• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perkembangan Perdagangan Zirkon Dalam Negeri

3 PERKEMBANGAN ZIRKON

3.2 Perkembangan Perdagangan Zirkon Dalam Negeri

Tabel 3.4 Daftar perusahaan tambang zircon di Kalimantan Tengah tahun

2013

Kabupaten/kota Jumlah IUP Luas wilayah (Ha)

Barito Utara 2 4.006 Gunung Mas 16 77.115 Kapuas 25 115.321 Katingan 39 59.614 Palangkaraya 14 42.583 Kotawaringin Barat 13 8.865 Kotawaringin Timur 6 13.722 Pulau Pisang 2 1.525 Seruyan 4 3.950 Jumlah 121 326.701

Sumber : Dinas Pertambangan Provinsi Kalimantan Tengah (2013)

3.2 Perkembangan Perdagangan Zirkon Dalam Negeri 3.2.1 Produksi

Sebagaimana telah dijelaskan di atas, bahwa kualitas zirkon sangat tergantung dari jenis industri yang menggunakannya. Di dalam industri keramik, jenis yang paling banyak digunakan adalah tepung zirkon (zircon powder) yang disebut zirkonium silikat (zirconium silicate) dengan kadar minimum 66% (Tabel 3.3).

Saat ini, Indonesia baru memiliki tiga perusahaan penghasil zirkonium silikat, yaitu PT. Monokem Surya (MS) dan PT. Dian Lestari Sejahtera (DLS) dan PT. Iason Dunia Indonesia. Sedangkan perusahaan lain yang akan membangun adalah PT. Investasi Mandiri Interzircon, PT. Mandor Utama Mineral, PT. Lubuk Katingan Perdana, PT Irfan, dan PT. Prima Utama Minera l (Yazid, 2013).

PT. DLS adalah perusahaan pertama di Indonesia yang memproduksi zirkonium silikat dengan kadar minimum ZrO2 ≥ 64%, ukuran butir produknya terdiri atas milled zirconium (+325 mesh dan +425 mesh) dan micronized zirconium (1,5-5 mikron). Pada tahun 2012, seluruh produksnya sekitar 7.450 ton untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri, yaitu industri keramik sebanyak 3.700 ton, industri frit 2.500 ton, pasir cetak pada industri pengecoran logam 1.000 ton dan bahan tahan api 250 ton. Frit dan pengecoran logam adalah perusahaan yang paling banyak menggunakan zirkonium silikat berukuran milled zircon (+325 mesh dan +425 mesh).

38 Bahan baku yang digunakan untuk memproses zirkonium silikat adalah pasir zirkon yang berasal dari Provinsi Kalimantan tengah dengan kadar 40%, harganya sekitar US$490 per ton. Setelah diolah menjadi zirkonium silikat dengan kadar minimum 62%, harganya sekitar US$1.800 per ton.

PT. MS, saat ini tengah membangun pabrik pengolahan (ZrO2+HfO2), pabrik ini ditargetkan selesai pada pertengahan tahun 2012 (Gambar 4.1). Perusahaan ini berencana akan memproduksi (ZrO2+HfO2) antara 2.000 ton per bulan atau 24.000 ton per tahun. Jenis zirkon yang diproduksi adalah konsentrat zirkon (65-66%), tepung zirkonium silikat (zirconium silicate flour) dan micronized zirconium (Foto 4.2).

Peralatan pengolahan yang digunakan oleh PT. DLS ini (lihat Foto 4.3), hampir seluruhnya didatangkan dari luar negeri (impor), sebagian kecil dari mesin tersebut sudah dimodifikasi dan dibuat di dalam negeri. Mesin yang diimpor antara lain

magnetic seperator, high tension seperator, ballmill, filter press, sebagian powder dryer.

Mesin yang dibuat di dalam negeri adalah meja goyang, pengering pasir (sand dryer), perlengkapan ballmill, sebagian pengering tepung. Produk yang dihasilkan oleh perusahaan ini antara lain konsentrat zirkon kadar 65%, zirconium flour 325 mesh, zirconium silicated nano dan zirconium silicated ultrafine (Foto 4.4).

3.2.2 Industri Pengguna Zirkon di Dalam Negeri

Dalam dunia industri, zirkon yang paling banyak digunakan ternyata

zirkonium silikat (zirconium silicate). Industri yang paling banyak menggunakan

komoditas ini adalah industri keramik (85,03%), disusul oleh pasir cetak dalam

industri pengecoran logam (7,49%), kawat las (4,28%) dan industri frit atau

glasir (3,21%). Jumlah perusahaan pengguna zirkon di Indonesia diperkirakan

mencapai 190 perusahaan, 70,68% diantaranya adalah industri keramik (Tabel

3.5).

