• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perkembangan Kredit/Penyaluran Dana

BAB III. Perbankan Dan Sistem Pembayaran

A. Perkembangan Kelembagaan

3. Perkembangan Kredit/Penyaluran Dana

Penyaluran kredit oleh bank umum di Provinsi Jambi meningkat Rp857,0 miliar (3,4% (qtq)) yaitu dari Rp25,3 triliun pada triwulan sebelumnya menjadi Rp26,2 triliun (Tabel 3.5.). Pertumbuhan kredit tersebut lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan pada triwulan sebelumnya (2,0% (qtq)). Berdasarkan liaison yang dilakukan Bank Indonesia, peningkatan kredit tersebut seiring dengan meningkatnya optimisme dunia usaha atas pelantikan Presiden Republik Indonesia terpilih pada triwulan IV 2014 yang berlangsung dengan baik. Dunia usaha juga mengindikasikan pertumbuhan investasi meskipun masih relatif terbatas.

Jika dibandingkan triwulan yang sama tahun 2013, pertumbuhan penyaluran kredit pada triwulan IV 2014 hanya mencapai sebesar 11,0% (yoy), atau jauh melambat dibandingkan pertumbuhan triwulan IV 2013 yang dapat mencapai 22,5% (yoy).

Tabel 3.5 Perkembangan Kredit Bank Umum Provinsi Jambi

(dalam jutaan rupiah)

Sumber: LBU Bank Indonesia (diolah)

Berdasarkan Kelompok Bank, peningkatan jumlah kredit dialami oleh bank konvensional sebesar 3,8% (qtq) atau 12,4% (yoy), sementara bank syariah mengalami penurunan kredit sebesar 1,0% (qtq) atau 3,4% (yoy). Pangsa kredit bank

TW IV TW I TW II TW III TW IV q-t-q y-o-y Kelompok Bank 23,621,083 23,927,298 24,868,632 25,372,389 26,229,475 3.4% 11.0% 1 Bank Pemerintah 15,048,876 15,394,481 16,092,175 16,541,833 17,223,936 4.1% 14.5% 2 Bank Swasta*) 6,525,991 6,503,079 6,749,181 6,832,952 7,028,372 2.9% 7.7% 3 Bank Syariah 2,046,216 2,029,739 2,027,277 1,997,604 1,977,167 -1.0% -3.4% Jenis Penggunaan 23,621,083 23,927,298 24,868,632 25,372,389 26,229,475 3.4% 11.0% 1 Modal Kerja 7,548,969 7,558,597 8,035,392 8,187,856 8,517,472 4.0% 12.8% 2 Investasi 5,864,182 5,959,299 6,071,136 6,134,277 6,430,084 4.8% 9.7% 3 Konsumsi 10,207,932 10,409,402 10,762,104 11,050,256 11,281,919 2.1% 10.5% Sektor Ekonomi 23,621,083 23,927,298 24,868,632 25,371,531 26,229,475 3.4% 11.0% 1 Pertanian 4,031,009 4,231,411 4,551,324 4,623,883 4,844,114 4.8% 20.2% 2 Pertambangan dan Penggalian 96,338 114,741 136,051 149,907 137,590 -8.2% 42.8% 3 Industri 859,670 787,946 804,571 820,967 974,021 18.6% 13.3% 4 LGA 5,610 4,126 3,177 3,922 3,660 -6.7% -34.8% 5 Konstruksi 804,912 746,132 876,089 880,225 859,266 -2.4% 6.8% 6 Perdagangan Hotel dan Restoran 5,775,325 5,778,262 6,165,280 6,287,606 6,491,044 3.2% 12.4% 7 Pengangkutan dan Komunikasi 326,683 310,465 333,691 320,157 333,392 4.1% 2.1% 8

Keuangan,Real estate dan Jasa

Perusahaan 1,132,014 1,135,751 704,085 673,888 674,966 0.2% -40.4% 9 Jasa-jasa 381,591 409,063 403,233 482,693 544,056 12.7% 42.6% 10 Bukan Lapangan Usaha 10,207,932 10,409,402 10,891,132 11,128,283 11,367,367 2.1% 11.4%

2014

TRIWULAN IV 2014 | KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI 63

konvensional mencapai 92,5% sementara bank syariah sebesar 7,5%. Bank pemerintah mengalami kenaikan jumlah kredit yang signifikan secara tahunan yaitu 14,5% (yoy) sedangkan bank swasta hanya 7,7% (yoy) dimana kenaikan tersebut didominasi kenaikan kredit jenis penggunaan konsumsi sub sektor kredit kepemilikan rumah (KPR) dan multiguna.

