• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARANBAB

Dalam dokumen KAJIAN EKONOMI REGIONAL (Halaman 64-78)

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kalimantan Barat Triwulan I- 2011

52

Perkembangan Sistem Pembayaran

Berdasarkan jenisnya, uang kertas yang ditukarkan mecapai Rp16,8 miliar atau turun 14,12% (q-t-q). Pecahan yang paling banyak ditukarkan adalah pecahan Rp2.000,-sebanyak 964.823 lembar. Permintaan pecahan tersebut terus mengalami peningkatan sejalan dengan jumlah uang kertas pecahan Rp1.000,- baru yang sudah dibatasi/ berkurang produksinya. Sedangkan secara nominal, nilai terbesar disumbangkan oleh pecahan Rp20.000,- yang mencapai Rp6,2 miliar.

Sementara itu, penukaran uang logam juga turun 14,72% menjadi Rp1,2 miliar dengan penukaran tertinggi sebesar Rp548 juta berasal dari pecahan Rp1.000,-. Sedangkan jumlah koin terbanyak yang ditukarkan adalah pecahan Rp200,- sebanyak 1.052.915 koin.

Juta Rp

2008 2009 Total Pert.

TOTAL TOTAL Tw-I Tw-II Tw-III Tw-IV yoy Uang Kertas 93,605 82,604 25,141 18,150 29,007 16,805 89,104 7.87% 100,000 1,000688 - - 424 394 -18.22%818 50,000 2,204 276 - - 261 761 269.70%1,022 20,000 26,357 29,317 10,604 7,328 8,495 6,165 32,593 11.18% 10,000 26,694 23,675 7,402 5,117 9,286 4,848 26,653 12.58% 5,000 18,504 15,916 4,156 3,026 5,660 2,703 15,545 -2.33% 2,000 6,255- 2,406 1,904 3,800 1,930 10,039 -1,000 19,157 6,165 573 1,082775 2,4355 -60.51% Uang Logam 4,870 4,096 873 1,651892 1,210 4,626 12.94% 1,000 - 357 0 6061 548 1,154 -500 3,206 2,346 494 515 578 360 -17.00%1,947 200 1,494 964 268 263 321 211 1,063 10.21% 100 38262 110 114 146 92 20.83%462 50 108 47 0 0 0 0 -98.61%1 Total 98,475 86,700 26,014 19,042 30,658 18,015 93,730 8.11%

Sumber : Seksi Operasional Kas KBI Pontianak

Tabel 5.1

Kegiatan penukaran Uang Kecil

Pecahan 2010

Selain melayani penukaran di loket pelayanan Kantor Bank Indonesia Pontianak, secara rutin Bank Indonesia juga melakukan kegiatan kas keliling. Tujuan dari Kas Keliling ini adalah untuk menyediakan uang pecahan yang layak edar dengan cara jemput bola langsung kepada masyarakat di pusat-pusat keramaian seperti pasar. Selama triwulan I-2011, jumlah uang yang ditukarkan kepada masyarakat melalui kegiatan kas keliling mencapai Rp3,8 miliar, atau turun 43,40% dibandingkan triwulan sebelumnya. Penurunan ini tidak terlepas dari melemahnya belanja rumah tangga sehingga kebutuhan akan uang kartal pun berkurang.

Juta Rp

2008 2009 Total Pert.

TOTAL TOTAL Tw-I Tw-II Tw-III Tw-IV yoy

Uang Kertas 11,346 10,984 4,5014,058 3,704 3,682 15,945 45.17% 100,000 - -- - - - - -50,000 - -- - - - - -20,000 1,680 1,900 860640 700 900 3,100 63.16% 10,000 4,170 1,3003,920 1,480 1,700 1,230 5,710 45.66% 5,000 2,745 2,648 970845 500 850 3,165 19.52% 2,000 1,000- 660800 450 622 2,532 -1,000 2,751 1,516 531473 354 1,43880 -5.15% - -Uang Logam 479 167441 149 6846 430 -2.49% 1,000 - -- - -15 500 215 160 -- 3525 -62.50%60 200 203 105195 90 244 223 14.65% 100 61 4174 39 92 91 22.97% 50 - 2113 20 - - 41 -Total 11,825 11,425 4,225 4,650 3,7503,750 16,375 43.33%

Sumber : Seksi Operasional Kas KBI Pontianak

2010 Pecahan

Tabel 5.2 Kegiatan Kas Keliling

5.1.3. Pemberian Tanda Tidak Berharga (PTTB)

Dari hasil penukaran uang di loket KBI Pontianak, kegiatan kas keliling, dan setoran uang dari perbankan, secara rutin dilakukan pemusnahan uang lusuh dan sudah tidak layak edar dengan cara pemberian tanda tidak berharga (PTTB) melalui peracikan dengan Mesin Racik Uang Kertas (MRUK).