Apabila dilihat dari sisi manfaat, konsentrat zirkon dengan kadar 65% belum memberikan manfaat langsung terhadap industri lainnya karena baru dapat digunakan untuk pengecoran saja. Pengguna akhir zirkon yang terbesar adalah sebagai opacifier

39 dalam pembuatan produk berbasis keramik seperti ubin, peralatan sanitasi dan peralatan makan (Poernomo H., 2012). Tepung zirkon dan micronized zirconium yang banyak digunakan untuk industri keramik, pasir zirkon berasal dari Provinsi Kalimantan Tengah.

Tabel 3.5 Daftar industri pengguna zirkonium silikat (buah)

Jenis industri Jumlah

Bata tahan api 9

Keramik 150

Pasir cetak (pengecoran logam) 14

Kawat las 8 Frit 9 Sumber : - BPS (2012) - Kementerian perindustrian (2013) 1) Industri keramik

Keramik adalah berbagai produk industri kimia yang dihasilkan dari pengolahan tambang seperti clay, feldspar, pasir silika dan kaolin melalui tahapan pembakaran dengan suhu tinggi. Industri keramik yang terdiri dari ubin keramik (ceramics tile), saniter (ceramics sanitary), peralatan makan (ceramics tableware) dan genteng.

Sampai dengan tahun 2012, tercatat tidak kurang sekitar 159 perusahaan (Tabel 3.6) yang menghasilkan berbagai produk keramik, diantaranya 84 perusahaan ubin keramik, saniter 8 perusahaan, peralatan rumah tangga 35 perusahaan dan bata tahan api 9 perusahaan (BPS, 2013 dan Widjaya A., 2009).

Perusahaan keramik yang tergabung dalam Asosiasi Aneka Industri Keramik Indonesia (Asaki) sebanyak 59 perusahaan, terdiri dari industri ubin keramik (41 perusahaan), saniter (3 perusahaan) dan peralatan rumah tangga (15 perusahaan). Sedangkan perusahaan pendukung yang berperan sebagai pemasok bahan baku dan bahan penolong sebanyak 25 perusahaan. Asosiasi menguasai 90% pasar keramik di dalam negeri, sehingga menjadi barometer perkembangan industri frit dan

40 pengolahan pasir zirkon di Indonesia.

Seiring dengan pertumbuhan ekonomi Indonesia yang terus mengalami peningkatan, penduduk Indonesia yang saat ini sudah tercatat sekitar 240 juta jiwa terus mengalami peningkatan dengan laju pertumbuhan sebesar 1,3% per tahun. Hal ini meningkatkan kebutuhan terhadap rumah akan semakin meningkat pula.

Tabel 3.6 Jumlah perusahaan keramik Indonesia, Tahun 2012 (buah)

Jenis produk Banten Barat Jawa Jakarta DKI Tengah Jawa Timur Jawa DIY Sumatera Utara Belitung Bangka Kalimantan Barat Bali Jumlah

Bata tahan api 5 2 2 9

Ubin 21 28 5 3 23 3 1 84 Peralatan rumah tangga 8 9 1 4 6 3 4 35 Saniter 3 2 1 1 1 8 Lainnya 6 3 7 3 1 3 23 Jumlah 43 44 7 8 38 6 4 1 1 7 159 Sumber : - Kementerian Perindustrian (2013) - Widjaya A. (2009)

Selama kurun waktu 2008-2012, produksi keramik Indonesia terus mengalami peningkatan sebesar 9,85% per tahun seiring dengan permintaan dalam negeri yang terus meningkat. Peningkatan permintaan ini tidak terlepas dari semakin stabilnya perekonomian Indonesia hingga akhir 2012 sebesar 6,30% dan pertumbuhan penduduk yang naik sebesar 1,3%. Jenis keramik yang paling banyak dikonsumsi oleh penduduk Indonesia adalah ubin keramik yaitu sebesar 95,5% dari seluruh produk keramik dalam negeri (Tabel 3.7).

