• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perkembangan, Pengaruh, dan Jenis Tarekat di Dunia Islam

DALAM KONTEKS DUNIA MELAYU DAN DUNIA ISLAM

2.2 Perkembangan, Pengaruh, dan Jenis Tarekat di Dunia Islam

Pada masa awal perkembangan agama Islam, hanya terdapat dua macam aliran Tarekat, yaitu: (a) Tarekat Nabawiyah, yaitu amalan yang berlaku di masa Nabi Muhammad, yang dilaksanakan secara murni. Tarekat ini dinamakan juga dengan Tarekat Muhammadiyah atau Tarekat Syari’at. (b) Tarekat Salafiah, yaitu cara beramal dan beribadah pada masa sahabat Rasul Muhammad dan tabi’in, dengan maksud memelihara dan membina syari’at Rasulullah SAW. Tarekat ini dinamakan juga dengan Tarekat Salafus Saleh.

Setelah abad kedua Hijriah, Tarekat Salafiah mulai berkembang secara kurang murni. Ketidak murnian itu antara lain disebabkan oleh pengaruh filsafat dan alam pikiran manusia telah memasuki negara-negara Arab, seperti filsafat

Yunani, India, dan Tiongkok. Dampaknya adalah pengamalan TarekatNabawiyah dan Salafiah telah bercampur aduk dengan filsafat dari segala penjuru dunia. Pada masa ini sejumlah kitab filsafat asing disalin dan diterjemahkan ke dalam bahasa Arab.

Setelah abad kedua Hijriah, muncullah Tarekat Sufiah yang diamalkan oleh orang-orang sufi, dengan tujuan untuk kesucian melalui empat tingkatan. (a) Syari’at, mengetahui dan mengamalkan ketentuan-ketentuan syari’at, sepanjang yang menyangkut dengan lahiriah. (b) Thariqat (Tarekat), mengerjakan amalan hati, dengan akidah yang teguh, dan menyangkut dengan batiniah. (c) Hakikat, cahaya musyahadah (batin) yang bersinar cemerlang dalam hati dan dengan cahaya itu dapat mengetahui hakikat Allah dan rahasia alam semesta. (d) Ma’rifat, tingkat tertinggi, yaitu para pengamalnya telah mencapai kesucian hidup dalam alam rohani, memiliki pandangan tembus (kasyaf), serta mengetahui hakikat dan rahasia kebesaran Allah.

Orang sufi menganggap bahwa syari’at untuk memperbaiki sesuatu yang lahir (nyata). Tarekat untuk memperbaiki sesuatu yang tersembunyi (batin), dan hakikat untuk mengetahui segala rahasia yang ghaib-ghaib. Tujuan terakhir sufi adalah ma’rifat yakni mengenal hakikat Allah, zat, sifat, dan perbuatan-Nya. Orang yang telah mencapai tingkat ma’rifat dinamakan wali, yang mempunyai kemampuan luar biasa (khariqul lil’adah), disebut “keramat” atau menguasai supernatural. Terjadi pada dirinya hal-hal luar biasa yang tidak terjangkau oleh logika akal, baik semasa hidup maupun setelah wafatnya. Syekh Abdul Kadir

Jailani (1078-1168 M) menurut pandangan para kaum sufi adalah wali tertinggi yang disebut dengan Quthubul Aulia (Wali Quthub).

Gerakan Tarekat baru menonjol dalam Dunia Islam pada abad ke-12 M, sebagai lanjutan dari kegiatan kaum sufi terdahulu. Kenyataan ini dapat ditandai dengan nama pendirinya dan tokoh-tokoh sufi lainnya. Setiap Tarekat mempunyai Syekh, kaifiat zikir dan upacara. Biasanya Syekh atau mursyid (tuan guru) mengajar murid-muridnya di asrama latihan rohani di tempat yang dinamakan rumah suluk atau ribath.

