• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pertumbuhan Ekonomi

BAB VI Prospek Perekonomian

A. Pertumbuhan Ekonomi

akomodasi dan makan minum sebesar 19,1% (yoy) diikuti sektor pengadaan listrik dan gas sebesar 17,7% (yoy) dan sektor perdagangan besar, eceran, reparasi

mobil dan sepeda motor sebesar 15,5%(yoy). Secara umum semua sektor

perekonomian di Provinsi Jambi mengalami pertumbuhan positif. II. Inflasi

Pada triwulan IV 2014, inflasi kota Jambi tercatat 8,72%(yoy), meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya (4,31%(yoy)), dan lebih tinggi dari inflasi

1 Mulai Triwulan IV 2014, perhitungan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) untuk menghitung pertumbuhan ekonomi Provinsi Jambi oleh BPS menggunakan tahun dasar 2010 berbasis SNA (System of National Account) 2008.

Perekonomian Provinsi Jambi tahun 2014 mengalami peningkatan yaitu dari 6,7 menjadi 7,9%....

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI |TRIWULANIIV2014 2

nasional (8,36%(yoy)) dan dari rata-rata inflasi triwulan IV dalam tiga tahun terakhir (7,23%(yoy)). Sementara itu inflasi Bungo tercatat sebesar 8,99% (yoy) dan berada di atas inflasi nasional2.

Faktor utama inflasi kota Jambi disebabkan oleh inflasi administered price

yang mencapai 16,20% (yoy). Sumber utama inflasi administered price adalah meningkatnya harga BBM bersubsidi yang mulai diterapkan pada 18 November 2014 yang diikuti oleh kenaikan tarif angkutan. Kenaikan tersebut diikuti oleh kenaikan biaya transportasi dan distribusi sehingga mengakibatkan kenaikan harga bahan pangan dan beberapa komoditas lainnya. Inflasi volatile food berada berada pada level yang cukup tinggi yaitu 11,77% (yoy). Sementara itu inflasi inti cenderung stabil di level 3,71% (yoy).

Perkembangan harga di Kota Jambi pada triwulan laporan tercatat sebesar 5,38% (qtq), melonjak tajam dibandingkan triwulan sebelumnya (1,62% (qtq)). Pergerakan angka inflasi bulanan (m-t-m) pada bulan Oktober, November dan Desember 2014 masing-masing sebesar 0,51%, 2,18% dan 2,61%. Sementara itu, perkembangan harga di Bungo tercatat sebesar 5,24% (qtq), lebih tinggi dibanding triwulan sebelumnya (2,26% (qtq)) namun sedikit lebih rendah

dibandingkan kota Jambi dengan pergerakan angka inflasi bulanan (m-t-m) pada

bulan Oktober, November dan Desember 2014 masing-masing sebesar 0,80%, 2,29% dan 2,07%.

III. Perbankan dan Sistem Pembayaran

Kinerja perbankan pada triwulan IV 2014 secara umum menunjukkan sedikit perlambatan dibandingkan triwulan sebelumnya.

Secara triwulanan, total aset bank umum di Provinsi Jambi sedikit menurun (4,9% (qtq)) dari Rp34,3 triliun pada triwulan sebelumnya menjadi Rp32,6 triliun pada periode laporan. Loan to Deposits Ratio (LDR) perbankan berdasarkan bank pelapor mengalami peningkatan sebesar 679 bps menjadi sebesar 119,42%. Penyaluran kredit oleh bank umum di Provinsi Jambi meningkat Rp857,0 miliar (3,4% (qtq)) menjadi Rp26,2 triliun. Jumlah Dana Pihak Ketiga (DPK) yang dihimpun oleh bank umum sebesar Rp21,9 triliun, menurun 2,5% (qtq) (Rp562,2 miliar) dari triwulan sebelumnya (Rp22,5 triliun). Kualitas kredit masih terjaga yang tercermin dari rasio NPL di bawah 5% (2,49%),

2 Sejak Januari 2014 terdapat penambahan cakupan kota inflasi di Provinsi Jambi dari sebelumnya hanya Kota Jambi menjadi Kota Jambi dan Muara Bungo dan nasional dari 66 kota menjadi 82 kota.

Pada triwulan IV 2014, Kota Jambi mengalami inflasi sebesar 8,72%

(yoy) dan Kota Bungo 8,99% (yoy)...

Kinerja perbankan sedikit melambat ditandai dengan menurunnya jumlah aset dan DPK, meskipun penyaluran kredit sedikit kenaikan....

TRIWULAN IV2014|KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI 3

meskipun sedikit memburuk dibandingkan triwulan sebelumnya (rasio NPL 2,45%).

