• Tidak ada hasil yang ditemukan

STABILITAS KEUANGAN DAERAH

Membaiknya perekonomian Sulawesi Utara tidak disertai dengan peningkatan kinerja perbankan. Indikator utama perbankan pada triwulan laporan yaitu DPK dan Kredit tercatat tumbuh melambat dibandingkan triwulan sebelumnya. Disisi lain, pertumbuhan Aset yang tidak disertai dengan pertumbuhan kredit, menyebabkan bank umum harus mengalokasikan aktiva produktifnya dengan baik agar tidak terjadi idle Money.

Disisi suku bunga, suku bunga DPK tercatat menunjukkan penyesuaian yang searah dengan penurunan BI Rate yang terjadi selama 3 (tiga) bulan berturut-turut pada periode laporan. Adapun suku bunga kredit yang masih menunjukkan peningkatan mengindikasikan transmisi penetapan kebijakan penurunan BI Rate terhadap penyesuaian bunga perbankan ke level konsumen untuk suku bunga kredit memiliki lag yang lebih lama dibandingkan penyesuaian suku bunga DPK. Sementara itu, ditengah perlambatan tersebut, fungsi intermediary perbankan yang tercermin dari Loan to Deposit Ratio (LDR) tercatat mengalami penurunan, meski demikian angka LDR tersebut masih berada di atas level yang ideal. Hal tersebut turut dibayangi dengan menurunnya kualitas kredit perbankan. Rasio NPL meningkat pada triwulan laporan, dari 3,33% pada triwulan sebelumnya menjadi 3,62% pada triwulan laporan.

4.1. PERKEMBANGAN INDIKATOR UTAMA BANK UMUM

Pada triwulan laporan, aset perbankan Sulawesi Utara tercatat sebesar Rp38,5 triliun, tumbuh lebih baik menjadi sebesar 10,62% (yoy) dibanding triwulan sebelumnya yang hanya sebesar 8,01% (yoy). Namun demikian, peningkatan tersebut tidak diimbangi dengan kinerja penyaluran kredit. Dibandingkan triwulan sebelumnya dimana pertumbuhan , pertumbuhan kredit tumbuh melambat hanya sebesar 12,25% (yoy), lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya yang mampu tumbuh sebesar 16,67%.

Grafik 4.1.1

Perkembangan Aset, DPK, Kredit, LDR dan BI Rate

Membaiknya kondisi perekonomian Sulawesi Utara (dari 5,57% menjadi 5,96%) kenyataannya belum mampu mendorong perbankan untuk lebih lagi menyalurkan dananya kepada masyarakat, baik sektor korporasi maupun rumah tangga. Hal ini turut dipengaruhi oleh turut melambatnya pengimpunan dana. Pada periode laporan perbankan hanya mampu menghimpun DPK sebesar Rp21,5 triliun, dari sebelumnya sebesar 22,3 triliun atau tumbuh melambat sebesar 5,74% (yoy) dibandingkan triwulan sebelumnya yang yang mampu tumbuh sebesar 9,54% (yoy).

Disisi LDR, peningkatan kredit yang lebih besar daripada peningkatan DPK terus berlanjut sejak triwulan II 2015 membuat LDR tetap bertahan diatas 100%, pada triwulan laporan LDR tercatat menjadi 137,6% dari 135,7% pada triwulan sebelumnya dan 129,6% pada triwulan yang sama tahun sebelumnya. Dari segi kualitas kredit, penurunan kualitas yang tercermin dari meningkatnya rasio NPL menjadi 3,62% dibandingkan triwulan sebelumnya yang hanya sebesar 3,33%, serta dibandingkan triwulan yang sama tahun sebelumnya yaitu 3,39%. Namun rasio tersebut masih dibawah angka NPL indikatif (5%)

Secara spasial, penyaluran kredit Bank Umum masih terkonsentrasi di Kota Manado yang mendominasi pangsa penyaluran kredit hingga 48,73%, dimana sisanya terdistribusi ke Kab/Kota penopang perekonomian Sulawesi Utara yaitu Kab. Minahasa sebesar 9,91%, Kota Bitung sebesar 8,36% dan Kab. Bolaang Mongondow 6,97% dan 26,04% lainnya ke 11 Kab/Kota yang ada. NPL masing-masing Kab/Kota secara umum masih relatif terjaga (dibawah ambang batas 5%), tercatat hanya terdapat 2 (dua) Kab/Kota dengan rasio NPL diatas 5%, yaitu Kota Bitung (5,14%) dan Kab. Minahasa Tenggara yang mencapai (19,76%), yang utamanya disumbangkan dari jenis kredit konsumtif.