Gerakan sufi ini mula-mula menonjol di Asia Tengah, Tibristan tempat kelahiran dan operasinya Syekh Abdul Kadir Jailani. Kemudian berkembang ke Irak, Turki, Arab Saudi, dan sampai ke Indonesia, Malaysia, Singapura, Thailand, India, dan Tiongkok.

Kemudian pada abad ke-12 itu muncul pula Tarekat Rifaiah di Maroko dan Aljazair. Juga muncul Tarekat Sahrawadiah, dan lainnya yang berkembang di Afrika Utara dan Afrika Tengah, seperti di Sudan dan Nigeria. Perkembangan itu begitu cepat melalui murid-murid yang telah diangkat menjadi khalifah (pimpinan). Mengajarkannya dan menyebarluaskannya ke negeri-negeri Islam. Ada pula melalui perantaraan para pedagang.

Organisasi Tarekat pernah mempunyai pengaruh yang sangat besar di Dunia Islam, sebagaimana yang dikatakan ilmuwan Barat yang terkenal mengkaji Islam, H.R. Gibb dalam An Interpretation of Islamic History, bahwa setelah direbutnya Khalifah Islam oleh orang-orang Mongolia pada tahun 1258 H., maka tugas untuk memelihara kesatuan masyarakat Islam beralih ke tangan kaum sufi.

Peranan ahli Tarekat dalam percaturan politik di Turki pada masa pemerintahan Ottoman I (1299-1326 M.) cukup besar. Demikian pula di Sudan, Afrika Utara, dan Afrika Tengah, Tunisia, dan di Indonesia. Pada masa itu ahli Tarekat memegang peranan penting dalam perjuangan melawan penjajahan bangsa Barat khususnya Belanda.

Dalam proses Islamisasi di Indonesia, sebahagiannya adalah atas usaha dari kaum sufi dan mistik Islam. Sehingga pada waktu itu para pemimpin Islam di Indonesia bukan saja para ahli teologi (mutakallimin) dan ahli hukum (fuqaha’), tetapi juga para Syekh Tarekat dan guru-guru suluk.

Salah seorang pemuka Tarekat Naqsyabandiah yang telah berjasa besar bagi perjuangan bangsa dalam merebut kemerdekaan lahir dan batin adalah Syekh Abdul Wahab Rokan Al-Khalidi Naqsyabandi (1811-1926). Beliau terkenal dengan panggilan Tuan Guru Babussalam Langkat. Pusaran aktivitasnya adalah di Desa Babussalam, Kecamatan padang Tualang, Kabupaten Langkat, Provinsi Sumatera Utara. Ia adalah murid dari Syekh Sulaiman Zuhdi dan belajar kepadanya, selama enam tahun di Mekah.

Sekembalinya ke Indonesia, ia aktif mengajar agama dan Tarekat di beberapa kerajaan Islam. Di antaranya Kesultanan Langkat, Deli, Serdang, Asahan, Kualuh, dan Panai di Sumatera Utara. Juga sampai ke Siak Sri Indra Pura, Bengkalis, Tambusai, Tanah Putih Kubu di Provinsi Riau. Keseluruhannya adalah sebagai Kesultanan Melayu yang bercorak Islam.11

11

Pada masa sekarang ini, kesultanan-kesultanan Melayu memiliki eksistensi dan polarisasi yang berbeda-beda, sesuai dengan di mana ia berada. Di Semenanjung Malaysia, Kesultanan-kesultanan Melayu ini masih lestari dan kekal, karena Negara Malaysia adalah

Sampai sekarang murid-murid beliau tersebar luas di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Riau, Sumatera Selatan, dan Sulawesi Selatan. Khalifah-khalifah beliau yang giat mengembangkan Tarekat Naqsyabandiah di luar negeri, telah berhasil mendirikan rumah-rumah suluk dan peribadatan di Batu Pahat Johor, Pulau Pinang, Ipoh, Kelantan, dan beberapa kawasan di Thailand.