Pada periode triwulan IV 2014, aktivitas pembayaran mengalami peningkatan yang tercermin dari meningkatnya transaksi Kliring dan RTGS meskipun nilai transaksi kas mengalami penurunan dibandingkan triwulan sebelumnya. Perkembangan aliran uang kartal di Provinsi Jambi pada triwulan laporan, untuk aliran kas keluar (cash outflow) sebesar Rp2,3 triliun, turun 17,2% (qtq) dibandingkan triwulan sebelumnya. Sementara aliran kas masuk (cash inflow) sebesar Rp921,3 miliar, menurun signifikan 52,7% (qtq). Pada triwulan laporan, Provinsi Jambi tetap mengalami net outflow sebesar Rp1,3 triliun atau meningkat sebesar 65,2% (qtq) dibandingkan triwulan III 2014.

Untuk pembayaran non tunai, Nilai kliring sedikit naik sebesar 1,5% (qtq) dibandingkan triwulan sebelumnya menjadi Rp2,5 triliun. Nilai RTGS dari Jambi meningkat 5,4% sedangkan RTGS ke serta dari dan ke Jambi mengalami penurunan dibandingkan triwulan sebelumnya, masing-masing sebesar 7,5% dan 62,6%.

IV. Keuangan Pemerintah Daerah

Realisasi pendapatan pemerintah Provinsi Jambi sampai dengan triwulan IV 2014 mencapai Rp3,21 triliun (terealisasi sebesar 102,61% dari APBD-P 2014), sementara itu realisasi belanja melonjak cukup tinggi dari triwulan sebelumnya, dari Rp1,76 triliun pada triwulan III 2014 menjadi Rp3,21 triliun pada triwulan IV 2014 (terealisasi 88,21%). Jika dibandingkan dengan triwulan yang sama tahun lalu, nilai realisasi pendapatan dan belanja mengalami peningkatan masing-masing sebesar 20,24% (yoy) dan 8,72% (yoy).

Akan tetapi, pangsa (share) belanja modal yang bertujuan untuk

pembangunan infrastruktur dalam rangka meningkatkan pertumbuhan ekonomi pada APBD-P 2014 hanya sebesar 25,25%, jauh lebih kecil dibandingkan share

belanja operasi yang mencapai 60,38%. Share belanja modal pada tahun ini pun

lebih kecil dibandingkan pada APBD-P 2013 dan 2012 (31,5% dan 26,14%). Seiring dengan hal tersebut, realisasi belanja modal pemerintah pusat pada triwulan IV-2014 hanya sebesar 34,05% (menurun dibandingkan triwulan IV-2013 yang mencapai 43,07% dan triwulan IV 2012 yang mencapai 49,01%)

Aktivitas pembayaran mengalami peningkatan yang tercermin dari meningkatnya transaksi Kliring dan nilai RTGS dibandingkan triwulan sebelumnya...

Realisasi pendapatan triwulan IV 2014 telah mencapai 102,61% dari APBD sementara realisasi belanja mencapai 88,21%...

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI |TRIWULANIIV2014 4

V.Ketenagakerjaan Daerah dan Kesejahteraan

UMP provinsi Jambi pada tahun 2015 meningkat 13,83% yaitu dari Rp1.502.230,- menjadi Rp1.710.000. Sementara itu pada September 2014 garis kemiskinan Provinsi Jambi mengalami kenaikan 3,4% menjadi Rp329.181 per kapita per bulan yang diikuti dengan peningkatan persentase penduduk miskin dari 7,92% menjadi 8,39%. Nilai Tukar Petani (NTP) pada triwulan laporan mengalami penurunan yaitu menjadi 95,06 dari 96,21 pada triwulan lalu

VI.Prospek Perekonomian

Berdasarkan proyeksi Bank Indonesia, laju pertumbuhan ekonomi Provinsi Jambi pada triwulan mendatang diperkirakan pada kisaran 1,7%-2,2%(qtq), tumbuh relatif lebih tinggi dibandingkan triwulan laporan (1,1% qtq). Sementara itu, pertumbuhan ekonomi tahunan Jambi pada triwulan I 2015 diperkirakan akan tumbuh pada kisaran 7,9%(yoy),lebih tinggi dibandingkan triwulan laporan

yang tumbuh 7,5% (yoy). Sementara proyeksi pertumbuhan ekonomi tahun 2015

diperkirakan berada pada kisaran 7,7%-8,2%.