Berdasarkan Jenis Penggunaan, kredit terbesar adalah kredit konsumsi yang mencapai 43,0%, diikuti dengan kredit modal kerja (32,5%) dan kredit investasi (24,5%). Secara triwulanan, pertumbuhan kredit tertinggi terjadi pada kredit investasi (4,8% (qtq)), diikuti kredit modal kerja (4,0% (qtq)) dan kredit konsumsi (2,1% (qtq)). Pertumbuhan kredit tersebut cenderung meningkat dibandingkan pertumbuhan kredit triwulan III 2014 (kredit investasi (1,0% (qtq)), kredit modal kerja (1,9% (qtq)), dan kredit konsumsi (2,7% (qtq)).

Dari liaison yang dilakukan ke dunia usaha, kenaikan kredit investasi tersebut didorong oleh pertumbuhan investasi pada mesin dan maintenance peralatan demi mencapai efisiensi biaya produksi. Hal tersebut dilakukan sebagai salah satu langkah antisipasi dalam meredam efek kenaikan harga BBM terhadap ongkos produksi dimana dunia usaha berusaha berhemat dengan mengoptimalkan kinerja dan produktifitas mesin.

Secara tahunan, kredit modal kerja, kredit konsumsi dan kredit konsumsi menunjukkan pertumbuhan masing-masing sebesar 12,8% (yoy), 10,5% (yoy) dan 9,7% (yoy), jauh melambat dibandingkan 2013.

Berdasarkan Sektor Ekonomi, pertumbuhan kredit terbesar terjadi pada sektor industri (18,6% (qtq)), jasa-jasa (12,7% (qtq)), pertanian (4,8%(qtq)) dan pengangkutan (4,1% (qtq)). Secara tahunan pertumbuhan kredit terjadi pada sektor pertambangan dan penggalian yang mencapai 42,8% (yoy) dan diikuti oleh sektor jasa-jasa (42,6% (yoy)), sektor pertanian (20,2% (yoy)), sektor industri ((13,3% (yoy)), sektor perdagangan, hotel dan restoran (12,4% (yoy)) dan sektor bukan lapangan usaha (11,4% (yoy)).

Kenaikan sektor pertambangan dan penggalian disebabkan kenaikan kredit modal kerja sub sektor pertambangan batubara, penggalian gambut, dan gasifikasi batubara dan jasa pertambangan minyak dan gas bumi. Kenaikan pada sektor

jasa-KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI |TRIWULAN IV 2014

64

jasa disebabkan menggeliatnya sektor jasa kesehatan dan kegiatan sosial yang mendorong peningkatan kredit modal kerja rumah sakit dan kredit investasi profesi dokter.

Sedangkan pada sektor pertanian, kenaikan kredit didorong permintaan yang meningkat atas kredit modal kerja dan investasi sub sektor perkebunan kelapa sawit dan sektor industri yang ditopang kredit investasi sub sektor industri minyak goreng dari kelapa sawit mentah. Hal ini sejalan dengan informasi yang didapat dari liaison yang dilakukan BI, dimana dunia usaha berusaha memanfaatkan momentum membaiknya harga jual CPO pada Oktober 2014 (menyusul meningkatnya harga sawit dunia yang turun sejak awal tahun 2014) namun terkendala pada pasokan bahan baku kelapa sawit yang tidak terlalu banyak. Kurangnya pasokan kelapa sawit tersebut disebabkan oleh musim puncak buah yang telah berlalu sehingga hasil produksi kelapa sawit dari perkebunan di sekitar Provinsi Jambi menurun dan kualitas buah yang dihasilkan pun tidak terlalu bagus.