Jumlah uang kartal yang telah dimusnahkan mencapai Rp125 miliar atau turun 12,31% dibandingkan triwulan sebelumnya. Dilihat dari nominalnya, pecahan 50.000 merupakan pecahan yang paling banyak dimusnahkan dengan jumlah mencapai Rp3,5 miliar. Jumlah tersebut sedikit turun 3,14% dibandingkan triwulan sebelumnya yang mencapai Rp3,6 miliar. Sementara itu, ratio PTTB terhadap aliran uang masuk (cash inflow) turun dari 4,44% di triwulan IV-2010 menjadi 1,75% di triwulan I-2011.

Juta Rp

2008 2009 Total Pert.

TOTAL TOTAL Tw-I Tw-II Tw-III Tw-IV yoy

100,000 104,604 91,673 33,414 15,977 28,120 31,295 108,806 18.69% 50,000 367,847 181,152 78,715 62,925 75,825 71,782 289,246 59.67% 20,000 90,285 86,702 19,981 15,420 14,938 16,486 66,825 -22.93% 10,000 48,865 67,394 11,129 9,958 9,149 10,765 41,001 -39.16% 5,000 27,730 28,616 7,937 6,486 6,126 8,624 29,172 1.94% 2,000 - - 0 1 11 516 528 -1,000 15,645 14,508 3,371 2,577 1,811 3,514 11,273 -22.30% Total 654,976 470,045 154,547 113,344 135,979 142,981 546,852 16.34%

Sumber : Seksi Operasional Kas Bank Indonesia Pontianak

Tabel 5.3

Pemberian Tanda Tidak Berharga

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kalimantan Barat Triwulan I- 2011

54

Perkembangan Sistem Pembayaran

0.00% 20.00% 40.00% 60.00% 80.00% 100.00% 120.00% -100,000 200,000 300,000 400,000 500,000 600,000 700,000 Tw I-08 Tw-II 08 Tw-III 08 Tw-IV 08 Tw-I 09 Tw II 09 Tw III-09 Tw IV-09 Tw I-10 Tw II-10 Tw III-10 Tw IV-10 M iliar Rp

Grafik 5.2. Perkembangan Inflow, PTTB, dan Ratio PTTB terhadap Inflow

Inflow PTTB Ratio PTTB/Inflow

5.1.4. Penemuan Uang Palsu

Berdasarkan laporan dari kepolisian, perbankan, dan masyarakat kepada Kantor Bank Indonesia Pontianak temuan uang palsu di triwulan I-2011 mencapai Rp1.925.000,-dengan jumlah bilyet sebanyak 30 lembar. Bila dibandingkan Rp1.925.000,-dengan perputaran uang yang di Kalbar yang mencapai Rp929 miliar, maka porsinya hanya mencapai 0,00021% sehingga tidak akan berdampak signifikan terhadap kapitulasi transaski sistem pembayaran secara keseluruhan.

2008 2009 Total Nominal

TOTAL TOTAL Tw-I Tw-II Tw-III Tw-IV Tahun 2010 (Rp) 100,000 1,959 111 92 59 3850 239 23,900,000 50,000 596722 247 150 4094 531 26,550,000 20,000 1220 41 6 1 12 240,000 10,000 74 21 - - 3 30,000 5,000 25 52 - - 7 35,000 Total 2,710 343728 220 150 79279 50,755,000

Sumber : Seksi Operasional Kas Bank Indonesia Pontianak

Pecahan 2010

Tabel 5.4 Perkembangan Temuan Uang Palsu Lembar

5.2. SISTEM PEMBAYARAN NON TUNAI 5.2.1. Transaksi Kliring

Dibandingkan triwulan sebelumnya, kegiatan kliring selama periode laporan mengalami sedikit penurunan sejalan dengan perlambatan kegiatan ekonomi dan bisnis masyarakat Kalbar di awal tahun. Nilai transaksi kliring tercatat turin tipis 0,22% (q-t-q), kontras dengan pertumbuhan triwulan sebelumnya yang naik sebesar 60,78% (q-t-q).