Berdasarkan analisis sisi penggunaan, pengeluaran konsumsi rumah tangga menjadi sumber utama perekonomian di triwulan mendatang. Penurunan harga BBM bersubsidi, tren kenaikan harga komoditas kelapa sawit dan kenaikan Upah Minimum Provinsi (UMP) 2015 menjadi faktor yang menaikkan daya beli masyarakat dalam rangka mendorong konsumsi rumah tangga. Sejalan dengan konsumsi rumah tangga, konsumsi pemerintah diperkirakan juga semakin meningkat seiring dengan kenaikan pengeluaran pemerintah dalam rangka penyelenggaraan pemilihan kepala daerah (Pilkada) di Provinsi Jambi disamping realisasi beberapa proyek-proyek infrastruktur pemerintah. Ekspor diperkirakan tumbuh terbatas seiring mulai membaiknya permintaan dan harga CPO global.

Inflasi pada triwulan I 2015 diperkirakan akan lebih rendah dibandingkan triwulan IV 2014 yaitu berada pada kisaran 6,2%-6,7% (yoy) dari sebelumnya 8,7%

(yoy) pada triwulan laporan. Penurunan laju inflasi ini utamanya dipengaruhi oleh kelompok administered price dan volatile food.

Faktor yang berpotensi memberikan tekanan inflasi selama triwulan mendatang dan menyebabkan perkiraan inflasi keluar dari sasaran antara lain 1) adanya rencana penyesuaian tarif batas bawah angkutan udara oleh pemerintah 2.) tekanan dari sektor eksternal berupa pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dollar amerika serikat yang berpotensi meningkatkan inflasi inti (core inflation) dan 3.) kondisi infrastruktur (jalan, jembatan) yang masih terkendala serta terhambatnya arus di pelabuhan yang akan meningkatkan biaya distribusi dan

UMP Provinsi Jambi meningkat 13,83%, akan tetapi Nilai Tukar Petani (NTP)

Laju pertumbuhan PDRB triwulan I 2015 diperkirakan berkisar 1,7%-2,2% (qtq)...

Inflasi pada triwulan I 2015 diperkirakan berada pada kisaran 6,2%-6,7% (yoy)

TRIWULAN IV2014|KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI 5

transportasi barang dan jasa. Beberapa hal tersebut diperkirakan akan menjadi pemicu meningkatnya angka inflasi pada triwulan I tahun 2015.

Menyikapi kondisi perekonomian triwulan IV 2014 serta proyeksi ekonomi triwulan I 2015, beberapa hal yang patut menjadi perhatian adalah:

1. Meningkatkan dan mempertahankan kinerja perkebunan dan industri karet sebagai komoditas utama Provinsi Jambi.

2. Penguatan fungsi dan Peran TPID Provinsi Jambi serta TPID Kabupaten/Kota se-Provinsi Jambi dalam pengendalian inflasi.

3. Peningkatan kualitas infrastruktur untuk menekan biaya distribusi dan meningkatkan konektivitas antar daerah.

4. Reformasi struktural belanja APBD Pemerintah Daerah (Provinsi dan Kota) di seluruh wilayah Provinsi Jambi.

Halaman ini sengaja dikosongkan This page is intentionally blank

7

BAB I

EKONOMI MAKRO REGIONAL

A. Umum

Perekonomian Jambi pada triwulan IV 2014 menghasilkan output Rp38,6 triliun1 dan tumbuh sebesar 7,5% (yoy), lebih tinggi dari pertumbuhan ekonomi nasional triwulan IV 2014 yang tercatat sebesar 5,0% (yoy) serta jauh lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan triwulan sebelumnya (6,6% (yoy)) (Grafik 1.1). Namun demikian, secara triwulanan, perekonomian Jambi pada triwulan laporan tumbuh melambat dibandingkan triwulan sebelumnya dari 2,3% (qtq) menjadi 1,1% (qtq).

Secara keseluruhan, perekonomian Jambi pada tahun 2014 menghasilkan output Rp153,8 triliun atau 1,5% dari perekonomian Indonesia (Rp10.542,7 triliun) dan tumbuh sebesar 7,9% (yoy), lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan ekonomi 2013 (6,7% (yoy)) dan di atas pertumbuhan ekonomi nasional 2014 (5.0% (yoy)).

Grafik 1.1. Perkembangan PDRB Provinsi Jambi (yoy)

Dari sisi lapangan usaha, sektor pertanian, kehutanan dan perikanan menyumbangkan andil tertinggi pada pertumbuhan ekonomi Jambi tahun 2014 sebesar 3,3% (yoy) diikuti oleh sektor pertambangan dan penggalian, sektor perdagangan besar dan eceran dan reparasi mobil dan sepeda motor, sektor konstruksi serta sektor industri pengolahan masing-masing sebesar 1,1% (yoy), 0,9% (yoy), 0,7% (yoy) dan 0,5% (yoy).

