LANDASAN TEOR
C. Perilaku Seksual Anak
4. Perkembangan Lagu di Indonesia
Era Sebelum 70-an
Pada era sebelum 70-an musik atau lagu-lagu Indonesia lebih di
dominasi oleh tema perjuangan, keberanian, semangat dan kebangsaan.
sedang melakukan perjuangan melawan Belanda dan Jepang, seperti lagu
Maju tak gentar, Bandung lautan api, dll. Lagu-lagu pada era ini
kebanyakan telah dijadikan sebagai lagu Nasional.
Era 70-an
Pada Era 70-an secara tema, di dominasi dengan percintaan dan
kancah peperangan. Beberapa lagu yang menggunakan lirik berbahasa
asing pada era ini akan dicekal dan masuk penjara, contohnya seperti Koes
Bersaudara. Pada saat itu penguasa Orde Lama sangat anti Barat
menurut pemerintahan Soekarno musik barat dianggap tidak sesuai
dengan budaya bangsa Indonesia. Pandangan tersebut mengakibatkan
semua lagu yang berbau rock‟n roll harus diberangus. Lagu-lagu yang sering disajikan oleh anak-anak pada 70an hingga 80an diantaranya Nyiur
Hijau lagu Ibu Pertiwi, Tidurlah Intan, Indonesia Pusaka dan Pahlawan
Merdeka. Setelah Bung Karno tidak lagi menjabat sebagai presiden maka
segera saja bermunculan band-band yang meniru band musik cadas dari
luar negeri. Beberapa band dengan musik cadas pun sempat menjulurkan
taring nya pada era 70-an. Fenomena munculnya band musik anak-anak
muda selepas tumbangnya Orde Lama menandakan pintu modernisasi
telah dibuka lebar- lebar dan orientasi musik anak-anak muda kita mulai
kearah Barat yang banyak membawakan musik cadas. Penyanyi artis cilik
yang sedang tenar pada era ini, seperti Adi Bing Slamet, Cicha Koeswoyo,
penyanyi dari sanggar-sanggar berprestasi (Harian Kompas Kamis, 30
Oktober 2008).
Era 80-an
Era 80-an sering di sebut era lagu-lagu patah hati. Jenis lagu
didominasi lagu pop yang mendayu-dayu, bertempo lambat dan cenderung
berkesan cengeng. Beberapa lagu sempat menjadi fenomenal, diantaranya
lagu „gelas-gelas kaca‟ dan lagu „hati yang luka‟ milik Betharia Sonata.
Lagu yang berjudul ”Aku masih seperti yang dulu‟, yang di
nyanyikan Dian Piesesha bahkan sampai terjual 2 juta kopi. Harmoko yang
waktu itu menjabat sebagai mentri Penerangan mengatakan bahwa lagu era
80-an sebagai lagu „ngak-ngik-ngok‟. Harmoko melarang peredaran lagu- lagu jenis tersebut dengan alasan, membuat mental bangsa menjadi lemah,
masyarakat jadi cengeng dan malas bekerja.
Era 90-an
Pada era 90-an Mentri Harmoko masih melakukan pelarangan
terhadap musik yang di bilang cengeng, sehingga menyebabkan musik Pop
Indonesia menjadi surut dan kehilangan arah. Akan tetapi dampak
positifnya adalah musik dangdut menjadi lebih hidup dan meriah. Bahkan
banyak dari para penyanyi yang tadinya beraliran pop dan rock beralih ke
dangdut dan kemudian tercipta jenis musik baru yaitu pop dangdut. Disaat
yang bersamaan saat musik Pop Indonesia kehilangan greget, beberapa
musisi Indonesia menciptakan trend musik baru pop rock. Pop rock di
bergoyang sedikit dan memainkan ekspresi muka ternyata dapat di terima
masyarakat luas. Jenis musik ini ternyata cepat membuat bosan terutama
setelah kematian Nike Ardilla dan tak adanya inovasi dari musisi.
Beberapa label rekaman kemudian mengeluarkan album kompilasi
dari beberapa group musik yang mengambil aliran alternatif. Album-
album kompilasi tersebut akhirnya menjadi trend dan laris-manis pada
waktu itu. Beberapa nama yang terangkat pada trend ini, yaitu Padi, Cokelat, Peterpan, Sheila on7.
Era 90an penyanyi cilik juga cukup mendapatkan tempat di hati
masyarakat. Lagu anak tahun 90an cukup banyak beredar di pasaran,
seperti Bondan Prakosa dengan albumnya “Lumba-lumba”, Enno Lerian
dengan “Malas Bersih-bersih”, Trio Kwek-kwek dengan “Si Jago Mogok”,
Laura Dacosta dengan “Anak Jalanan”, Kak Seto (Si Komo) dengan “Si Komo Lewat”, Joshua dengan “Diobok-obok. Terdapat banyak pesan moral yang dihadirkan melalui lagu anak-anak ini (Lagu Anak-Anak.,
2011). Lagu yang dibawakan oleh penyanyi cilik pada masa itu pun sesuai
dengan porsi mereka sebagai anak-anak. Lagu yang bukan tentang cinta-
cintaan layaknya lagu orang dewasa, tetapi cinta universal kepada alam
atau orang tua.
Era 2000
Pada era ini selera masyarakat lebih ke group-group musik di
bandingkan dengan penyanyi yang bersolo karir. Beberapa penyanyi solo
group-group musik yang makin ramai oleh para pendatang baru, seperti
Ungu, Dewa, Gigi,Ten 2 Five, Maliq d esential, Samson, Nidji, dan Radja seakan mendominasi ruang musik Indonesia. Tahun 2010 sampai tahun 2012 musik Indonesia sedang diramaikan dengan boy dan girl band.
Lagu anak pada tahun 2000an seakan-akan lenyap dari peredaran,
sehingga hal ini membuat anak-anak cenderung lebih memilih lagi-lagu
Pop Dewasa sebagai lagu favorit mereka. Anak-anak yang dulu dengan
mudah menghafal lagu-lagu anak hingga saat ini lebih memilih untuk
menghafalkan lagu-lagu Pop Dewasa yang kebanyakan bertemakan
“Cinta”. Selain itu, sedikit sekali penyanyi cilik di era 2000 yang benar- benar menyanyikan lagu dengan semangat anak-anak. Kebanyakan, musik
mereka dipengaruhi oleh pesatnya perkembangan lagu dewasa. Sementara,
perkembangan musik anak-anak di negeri ini sendiri semakin menurun.
Memang masih ada beberapa penyanyi cilik yang sering muncul di
televisi, seperti Umay dan Coboy Junior. Akan tetapi lagu yang mereka
nyanyikan tidak memiliki spirit anak-anak (Kompasiana, 2013).