Kota Manado 48,37% Kota Kotamobagu 2,59% Kota Bitung 8,36% Kota Tomohon 3,96% Kab. Sangihe 4,74% Kab. Minahasa 9,91% Kab. Bolmong 6,97% lainnya 15,12% Grafik 4.1.2

Proporsi Kredit Bank Umum secara spasial

Sumber: Kantor Perwakilan Bank Indonesia Prov. Sulut

19,76%

5,14%

0,00% 5,00% 10,00% 15,00% 20,00%

Kab. Minahasa Kab. Bolaang Mongondow Kab. Kepulauan Sangihe Kab. kepulauan Talaud Kab. Minahasa Selatan Kab. Minahasa Utara Kab. Minahasa Tenggara Kab. Bolaang Mongondow Utara Kab. Kepulauan Sitaro Kab. Bolaang Mongondow Selatan Kab. Bolaang Mongondow Timur Kota Menado Kota Kotamobagu Kota Bitung Kota. Tomohon

Grafik 4.1.3 NPL Bank Umum Spasial

4.2. PERKEMBANGAN ASET DAN AKTIVA PRODUKTIF

Pertumbuhan total aset bank umum Sulawesi Utara di triwulan I 2016 meningkat dari 8,01% (yoy) menjadi 10,62% (yoy). Jika dilihat berdasarkan kelompok bank, seluruh kelompok tumbuh lebih baik dibandingkan periode sebelumnya. Bank Pemerintah Daerah yang pada triwulan sebelumnya terkontraksi 3,51% (yoy) telah mencatatkan pertumbuhan positif sebesar 3,63% (yoy) pada periode ini. Untuk Bank Asing dan Bank Campuran, meski masih tercatat mengalami kontraksi sebesar 1,25% (yoy) namun sudah mencatatkan perbaikan dari periode sebelumnya yang terkontraksi lebih dalam hingga 17,51% (yoy). Bank Swasta Nasional yang pada triwulan sebelumnya hanya mampu tumbuh sebesar 4,6% (yoy) kini dapat tumbuh lebih baik hingga sebesar 6,32%. Adapaun Bank Persero tumbuh tipis ke angka 19,18% (yoy) dari periode sebelumnya 18,35% (yoy).

Pertumbuhan aset yang tidak disertai dengan pertumbuhan kredit, menyebabkan bank umum harus mengalokasikan aktiva produktifnya dengan baik agar tidak terjadi idle money. Pada periode ini, kelebihan dana tersebut dialokasikan dalam bentuk penempatan pada bank lain (membaik dari dari -73% yoy pada triwulan sebelumnya menjadi 71%), penempatan pada Bank Indonesia (membaik dari -5% yoy menjadi 7% yoy) dan penempaatan pada bank lain (membaik dari -47% yoy menjadi -22% yoy) sehingga meningkatkan cadangan likuiditas bank umum di Sulawesi Utara.

4.3. PERKEMBANGAN SUKU BUNGA KREDIT DAN DPK BANK UMUM

BI Rate adalah suku bunga kebijakan yang mencerminkan stance kebijakan moneter yang ditetapkan oleh Bank Indonesia. Pada 14 Januari 2016, BI Rate untuk pertama kalinya mengalami penurunan sebesar 25bps menjadi 6,75% sejak bertahan pada level 7,0% sejak 17 Februari 2015. Hingga akhir periode laporan BI rate tercatat mengalami penurunan setiap bulannya sebesar 25bps, hingga pada 17 Maret 2016 ditetapkan menjadi 6,75%. Namun demikian, suku bunga

Grafik 4.2.1

Perkembangan Aset Bank Umum

-30 -20 -10 0 10 20 30 40 50 0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20

I II III IV I II III IV I II III IV I 2013 2014 2015 2016

Total Aset Bank Persero Bank Swasta Nasional

Bank Campuran Bank Pemerintah daerah

Sumber: Kantor Perwakilan Bank Indonesia Prov. Sulut

Grafik 4.2.2 Proporsi Aset Bank Umum

kredit maupun DPK masih bergerak moderat dikarenakan transmisi kebijakan BI Rate khususnya penurunan suku bunga yang cenderung memiliki lag untuk memengaruhi suku bunga perbankan. Pada triwulan laporan, suku bunga kredit tercatat mengalami penurunan yang tidak signifikan, dimana pada periode sebelumnya tercatat 12,92% menjadi 12,87% pada periode laporan.