1

Mulai triwulan IV 2014, perhitungan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) untuk menghitung pertumbuhan ekonomi Provinsi Jambi oleh BPS menggunakan tahun dasar 2010 berbasis SNA (System of

National Account) 2008. 30.5 32.7 33.4 35.4 35.8 38.6 40.9 38.6 9.3 10.7 5.1 2.5 11.0 5.7 7.7 7.5 (6.0) 6.8 0.9 1.3 1.8 1.7 2.7 1.1 -10 -5 0 5 10 15 0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 Q1-13 Q2-13 Q3-13 Q4-13 Q1-14 Q2-14 Q3-14 Q4-14 Sumber: BPS (diolah) %

KAJIAN EKONOMI DAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAMBI |TRIWULAN IV 2014 8

Berdasarkan klasifikasi lapangan usaha, 5 (lima) sektor yang mengalami pertumbuhan cukup tinggi pada tahun 2014 adalah sektor penyediaan akomodasi dan makan minum yang mencapai 18,7% (yoy) disusul oleh sektor jasa kesehatan dan kegiatan sosial sebesar 15,1% (yoy), sektor administrasi pemerintahan, pertahanan dan jaminan sosial wajib sebesar 13,4% (yoy), sektor pertanian, kehutanan dan perikanan sebesar 13,0% (yoy) serta sektor perdagangan besar, eceran, reparasi mobil dan sepeda motor sebesar 10,3% (yoy) (Tabel 1.1).

Dari sisi penggunaan, kenaikan ekspor sebesar 3,6%(yoy) di tahun 2014 memberikan andil sebesar 2,5% terhadap pertumbuhan ekonomi Provinsi Jambi 2014, disusul kenaikan konsumsi rumah tangga sebesar 5,1% (yoy) yang memberikan andil sebesar 2,1% (yoy) dan kenaikan konsumsi pemerintah sebesar 20,5%(yoy) dengan andil terhadap pertumbuhan ekonomi Jambi 2014 sebesar 1,8% (yoy). (Tabel 1.1).

Struktur perekonomian Jambi pada triwulan IV 2014 menunjukkan bahwa sektor primer masih menjadi penyumbang terbesar PDRB Provinsi Jambi yaitu 51,0%, diikuti sektor jasa-jasa (tersier) sebesar 37,3% dan sektor sekunder sebesar 11,7%.

I II III IV I II III IV Growth Andil

Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga 3.6 3.7 2.9 2.9 4.7 4.4 5.6 5.5 5.1 2.1 Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga LNPRT 8.5 8.8 2.5 7.6 13.9 21.4 13.4 8.6 14.2 0.1 Pengeluaran Konsumsi Pemerintah (0.8) (21.8) (20.5) 49.2 45.0 24.0 30.8 8.9 20.5 1.8 Pembentukan Modal Tetap Domestik Bruto (0.8) 12.4 17.2 25.0 31.5 10.6 (7.4) (21.7) 0.3 0.1 Perubahan Inventori (25.6) 5.0 (205.4) (229.2) 91.2 (280.7) 47.5 65.6 2365.0 1.6 Ekspor 13.3 8.8 3.0 (17.4) 0.4 (4.8) (1.9) 24.7 3.6 2.5 Impor 1.4 (2.9) 11.0 (10.3) 5.6 4.2 (9.8) 3.7 0.5 0.2 9.3 10.7 5.1 2.5 11.0 5.7 7.7 7.5 7.9 7.9 2013 2014 Tahun 2014 JENIS PENGELUARAN PDRB

Tabel 1.1. Laju Pertumbuhan Ekonomi Jambi (yoy)

I II III IV I II III IV Growth Andil

Pertanian, Kehutanan & Perikanan -0.7 15.2 3.7 5.8 24.2 5.3 12.8 11.5 13.0 3.3 Pertambangan dan Penggalian 7.6 4.1 8.1 -1.2 6.3 4.4 2.7 2.6 3.9 1.1 Industri Pengolahan 19.4 10.6 -0.3 1.3 5.7 5.2 6.5 1.5 4.7 0.5 Pengadaan Listrik Dan Gas 10.8 10.4 8.9 3.9 2.5 5.8 6.4 17.7 8.2 0.0

Pengadaan Air 11.0 8.9 5.6 -2.4 -3.1 -0.4 1.8 8.5 1.6 0.0

Konstruksi 27.1 27.5 18.7 10.1 11.3 9.6 8.8 8.4 9.5 0.7

Perdagangan Besar, Eceran, Reparasi Mobil dan Sepeda Motor 8.0 7.6 6.1 5.6 8.6 7.6 9.2 15.5 10.3 0.9 Transportasi dan Pergudangan 9.4 7.6 9.3 4.5 10.5 9.3 7.0 7.2 8.5 0.3 Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 6.5 6.8 5.9 6.4 18.8 17.7 19.3 19.1 18.7 0.2 Informasi dan Komunikasi 6.7 7.6 5.8 6.0 6.8 6.9 7.0 7.3 7.0 0.2