Menurut pendapat para ulama Islam, pada abad ke-21 ini terdapat 41 macam Tarekat di Dunia Islam. Masing-masing mempunyai Syekh, kaifiat zikir (tata cara berzikir mengingat Allah), dan upacara yang berbeda. Adapun berbagai macam Tarekat di Dunia Islam itu diuraikan berikut ini.

(1) Tarekat Kadiriah. Tarekat ini didirikan oleh Syekh Abdul Kadir Jailani. Beliau lahir di wilayah Tibristan pada tahun 471 H (1078 M), wafat di Baghdad 561 H (1168 M). Nama lengkapnya adalah Abu Muhammad Muhyicin Abdul Kadir bin Musa bin Abdullah Al-Husna Al-Jailani. Pada tahun 488 H ketika masih remaja, melanjutkan pelajarannya ke Baghdad (ibukota Irak sekarang), belajar kepada beberapa guru dan Syekh dalam berbagai disiplin ilmu, terutama tasawuf. Beliau adalah seorang Suni yang menganut Mazhab Hanbali. Beliau terkenal budiman, cerdas, lebih menonjol pengetahuannya di bidang ilmu fiqih (hukum Islam), serta komunikasi dan informasi. Beliau tekun mempelajari

kesultanannya. Kemudian secara musyawarah mufakat mereka memilih salah seorang sultan ini sebagai pemimpin para sultan yang disebut dengan gelaran Yang di-Pertuan Agong, dengan masa jabatannya lima tahun sekali. Di Indonesia, kesultanan-kesultanan Melayu hanyalah sebagai pemangku adat dalam konteks Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Di antara keslutanan-kesultanan Melayu di Indonesia sampai sekarang ini adalah Kesultanan Langkat, Kesultanan Deli, Kesultanan Serdang, Kesultanan Asahan, Kesultanan Kualuh, Kesultanan Kotapinang, Kesultanan Siak Sri Inrapura, Kesultanan Palembang, Kesultanan Kutai Kartanegara,

sastra dan Hadits. Pada tahun 528 H. mengajar dan berfatwa di Baghdad. Karya tulis beliau antara lain: (a) Al-Ghaniatu Lithalibi Thariqil Haqqi, (b) ‘Al-Fat-hur Robbani, (c) Futuhul Ghaibi, dan (d) ‘Al-Fuyudhatur Robbaniatu.

Pengikut Tarekat Kadiriah memegang prinsip tasamuh (toleransi), karena Syekh Abdul Kadir Jailani menegaskan kepada mereka: “Kita tidak hanya mengajak diri sendiri tetapi juga mengajak semua makhluk Allah supaya menjadi seperti kita.” Di antara Syekh Tarekat ini yang menonjol adalah Sayid Ahmad bin Idris Al-Fasi. Ia sejalan dengan Syekh Sayid Muhammad bin Ali As-Sanusi, pendiri Tarekat Sanusiah.

Pengikut Tarekat Kadiriah terbagi tiga: (a) Al-Kadiriah Al-Bukaiyah, tersebar luas di wilayah Tombouktu, sebuah negeri di Sudan (Afrika Tengah), pusat perdagangan Sungai Nigeria; (b) Al-Kadiriah, di wilayah padang pasir sebelah barat, yang dinaakan Ad-Dirat; dan (c) Al-Kadiriah Al-Walatih, tersebar di wilayah Sudan bahagian barat.

Tarekat Kadiriah adalah adalah salah satu Tarekat sufiah yang paling giat menyebarkan agama Islam di Barat Afrika. Pengikut-pengikutnya menyebarkan Islam itu melalui perdagangan dan pengajaran. Umumnya pedagang-pedagang di daerah itu adalah penganut Tarekat Kadiriah. Ilmuwan Islam yaitu Amir Syakib Arselan, menyatakan bahwa mereka telah membuka sekolah dan madrasah di hampir setiap desa. Murid-muridnya sebahagian besar terdiri dari anak-anak kulit hitam. Para murid yang cerdas dikirim ke berbagai perguruan tinggi di Tripoli, Qairawan, dan Universitas Al-Azhar, Kairo. Setelah

menamatkan pelajaran di berbagai perguruan tinggi itu, mereka kembali ke tanah airnya dan giat mengembangkan ajaran Islam.

