• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN

5.1 Perkembangan Sistem Pembayaran Tunai 5.1.1 Penyediaan Uang Layak Edar

Bank Indonesia secara berkesinambungan terus berupaya untuk menjaga ketersediaan uang layak edar dalam jumlah dan nominal pecahan yang cukup. Dalam rangka penerapan clean money policy di daerah KPw Bank Indonesia Prov Sulut melakukan kegiatan penarikan uang lusuh, cacat, dan yang telah dicabut dan ditarik dari peredaran untuk selanjutnya disortir dan diganti dengan uang layak edar (ULE). Hal tersebut dilakukan untuk menjamin ketersediaan dan meningkatkan standar kualitas uang yang diedarkan ke masyarakat.

Pada triwulan laporan, terjadi peningkatan pemusnahan jumlah uang tidak layak edar seiring dengan meningkatnya inflow (grafik 5.1). Tercatat PTTB (Pemberian Tanda Tidak Berharga) pada triwulan laporan sebesar Rp0.90 triliun, meningkat 39.43% (qtq) dari triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar Rp0.65 triliun, meski secara persentase, rasio PTTB terhadap inflow mengalami penurunan. Penurunan rasio tersebut disebabkan oleh terjadinya growthinflow yang lebih tinggi (127% (qtq)) daripada growth PTTB (39.43% (qtq)) pada triwulan laporan dibanding triwulan sebelumnya.

Grafik 5.1 Perkembangan penarikan dan PTTB (Pemberian Tanda Tidak Berharga)

0 10 20 30 40 50 60 70 0 1 2 3 4

I II III IV I II III IV I II III IV I 2013 2014 2015 2016

%

Rp Triliun

Sumber : KPwBI Prov. Sulut

5.1.2 Perkembangan Aliran Uang Kartal

Pergerakan aliran masuk uang kartal dari masyarakat ke kas Bank Indonesia pada triwulan I 2016 masih mengikuti pola historisnya. Aliran uang kartal menunjukkan adanya peningkatan net-inflow dari triwulan sebelumnya dan dari triwulan yang sama tahun sebelumnya (grafik 5.2). Posisi net-inflow mengalami peningkatan signifikan yang mencapai 207% (qtq) dari sebelumnya net-outflow sebesar Rp1.67 triliun pada triwulan IV tahun 2015 menjadi net-inflow sebesar Rp1.79 triliun.

Seiring dengan meningkatnya aliran uang masuk ke Bank Indonesia, maka aliran uang keluar dari Bank Indonesia ke masyarakat dan perbankan (outflow) menunjukkan penurunan. Tercatat posisi outflow pada triwulan laporan sebesar Rp0.71 triliun, menurun 74.49% (qtq) dari triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar Rp2.77 triliun.

Meningkatnya net-inflow dan menurunnya outflow pada triwulan laporan merupakan imbas dari tingginya posisi net-outflow pada triwulan sebelumnya yang diakibatkan oleh tingginya kebutuhan masyarakat akan uang kartal pada triwulan tersebut. Hal tersebut sejalan dengan adanya faktor musiman yaitu tibanya hari raya Natal dan Tahun Baru. Selanjutnya, pada triwulan laporan, permintaan masyarakat akan uang kartal mulai mereda, yang ditandai dengan meningkatnya jumlah setoran ke bank.

Secara tahunan, perkembangan net-inflow menunjukkan peningkatan. Tercatat posisi net-inflow pada triwulan yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp1.63 triliun, meningkat 9.81% (yoy) pada triwulan laporan menjadi Rp1.79 triliun. Hal tersebut disebabkan karena growth pada inflow (8.58% (yoy) lebih tinggi daripada growth pada outflow (5.57% (yoy).

Grafik 5.2 Posisi net inflow dan net outflow 1,36 (0,43) (0,22) (1,55) 1,55 (0,17) (0,16) (1,57) 1,63 (0,31) (0,56) (1,67) 1,79 (4,00) (3,00) (2,00) (1,00) 1,00 2,00 3,00

I II III IV I II III IV I II III IV I

2013 2014 2015 2016

5.1.3 Perkembangan Temuan Uang Palsu

Pada triwulan I 2016 terjadi peningkatan cukup signifikan pada uang yang diragukan keasliannya di Sulut-Gorontalo. Tercatat total uang palsu yang ditemukan sebanyak 205 lembar, meningkat 144% (qtq) dari triwulan sebelumnya dan apabila dibandingkan dengan triwulan yang sama tahun sebelumnya meningkat sebesar 159.5% (yoy). Diperkirakan tingginya temuan uang palsu pada triwulan laporan disebabkan oleh tingginya jumlah uang beredar pada akhir tahun 2015 yang diiringi dengan tibanya musim liburan dan hari raya keagamaan Natal dan Tahun Baru yang mendorong terjadinya peningkatan aktivitas perekonomian masyarakat.

Berdasarkan jenis pecahan, mayoritas uang palsu yang ditemukan adalah pecahan jenis besar. Pecahan Rp100.000 sebanyak 181 lembar, Rp50.000 sebanyak 48 lembar, Rp20.000 sebanyak 7 lembar, dan Rp10.000 sebanyak 1 lembar.

Temuan uang palsu tersebut antara lain berasal dari setoran bank, setoran masyarakat ke bank melalui loket penukaran, kas titipan Bank Indonesia, kas keliling, serta dari temuan yang dilaporkan ke Bank Indonesia. Sepanjang tahun 2016, mayoritas temuan uang palsu berasal dari kota Manado (84%), Makassar (10%), Gorontalo (6%) dan selebihnya dari Kotamobagu dan Minahasa (1%).