Jasa Keuangan 19.2 15.4 11.9 3.5 2.0 2.7 2.6 8.8 4.0 0.1

Real Estate 6.1 5.7 5.4 2.6 1.1 1.3 1.9 4.5 2.2 0.0

Jasa Perusahaan 3.0 2.2 2.7 0.3 2.7 4.2 5.4 7.7 5.0 0.1

Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib 56.6 22.7 -21.4 -7.9 14.6 11.5 20.6 7.8 13.4 0.4 Jasa Pendidikan 12.2 12.1 5.5 -8.9 -6.7 -3.3 -0.9 13.0 0.2 0.0 Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 4.6 7.2 4.5 15.7 18.4 16.1 19.8 7.3 15.1 0.1

Jasa Lainnya 0.2 4.2 5.9 9.2 4.9 4.8 5.4 7.0 5.5 0.1 9.3 10.7 5.1 2.5 11.0 5.7 7.7 7.5 7.9 7.9 LAPANGAN USAHA PDRB 2013 2014 Tahun 2014 Sumber: BPS (diolah)

TRIWULAN IV2014 | KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI 9

B.PDRB Sisi Lapangan Usaha

Dari sisi lapangan usaha, sumber utama pertumbuhan Jambi pada triwulan IV 2014 adalah sektor pertanian, kehutanan dan perikanan dengan kontribusi 2,9%, diikuti sektor perdagangan besar, eceran, reparasi mobil dan sepeda motor sebesar 1,3% dan sektor pertambangan dan penggalian sebesar 0,7%. Sementara dari sisi tingkat pertumbuhan, pertumbuhan tahunan tertinggi pada triwulan IV 2014 terjadi pada sektor penyediaan akomodasi dan makan minum sebesar 19,1% (yoy) diikuti sektor pengadaan listrik dan gas sebesar 17,7% (yoy) dan sektor perdagangan besar, eceran, reparasi mobil dan sepeda motor sebesar 15,5% (yoy) (Tabel 1.1). Tingginya pertumbuhan 3 (tiga) sektor tersebut utamanya didorong oleh peningkatan aktivitas perdagangan dan penyediaan akomodasi perhotelan dan makan minum selama momen liburan akhir tahun 2014 dan hari raya keagamaan (Tahun Baru Islam, Idul Adha, Natal) yang mampu meningkatkan konsumsi masyarakat.

Namun demikian, secara triwulanan, perekonomian Jambi pada triwulan laporan tumbuh melambat dibandingkan triwulan sebelumnya dari 2,3% (qtq) menjadi 1,1% (qtq). Sektor pengadaan listrik dan gas mencatat pertumbuhan triwulanan tertinggi yaitu 12,0% (qtq) disusul oleh sektor perdagangan besar, eceran, reparasi mobil dan sepeda motor sebesar 6,9% (qtq) serta sektor jasa keuangan sebesar 4,1%. Namun kontraksi yang dialami oleh sektor pertambangan dan penggalian (-1,1% (qtq)) serta sektor industri pengolahan (-0,7% (qtq)) merupakan faktor penahan laju pertumbuhan Provinsi Jambi.

Nominal PDRB Provinsi Jambi atas dasar harga berlaku pada triwulan IV 2014 tercatat sebesar Rp38,6 triliun, dan secara sektoral masih didominasi oleh sektor pertanian, kehutanan dan perikanan sebesar 26,7%, pertambangan dan penggalian sebesar 20,5% serta sektor industri pengolahan sebesar 10,8% (Grafik 1.3). Dengan demikian, struktur ekonomi regional dalam jangka pendek relatif tidak mengalami perubahan dibandingkan triwulan III 2014 (Grafik 1.2).

KAJIAN EKONOMI DAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAMBI |TRIWULAN IV 2014 10

Grafik 1.2. Distribusi PDRB Atas Dasar Harga Berlaku

Menurut Lapangan Usaha Triwulan III Tahun 2014 Grafik 1.3. Distribusi PDRB Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha Triwulan IV Tahun 2014

1. Sektor Pertanian, Kehutanan dan Perikanan

Produksi sektor pertanian, kehutanan dan perikanan pada triwulan IV 2014 mengalami pertumbuhan sebesar 11,5% (yoy) atau 1,1% (qtq). Secara tahunan sektor ini mengalami peningkatan pertumbuhan yang cukup signifikan dibandingkan pertumbuhan triwulan IV 2013 (5,8% (yoy)). Akan tetapi secara triwulanan mengalami perlambatan pertumbuhan jika dibandingkan pertumbuhan triwulan III 2014 (2,8% (qtq)).