Disisi lain, suku bunga simpanan deposito dan tabungan tercatat mulai mengalami penurunan. Jika dibandingkan dengan triwulan lalu, suku bunga simpanan dan deposit mulai bergerak turun menjadi masing-masing sebesar 0,13% dan 0,09% menjadi 1,61% dan 7,07%. Sedangkan suku bunga giro tercatat meningkat sebesar 0,02% menjadi 1,61%.

4.4. PERKEMBANGAN DPK BANK UMUM

DPK tumbuh melambat sebesar 5,74% (yoy) dibandingkan triwulan sebelumnya yang mampu tumbuh 9,54%. Kondisi perekonomian Sulawesi Utara yang membaik mengindikasikan sikap ekspansif pengusaha pada awal tahun dengan menggunakan dana simpanan di bank yang cukup memengaruhi posisi DPK pada triwulan laporan. Nominal DPK yang dihimpun bank umum sampai dengan triwulan I 2016 mencapai Rp21,5 triliun, lebih sedikit dibandingkan triwulan sebelumnya Rp22,3 trilliun.

Perlambatan pertumbuhan terjadi di seluruh komponen DPK. Giro tercatat tumbuh melambat dari sebelumnya 35,54% (yoy), pada triwulan ini hanya tumbuh sebesar 30,17% (yoy). Adapun Deposito mengalam kontraksi yang lebih dalam pada triwulan ini, penurunan suku bunga deposito yang terjadi sejak triwulan I 2015 menyebabkan komponen dana mahal tersebut

Grafik 4.4.1

Perkembangan Giro, Tabungan dan Deposito

Sumber: Kantor Perwakilan Bank Indonesia Prov. Sulut

Grafik 4.3.2

Perkembangan Suku Bunga Perbankan

Sumber: Kantor Perwakilan Bank Indonesia Prov. Sulut

Grafik 4.3.1

Perkembangan Suku Bunga DPK

Sumber: Kantor Perwakilan Bank Indonesia Prov. Sulut

0 2 4 6 8 10 12 14 0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 2011 2012 2013 2014 2015 % %

spread (sb.kanan) BI Rate r kredit r DPK

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 2011 2012 2013 2014 2015 2016 %

r giro r tabungan r deposito

menjadi kurang menarik bagi masyarakat yang ingin menginvestasikan kelebihan dananya. Hal tersebut diindikasi menjadi penyebab tumbuh negatifnya komponen Deposito pada triwulan ini sebesar 8,77% (yoy) dari periode sebelumnya yang hanya terkontraksi sebesar 0,82%.

Sementara itu, komponen DPK lainnya yakni Tabungan tumbuh melambat dari sebelumnya sebesar 8,49% (yoy) pada Triwulan IV 2015, kini hanya tumbuh sebesar 7,84% (yoy). Turunnya suku bunga rata-rata tertimbang tabungan dari 1,70% menjadi 1,61% serta peningkatan kebutuhan dana masyarakat selama triwulan I 2015 menjelang perayaan hari raya imlek dan pembelian kebutuhan sekolah menjelang

dimulainya semester baru. Berdasarkan proporsinya, komponen DPK masih didominasi oleh Tabungan sebesar Rp9,4 trilliun (43,87%), disusul Deposito sebesar Rp7,07 triliun (32,83%) dan Giro sebesar Rp5,01 triliun (23,30%).

Lebih lanjut, komposisi penempatan DPK di Sulawesi Utara berdasarkan jenis bank sedikit mengalami perubahan. Meski penempatannya masih di dominasi oleh Bank Persero yakni dengan share sebesar 46,70%), namun sharenya tercatat berkurang dibandingkan triwulan sebelumnya yang mendominasi lebih dari setengah jumlah DPK yaitu 52%.