Secara nominal, transaksi kliring pada tahun laporan mencapai Rp7.111 miliar dengan jenis terbesar berupa kliring penyerahan yang mencapai Rp7.056 miliar. Sisanya

merupakan transaksi kliring pengembalian atau penolakan dengan berbagai alasan. Sementara itu, jumlah warkat kliring tercatat sebanyak 355.397 lembar yang terdiri dari warkat penyerahan sebanyak 333.576 lembar dan warkat yang ditolak sebanyak 1.821 lembar.

Miliar Rp

2008 2009 Total Pert. Tahun '10

TOTAL TOTAL Tw-I Tw-II Tw-III Tw-IV (y-o-y)

Kliring Penyerahan - Jumlah Warkat (lbr) 687,042 694,368 199,163 194,259 171,932 195,693 761,047 9.60% - Nominal 19,569 18,720 4,731 5,175 4,381 5,546 19,832 5.94% - Rata-rata warkat/hari (lbr) 11,219 11,328 3,265 3,133 2,773 3,374 12,545 - Rata-rata nominal/hari 321 306 78 83 71 96 327 Kliring Pengembalian - Jumlah Warkat (lbr) 14,339 6,495 1,515 1,570 1,912 45,189 50,186 672.69% - Nominal 701 162 39 44 1,55252 1,687 943.07% - Rata-rata warkat/hari (lbr) 230 106 25 25 31 779 860 - Rata-rata nominal/hari 10 3 0.6 0.7 0.8 26.8 29 TOTAL - Jumlah Warkat (lbr) 701,381 700,863 200,678 195,829 173,844 240,882 811,233 15.75% - Nominal 20,270 18,881 4,769 5,219 4,433 7,098 21,518 13.97%

Sumber : Seksi Operasional Kas Kantor Bank Indonesia Pontianak Keterangan :

- HARI KERJA = Tahun 2008: 61 hari, Tahun 2009 : 63 hari, Tahun 2010 : 58 hari

Keterangan

Tabel 5.5 Kegiatan Kliring

2010

5.2.2. Transaksi Real Time Gross Settlement (RTGS)

Pada sisi lain, trransaksi melalui kegiatan RTGS pada triwulan I-2011 mengalami kenaikan dimana nilai RTGS pada periode laporan tercatat sebesar Rp36,75 triliun atau meningkat 5% dibandingkan triwulan I-2010. Apabila dilihat dari jenisnya, kenaikan tersebut terutama terjadi untuk pengiriman uang dari Kalimantan Barat ke luar provinsi. Sementara, transaksi RTGS lokal pada periode laporan tercatat sebesar Rp6,74 triliun sedikit meningkat dibandingkan periode sebelumnya sebesar Rp6,62 triliun. Pada sisi lain, RTGS yang masuk ke Kalimantan Barat tercatat sebesar Rp13,81 triliun lebih rendah dibandingkan triwulan I-2010 sebesar Rp15,69 triliun.

Kondisi tersebut antara lain dipengaruhi oleh meningkatnya aktivitas perekonomian Kalimantan Barat yang ditandai dengan pertumbuhan ekonomi yang cukup baik. Selain itu, penigkatan RTGS tersebut antara lain juga dipengaruhi oleh aktivitas penempatan antar kantor perbankan. Kondisi tersebut salah satunya dipengaruhi oleh peningakat DPK yang lebih cepat daripada penyaluran kredit dimana pada triwulan I-2011 DPK tumbuh 5% sedangkan kredit tumbuh 2% secara triwulanan.

