periode Triwulan I 2014 - 2016

(25)

Nominal (Rp Juta) % Nominal (Rp Juta) % Nominal (Rp Juta) % 2,452,619 213,538 8.71 2,641,789 377,814 14.30 3,060,767 464,576 15.18 I Belanja Operasi 1,570,594 204,620 13.03 1,623,110 233,821 14.41 1,880,730 306,663 16.31 Belanja Pegawai 591,057 103,704 17.55 573,164 110,968 19.36 626,668 124,401 19.85 Belanja Barang 569,828 33,598 5.90 496,725 39,019 7.86 688,553 57,743 8.39 Belanja Subsidi - - - 1,200 - - 1,200 - -Belanja Hibah 317,329 67,318 21.21 519,242 83,835 16.15 552,620 124,519 22.53 Belanja Bantuan Sosial 20,000 - - 1,500 - - 410 - -Belanja Bantuan Keuangan 72,380 - - 31,280 - - 11,280 - -II Belanja Modal 509,774 7,418 1.46 651,429 57,127 8.77 744,468 68,349 9.18

Belanja Tanah 97,717 3,344 3.42 32,839 - - 41,659 10,755 25.82 Belanja Peralatan dan Mesin 75,526 2,702 3.58 75,035 5,217 6.95 117,148 6,616 5.65 Belanja Bangunan dan Gedung 150,284 1,318 0.88 152,080 213 0.14 148,820 1,309 0.88 Belanja Jalan, Irigasi, dan Jaringan 183,509 29 0.02 388,578 51,694 13.30 434,078 49,499 11.40 Belanja Aset Tetap Lainnya 2,738 25 0.91 2,896 3 0.10 2,764 170 6.15 III Belanja Tak Terduga 10,000 1,500 15.00 5,000 - - 10,000 - -IV Transfer 362,250 - - 362,250 86,866 23.98 425,568 89,565 21.05 BELANJA APBD-P 2016 (Rp Juta) Realisasi APBD-P Triwulan I - 2016 Realisasi APBD-P Triwulan I - 2015 No Uraian APBD-P 2014 (Rp Juta) Realisasi APBD-P Triwulan I - 2014 APBD-P 2015 (Rp Juta) 0%0% 0%

2014

Dana Bagi Hasil Pajak dan Bukan Pajak

5%

90% 5%

2015

Dana Alokasi Umum

5%

70% 25%

2016

Dana Alokasi Khusus

Berdasarkan proporsinya, sebagian besar Dana Perimbangan ditopang oleh Dana Alokasi Umum (70%), diikuti dengan Dana Alokasi Khusus (25%) dan Dana Bagi Hasil Pajak dan Bukan Pajak (5%). Dilihat dari perkembangan selama dua tahun terakhir, porsi realisasi Dana Alokasi Umum sepanjang Triwulan I memiliki kecenderungan yang menurun setiap tahunnya, dari 90% di tahun 2014, menjadi 70% di tahun 2016.

2.1.2 Belanja Daerah

Dari sisi belanja, nilai pagu anggaran APBD-P 2016 mencapai Rp3,06 triliun dengan nilai realisasi pada periode Triwulan I sebesar Rp464,58 juta (15,18%). Nilai realisasi belanja pada periode laporan tercatat mengalami peningkatan dibandingkan dengan periode yang sama di tahun sebelumnya, yaitu sebesar 14,30%. Anggaran belanja daerah mencerminkan potret pemerintah daerah dalam menentukan skala prioritas yang akan dilaksanakan dalam satu tahun anggaran.

Berdasarkan klasifikasi belanja operasi - modal, porsi realisasi belanja masih didominasi oleh Belanja Operasi (66%), diikuti dengan Belanja Modal (15%), dan Transfer (19%). Dilihat dari

Grafik 2.1.

Porsi Komponen Pembentuk Dana Perimbangan Pada Pendapatan Daerah Sulawesi Utara Periode Triwulan I 2014 - 2016

Sumber: Badan Pengelola Keuangan dan Barang Milik Daerah (BPKBMD) Sulawesi Utara, diolah

Sumber: Badan Pengelola Keuangan dan Barang Milik Daerah (BPKBMD) Sulawesi Utara, diolah

Tabel 2.3.