41

Tabel 3.7 Produksi keramik nasional, tahun 2008 - 2012 (ton)

Jenis Industri 2008 2009 Produksi (ton) 2010 2011 2012 Batu tahan api

(Refraktory) 57.256 58.401 59.569 60.761 61.976 Ubin keramik (tile

ceramic) 4.015.323 3.330.000 3.370.572 3.720.352 3.794.759 Alat makan keramik

(Tableware) 40.000 40.800 41.616 42.448 43.306 Keramik saniter

(sanitary) 57.369 56.104 56.104 57.226 58.371 Barang keramik lainnya

(keramik untuk laboratorium) 23.763 24.238 24.723 25.217 25.722 Jumlah 4.193.711 3.509.543 3.552.584 3.906.004 3.984.133 Sumber : - BPS (2013) - Kementerian Perindustrian (2013)

Industri keramik sangat erat hubungannya dengan perkembangan di sektor perumahan, perkantoran, hotel dan lain-lain. Konsumsi keramik dalam negeri mengalami perkembangan yang fluktuatif dan sangat tergantung dari kebijakan pemerintah dalam hal pengembangan perumahan. Selain itu, pertumbuhan ekonomi dalam negeri dan pendapatan per kapita penduduk sangat mempengaruhi kebutuhan akan rumah. Oleh karena itu, pemasokan dan permintaan keramik dalam negeri sangat fluktuatif mengikuti perkembangan perekonomian baik dalam maupun di luar negeri.

Produksi batu tahan api Indonesia pada tahun 2012 sebesar 61.976 ton, namun jumlah tersebut tidak mampu untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri yang besarnya 128.856 ton (Tabel 3.8) sehingga Indonesia harus mengimpor sebanyak 71.375 ton.

Konsumsi ubin keramik dalam negeri tahun 2012 mencapai 3.794.759 ton, hampir seluruh kebutuhan dalam negeri dipenuhi, hanya sedikit produk yang diimpor oleh Indonesia yaitu 150.416 ton.

Pada tahun 2012, produksi peralatan rumah tangga dari keramik dalam negeri tercatat sebesar 41.616 ton. 29.299 ton diantaranya dieskpor sehingga Indonesia harus mengimpor sebanyak 23.378 ton.

42 Keramik saniter yang diproduksi sebanyak 58.371 ton, 11.107 ton diantaranya diekspor ke berbagai negara, sehingga untuk memenuhi kekurangan di dalam negeri, Indonesia harus mengimpor sebanyak 8.414 ton.

Produksi dalam negeri untuk barang-barang dari keramik lainnya tercatat sebanyak 25.722 ton, hampir seluruh kebutuhan dalam negeri dapat terpenuhi walaupun harus mengimpor 4.837 ton.

Tabel 3.8 Penjualan keramik Indonesia menurut jenisnya tahun 2006 - 2012 (Ton)

Jenis Industri dan

Penjualan 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012

Batu tahan api

Dalam negeri 354.689 104.898 140.898 118.984 128.856 140.479 153.150 Ekspor 7.346 3.972 4.141 2.038 2.088 2.139 2.192 Impor 307.002 52.736 87.783 62.621 71.375 83.694 98.140 Selisih (E-I) -299.656 -48.764 -83.642 -60.583 -69.287 -81.555 -95.948 Ubin keramik Dalam negeri 3.553.438 3.687.948 3.824.112 3.109.573 3.163.000 3.217.404 3.272.743 Ekspor 477.178 398.852 381.438 344.144 357.988 372.379 387.349 Impor 171.213 150.209 190.227 123.717 150.416 150.792 151.169 Selisih (E-I) 305.965 248.643 191.211 220.427 207.572 221.587 236.180 Peralatan rumah tangga

Dalam negeri 59.577 50.485 39.567 37.708 35.695 35.731 35.768 Ekspor 28.505 29.038 26.146 25.909 29.299 29.329 29.359 Impor 33.732 24.085 25.713 22.817 23.378 23.402 23.426 Selisih (E-I) -5.227 4.953 433 3.092 5.921 5.927 5.933 Saniter Dalam negeri 43.140 45.774 49.328 52.725 53.411 56.354 59.459 Ekspor 19.374 17.187 17.665 11.853 11.107 11.719 12.365 Impor 7.373 6.717 9.624 8.474 8.414 8.871 9.353 Selisih (E-I) 12.001 10.470 8.041 3.379 2.693 2.848 3.012

Barang dari keramik lainnya (keramik lab, insulator)

Dalam negeri 17.686 17.254 18.892 22.121 21.279 22.360 23.496

Ekspor 7.842 9.084 7.672 6.459 8.281 8.544 8.814

Impor 2.688 3.041 2.801 4.342 4.837 5.703 6.725

Selisih (E-I) 5.154 6.043 4.871 2.117 3.444 2.840 2.090

Sumber : Kementerian Perindustrian (2013).