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kalimantan Barat Triwulan I- 2011

56

Perkembangan Sistem Pembayaran

2011 TOTAL Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I* RTGS Keluar - Jumlah Transaksi 119.074 35.347 19.948 17.475 19.096 14.484 - Nominal 44.100 12.776 13.643 14.113 16.529 16.204 RTGS Masuk - Jumlah Transaksi 94.097 30.242 19.407 16.281 9.233 17.249 - Nominal 52.709 15.689 18.066 18.152 21.078 13.814 RTGS Lokal - Jumlah Transaksi 73.447 23.749 12.416 10.094 10.050 6.916 - Nominal 21.305 6.624 6.943 6.766 8.129 6.735 TOTAL - Jumlah Transaksi 286.617 89.338 51.771 43.850 38.379 38.649 - Nominal 118.114 35.089 38.652 39.031 45.736 36.753

Sumber: Seksi Operasional Kas Kantor Bank Indonesia Pontianak *) Data sementara

Tabel 5.6

Transaksi Keuangan Melalui RTGS

Miliar Rp

1 J umlah P enduduk Usia Kerja 3,037,972 3,002,953 3,010,513

Angkatan Kerja 2,277,435 2,197,325.0 2,256,867

a. Bekerja 2,152,247 2,095,705 2,144,342

b. P engangguran 125,188 101,620 112,525

3 Bukan Angkatan Kerja 760,537 805,628 753,646

4 T ingkat P artisipasi Angkatan Kerja (%) 74.97 73.17 74.97

5 T ingkat P enggangguran T erbuka (%) 5.50 4.62 4.99

Agt 2010 F eb 2011 2

NO KE T E R ANGAN F eb 2010

b

6.1. Ketenagakerjaan

6.1.1. Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas)

Berdasarkan Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) BPS bulan Februari 2011, jumlah angkatan kerja Provinsi Kalimantan Barat adalah 2.256.867 orang,naik 2,71% dibandingkan Agustus 2010. Dengan jumlah penduduk usia kerja (15 tahun ke atas) sebanyak 3.010.513 orang, maka tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) yang merupakan rasio antara jumlah angkatan kerja dengan jumlah penduduk usia kerja naik dari 73,17% pada Agustus 2010 menjadi 74,97% pada Februari 2011.

Jumlah penduduk yang bekerja mencatat kenaikan sebesar 2,32% selama Agustus 2010 hingga Februari 2011. Jumlah penduduk bekerja naik dari 2.095.705 orang menjadi 2.144.342 orang dengan penyerapan terbesar terjadi di sektor pertanian. Faktor pendorongnya adalah membaiknya usaha perkebunan karet dan kelapa sawit sehingga mendorong kebutuhan terhadap tenaga kerja di sector pertanian.

Jumlah penggangguran juga naik dari 101.620 orang menjadi 112.525 orang atau meningkat 10,73%. Secara keseluruhan, peningkatan jumlah pengangguran tersebut mengakibatkan Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) naik dari 4,62% menjadi 4,99%.

Tabel 6.1 Indikator Ketenagakerjaan Kalimantan Barat

Sumber: BPS Prov. Kalimantan Barat

Berdasarkan sektor usaha, penyerapan tenaga kerja terbesar masih berada pada sektor pertanian (63%), sedikit meningkat dibandingkan penyerapan tenaga kerja pada bulan Agustus 2010 yang mencapai 60%. Selain sector pertanian, pangsa tenga kerja sector perdagangan pada bulan Februari 2011 juga menujukkan sedikit peningkatan menjadi 5%dari 4% pada bulan Agustus 2010. Peningkatan tersebut selain akibat adanya

BAB

58

Perkembangan Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan Masyarakat

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kalimantan Barat Triwulan I-2011

63% 3% 14% 4% 11% 5% Pertanian Industri Perdagangan Bangunan Jasa Lainnya 60% 5% 13% 5% 11% 6% Pertanian Industri Perdagangan Bangunan Jasa Lainnya

penyerapan tenaga kerja baru juga dipengaruhi oleh adanya peralihan profesi khususny di sector industri, bangunan, dan lainnya. Penurunan tenaga kerja sector industri salah satunya merupakan dampak dari penurunan kinerja sector industri kayu olahan. Sementara, penurunan tenaga kerja disektor bangunan antara lain dipengaruhi oleh masih minimnya realisasi proyek pemerintah sehingga penyerapan tenaga kerja pada proyek pemerintah juga belum optimal.