(2) Tarekat Syadziliah, didirikan pada pertengahan abad ke-13 M, dipandang sebagai Tarekat sufiah yang utama memasukkan tasawuf ke Negeri Arab. Pusatnya di Bobarit Maroko. Pendirinya adalah Syekh Abu Hasan bin Abdullah bin Abdul Jabbar bin Hormuz As-Syadzili Maghribi Husaini Al-Idrisi, keturunan Hasan bin Ali bin Abi Thalib. Ia dilahirkan pada tahun 591 H (1195 M) di Gahamarah, sebuah desa dekat Sabtah, Afrika. Ia memperdalam ilmu fikih dan tasawuf di Tunisia. Karena bermukim di Sadzili, maka Tarekat yang didirikannya itu dinamakan Tarekat Sadziliah.

Setelah mengadakan perjalanan ke negeri-negeri sebelah Timur, mengerjakan haji, dan mengunjungi Irak, ia menentap di Iskandariah dan wafat pada tahun 615 H (1219 M) di padang pasir ‘Aidzab, dalam perjalanan haji. Abu Hasan bertalian darah dengan para penguasa Maghribi, dan beliau meninggalkan kenangan yang tidak terlupakan di Afrika, yakni partai politik Hizbuz Syadzili, dan beberapa kitab ternama tentang adab tasawuf dengan judul Al-Amin dan Assirul Jalil fi Khawashi Hasbunallahi Wani’mal Wakil.

Ahmad bin ‘Iyadh telah menerbitkan kitab tentang Syadziliah dengan judul Al-Mufakaharul ‘Aliah fil-Ma-atsril Syadziliah. Ibnu Taimiah (661–728 H), mengutip banyak pendapat Abu Hasan As-Syadzili mengenai berbagai masalah. Ibnu Daqiqil mengaskan pula bahwa ia tidak pernah melihat orang yang paling mengenal Allah dari Syekh Abu Hasan As-Sadzili. Kata-kata mutiaranya yang amat bernas adalah: “Apabila zikir terasa berat atas lidahmu, anggota tubuh

berkembang menurutkan hawa nafsumu, tertutup pintu berpikir untuk kemashlahatan hidupmu, maka ketahuilah bahwa semua itu adalah pertanda banyaknya dosamu atau karena sifat munafik tumbuh dalam hatimu. Tiada jalan bagimu, selain dari berpegang teguh kepada jalan Allah dan ikhlas dalam pengamalannya.”

(3) Tarekat Tijaniah. Tarekat ini tersebar luas di Maghribi, didirikan oleh Sayid Abu Abbas Ahmad bin Muhammad bin Mukhtar bin Ahmad Syarif At-Tijani, lahir pada tahun 1150 H (1737 M). Ia alim dalam ilmu ushul (pokok) dan furu’ (cabang) , ahli tasawuf, bermazhab Maliki, mazhab yang paling berpengaruh di Afrika Utara. Selama beberapa waktu berdomisili diTilimsan. Menunaikan ibadah haji tahun 1186 M, melalui Tunis. Kemudian kembali ke Fas dan mengadakan perjalanan ke Tawat. Kemudian kembali ke Fas, seolah-olah ia senang tinggal di situ, sampai wafat tahun 1236 H (1815 M). Beberapa orang sahabatnya telah menerbitkan buku riwayat hidupnya, dengan judul Jawahirul Ma’ani.

Tarekat Tijaniah menganut prinsip tasamuh atau toleransi, mengikuti jejak pendirinya yang bersikap toleransi terhadap kalangan bukan muslim, dengan tidak mengurangi hak-hak agama dan kehormatan kaum muslimin. Dasar pokok ajaran Tarekat ini adalah firman Allah Surat Al-Baqarah:194, yang berbunyi sebagai berikut.