Disisi lain, BPD yang sebelumnya hanya memiliki share sebesar 16% terhadap total DPK Sulawesi Utara pada triwulan ini tercatat sebesar 22,79%. Adapun Bank Swasta Nasional dan Bank Campuran memilik share masing-masing sebesar 28,64% dan 1,87%. Pertumbuhan DPK kelompok Bank Asing dan Campuran dan BPD pada periode tumbuh lebih baik dibandingkan triwulan sebelumnya, yaitu masing-masing sebesar 0,35% (yoy) dan 6,69% (yoy) dari sebelumnya -17,5% (yoy) dan 6,0% (yoy). Meski demikian, komposisinya yang tidak mendominasi pembentukan DPK, belum mampu mengimbangi perlambatan pertumbuhan DPK pada kelompok Bank Persero yang mendominasi komponen DPK yang hanya tumbuh sebesar 5,89% (yoy) dari sebelumnya 14,72% (yoy) dan Bank Swasta Nasional yang juga melambat, sebesar 5,13% (yoy) dari periode sebelumnya 5,45% (yoy). Perlambatan pada kelompok Bank Persero tersebut utamanya dari komponen Giro, pada triwulan sebelumnya tumbuh sebesar 70,75% (yoy) saat ini hanya tumbuh sebesar 26,17% (yoy). Perlambatan pertumbuhan Giro tersebut didorong realisasi belanja pemerintah pada periode ini tercatat mengalami peningkatan dibandingkan dengan periode yang sama di tahun sebelumnya, yaitu sebesar 14,30%.

23,30% 32,83% 43,87% Giro Deposito Tabungan Grafik 4.4.2 Komposisi DPK Bank Umum

4.5. PERKEMBANGAN PEMBIAYAAN BANK UMUM

4.5.1. KETAHANAN SEKTOR KORPORASI

Kredit produktif perbankan di Sulawesi Utara pada triwulan laporan tercatat sebesar Rp11,84 triliun, tumbuh sebesar 14,8% (yoy) lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 15,46% (yoy). Secara sektoral, kredit pada sektor perdagangan besar dan eceran sebagai sektor terbesar dalam komposisi penyaluran kredit (56,62%) tumbuh positif menjadi sebesar 7,98% (yoy) dari sebelumnya hanya tumbuh 5,8% (yoy). Namun demikian, pertumbuhan tersebut tidak dapat mendorong pertumbuhan kredit secara agregat dikarenakan perlambatan pertumbuhan hampir terjadi di seluruh sektor yang ada. Perlambatan tersebut utamanya disebabkan oleh terkontraksinya kinerja kredit pada sektor Industri Pengolahan pada triwulan ini sebesar 6,75% (yoy) serta perlambatan pertumbuhan sektor konstruksi yang hanya tumbuh sebesar 2,59% (yoy) pada triwulan ini dari sebelumnya 8,4% (yoy). Melambatnya pertumbuhan pembiayaan sektor konstruksi juga sejalan dengan perlambatan kinerja sektor konstruksi pada PDRB Sulawesi Utara pada periode laporan. Perlambatan juga terjadi pada sektor transportasi dan pergudangan yang pada triwulan sebelumnya mampu tumbuh hingga 29,5% (yoy) kini hanya tumbuh sebesar 12,33% (yoy).

menstimulus tumbuhnya kredit di sektor penopang pariwisata yaitu sektor penyediaan akomodasi dan makan minum ditengah perlambatan pembiayaan diberbagai sektor. Sektor penyediaan akomodasi dan makan minum tercatat tumbuh sebesar 6,0% (yoy) lebih baik dari triwulan sebelumnya yang sebesar 5,3% (yoy). Disisi lain, masih berlanjutnya realisasi program pemerintah dalam mengatasi masalah kelistrikan dan penyediaan air bersih, juga mendorong pertumbuhan realisasi pembiayaan pada sektor Pengadaan Listrik, Gas & Produksi Es dan Pengelolaan Air, Sampah, Limbah & Daur Ulang yang tercatat tumbuh masing-maisng sebesar 676,6% (yoy) dan 7,12% (yoy) pada triwulan ini dari sebelumnya sebesar 432,6% (yoy) dan 7,5% (yoy).