6.2. Kesejahteraan

Salah satu indikator kesejahteraan adalah Nilai Tukar Petani (NTP) yang menggambarkan indikator relatif tingkat kesejahteraan petani. Nilai tukar petani diperoleh dengan cara membandingkan indeks harga yang diterima petani terhadap indeks harga yang dibayar petani. NTP juga mengukur daya tukar produk pertanian terhadap barang dan jasa yang dikonsumsi maupun untuk biaya produksi. Dengan demikian, semakin tinggi NTP maka semakin tinggi tingkat kesejahteraan petani. Berdasarkan pemantauan harga-harga di pedesaan pada bulan Maret 2011, NTP Kalimantan Barat tercatat sebesar 102,05. Nilai ini mengalami sedikit penurunan -0,85% dibandingkan NTP bulan Februari 2011 yang tercatat sebesar 102,93 (grafik 6.4). Penurunan NTP pada periode laporan dipengaruhi oleh penurunan indeks harga yang diterima oleh petani sebesar -0,33% dari 131,90 menjadi 131,46.

Secara umum pergerakan NTP di Kalimantan Barat sampai dengan bulan Maret 2011 menunjukkan kecenderungan yang meningkat jika dibandingkan tahun sebelumnya

Grafik 6.1 Pangsa Tenaga Kerja Per Sektor Agustus 2010

Grafik 6.2 Pangsa Tenaga Kerja Per Sektor Februari 2011

95 96 97 98 99 100 101 102 103 104 100 105 110 115 120 125 130 135 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 2009 2010 2011

NTP Indeks Diterima NTP Indeks Dibayar NTP

100,00 105,00 110,00 115,00 120,00 125,00 130,00 135,00 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 2009 2010 2011

Indeks Diterima Indeks Dibayar

dimana pada bulan Maret 2010 dan Desember 2010 NTP Kalimantan Barat masing – masing tercatat sebesar 101,07 dan 101,83. Dari sisi pendapatan, petani di Kalimantan Barat cenderung mengalami peningkatan sebgaimana diindikasikan oleh indeks yang diterima petani pada bulan Maret 2011 sebesar 131,46 lebih tinggi dibandingkan periode Maret 2010 sampai dengan Desember 2010 yang berada pada kisaran 121,91 – 128,55. Namun demikian, peningkatan indeks yang diterima petani tersebut juga dibarengi dengan indeks yang dibayar petani yang juga cenderung mengalami peningkatan. Pada bulan Maret 2011 indeks yang diterima petani tercatat sebesar 128,81 lebih tinggi dibandingkan dengan indeks yang dibayar petani pada periode Maret 2010 sampai dengan Desember 2010 berada pada kisaran 120,61 sampai dengan 126,24. Selanjutnya, pergerakan indeks yang dibayar oleh petani yang cenderung berhimpit dengan dengan indeks yang diterima oleh petani (grafik 6.5) dimana selisih antara indeks yang dibayar dengan indeks yang diterima hanya berkisar 1 sampai dengan kurang dari 3 poin menjadi salah satu indikator bahwa sebagian besar penghasilan petani akan habis untuk dibelanjakan baik dalam rangka memenuhi konsumsi maupun untuk pembelian barang modal. Kondisi ini dikhawatirkan akan berdampak terhadap kemampuan petani untuk menabung yang dalam jangka panjang dapat mempengaruhi investasi petani.

6.2.1. Pergerakan NTP Bulan Maret 2011

Sebagaimana telah disebutkan pada bagian terdahulu, NTP Kalimantan Barat peda bulan Maret 2011 tercatat mengalami penurunan dibandingkan dengan bulan Februari 2011. Pada sisi pendapatan, terdapat 5 sub sektor yang mengalami penurunan indeks harga yang dibayar dan hanya terdapat 1 sub sektor yang tercatat mengalami kenaikan indeks yang diterima yaitu sub sektor perikanan. Sedangkan pada sisi pengeluaran, seluruh sub

Grafik 6.4 NTP Petani Kalimantan Barat Grafik 6.5 Indeks Bayar dan Indeks Diterima Petani

60

Perkembangan Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan Masyarakat

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kalimantan Barat Triwulan I-2011