Pertumbuhan sektor pertanian tersebut utamanya disebabkan oleh kenaikan produksi tanaman bahan makanan padi yang mengalami kenaikan sebesar 1,5% (yoy) dibandingkan tahun 2013. Pertumbuhan produksi tanaman bahan makanan yang terjadi di Provinsi Jambi tersebut terkonfirmasi dalam ARAM (angka ramalan) II BPS yang menyatakan bahwa pada tahun 2014, produksi padi Jambi secara total diperkirakan akan naik sebesar 1,5% dibandingkan tahun 2013 sejalan dengan peningkatan produktivitas sebesar 4,2%. Namun demikian, pertumbuhan produktivitas yang tidak diikuti dengan luas panen yang justru mengalami penurunan dari 153.243 ha pada tahun 2013 menjadi 149.291 ha pada tahun 2014 menyebabkan pertumbuhan produksi padi menjadi kurang maksimal (Grafik 1.4). PERTANIAN, KEHUTANAN DAN PERIKANAN, 29,8% PERTAMBANGAN DAN PENGGALIAN, 22,4% INDUSTRI PENGOLAHAN, 10,1% PERDAGANGAN BESAR,ECERAN DAN REPARASI MOBIL,SEPEDA MOTOR, 8,6% KONSTRUKSI, 6,4% LAINNYA, 22,8% PERTANIAN, KEHUTANAN DAN PERIKANAN, 26,7% PERTAMBANGAN DAN PENGGALIAN, 20,5% INDUSTRI PENGOLAHAN, 10,8% PERDAGANGAN BESAR, ECERAN DAN REPARASI MOBIL DAN SEPEDA MOTOR, 9,3% KONSTRUKSI, 7,2% LAINNYA, 25,5%

TRIWULAN IV2014 | KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI 11

Grafik 1.4. Produksi Padi

Grafik 1.5. Produksi Jagung Grafik 1.6. Produksi Kedelai

Namun demikian, pertumbuhan sektor pertanian sedikit tertahan dengan menurunnya sub sektor perkebunan yang didominasi tanaman kelapa sawit dan karet alam sejalan dengan tren menurunnya harga komoditas Crude Palm Oil (CPO) dan karet internasional seiring dengan melemahnya permintaan global terhadap komoditas perkebunan utama Provinsi Jambi tersebut yang berimbas pada tren penurunan harga CPO dan karet alam di tingkat lokal.

Harga kelapa sawit di Jambi pada triwulan laporan tercatat mengalami penurunan dibandingkan triwulan sebelumnya. Harga rata-rata TBS usia 10 tahun pada triwulan laporan tercatat sebesar Rp1.631,2/kg, turun 2,8% (qtq) dari harga triwulan lalu. Sementara itu harga CPO di Jambi sebesar Rp7.530,2/kg atau turun 0,62% (qtq). Sejalan dengan hal tersebut, harga rata-rata CPO di tingkat internasional juga turun 5,61% (qtq) dari USD693,5/metric ton pada Triwulan III 2014 menjadi USD654,6/metric ton pada Triwulan IV

0 10,000 20,000 30,000 40,000 50,000 60,000 70,000 80,000

Jan - Apr Mei - Agt Sep - Des

(ha) 2010 2011 2012 2013 2014 (ARAM II) 0 1,000 2,000 3,000 4,000 5,000 6,000

Jan - Apr Mei - Agt Sep - Des

(ha) 2010 2011 2012 2013 2014 (ARAM II) 0 1,000 2,000 3,000 4,000

Jan - Apr Mei - Agt Sep - Des

(ha)

2010 2011

2012 2013

2014 (ARAM II)

Sumber: BPS (diolah) Sumber: BPS (diolah)

KAJIAN EKONOMI DAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAMBI |TRIWULAN IV 2014 12

2014 (Grafik 1.7). Tren penurunan harga kelapa sawit disebabkan oleh beberapa hal: 1.) turunnya permintaan negara importir sawit sejalan dengan perlambatan pertumbuhan ekonomi, 2.) tren penurunan harga minyak mentah dunia yang berimbas pada menurunnya harga CPO untuk bahan bakar nabati dan 3) melimpahnya stok minyak nabati lain (soybeen, rapeseed, dan bunga matahari) sebagai produk substitusi CPO.