43 banyak dikonsumsi (Tabel 3.6), hal ini dikarenakan sektor perumahan di Indonesia mulai mengalami perkembangan yang sangat signifikan sehingga kebutuhan akan ubin keramik juga meningkat.

PT. Saranagriya Keramik (salah satu anggota Asaki) setiap tahun memproduksi ubin keramik sekitar 720.000 m2, kebutuhan frit selama setahun sebanyak 6.000 ton dan kebutuhan zirkon silikat 600 ton dengan ukuran ≤ 5 micron. Rasio penggunaan frit dalam setiap meter persegi adalah 0,0083 : 1. Zirkonium silikat yang digunakan di perusahaan ini di impor dari Australia dan Afrika Selatan, sedangkan frit di impor dari Cina.

PT. Arwana Nuansa Keramik Kabupaten Serang, setiap tahun memproduksi ubin keramik sebanyak 16 juta m2, 99% produksinya dijual di dalam negeri dan untuk segmen pasar menengah ke bawah. Frit yang digunakan sebagian besar dipasok dari tiga perusahaan di dalam negeri dan sebagian lagi dipasok dari Jepang dan Australia. Kebutuhan frit perusahaan ini setiap tahun sekitar 3.000 ton, sehingga rasio penggunaan frit dalam setiap meter persegi adalah 0,0002 : 1.

PT. KIA dengan tingkat produksi 9,4 juta ton membutuhkan zirkonium silikat sebesar 300 ton dan frit sekitar 10.800 ton per tahun yang diimpor dari Malaysia. Perusahaan ini mengharapkan bahwa ada perusahaan dalam negeri yang dapat menjadi pesaing zirkon impot, baik dari sisi kualitas maupun harga.

Volume produksi keramik PT. Arwana Citra Mulya Gresik per tahun sekitar 18,5 juta m2, zirkonium silikat yang dikonsumsi sekitar 150 ton dan frit 4.500 ton, kedua produk tersebut diperoleh dari dalam negeri.

PT. American Standard Indonesia merupakan salah satu penghasil saniter keramik yang memproduksi 760.000 buah per tahun membutuhkan frit sebanyak 24 ton dari dalam negeri, sedangkan zirkonium silikat sebanyak 300 ton yang dibeli dari Malaysia.

2) Industri frit

Produksi frit di dalam negeri hanya diproduksi oleh beberapa perusahaan saja dan yang tercatat adalah PT. Chandra Silamas Co, PT. Ferro Mas Dinamika, PT. China

44 Glaze Indonesia, PT. Unicer Indoasia, PT. Torrecid Indonesia, PT. Esmalglass Indonesia, PT. Smaltochimica Asia, PT. Wanxing Indonesia dan PT. Colorobbia Indonesia (Widjaya, A., 2009).

PT. China Glaze Indonesia saat ini memproduksi frit sebanyak 36.000 ton per tahun, jenis frit yang diproduksi adalah transparents frit dan opaque frit. Sekitar 28.000 ton (77,78%) produknya dijual di dalam negeri, sisanya sebesar 8.000 ton di ekspor. Produk perusahaan ini untuk memenuhi kebutuhan industri keramik dan saniter. Bahan baku yang digunakan untuk memproduksi frit ini adalah zirkonium silikat dan tepung dengan kebutuhan 720 ton per tahun. 480 ton di antaranya diperoleh dari dalam negeri dan 240 ton diimpor dari Afrika Selatan.

Demikian pula halnya dengan PT. Colorobbia yang memproduksi frit dengan jenis yang sama, namun produksinya lebih rendah yaitu sekitar 24.000 ton per tahun. 17.000 ton (70%) diantaranya dipasok untuk kebutuhan dalam negeri dan 30% sisanya diekspor, seluruh produknya digunakan oleh industri keramik. Salah satu bahan baku yang digunakan untuk membuat frit ini adalah konsentrat zirkon kadar 65% dengan kebutuhan per tahun 2.400 ton. 1.200 ton diantaranya diperoleh dari dalam negeri, 1.200 ton lainya diimpor dari negara Spanyol.

Selama kurun waktu 2007-2012, pertumbuhan volume ekspor frit dan glasir Indonesia rata-rata meningkat sebesar 56,16%. Kenaikan tertinggi terjadi pada tahun 2012 yaitu sebesar 5.251 ton, naik sangat signifikan yaitu 184,22% dibandingkan dengan tahun 2011 (1.848 ton). Glass frit dan oth glass adalah produk frit yang paling banyak diekspor, jumlahnya mencapai 14.999 ton (Tabel 3.9).