Dari komposisinya, sektor perdagangan besar dan eceran sebagai sektor terbesar kedua pembentuk PDRB Sulawesi Utara masih menjadi sektor yang mendominasi penyaluran kredit produktif di Sulawesi Utara. Pada triwulan laporan, share kredit sektor tersebut meningkat cukup signifikan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yaitu dari sebesar 31,8% menjadi 56,62%. Sama halnya dengan sektor perdagangan

Grafik 4.5.1

Proporsi Kredit Sektoral di Sulawesi Utara

Sumber: Kantor Perwakilan Bank Indonesia Prov. Sulut

Pertanian, Kehutanan & Perikanan 5% Pertambangan & Penggalian 10% Industri Pengolahan 6% Konstruksi 6% Perdagangan Besar

& Eceran, Reparasi Mobil & Sepeda

Motor 57% Transportasi & Pergudangan 3% Penyediaan Akomodasi & Makan Minum 4% Lain-lain 9%

besar dan eceran, share kredit sektor pertambangan terhadap total kredit produktif yang disalurkan di Sulawesi Utara meningkat menjadi sebesar 10,31% dari sebelumnya hanya sebesar 6,25%dan menjadi sektor terbesar kedua penerima pembiayaan bank umum di Sulawesi Utara untuk sektor produktif, diikuti sektor konstruksi dengan share sebesar 6,34% dan industri pengolahan dengan share sebesar 6,03% yang lokasi proyeknya sebagian besar berada di Kota Bitung yang dikenal sebagai Kota Industri). Adapun share kredit sektor pertanian sebagai sektor utama penopang perekonomian Sulawesi Utara hanya memiliki share sebesar 4,55% hal ini dilatarbelakangi oleh kecemasan perbankan akan risiko kredit (NPL) pada sektor ini yang mencapai 9,89% (yoy) yang juga patut menjadi perhatian bersama, mengingat angka tersebut jauh diatas ambang batas rasio kredit bermasalah.

Meskipun secara umum mengalami perlambatan, pertumbuhan kredit produktif di Sulawesi Utara masih relatif lebih tinggi (14,78%) dibandingkan pertumbuhan total kredit (12,25%) serta pertumbuhan kredit non-produktif (10,65%) jika dilihat secara tahunan. Namun demikian, rasio NPL sektor produktif secara keseluruhan telah mencapai level 5,18%, hal ini perlu menjadi perhatian khusus mempertimbangkan rasio NPL kredit produktif dapat menjadi salah satu pendekatan yang mencerminkan ketahuan korporasi Sulawesi Utara yang tidak sebaik triwulan sebelumnya.

4.5.2. KETAHANAN SEKTOR RUMAH TANGGA

Kredit rumah tangga (konsumsi) di Sulawesi Utara pada triwulan I 2016 mencapai Rp17,78 triliun, 10,69% (yoy) atau lebih rendah dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 13,59% (yoy). Sementara itu pangsa kredit rumah tangga terhadap total kredit yang disalurkan perbankan masih mendominasi, yaitu sebesar 60,01% meski menurun dibandingkan periode sebelumnya yang mencapai 60,73%. Dari sisi penggunaan,

pangsa kredit rumah tangga masih didominasi oleh kredit Multiguna (76,1%), diikuti oleh kredit KPR (22,1%), KKB (1,2%) dan kredit perlengkapan rumah tangga (0,6%). Pertumbuhan hampir terjadi di seluruh jenis kredit konsumtif, kecuali kredit multiguna. KPR tumbuh meningkat sebesar 9,02% (yoy), dibandingkan triwulan sebelumnya hanya tumbuh sebesar 2,12% (yoy) yang diindikasi masih merupakan dampak pasca relaksasi kebijakan LTV. KKB juga tercatat tumbuh lebih tinggi menjadi sebesar 3,99% (yoy) dari periode sebelumnya sebesar 2,12% (yoy) yang terkonfirmasi melalui kinerja penjualan mobil yang mengalami peningkatan. Peningkatan juga

Grafik 4.5.2

Perkembangan Kredit Rumah Tangga

-200% 0% 200% 400% 600% 800% 1000% 1200% 1400% 1600% 1800% -50% 0% 50% 100% 150% 200%

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I

2011 2012 2013 2014 2015 2016

Total Kredit RT KPR KKB Multiguna Perlengkapan (sb.kanan)

terjadi pada realisasi kredit perlengkapan yang tumbuh positif hingga 184,24% (yoy) dari sebelumnya 117,81% (yoy). Namun demikian peningkatan pertumbuhan kredit tersebut, belum mampu mengimbangi perlambatan kredit multiguna sebagai jenis kredit dengan pangsa terbesar untuk kredit konsumtif. Kredit multiguna tumbuh lebih rendah pada periode ini sebesar 10,805 (yoy) dibandingkan periode sebelumnya 14,02% (yoy).

