• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Kelompok Tani di Daerah Penelitian

1. Perkembangan Penerapan Pertanian Padi Organik

Desa Lubuk Bayas adalah salah satu desa yang menerapkan pertanian padi organik. Pertanian organik di Desa Lubuk Bayas baru diterapkan sejak tahun 2008. Mayoritas masyarakat di desa ini bergerak di bidang pertanian, terutama pertanian padi sawah. Kehidupan masyarakat di desa ini tergantung pada tanaman padinya. Kelompok Tani Subur merupakan satu-satunya kelompok pertanian padi organik di Desa Lubuk Bayas. Kelompok ini menerapkan pertanian padi organik dengan memanfaatkan kotoran ternak atau tumbuh-tumbuhan yang dikeringkan dan diolah sendiri menjadi kompos, dan sebagai pencegah hama digunakan

insektisida hayati yang dibuat dari tumbuh-tumbuhan, yaitu daun sirih, tembakau, dan akar pinang muda.

Petani sampel awalnya mencoba bertani padi organik karena adanya komponen lokal yang tersedia. Komponen lokal yang tersedia tersebut yaitu sapi. Hasil kotoran sapi tersebut kemudian diolah oleh petani untuk dijadikan pupuk kandang serta urin sapi. Sehingga dengan memanfaatkan komponen lokal yang tersedia tersebut mendorong petani untuk melakukan pertanian padi organik. Dengan semakin berkembangnya pertanian padi organik maka Dinas Pertanian Kabupaten Serdang Bedagai memberikam pelatihan-pelatihan kepada petani sampel agar petani dapat meningkatkan produksi padi organik mereka. Hal ini menunjukkan bahwa komoditas padi organik sebagai usahatani yang potensial untuk dikelola secara terus-menerus.

Perkembangan penerapan pertanian padi organik di desa Lubuk Bayas dapat dilihat dari segi jumlah penjualan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerimaan dari usahatani padi organik di Desa Lubuk Bayas setiap tahunnya meningkat. Hal ini dikarenakan jumlah penjualan beras organik setiap tahun mengalami kenaikan yang signifikan. Untuk tahun pertama yaitu tahun 2008, penjualan beras organik mencapai 1.500 kg dengan harga jual Rp.7.500/kg, kemudian tahun kedua yaitu tahun 2009 penjualan beras organik meningkat dua kali lipat menjadi 3.000 kg dengan harga jual Rp.8.000/kg. Pada tahun ketiga di tahun 2010 penjualan beras organik mencapai 8.000 kg dengan harga jual Rp.8.500/kg, kemudian pada tahun keempat yaitu tahun 2011 penjualan beras organik meningkat menjadi 15.000 kg dengan harga jual Rp.9.500/kg. Pada tahun kelima, penjualan beras organik tahun 2012 sampai dengan bulan Agustus

mencapai 13.000 kg dengan harga jual Rp.10.200/kg. Untuk lebih jelasnya, dapat dilihat pada tabel 10 berikut ini:

Tabel 10. Jumlah Penjualan Beras Organik dan Harga Beras Organik di Desa Lubuk Bayas Tahun 2008-2012

Tahun

Jumlah Penjualan Beras

Organik Persentase Harga Beras Organik

(Kg) % (Rp/kg) 2008 1.500 4% 7.500 2009 3.000 7.4% 8.000 2010 8.000 19.75% 8.500 2011 15.000 37.04% 9.500 2012 13.000 32.10% 10.200 Total 40.500 100% 43.700

Sumber : Kelompok Tani Subur, 2013

Dari tabel 10 dapat diketahui bahwa hasil penjualan beras organik dari tahun 2008 sampai tahun 2011 mengalami peningkatan sedangkan pada tahun 2012 mengalami penurunan dan harga beras organik setiap tahunnya semakin meningkat. Hal ini menunjukkan bahwa penerapan pertanian padi organik di desa Lubuk Bayas meningkat.

Tujuan penjualan beras organik dari tahun ke tahun sudah mulai berkembang dimulai dari koperasi JAPSA hingga ke mitra-mitra penjualan yang ada di dalam dan diluar Provinsi Sumatera Utara.

Perbandingan antara beras organik dengan beras biasa dapat dilihat di tabel 11 berikut ini.

Tabel 11. Perbandingan Harga Beras Organik dan Harga Beras Biasa di Desa Lubuk Bayas Tahun 2008-2012

Tahun Perbandingan Harga

Beras Organik (Rp/kg) Beras Biasa (Rp/kg)

2008 7.500 7.200

2009 8.000 7.500

2010 8.500 8.000

2011 9.500 8.200

2012 10.200 8.200

Sumber : Kelompok Tani Subur, 2013

Jumlah hasil panen padi organik di Desa Lubuk Bayas bervariasi pada seluruh petani sampel Hasil penelitian menunjukkan bahwa produktivitas padi organik berada antara 1.167 Kg/ha sampai dengan 6.250 Kg/ha dengan rata-rata 3.969 Kg/ha. Produktivitas padi biasa di Desa Lubuk Bayas yaitu sebesar 8500 Kg/ha. Apabila dibandingkan dengan produktivitas padi biasa maka produktivitas padi organik lebih sedikit. Hal ini dikarenakan pertanian padi organik berlangsung 2 kali musim tanam dalam setahun. Sedangkan pertanian padi anorganik 3 kali musim tanam dalam setahun.