2010

Dec Jan Feb Mar Feb 2011 Dec 2010

1. Indeks Harga Yang Diterima Petani 128,55 130,22 131,90 131,46 -0,33 2,26

1.1. Padi Palawija 120,25 121,32 123,47 123,27 -0,16 2,51

1.2. Hortikultura 128,9 131,42 134,07 133,39 -0,51 3,48

1.3. Perkebunan Rakyat 152,22 155,22 157,07 155,78 -0,82 2,34

1.4. Peternakan 104,08 104,54 104,54 104,47 -0,07 0,37

1.5. Perikanan 131,08 132,05 130,53 131,64 0,85 0,43

2. Indeks Harga Yang Dibayar Petani 126,24 127,11 128,15 128,81 0,52 2,04

1.1. Padi Palawija 125,98 130,06 128,81 129,46 0,50 2,76

1.2. Hortikultura 128,18 129,12 130,14 130,79 0,50 2,04

1.3. Perkebunan Rakyat 126,61 127,72 128,79 129,45 0,51 2,24

1.4. Peternakan 122,46 123,11 124,15 124,88 0,59 1,98

1.5. Perikanan 121,78 122,38 123,42 124,15 0,59 1,95

3. Nilai Tukar Petani 101,83 102,45 102,93 102,05 -0,85 0,22

1.1. Padi Palawija (NTPP) 94,69 94,94 95,86 95,22 -0,67 0,56

1.2. Hortikultura (NTPH) 100,56 101,78 103,03 101,99 -1,01 1,42

1.3. Perkebunan Rakyat (NTPR 120,23 121,54 121,95 120,34 -1,32 0,09

1.4. Peternakan (NTPT) 84,99 84,92 84,20 83,66 -0,64 -1,56

1.5. Perikanan (NTPN) 107,64 107,89 105,76 106,04 0,26 -1,49

No Uraian 2011 % Perubahan Maret 2011 Thd

sektor mengalami kenaikan indeks yang dibayarkan. Kenaikan indeks yang dibayar tersebut terutama terjadi untuk indeks konsumsi rumah tangga sebesar 1,59% sementara kenaikan Indeks Biaya Produksi dan Penambahan Barang Modal (BPPBM) tercatat sebesar 0,33%.

Tabel 6.2 NTP Per Sub Sektor

Sumber: data BPS Prov. Kalbar diolah

NTP sub sektor tanaman padi dan palawija pada bulan Maret 2011 mengalami penurunan sebesar -0,67% dibandingkan bulan Februari 2011. Kondisi tersebut dipengaruhi oleh turunnya indeks yang diterima oleh petani padi dan palawija sebesar -0,16% dibanding bulan sebelumnya. Penurunan indeks yang diterima petani tersebut antara lain dipengaruhi oleh turunnya indeks terima palawija sebesar 1,21%. Pada sisi lain, indeks yang dibayar oleh petani padi dan palawija mengalami kenaikan sebesar 0,51% pada bulan Maret 2011. Kenaikan indeks yang dibayar oleh petani padi dan palawija antara lain dipengaruhi oleh Indeks Konsumsi Rumah Tangga yang mengalami kenaikan sebesar 0,54% dan Indeks Biaya Produksi dan Penambahan Barang Modal (BPPBM) Pertanian mengalami kenaikan sebesar 0,39%.

NTP sub sektor Hortikultura pada bulan Maret 2011 tercatat mengalami penurunan sebesar -1,01% dibandingkan bulan Februari 2011. Kondisi tersebut dipengaruhi oleh turunnya indeks yang diterima petani khususnya indeks yang diterima untuk komoditi sayur mayur dan buahbuahan yang masing – masing tercatat mengalami penurunan sebesar -0,97% dan -0,25 %. Pada sisi lain indeks bayar petani hortikultura mengalami kenaikan seiring dengan kenaikan indeks konsumsi rumah tangga sebesar 0,54% dan kenaikan indeks biaya produksi dan penambahan barang modal sebesar 0,28%.

NTP sub sektor perkebunan mengalami penurunan sebesar -1,32% dibandingkan bulan Februari 2011. Kondisi ini disebabkan oleh turunnya indeks yang diterima petani

sebesar -0,82% sedangkan indeks harga yang dibayar petani mengalami kenaikan sebesar 0,51%. Kenaikan indeks yang dibayar petani tersebut dipengaruhi oleh meningkatnya indeks konsumsi rumah tangga sebesar 0,57% dan kenaikan indeks BPPBM sebesar 0,27%.