(26)

96% 3%

0.70% 0%

2014

Belanja Operasi Belanja Modal

62% 15%

0.00% 23%

2015

Belanja Tak Terduga

66% 15% 0.00% 19% 2016 Transfer Nominal (Rp Juta) % Nominal (Rp Juta) % Nominal (Rp Juta) % 2,452,619 213,538 8.71 2,641,789 377,814 14.30 3,060,767 464,576 15.18 I Belanja Tidak Langsung 1,327,670 167,594 12.62 1,462,144 278,907 19.08 1,595,460 335,254 21.01 Belanja Pegawai 545,711 98,776 18.10 541,672 108,206 19.98 594,381 121,170 20.39 Belanja Subsidi - - - 1,200 - - 1,200 - -Belanja Hibah 317,329 67,318 21.21 519,242 83,835 16.15 552,620 124,519 22.53 Belanja Bantuan Sosial 20,000 - - 1,500 - - 410 - -Belanja Bagi Hasil 362,250 - - 362,250 86,866 23.98 425,568 89,565 21.05 Belanja Bantuan Sosial 72,380 - - 31,280 - - 11,280 - -Belanja Tidak Terduga 10,000 1,500 15.00 5,000 - - 10,000 - -II Belanja Langsung 1,124,948 45,944 4.08 1,179,646 98,907 8.38 1,465,307 129,322 8.83

Belanja Pegawai 45,346 4,928 10.87 31,492 2,762 84.87 32,286 3,230 10.01 Belanja Barang dan Jasa 569,828 33,598 5.90 496,725 39,019 45.31 688,553 57,743 8.39 Belanja Modal 509,774 7,418 1.46 651,429 57,127 45.31 744,468 68,349 9.18 Surplus (Defisit) (123,284) (25,511) (84,234) 293,959 (59,012) 247,352 Realisasi APBD-P Triwulan I - 2015 No Uraian APBD-P 2014 (Rp Juta) Realisasi APBD-P Triwulan I - 2014 APBD-P 2015 (Rp Juta) BELANJA APBD-P 2016 (Rp Juta) Realisasi APBD-P Triwulan I - 2016

perkembangan selama tiga tahun terakhir, porsi belanja modal mengalami peningkatan setiap tahunnya. Hal ini mengindikasikan bahwa arah kebijakan pemerintah daerah Sulawesi Utara yang mulai memberikan perhatian lebih terhadap pengembangan infrastruktur dalam rangka membangun ekonomi daerah.

Selain klasifikasi operasi-modal, kinerja belanja daerah juga dapat diklasifikasikan dengan metode langsung-tidak langsung. Belanja langsung adalah dana yang dibelanjakan karena adanya program dan kegiatan yang memiliki dampak langsung. Sedangkan belanja tidak langsung belanja yang tidak berkenaan atau tidak dipengaruhi secara langsung oleh program dan kegiatan yang dirancang oleh pemerintah daerah.

Tabel 2.4.

Kinerja Belanja Daerah Provinsi Sulawesi Utara Periode Triwulan I 2014 2016 (Klasifikasi Langsung-Tidak Langsung)

Sumber: Badan Pengelola Keuangan dan Barang Milik Daerah (BPKBMD) Sulawesi Utara, diolah Sumber: Badan Pengelola Keuangan dan Barang Milik Daerah (BPKBMD) Sulawesi Utara, diolah

Grafik 2.2.

(27)

78% 22%

2014

Belanja Tidak Langsung

74% 26%

2015

Belanja Langsung 72% 28%

2016

Realisasi Belanja Tidak Langsung pada periode laporan tercatat sebesar Rp335,25 juta (21,01%), atau menunjukkan perkembangan dibandingkan dengan periode yang sama di tahun sebelumnya, yaitu sebesar Rp278,91 juta (19,08%). Sejalan dengan hal tersebut, realisasi Belanja Langsung juga mengalami peningkatan dari sebesar Rp98,91 juta (8,38%) sepanjang Triwulan I - 2015 menjadi Rp129,33 juta (8,83%) sepanjang Triwulan I-2016.

Dilihat dari porsinya, realisasi belanja pada periode laporan didominasi oleh belanja tidak langsung (72%), diikuti dengan belanja langsung (28%). Perkembangan selama tiga tahun terakhir menunjukkan bahwa porsi belanja tidak langsung memiliki kecenderungan yang menurun setiap tahunnya. Hal ini mengindikasikan bahwa setiap tahunnya, program dan kegiatan yang dilakukan oleh Pemerintah Daerah Provinsi Sulawesi Utara diarahkan agar memiliki dampak langsung terhadap pembangunan daerah.

Sumber: Badan Pengelola Keuangan dan Barang Milik Daerah (BPKBMD) Sulawesi Utara, diolah

Grafik 2.3.