Artinya:

Bulan haram dengan bulan haram, dan pada sesuatu yang patut dihormati, berlaku hukum qishash. Oleh sebab itu barangsiapa yang menyerang kamu, maka seranglah ia, seimbang dengan serangannya terhadapmu. Bertakwalah kepada Allah dan ketahuilah, bahwa Allah beserta orang-orang yang bertakwa

Oleh karena itulah kitab Hadhirul ‘Alamil Islami menyatakan bahwa pengikut Tarekat Tijaniah mempergunakan kekuatan untuk menghadapi musuh mereka, orang Perancis. Sikap tasamuh atau toleransi yang dikembangkan selama ini berubah pada pertengahan abad ke-13, ketika mereka menentang kulit putih. Seorang Syekh Tarekat Tijaniah yang menonjol dan gigih membela pendirinya adalah Haji Umar anak Syekh Murabith, yang lahir pada tahun 1797 di suatu desa di Senegal. Pada masa kanak-kanak ia dididik ayahnya. Belakangan melanjutkan pendidikannya ke Universitas Al-Azhar Kairo. Ia kembali ke Bourno pada tahun 1833 dan mengunjungi Negeri Hausah. Di sini ia memimpin dan mangajari umat ke akidah salaf dengan bijaksana dan cara yang baik. Dalam berdakwah, ikut serta saudaranya Ahmad. Haji Umar dari Tijani telah membentuk barisan untuk memerangi orang yang menyembah berhala. Ia wafat pada tahun 1865.

Dia telah meninggalkan pengaruh yang besar bagi kejayaan Islam di negeri orang berkulit hitam. Perjuangannya dilanjutkan oleh pengikut-pengikutnya. Pengaruh mereka semakin luas, sehingga penjajah Perancis

memandangnya sebagai suatu yang sangat membahayakan kedudukan penjajah di wilayah itu. Pemerintah Perancis berusaha membasmi gerakan itu.

(4) Tarekat Sanusiah, yang muncul di Afrika Utara, didirikan oleh Sayid Muhammad bin Ali As-Sanusi, yang lahir pada tahun 1791. Ia seorang alim dan mujahid. Tarekat yang dipimpinnya berkembang luas dari Maroko sampai ke Somalia, terutama di daerah pedalaman Libia.

Dasar ajaran Tarekat ini adalah ajaran Islam dan lapangan kerjanya mendidik umat supaya dapat mengendalikan hawa nafsu untuk keselamatannya suapaya giat bekerja dan berusaha serta beribadah dengan akidah (keimanan) yang kokoh. Tarekat Sanusiah menurut Ahmad Syarbaini (guru besar Universitas Al-Azhar Kairo) berdasarkan Al-Qur’an dan Sunnah.

Penjajah di Benua Eropa menganggapnya membahayakan bagi kepentingan-kepentingan penjajah. Perjuangan mereka tidak saja dalam zikir dan wirid-wirid, tetapi juga berjihad (berjuang menurut ajaran Islam) menegakkan kebenaran. Pengaruh Tarekat ini di wilayah Jaghbub sangat besar. Hal itu dapat ditandai dengan kemajuan dan keamanan negeri itu jauh lebih meningkat dibandingkan dengan sebelum Tarekat itu muncul. Sebelumnya Jaghlub adalah pusat kejahatan dan kekacauan sosial, tetapi setelah muncul dan pengaruh Tarekat ini semakin kuat, maka daerah ini berubah menjadi pusat pendidikan dan pengajaran, pusat peribadatan, dan kemakmuran. Di kawasan ini Sanusi mendirikan sekolah dan madrasah untuk mendidik para kader Tarekat dan pejuang-pejuang Islam militan.