Grafik 1.7. Perkembangan Harga CPO Internasional dan lokal, Harga Inti dan TBS 10 Tahun di Provinsi Jambi

Sejalan dengan harga kelapa sawit, harga bahan olah karet (bokar) di Jambi juga mengalami penurunan dari rata-rata Rp16.632/kg menjadi Rp15.127/kg (turun 9,0% (qtq)) (Grafik 1.8). Penurunan harga bokar tersebut mengikuti tren penurunan harga karet di tingkat internasional sebesar 14,9% (qtq) dari USD226,4/cent per kg menjadi USD192,7/cent per kg (Grafik 1.8). Apabila dibandingkan dengan rata-rata harga pada Triwulan IV tahun 2013, harga bokar di Jambi turun cukup signifikan mencapai 38,6% (yoy). Tren menurunnya harga karet internasional utamanya disebabkan antara lain oleh: 1.) masih lemahnya permintaan global serta isu tingginya persediaan stok karet di negara konsumen, utamanya Tiongkok, 2.) tren penurunan harga minyak mentah dunia sebagai bahan baku karet sintetis yang merupakan produk substitusi karet alami.

0 2,000 4,000 6,000 8,000 10,000 1 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 9101112 2012 2013 2014 Harga (Rp)

CPO INTI TBS 10 TAHUN CPO Int'l

TRIWULAN IV2014 | KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI 13

Grafik 1.8. Perkembangan Harga Bokar di Provinsi Jambi

Sementara itu, di tengah melambatnya kinerja perkebunan kelapa sawit dan karet, kinerja tanaman pinang justru menunjukkan kinerja positif seiring dengan masih tingginya permintaan global dan tren harga yang semakin tinggi. Selain itu, penggunaan teknologi tepat guna rumah pengering pinang2 mampu meningkatkan harga jual pinang sehingga memberikan insentif bagi petani pinang.

Kurang optimalnya kinerja sektor pertanian pada triwulan IV 2014 disertai juga dengan penurunan Nilai Tukar Petani (NTP) yang tercatat sebesar 95,42 atau sedikit menurun dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 97,19. Penurunan NTP terjadi karena meskipun terjadi kenaikan indeks diterima petani namun kenaikan indeks dibayar petani jauh lebih tinggi terkait kenaikan BBM, seperti terlihat pada grafik 1.9.

Selain NTP yang menurun3, ketergantungan petani hanya pada satu sumber pendapatan saja, juga menjadi faktor risiko yang perlu diperhatikan karena penurunan harga komoditas yang disertai dengan penurunan tingkat produksi akan berdampak pada penurunan kesejahteraan mereka. Oleh karena itu perlu dilakukan pembinaan kepada petani untuk memulai menjalankan program pertanian terpadu.

2 Sejak tahun 2013, Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jambi melalui Program Sosial Bank Indonesia (PSBI) memberikan bantuan rumah pengering pinang kepada kelompok tani di Kabupaten Tanjung Jabung Barat.

3 Untuk tanaman perkebunan rakyat, nilai NTP yang rendah karena indeks diterima turun akibat turunnya harga komoditas

KAJIAN EKONOMI DAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAMBI |TRIWULAN IV 2014 14

Grafik 1.9. Nilai Tukar Petani (NTP) Provinsi Jambi

2. Sektor Pertambangan dan Penggalian

Sektor pertambangan dan penggalian yang pada triwulan IV 2014 menyumbangkan nilai tambah sebesar Rp7,9 triliun (pangsa 20,5%), merupakan sektor kedua terbesar di Provinsi Jambi. Secara tahunan, sektor ini mampu tumbuh sebesar 2,6% (yoy), lebih tinggi daripada triwulan yang sama pada tahun lalu yang terkontraksi sebesar -1,2% (yoy). Akan tetapi, secara triwulanan, kinerja sektor ini relatif memburuk dan mengalami penurunan atau kontraksi sebesar 1,1% (qtq), dibandingkan triwulan III 2014 yang mempu membukukan pertumbuhan sebesar 4,3% (qtq).

Berdasarkan informasi yang disampaikan BPS, pada triwulan laporan terjadi peningkatan lifting minyak bumi yang berasal dari sumur-sumur di wilayah Provinsi Jambi. Namun demikian, pertumbuhan kenaikan tersebut merupakan recovery dari penurunan lifting minyak bumi yang cukup dalam pada tahun 2013. Apabila dibandingkan dengan produksi minyak bumi di tahun 2012, produksi minyak bumi Provinsi Jambi 2014 relatif stabil.