Porsi Komponen Pembentuk Belanja Daerah Sulawesi Utara Periode Triwulan I 2014 2016 (Klasifikasi Langsung-Tidak Langsung)

(28)

BAB III. PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH

Memasuki awal tahun 2016, tekanan inflasi tahunan Sulawesi Utara yang diwakili oleh inflasi Kota Manado relatif mengalami penurunan sehingga tercatat semakin mendekati level nasional maupun KTI. Inflasi Sulut pada triwulan I 2016 tercatat sebesar 4,9% (yoy) lebih rendah dibandingkan dengan triwulan IV 2015 yang tercatat sebesar 5,56% (yoy). Level inflasi triwulan laporan juga tercatat lebih rendah dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya dimana inflasi Sulut tercatat sebesar

7,99% (yoy). Menurunnya tekanan inflasi tahunan Sulut terutama disebabkan oleh koreksi harga pada kelompok administered prices dan volatile food di tengah tekanan inflasi inti yang masih minimal seiring belum kuatnya tekanan permintaan di awal tahun. Meski mengalami penurunan, level inflasi tahunan Sulut pada triwulan laporan masih tercatat lebih tinggi dibandingkan nasional dan KTI yang tercatat sebesar 4,45% (yoy) dan 4,72% (yoy).

Secara bulanan, deflasi terjadi selama 3 (bulan) berturut-turut di Sulawesi Utara. Kondisi ini dipengaruhi oleh normalisasi harga khususnya pada komoditas volatile food pasca perayaan hari besar keagamaan pada bulan Desember 2015. Kondisi tersebut diikuti dengan koreksi harga pada kelompok administered prices terutama tarip listrik dan angkutan udara seiring masih rendahnya harga minyak dunia.

Koordinasi pengendalian inflasi tahun 2016 perlu tarsus ditingkatkan. Kondisi ini mengingat level inflasi Sulut yang masih berada di atas nasional maupun KTI. Berbagai upaya pengendalian inflasi telah dilakukan sepanjang triwulan I 2016. Diantaranya adalah pemetaan inflasi pada 15 Kab/Kota se-Sulawesi Utara untuk mengetahui penyebab presistensi kenaikkan harga serta keterkaitan harga pada masing-masing Kab/Kota khususnya dengan Kota Manado sebagai kota perhitungan IHK. Selain itu, berbagai komitmen telah disepakati dalam rapat TPID untuk mengoptimalkan fungsi tim teknis TPID dengan pembentukan dedicated team, Gerakan Rica Rumah, Optimalisasi PIHBS, Optimalisasi Peran Bulog serta peningkatan efektifitas komunikasi ekspektasi pada masyarakat.

Grafik 3.1

Laju Inflasi Tahunan Kota Manado dan Nasional

Gambar

Tabel 1.1. Pertumbuhan Sektoral (%, yoy)
Grafik 1.5. Indeks Penjualan Riil
Grafik 1.8. Perkembangan Kredit Kendaraan Bermotor
Tabel 1.2. Perkembangan Realisasi Anggaran Proyek Strategis APBN
+7

Referensi

Dokumen terkait

Merendah di sisi belakang kemudian meninggi dengan kenaikan sudut yang !ukup tajam pada area (asade menjadi sebuah ungkapan kehati#hatian untuk menunjukkan eksistensinya

Kenapa nol? Jarak masing-masing muatan ke titik P adalah sama dan besar muatan juga sama, separuh positif dan separuh lagi negatif sehingga jika dimasukkan angkanya hasilnya

Desinfektan adalah bahan kimia yang digunakan untuk mencegahterjadinya infeksi atau pencemaran jasad renik seperti bakteri dan virus, jugauntuk membunuh atau menurunkan

Grafik pengaruh faktor C terhadap beban maksimum Berdasarkan Gambar diatas, dapat dilihat pada grafik bahwa rasio tulangan 0,8 % berada dibawah dari rasio tulangan 1,6 %

Pertanyaan juri dan peserta (jika ada) direspons dengan jawaban yang memadai, tidak bertele-tele, sesuai dalam hal kapan jawaban perlu dijawab secara lugas dan kapan jawaban

kegiatan perburuan, konversi lahan yang dapat dilakukan dengan cara mengubah fungsi kawasan menjadi perkebunan, persawahan, permukiman dan lain sebagainya, serta kegiatan

Dari hasil SGOT dan SGPT nampak bahwa temulawak mampu mencegah kenaikan kadar SGOT, SGPT akibat pemberian parasetamol dosis toksik.Tanaman herbal yang sering