NTP sub sektor peternakan pada bulan Maret 2011 tercatat mengalami penurunan sebesar -0,65% dibandingkan bulan Februari 2011. Hal tersebut dipengaruhi oleh turunnya indeks harga yang diterima oleh pelaku usaha peternakan seiring dengan turunnya indeks harga unggas sebesar -0,53%. Sementara, indeks yang dibayarkan oleh pelaku usaha peternakan pada bulan Maret 2011 tercatat lebih tinggi dibandingkan bulan Februari 2011 yang diindikasikan oleh kenaikan indeks yang dibayar pelaku usaha peternakan sebesar 0,58%. Hal ini dipengaruhi oleh kenaikan indeks konsumsi rumah tangga sebesar 0,64% dan kenaikan indeks BPPBM sebesar 0,46%. Kenaikan indeks BPPBM pada sub sektor peternakan tersebut tercatat lebih tinggi jika dibandingkan dengan kenaikan indeks BPPBM belan Maret 2011 pada 5 sub sektor lainnya.

NTP sub sektor perikanan Provinsi Kalimantan Barat pada bulan Maret 2011 tercatat sebagai satu-satunya sub sektor yang mengalami kenaikan jika dibandingkan dengan bulan Februari 2011. NTP sub sektor perikanan tercatat mengalami kenaikan sebesar 0,26%. Meskipun indeks yang dibayar oleh pelaku usaha sub sektor perikanan mengalami kenaikan sebesar 0,59%, namun kenaikan tersebut dapat diimbangi dengan kenaikan indeks harga yang diterima pelaku usaha sub sektor perikanan sebesar 0,85%. Kenaikan indeks yang diterima tersebut antara lain dipengaruhi oleh kenaikan indeks penangkapan dan indeks budidaya masing - masing sebesar 0,93% dan 0,25%. Pada sisi lain, kenaikan indeks yang dibayar oleh pelaku usaha sub sektor perikanan pada bulan Maret 2011 dipengaruhi oleh kenaikan indeks BPPBM sebesar 0,13% dan kenaikan indeks konsumsi rumah tangga sebesar 0,80%.

6.2.2. Perbandingan Dengan Provinsi Lain Di Kalimantan

Pada bulan Maret 2011, hampir semua provinsi di Kalimantan tercatat mengalami penurunan NTP dimana penurunan terbesar terjadi di Provinsi Kalimantan Tengah yang kemudian diikuti oleh Kalomantan Barat. Pada sisi lain, Provinsi Kalimantan Timur tercatat sebagai satu-satunya provinsi yang mengalami kenaikan NTP. Selanjutnya apabila dbandingkan dengan provinsi lainnya, angka NTP Kalimantan Barat hanya sedikit di atas angka dasar indeks (100) yaitu berkisar antara 101 sampai dengan 102 dan lebih kecil dibandingkan Provinsi Kalimantan Selatan dan Kalimantan Tengah. Angka indeks NTP Provinsi Kalimantan Selatan berkisar 107 sampai dengan 108 sementara indeks NTP Provinsi Kalimantan Tengah berkisar 102 sampai dengan 103. Kondisi tersebut mencerminkan

62

Perkembangan Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan Masyarakat

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kalimantan Barat Triwulan I-2011

2010

Dec Jan Feb Mar Feb 2011 Dec 2010

1 101,83 102,45 102,93 102,05 -0,85 0,22 2 103,67 103,81 103,19 102,14 -1,02 -1,48 3 108,07 108,59 107,83 107,64 -0,18 -0,40 4 98,91 98,67 98,94 99,83 0,90 0,93 Kalimantan Selatan Kalimantan Timur

No Uraian 2011 % Perubahan Maret 2011 Thd

Kalimantan Barat Kalimantan Tengah

bahwa kesejahteraan petani di Kalimantan barat masih dibawah Kalimantan Selatan dan Kalimantan Tengah.