Di sisi lain, kualitas kredit rumah tangga pada triwulan laporan menujukkan menurunnya kualitas kredit dibandingkan triwulan sebelumnya. Hal tersebut tercermin dari peningkatan rasio NPL menjadi 2,57% dari 2,39%. Penurunan kualitas kredit terjadi pada seluruh jenis kredit rumah tangga. Namun dilevel yang masih terjaga kecuali KPR, yang rasio NPLnya telah mencapai 5,22%

4.6. PEMBIAYAAN SEKTOR USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH (UMKM)

Perkembangan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) sebagai salah satu pelaku ekonomi yang memegang peranan dalam perekonomian Sulawesi Utara tidak terlepas dari dukungan perbankan dalam penyaluran kredit kepada UMKM. Kredit UMKM adalah kredit kepada debitur usaha mikro, kecil dan menengah yang memenuhi definisi dan kriteria usaha mikro, kecil dan menengah sebagaimana diatur dalam UU No. 20 tahun 2008 tentang

UMKM. Berdasarkan UU tersebut, UMKM adalah usaha produktif yang memenuhi kriteria usaha dengan batasan tertentu pada nilai kekayaan bersih dan hasil penjualan tahunan. Sejalan dengan perlambatan kinerja kredit secara umum, pertumbuhan kredit UMKM di Sulawesi Utara turut mengalami perlambatan pada triwulan laporan sebesar 2,45% (yoy) dibanding 5,88% (yoy) pada triwulan sebelumnya. Pertumbuhan tersebut merupakan pertumbuhan terendah kredit UMKM sejak akhir periode 2013. Pangsa kredit UMKM terhadap total kredit yang disalurkan bergerak moderat, dari triwulan sebelumnya 25,63% kini menjadi 25,69% dengan nominal mencapai Rp7,61 triliun.

Grafik 4.6.1

Perkembangan Kinerja Kredit UMKM Grafik 4.5.3

Perkembangan NPL Kredit Rumah Tangga

Sumber: Kantor Perwakilan Bank Indonesia Prov. Sulut

0% 1% 2% 3% 4% 5% 6% 7%

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I

2011 2012 2013 2014 2015 2016

NPL Total Kredit RT NPL KPR

NPL KKB NPL Perlengkapan

NPL Multiguna

Sementara itu, ditengah pergerakan moderat kredit UMKM, kualitas kreditnya tercatat mengalami penurunan yang tercermin dari meningkatnya rasio NPL menjadi sebesar 6,47% dimana pada periode sebelumnya sebesar 5,81%. Sejak triwulan I 2015 rasio NPL Kredit UMKM terus bergerak diatas ambang batas level aman (>5%) sehingga perlu terus dicermati bersama demi menjaga keberlanjutan UMKM.

Suku bunga kredit UMKM menurun menjadi 13,81% dari 14,34% pada triwulan sebelumnya, sejalan dengan menurunnya suku bunga tertimbang kredit total. Hal ini membuat spread antara rata-rata suku bunga kredit UMKM dengan rata-rata suku bunga total kredit menjadi berkurang yang dapat diharapkan kedepannya dapat berpengaruh positif terhadap penyaluran pembiayaan ke sektor UMKM yang sejalan dengan kebijakan Bank Indonesia melalui PBI No. 14/22/PBI/2012 yang mewajibkan Bank Umum untuk menyalurkan kreditnya kepada sektor UMKM min.20% dari total kredit secara bertahap, yang diberlakukan sejak awal tahun 2015.

Grafik 4.6.2.

Perkembangan Suku Bunga Kredit UMKM

Sumber: Kantor Perwakilan Bank Indonesia Prov. Sulut

0,00% 0,20% 0,40% 0,60% 0,80% 1,00% 1,20% 1,40% 1,60% 1,80% 2,00% 12% 13% 14% 15% 16% 17% 18%

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I 2011 2012 2013 2014 2015 2016 Selisih Suku Bunga Kredit Total Suku Bunga Kredit UMKM

Dokumen terkait