Sementara itu, kinerja sub sektor pertambangan non migas di Provinsi Jambi pada triwulan laporan cenderung mengalami perlambatan yang utamanya disebabkan oleh melemahnya harga batu bara internasional sebagai dampak tidak langsung penurunan harga minyak dunia. Selain itu, implementasi Undang-Undang Minerba serta adanya Perda yang mengharuskan pengangkutan batubara melalui jalur khusus atau jalur sungai turut menjadi penyebab turunnya produksi.

90 95 100 105 110 115 120 125 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 2013 2014

Penghitungan NTP menggunakan tahun dasar baru 2012=100

indeks terima indeks bayar NTP

TRIWULAN IV2014 | KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI 15

3. Sektor Industri Pengolahan

Sektor industri pengolahan yang menyumbang output terhadap perekonomian Jambi sebesar Rp4,2 triliun (10,8%), meningkat sebesar 1,5% (yoy). Namun demikian, secara triwulanan, sektor industri pengolahan mengalami penurunan atau kontraksi sebesar 0,7% (qtq).

Penurunan kinerja sektor industri pengolahan pada triwulan laporan utamanya didorong oleh penurunan pertumbuhan produksi pada sub sektor industri pengolahan karet sebesar 12,4% (qtq) atau 11,5% (yoy) sejalan dengan melemahnya permintaan karet global dan kondisi cuaca yang kurang mendukung perkebunan karet (Tabel 1.2).

Tabel 1.2. Pertumbuhan Produksi Industri Manufaktur Besar dan Sedang

Penurunan kinerja Industri pengolahan karet

tersebut juga

dikonfirmasi oleh data Gapkindo (Gabungan Pengusaha Karet Indonesia) cabang Jambi, yang menyatakan bahwa produksi karet dalam triwulan IV 2014 sebesar 73.974 ton (Grafik 1.10), menurun cukup signifikan sebesar 15,54% (qtq) dibandingkan triwulan lalu dan turun 2,0% (yoy) dibandingkan triwulan IV 20134.

4 Terdapat 11 (sebelas) perusahaan pengolah crumb rubber yang tergabung dalam Gapkindo

Trw III-13 Trw IV-13 Trw I-14 Trw II-14 Trw III-14 Trw IV-14 Trw III-13 Trw IV-13 Trw I-14 Trw II-14 Trw III-14 Trw IV-14

Industri Makanan 4.4 8.1 -21.8 24.0 -1.5 1.9 1.0 7.1 -6.4 17.6 9.3 0.47 Industri Minuman -1.1 -0.3 -2.8 3.5 -5.2 -7.5 7.7 2.0 -1.1 -7.0 -10.6 -17.80 Industri Karet dan Barang dari

Karet dan Barang dari Plastik

4.4 1.2 -1.1 14.5 -10.5 -12.4 2.6 7.7 4.3 17.1 0.5 -11.45

I B S 1.70 0.74 -6.57 10.34 -5.44 -0.02 4.58 0.19 -0.76 8.66 2.05 -1.95 Sumber: BPS Provinsi Jambi

Jenis Industri q-t-q y-on-y

Pertumbuhan

Grafik 1.10. Perkembangan Produksi Karet Jambi

Sumber: Gapkindo Cabang Jambi

88,713 85,867 81,805 68,679 74,585 77,418 76,065 75,165 74,563 94,647 92,488 75,504 91,329 93,439 87,584 73,974 -30 -20 -10 0 10 20 30 40 0 20,000 40,000 60,000 80,000 100,000 120,000 Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV 2011 2012 2013 2014

KAJIAN EKONOMI DAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAMBI |TRIWULAN IV 2014 16

4. Sektor-sektor Lain

Pada triwulan IV 2014, sektor perdagangan besar, eceran, dan reparasi mobil dan sepeda motor menyumbangkan output perekonomian sebesar Rp3,6 triliun (pangsa 9,3%). Pertumbuhan sektor ini mencapai 15,5% (yoy), dengan andil pertumbuhan 1,3% yang utamanya didukung oleh tingginya perkembangan sub sektor perdagangan besar dan eceran di Jambi. Peningkatan aktivitas perdagangan sejalan dengan meningkatnya konsumsi masyarakat sehubungan dengan momen liburan akhir tahun, serta adanya momen hari raya keagamaan (tahun baru islam, idul adha dan natal).

Sektor penyediaan akomodasi dan makan minum tumbuh 19,1% (yoy) seiring momen libur akhir tahun dan hari raya keagamaan di triwulan IV 2014 yang berdampak pada peningkatan aktivitas Meeting Incentive Converence Exhibition (MICE) di Provinsi Jambi meskipun

di sisi lain tingkat hunian hotel mengalami penurunan (Grafik 1.11). Rata-rata tingkat hunian hotel di triwulan laporan sebesar 44,4%, lebih rendah dibandingkan dengan

Dokumen terkait