Petani sampel di Desa Lubuk Bayas menggunakan sarana produksi yang berasal dari dalam dan luar kelompok tani. Apabila adanya ketersediaan input produksi di dalam kelompok tani maka petani sampel melakukan pembelian didalam kelompok tani. Jika input produksi tidak tersedia di kelompok tani maka petani melakukan pembelian diluar kelompok tani. Petani sampel di Desa Lubuk Bayas mendapatkan bantuan saprodi berupa sapi yang kemudian sapi tersebut dikelola oleh kelompok tani untuk dimanfaatkan kotorannya sebagai pupuk kandang dan urin sapi.

Pembelian bibit dilakukan petani didalam kelompok tani. Kelompok Tani Subur telah memiliki penangkar bibit sendiri dengan harga jual Rp.8.000

kelompok tani, maka petani mencari solusi lain dengan membeli bibit di luar kelompok tani yaitu dengan harga Rp10.000 perkilogram. Hal ini menyebabkan terjadinya perbedaan harga antara bibit yang tersedia dikelompok tani dengan harga bibit yang di beli diluar kelompok tani.

Pupuk kandang pada petani sampel tersedia di dalam kelompok tani, karena kelompok Tani Subur memiliki ternak sapi yang merupakan bantuan dari Pemerintah Kabupaten Serdang Bedagai. Kotoran dari sapi tersebut diolah menjadi pupuk kandang yang dapat digunakan sebagai pupuk organik pada usahatani padi organik. Harga bahan mentah kotoran sapi tersebut yaitu Rp500/kg, sedangkan harga kotoran sapi yang sudah siap pakai, yaitu pupuk kandang yaitu Rp1.000/kg. Petani yang menggunakan bahan mentah dari kotoran sapi tersebut mengolah kembali menjadi pupuk kandang. Hal ini yang menyebabkan perbedaan harga pupuk kandang antar petani sampel.

Urin sapi yang digunakan petani sampel berasal dari kelompok tani. Kelompok Tani Subur mengolah urin sapi sendiri dengan harga jual Rp10.000 perliter. Apabila urin sapi tidak tersedia di kelompok tani, maka petani membeli urin sapi diluar kelompok tani dengan harga Rp20.000 perliter. Akan tetapi, tidak semua petani menggunakan urin sapi. Hal ini disebabkan karena petani sampel sudah menggunakan lebih banyak pupuk kandang sebagai pupuk organik mereka. Selain itu, petani juga ada yang tidak menggunakan urin sapi sebagai pupuk organik karena sudah menggunakan urin sapi tersebut sebagai pestisida organik. Oleh karena itu terjadi perbedaan harga urin sapi antar petani sampel di Desa Lubuk Bayas.

Pestisida yang digunakan petani sampel yaitu pestisida nabati yang diolah dari pembusukan buah-buahan seperti nenas, mangga, dan lain-lain yang diperoleh dari buah-buah yang sudah membusuk. Selain pestisida nabati, petani sampel juga menggunakan urin sapi sebagai pestisida organik. Harga pestisida nabati berkisar antara Rp2.000/liter sampai dengan Rp5.000/liter, sedangkan harga urin sapi yang digunakan sebagai pestisida berkisar antara Rp10.000/liter sampai dengan Rp20.000/liter. Hal ini yang menyebabkan perbedaan harga pestisida organik petani sampel di Desa Lubuk Bayas.

Cara pembayaran upah tenaga kerja pada petani sampel dilakukan setelah kegiatan usahatani. Jenis kegiatan yang dilakukan adalah persemaian, penanaman, penyiangan, pemupukan, penyemprotan, pengeringan, panen, dan pascapanen. Oleh karena itu upah tenaga kerja pada petani sampel juga berbeda-beda tergantung kepada penggunaan tenaga kerja di setiap kegiatan usahatani.

Petani sampel mengeluarkan biaya pemasaran yang meliputi biaya pengemasan, biaya transportasi, dan biaya penyusutan. Besarnya biaya pemasaran untuk setiap komponen pada petani sampel berbeda-beda karena jumlah produksi beras organik yang berbeda pula. Biaya pemasaran dihitung perkilogram berdasarkan banyaknya produksi beras organik. Masing-masing petani sampel mempunyai ukuran kemasan yang berbeda-beda yaitu 10 kilogram, 25 kilogram, dan 35 kilogram. Banyaknya beras organik dalam satu kemasan ditentukan oleh mitra berdasarkan permintaan konsumen.

Beras organik pada petani sampel dijual kepada JAPSA dan mitra penjualan lainnya. JAPSA yaitu koperasi yang menampung hasil usahatani yang berbasis kepada pertanian organik. Pembayaran yang dilakukan JAPSA kepada

kelompok tani adalah kontan. Kelompok Tani Subur yaitu petani sampel melakukan kerjasama dengan JAPSA untuk memasarkan hasil beras organik mereka.

Pestisida organik yang digunakan yaitu pestisida nabati dengan menggunakan sisa-sisa dari buah-buahan yang dapat digunakan untuk pembasmi hama, sehingga petani tidak perlu mengeluarkan biaya yang besar untuk pestisida organik. Selain menggunakan pestisida nabati, petani padi organik juga menggunakan urin sapi yang sudah tersedia sebelumnya.

Petani sampel memiliki penangkaran bibit sendiri dengan harga jual yang lebih rendah daripada harga dipasaran. Sehingga banyak petani yang tidak membeli bibit diluar kelompok tani.

Petani padi organik pada daerah penelitian umumnya memiliki sumber pendapatan lain selain berusahatani padi organik. Sehingga, petani tidak benar- benar berusaha untuk meningkatkan pendapatan dari usahatani padi organiknya.

2. Tingkat partisipasi petani dalam penerapan pertanian padi organik di

Dokumen terkait