Setelah Sanusi wafat, ia digantikan oleh putranya yang bernama Al-Mahdi. Anaknya ini melanjutkan jihad dan perjuangan ayahandanya dengan mendirikan pusat latihan rohani di berbagai daerah, sehingga dalam waktu yang relatif singkat, namanya menjadi begitu populer. Pemerintah penjajah berusaha menutup kegiatannya. Namun ia terus berjuang dan bahkan lebih mempergiat dakwah dan membangun mental umat Islam di sana. Selain mengajar, beliau juga mendidik pengikutnya supaya berjihad menentang musuh-musuh Islam. Sebagai dampak dari perjuangannya yang gigih dan gesit, maka pada tahun 1911 meletuslah pemberontakan menentang pendudukan Italia, dan mengembangkan Islam di Sudan dan Afrika Tengah.

Tarekat Sanusiah menganggap Nabi-nabi adalah wasilah

(“penghubung”) antara makhluk dengan Allah. Ahmad Sanusi telah menyusun kitab tentang sejarah Tarekat Sanusiah. Melalui ajaran Tarekat, berjuta-juta penduduk Afrika Tengah memeluk agama Islam. Tarekat Sanusiah mengajarkan kepada para pengikutnya ketangkasan berkuda, panah-memanah, dan berbagai seni bela diri. Setiap hari Jum’at diadakan latihan perang. Pada hari Kamis latihan kerajinan tangan, seperti pandai besi, tukang sepatu, menjahit dan menenun, bertani dan bercocok tanam.

Pesan sebahagian dari tokoh-tokoh Tarekat Sanusiah adalah: “Jangan menghina seseorang, baik orang Islam maupun Nasrani, Yahudi dan orang-orang kafir lain. Mungkin mereka lebih baik dari anda di sisi Allah, sebab anda tidak tahu apa yang akan terjadi pada akhirnya.” Di antara kebiasaan pengamal Tarekat Sanusiah, mereka membeli budak di Sudan, diasuh di Jaghbub. Sesudah dewasa

dan berilmu dimerdekakan dari hamba sahaya dan diterjunkan ke tengah masyarakat sebagai juru dakwah dalam rangka pengembangan agama Islam di segenap penjuru benua Afrika.

(5) Tarekat Rifa’iyah, yang didirikan oleh Syekh Ahmad bin Abu Al-Hasan Ar-Rifa’i. Beliau wafat tahun 570 H atau 1175 M. Penganutnya banyak terdapat di kawasan Maroko dan Aljazair (Algeria).

(6) Tarekat Sahrawardiah. Tarekat ini didirikan oleh Syekh Abu Al-Hasan bin Al-Sahrawardi yang meninggal pada tahun 638 H (1240 M). Para pengikutnya sebahagian besar adalah di Afrika.

(7) Tarekat Maulawiyah. Tarekat ini didirikan oleh Syekh Maulana Jalaluddin Ar-Rumi. Beliau wafat tahun 672 H (1273 M). Sebahagian besar pengikutnya ada di Turkistan dan Turki. Dalam bahasa Turki Tarekat ini disebut dengan Mevlevi.

(8) Tarekat Ahmadiah. Tarekat ini didirikan oleh Syekh Ahmad Badawi, yang wafat pada tahun 675 H (1276 M). Para pengikutnya sebahagian besar terdapat di Maroko dan kawasan sekitarnya.

(9) Tarekat Haddadiah. Didirikan oleh Syekh Abdullah Ba’lawi Haddad. Tarekat ini diikuti oleh jemaah yang berada di negara-negara Arab, Malaysia, Singapura, dan sekitarnya.

Di kawasan Indonesia, Tarekat yang paling banyak penganutnya adalah Tarekat Naqsyabandiah dan Qadiriah. Khusus Tarekat Naqsyabandiah, akan diulas dalam uraian berikutnya.

Dengan melihat keadaan sosioreligius di atas, dalam Dunia Islam, Tarekat memiliki dasar hukum dari Al-Qur’an dan Sunnah Rasul. Tarekat sebagai gerakan rohani juga berkembang menjadi gerakan politik yang menentang ketidak adilan. Tarekat dalam Dunia Islam juga umumnya mengajarkan tentang tolerasi yang disebut dengan tasamuh. Ini sejalan dengan ajaran Islam, bahwa agama Islam adalah rahmat kepada seluruh alam, bukan umat Islam saja.