Volume impor frit dan glasir yang mengandung zirkon pada tahun 2012 jauh lebih besar dibandingkan dengan volume ekspor yaitu sebesar 41.119 ton, atau naik sebesar 53,83% dibandingkan dengan tahun 2011 (26.730 ton). Laju pertumbuhan volume impor frits dan glasir Indonesia dalam kurun waktu yang sama lebih lambat dibandingkan laju pertumbuhan volume ekspor yaitu 19,14%. Akan tetapi, dari neraca perdagangan selama kurun waktu tersebut, Indonesia selalu mengalami defisit perdagangan rata-rata sebesar 23.670 ton per tahun. Hal ini mengindikasikan bahwa industri pengguna frit dan glasir bermuatan zirkon cukup banyak di Indonesia,

45 terutama industri keramik (lihat Tabel 3.8). Di dalam tabel tersebut (tahun 2012), ternyata jenis glass frit dan oth glass adalah produk terbesar yang diimpor oleh Indonesia, jumlahnya mencapai 91.847 ton.

Tabel 3.9 Realisasi volume ekspor - impor frit Indonesia , Tahun 2007-2012 (ton)

Uraian 2007 2008 2009 2010 2011 2012

Ekspor

Prepared pigments, prep opacifiers prep colors &

similar prep 311 360 358 434 616 3.100

Enamel frits 524 270 433 471 194 87

Oth vitrifiable enamels & glazes, engobe (slips)

similar prep 93 58 103 163 1.037 2.064

Glass frit & oth glass, in the form of powder

granules or flakes 739 578 1.205 3.909 11.099 14.999

Jumlah 1.666 1.267 2.099 4.977 12.946 20.251

Impor

Prepared pigments, prep opacifiers prep colors &

similar prep 6.154 7.399 6.874 8.061 11.150 9.429

Enamel frits 8.177 8.019 5.363 6.089 5.015 6.400

Oth vitrifiable enamels & glazes, engobe (slips)

similar prep 4.462 7.622 7.106 9.519 10.566 25.290

Glass frit & oth glass, in the form of powder

granules or flakes 92.923 94.022 63.843 79.467 84.966 91.847

Jumlah 111.715 117.062 83.186 103.136 111.696 132.966

Sumber : Kementerian Perindustrian (2013)

Berdasarkan hasil wawancara, kedua perusahaan ini menyatakan bahwa kualitas zirkon dalam negeri lebih bagus dari pada kualitas zirkon yang diimpor dan untuk saat ini sulit mencari pengganti fungsi zirkon.

Sedangkan 7 perusahaan frit lainnya belum diketahui jumlah produksinya sehingga belum diketahui secara pasti jumlah keseluruhan produksi frit di Indonesia.

3.2.3 Ekspor, impor dan harga

Apabila diperhatikan dari statistik perdagangan zirkon Indonesia dari

tahun 2007-2012 menunjukan bahwa volume ekspor zirkon Indonesia dalam

bentuk pasir dan konsentrat naik sebesar sangat berfluktuasi dan sangat

tergantung perkembangan pasar dunia. Selama kurun waktu tersebut, laju

pertumbuhan ekspor zirkon Indonesia naik rata-rata sebesar 15,30%. Cina

46

merupakan negara terbesar yang menjadi tujuan ekspor pasir zirkon Indonesia,

yaitu 96,26%, sisanya ke Jepang, Korea Selatan, Thailand dan Taiwan.

Kenaikan yang paling tinggi terjadi pada tahun 2011 dengan volume

sebesar 127.079 ton (156,48%), namun pada waktu lainnya selalu mengalami

penurunan (Tabel 3.10). Tingginya ekspor tersebut diantaranya dipengaruhi

oleh pesatnya pertumbuhan ekonomi dan industri di Cina, jumlah penduduk

yang besar, pendapatan masyarakat yang meningkat sehingga permintaan

terhadap perumahan sangat tinggi serta kebijakan pemerintah Cina di bidang

perbankan sehingga mendorong sektor properti berkembang sangat pesat.

Selain kebijakan ekonomi, kebijakan politik di Cina juga sangat mempengaruhi

volume ekspor pasir zirkon Indonesia ke negara tersebut. Dengan kata lain,

bahwa data historis tidak menjadi acuan perkembangan volume ekspor pasir

zirkon Indonesia ke negara tujuan.