Kenaikan sektor bukan lapangan usaha didorong oleh kenaikan kredit rumah tangga untuk keperluan pemilikan rumah tinggal (KPR) dan untuk keperluan multiguna.

Sementara itu, sektor keuangan, real estate dan jasa perusahaan dan sektor listrik, gas dan air mengalami penurunan. Penurunan kredit sektor keuangan,real estate dan jasa perusahaan tersebut disebabkan penurunan yang signifikan outstanding kredit sub sektor real estate perumahan sederhana perumnas yang sebelumnya pada triwulan IV 2013 sebesar Rp134,0 milyar menjadi hanya Rp4,7 milyar. Selain itu kualitas kredit pada sub sektor tersebut juga memburuk menjadi 16,1% dari 1,4% (triwulan IV 2013) yang disumbangkan oleh kredit jenis penggunaan investasi.

Namun berbanding terbalik dengan kredit pada sub sektor real estate perumahan sederhana perumnas yang mengalami penurunan, kredit pada sub sektor real estate perumahan sederhana - selain perumnas s.d. tipe 21, tipe 22 s.d. 70, dan sub sektor real estate perumahan menengah, besar atau mewah (tipe diatas 70) justru mengalami peningkatan yang signifikan masing-masing 464,5% (yoy), 516,8% (yoy) dan 320,9% (yoy). Kenaikan tersebut karena developer lebih tertarik

TRIWULAN IV 2014 | KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI 65

membangun perumahan komersil (non subsidi) yang memberikan margin yang lebih kompetitif dengan pangsa pembeli yang bankable.

Sementara itu sektor listrik, gas dan air mengalami penurunan sejalan dengan penurunan kredit sub sektor pengadaan dan penyaluran air bersih dan sub sektor ketenagalistrikan pedesaaan, namun penurunan tersebut sedikit tertahan dengan kenaikan kredit pada sub sektor gas.

Pada triwulan laporan, pangsa penyaluran kredit masih didominasi oleh kredit kepada bukan lapangan usaha, yaitu sebesar 43,3%, diikuti oleh sektor perdagangan, hotel dan restoran (24,7%) dan sektor pertanian (18,5%). Dominasi penyaluran kredit pada ketiga sektor tersebut mencapai 86,6% dari total outstanding kredit.

Berdasarkan lokasi proyek, jumlah kredit yang disalurkan ke Provinsi Jambi oleh perbankan sebesar Rp34,1 triliun, lebih tinggi dibandingkan kredit yang disalurkan oleh perbankan Jambi (Rp26,2 triliun) dan menunjukkan bahwa terdapat Rp7,8 triliun kredit yang disalurkan oleh perbankan di luar Provinsi Jambi. Dibandingkan triwulan lalu, terjadi peningkatan sebesar 2,6% (qtq) dari sebelumnya Rp33,2 triliun. Sementara secara tahunan meningkat 8,7% (yoy) dari sebelumnya Rp31,4 triliun (Tabel 3.6). Kenaikan kredit tersebut terutama disebabkan oleh meningkatnya kredit di sektor pinjaman bukan lapangan usaha sebesar sebesar Rp1,2 triliun (10,2% (yoy)), sektor perdagangan, hotel dan restoran sebesar Rp600,4 miliar (9,9% (yoy)) dan sektor pertanian, peternakan, kehutanan & perikanan sebesar Rp535,3 miliar (8,7% (yoy)). Pertumbuhan kredit tertinggi baik secara triwulanan dan tahunan terjadi di Kota Sungai Penuh. Sementara pertumbuhan kredit di Kota Jambi dan Bungo cenderung melambat.

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI |TRIWULAN IV 2014

66

Tabel 3.6 Perkembangan Kredit Bank Umum dan BPR Berdasarkan Lokasi Proyek di Provinsi Jambi

(dalam jutaan rupiah)

Sumber: SEKDA Provinsi Jambi (diolah)

Dokumen terkait