Tabel 6.3 Perbandingan Dengan NTP Provinsi di Kalimantan

< Rp 2 Juta > 2 Juta Total Perkiraan pendapatan Rumah Tangga mendatang 89,36 111,63 108,44 Rencana pembelian barang tahan lama 100,00 102,42 102,08

Indeks Tendensi Konsumsi 92,82 108,63 106,37

Variabel Pembentuk

ITK Triwulan I-2011

Menurut Rata-Rata Pendapatan Rumah Tangga Sebulan

b

7.1. Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi

Perekonomian Kalimantan Barat di triwulan II-2011 diperkirakan tumbuh lebih tinggi dibandingkan dengan tiwulan I-2011 dengan kisaran 5,4% (yoy). Dari

sisi permintaan, penyebab utama pertumbuhan adalah akibat meningkatnya konsumsi rumah tangga yang dipengaruhi oleh meningkatnya kebutuhan khususya terkait dengan pendidikan yang didukung dengan masih cukup kuatnya daya beli masyarakat. Selain itu, konsumsi pemerintah diperkirakan akan mengalami peningkatan seiring dengan semakin banyaknya kegiatan yang diselenggarakan oleh pemerintah daerah antara lain seperti Pilkada Kabupaten Sambas. Sementara itu, kinerja ekspor diperkirakan juga masih tumbuh cukup baik terutama untu komoditi bauksit, karet dan CPO. Investasi pada triwulan II-2011 diperkirakan akan mengalami peningkatan seiring dengan dimulainya realisasi proyek-proyek pemerintah khususnya yang sumber pendanaannya dair APBD.

Tabel 7.1 Perkiraan Indeks Tendensi Konsumen triwulan II-2011

Sumber: BPS Prov. Kalimantan Barat

Sementara dari sisi penawaran, sektor utama yang diperkirakan akan tumbuh adalah sektor pertanian, pertambangan, perdagangan, dan bangunan/konstruksi. Peningkatan sektor pertanian tersebut diperkirakan bersumber dari

sub sektor perkebunan seiring dengan masih cukup baiknya harga internasional CPO dan karet. Sektor sektor pertambangan diperkirakan mengalami peningkatan seiring dengan meningkatnya pertambangan bauksit terutama oleh PT. Antam di Kecamatan Tayan Kabupaten Sanggau. Selanjutnya, perdagangan juga diperkirakan mengalami pertumbuhan yang cukup baik seiring dengan meningkatnya kegiatan yang diselenggarakan oleh pemerintah daerah dan masih kuatnya daya beli masyarakat dimana kondisi tersebut juga

BAB

64

Perkiraan Ekonomi dan Inflasi Daerah

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kalimantan Barat Triwulan I-2011

-15,00 -10,00 -5,00 0,00 5,00 10,00 15,00

T.I T.II T.III T.IV T.I T.II T.III T.IV T.I T.II T.III T.IV T.I

2008 2009 2010 2011

didukung oleh pergerakan harga yang relatif stabil. Sektor bangunan diperkirakan juga meningkat seiring dengan dimulainya proyek-proyek pemerintah seperti pembangunan jalan trans Kalimantan poros selatan.

Grafik 7.1 Ekspektasi Kegiatan Usaha

Sumber: Survei Konsumen BI Pontianak

7.2. Inflasi

Tekanan harga secara umum di kota Pontianak pada triwulan mendatang diperkirakan akan lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya dan berada pada kisaran 1,5%-3,0% (q-t-q). Kemungkinan tekanan inflasi akan terjadi pada kelompok bahan makanan, dan kelompok makanan jadi serta kelompok transpor komunikasi dan jasa keuangan.

Kondisi tersebut didukung oleh faktor eksternal, perkembangan harga minyak dunia dan pangan dunia hingga triwulan I-2011 terus menunjukkan tren kenaikan. Rata-rata harga minyak dunia pada triwulan I-2011 menguat 10,37% dibandingkan triwulan sebelumnya menjadi USD 93,93/barrel. Seiring dengan kondisi tersebut, kelangsungan subsidi BBM oleh pemerintah diperkirakan akan segera ditinjau ulang. Jika pemerintah menaikkan harga BBM, maka diperkirakan dampaknya akan meluas kepada sektor lainnya.

Dalam dokumen KAJIAN EKONOMI REGIONAL (Halaman 64-78)

Dokumen terkait