Tabel 5.1 Temuan Uang Palsu di Sulut

Tabel 5.3 Temuan Uang Palsu di Sulut berdasarkan lokasi

2016

I II III IV I II III IV I II III IV I

Rp 100.000,- 29 30 24 51 140 118 203 187 67 56 42 56 181 Rp 50.000,- 37 34 10 15 9 6 12 24 12 11 16 25 48 Rp 20.000,- 3 0 0 0 0 0 4 2 0 0 0 1 7 Rp 10.000,- 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 2 1 Rp 5.000,- 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 Rp 1.000,- 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 Total 69 64 34 67 149 124 219 214 79 67 58 84 237 Pecahan 2013 2014 2015 84% 0% 6% 10% Manado Minahasa Kotamobagu Gorontalo Makassar

5.2 Perkembangan Sistem Pembayaran Non-Tunai

Perkembangan perekonomian yang semakin pesat menuntut ketersediaan layanan pembayaran yang tepat, handal dan aman yang mendukung aktivitas perekonomian dari masyarakat. Sistem pembayaran non tunai menjadi alternatif utama bagi masyarakat untuk dapat melakukan transaksi secara efisien dan aman. Sistem pembayaran non tunai yang diselenggarakan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Sulawesi Utara adalah SKNBI untuk transaksi retail value dan RTGS untuk transaksi high value. SKNBI memfasilitasi transaksi pembayaran non tunai masyarakat dengan menggunakan instrumen surat berharga yaitu cek, bilyet giro, wesel, nota debet, dan warkat debet lainnya yang disetujui oleh Bank Indonesia.

5.2.1 Perkembangan Transaksi SKNBI (Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia)

Sejalan dengan perkembangan uang kartal, perkembangan sistem pembayaran non-tunai yang diselenggarakan Bank Indonesia melalui SKNBI (Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia) juga mengikuti pola historisnya. Pada triwulan I 2016 transaksi melalui SKNBI menunjukkan perlambatan baik dari sisi volume maupun nominal transaksi. Perlambatan nilai transaksi diperkirakan dipicu oleh mulai meredanya aktivitas perekonomian pasca berakhirnya akhir tahun 2015 yang merupakan puncak tingginya aktivitas perekonomian.

Pada triwulan laporan, penyelesaian transaksi ritel melalui SKNBI tercatat sebanyak 102.698 DKE (Data Keuangan Elektronik) atau melambat sebesar 11.95% (qtq) dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 116.632 DKE. Secara nominal, nilai transaksi yang menggunakan SKNBI melambat sebesar 9.06% (qtq) menjadi Rp2.97 triliun dari triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar Rp3.26 triliun.

Secara rata-rata harian, nilai transaksi yang diproses SKNBI pada triwulan laporan mencapai Rp48.62 miliar per hari atau melambat sebesar 9.30% (qtq) dari triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar Rp53.60 miliar per hari. Sejalan dengan melambatnya nilai transaksi, jumlah volume transaksi per hari juga mengalami perlambatan. Tercatat rata-rata volume transaksi harian pada triwulan laporan sebesar 1.679 DKE per hari, melambat sebesar 10.76% (qtq) dari triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 1.881 DKE per hari.

Grafik 5.4 Perkembangan Kliring SulutGo Grafik 5.5 Pergerakan prosentase tolakan

Secara tahunan, volume DKE yang ditransaksikan melalui SKNBI menunjukkan perlambatan sebesar 4.37% (yoy) dari tahun sebelumnya yang tercatat sebesar 107.386 DKE. Sejalan, nilai transaksi juga menunjukkan perlambatan sebesar 5.14% (yoy) dari tahun sebelumnya yang tercatat sebesar Rp3.13 triliun.

Sementara itu, persentase jumlah penarikan cek dan BG kosong pada triwulan laporan mengalami peningkatan dari sisi volume meski dari sisi nilai mengalami penurunan dibandingkan triwulan sebelumnya. Tercatat nilai penarikan cek dan BG kosong pada triwulan laporan mencapai 3.08% dari total nilai yang dikliringkan, menurun dari triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 3.21%. Sedangkan volume penarikan cek dan BG kosong pada triwulan laporan sebesar 3.15%, meningkat dari triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 2.68% dari total yang dikliringkan.

Di wilayah kerja KPw Bank Indonesia Prov Sulut terdapat 5 KPWD (Koordinator Pertukaran Warkat Debit) yang terdiri dari 1 KPWD yang diselenggarakan oleh Bank Indonesia dan 4 KPWD Selain BI (Bitung, Kotamobagu, Tahuna dan Gorontalo). Dari seluruh KPWD yang berada di SulutGo, Kota Manado merupakan kota dengan pangsa transaksi kliring terbesar di SulutGo baik dari sisi nominal maupun sisi volume. Pada triwulan laporan, pangsa transaksi kliring Kota Manado tercatat sebesar 79.52% dari sisi volume dan 80.46% dari sisi nominal, meningkat dari triwulan sebelumnya yang tercatat masing-masing sebesar 78.53% dan 79.87% untuk volume dan nilai transaksi. 0 20 40 60 80 100 120 140 0,0 0,5 1,0 1,5 2,0 2,5 3,0

I II III IV I II III IV I II III IV I

2013 2014 2015 2016

Ribu Lembar Rp Triliun

Sumber : KPw BI Prov. Sulut

Nilai Volume (Sk Kanan)

0 1 2 3 4

I II III IV I II III IV I II III IV I

2013 2014 2015 2016

%

Sumber : KPw BI Prov. Sulut

BAB VI. PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN DAERAH

Dokumen terkait