Dalam periode yang sama, Indonesia juga mengimpor komoditas yang

sama namun pertumbuhannya cenderung menurun dengan rata-rata 0,55%,

pengimpor pasir zirkon terbesar adalah Afrika Selatan (17,91%), Malaysia

(15,90%), Taiwan (15,03%), Italia (14,25%), Vietnam (8,39%) dan Spanyol (8,30%).

Kenaikan impor pasir zirkon yang paling tinggi terjadi pada tahun 2010, yaitu

sebesar 23,65%. Kenaikan ini disamping terjadi akibat naiknya permintaan

keramik di sektor perumahan juga akibat turunnya pasokan pasir zirkon dalam

negeri.

Selama kurun waktu 2007-2012, neraca perdagangan volume maupun

nilai ekspor pasir zirkon Indonesia lebih besar dari impornya, artinya Indonesia

mengalami surplus perdagangan masing-masing sebesar 98.294 ton dan

US$54,89 juta per tahun.

47

Statistik perdagangan pasir zirkon dalam Tabel 3.10, mengindikasikan

bahwa Indonesia masih membutuhkan zirkon dari luar negeri, khususnya

kelompok industri keramik yang tergabung dalam Asaki. Salah satu alasan yang

dikemukakan adalah kualitas zirkon impor tersebut ramah lingkungan dan tidak

berbahaya karena memiliki kandungan unsur radioaktif yang sangat kecil.

Harga ekspor pasir zirkon Indonesia pada tahun 2012 adalah US$748,40

per ton, ternyata harga ini merupakan harga tertinggi selama kurun waktu

enam tahun terakhir. Kondisi ini tidak lepas dari kebijakan pemerintah Cina

yang akan membangun sektor konstruksi dan perumahan pada tahun 2013,

sehingga memerlukan banyak keramik. Walaupun sempat mengalami

penurunan sebesar 7,13% pada tahun 2010, namun harga pasir zirkon Indonesia

selama kurun waktu tersebut cenderung stabil dengan kenaikan rata-rata

sebesar 19,53%.

Neraca perdagangan pasir dan konsentrat zirkon selama kurun waktu

2007-2012, baik secara volume maupun nilai mengalami surplus yang cukup

signifikan. Walaupun mengalami surplus namun zirkon yang diekspor Indonesia

dalam bentuk bahan mentah dengan kadar kurang dari 40% dan harganya

lebih rendah dari harga zirkon yang diimpor (Tabel 3.10).

Pada tahun 2012 ekspor pasir zirkon dan konsentrat zirkon Indonesia sebanyak 109.021 ton dengan nilai ekspor US$81.591.336, sedangkan volume impor sebanyak 10.727 ton dengan nilai US$26.698.849 surplus yang didapat sekitar $54.892.487. Akan tetapi harga zirkon yang diimpor Indonesia harganya US$2.488,86/ton, lebih mahal dibandingkan dengan harga ekspor zirkon yang hanya US$748,40/ton. Hal ini menunjukkan bahwa jenis zirkon Indonesia yang diekspor kualitasnya masih rendah dibandingkan dengan yang diimpor.

Pada tahun 2013, pembangunan perumahan,

apartemen serta hotel di dalam negeri akan banyak membutuhkan keramik

sehingga akan menjadi penyumbang terbesar dari tumbuhnya produksi pasir

zirkon Indonesia termasuk zirkon impor.

48 Tabel 3.10 Neraca perdagangan pasir dan konsentrat zirkon Indonesia, tahun

2007-2012 (ton) Uraian 2007 2008 2009 2010 2011 2012 Volume (Ton) Ekspor 111.031 64.579 62.617 49.548 127.079 109.021 Impor 13.503 18.687 14.612 18.067 16.896 10.727 Surplus/defisit 97.528 45.893 48.006 31.481 110.182 98.294 Nilai (US$) Ekspor 37.700.677 24.538.241 28.079.207 20.633.644 56.725.820 81.591.336 Impor 15.143.567 20.437.926 16.209.621 20.277.066 34.408.245 26.698.849 Surplus/defisit 22.557.110 4.100.315 11.869.586 356.578 22.317.575 54.892.487 Harga (US$/Ton) Ekspor 339,55 379,97 448,42 416,44 446,38 748,40 Impor 1.121,50 1.093,73 1.109,37 1.122,34 2.036,43 2.488,86 Sumber : Pusdatin Kementerian Perdagangan (2013)

Dokumen terkait