• Tidak ada hasil yang ditemukan

Realisasi Pendapatan APBD Provinsi Kalimantan Barat 2010

Dalam dokumen KAJIAN EKONOMI REGIONAL (Halaman 61-64)

triwulan I-2011 sebesar Rp15,55 Triliun atau tumbuh melambat

4.2 Realisasi Pendapatan APBD Provinsi Kalimantan Barat 2010

Perkembangan Keuangan Daerah

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kalimantan Barat Triwulan I-2011

tercatat lebih dari 90% dari anggaran sedangkan realisasi belanja tidak terduga relatif kecil hanya sebesar 36,35% dari anggaran. Realisasi belanja operasional tahun anggaran (TA) 2010 tercatat sebesar Rp954,69 Miliar atau 92,03% dari total anggaran. Berdasarkan sub kelompoknya, komponen terbesar dalam pembentukan belanja operasional adalah belanja pegawai dan belanja barang dan jasa dimana realisasinya mencapai 92%. Realisasi belanja kedua subsektor tersebut antara lain dipengaruhi oleh gaji pegawai dan pembelian perlengkapan kantor. Sedangkan belanja hibah TA 2010 tercatat sebesar Rp50,45 miliar atau 97%. Tingginya realisasi belanja hibah tersebut antara lain dipengaruhi oleh hibah pemerintah dalam rangka pelaksanaan pilkada di enam kabupaten yaitu Kabupaten Bengkayang, Sintang, Sekadau, Melawi, Kapuas Hulu, dan Kabupaten Ketapang.

Sementara itu, realisasi belanja modal untuk TA 2010 sebesar Rp376,89 Miliar atau 95,56%. Beradasarkan komponennya, belanja modal masih didominasi oleh belanja jalan, irigasi dan jaringan. Pada tahun 2010, anggaran untuk belanja jalan, irigasi, dan jaringan tercatat sebesar Rp228,53 Miliar dimana anggaran tersebut terealisir 96,49%. Panjang jalan di Kalimantan Barat yang status pengawasannya berada ditingkat provinsi mencapai 1.656 km dimana dimana sekitar 34% diantaranya masih dalam kondisi kurang baik.

4.2 Realisasi Pendapatan APBD Provinsi Kalimantan Barat 2010

Realisasi pendapatan APBD Provinsi Kalimantan Barat TA 2010 tercatat sebesar Rp1,78 Triliun dimana angka tersebut melebihi target pendapatan yang telah ditetapkan yaitu sebesar Rp1,65 Triliun. Tingginya realisasi APBD Provinsi tersebut dipengaruhi oleh tingginya realisasi pendapatan asli daerah dan realisasi dana perimbangan yang diterima Provinsi Kalimantan Barat tahun 2010. Secara umum, pendapatan Provinsi Kalimantan Barat masih didominasi oleh dana perimbangan yang memiliki pangsa 52% terhadap total pendapatan sedangkan pendapatan asli daerah memiliki pangsa 44% terhadap total pendapatan. Pangsa tersebut mingindikasikan bahwa meskipun masih didominasi oleh dana perimbangan namun kondisi keuangan daerah pada tingkat provinsi masih cukup baik dalam mendukung otonomi daerah dari sisi keuangan. Berdasarkan beberapa literatur diketahui bahwa batas 20% perolehan PAD merupakan batas minimum untuk menjalankan otonomi daerah.

Tabel 4.3 Realisasi Pendapatan APBD Prov. Kalbar TA 2010

Uraian Anggaran Thn 2010 Realisasi

Pendapatan Asli Daerah 667.185.684.866 777.364.657.327

Transfer Pemerintah Pusat - Dana Perimbangan 904.940.944.020 926.296.722.751 Lain-lain Pendapatan yang sah 78.877.326.571 75.265.933.538

Total Pendapatan 1.651.003.955.457 1.778.927.313.616

Pendapatan Asli Daerah (PAD) Provinsi Kalimantan Barat TA 2010 tercatat sebesar Rp777 Miliar, lebih tinggi dari target yang telah ditetapkan sebesar Rp667 Miliar. Kondisi tersebut antara lain dipengaruhi oleh tingginya penerimaan pajak daerah dimana pajak daerah masih memiliki kontribusi terbesar dalam pembentukan PAD Provinsi Kalimantan Barat dimana pangsa pajak daerah terhadap PAD sebesar 80%. Pada tahun 2010, penerimaan yang berasal dari pajak daerah tercatat sebesar Rp620 Miliar, lebih tinggi dari target sebesar Rp520 Miliar. Penerimaan pajak tersebut juga tercatat meningkat sebesar 37,75% dibandingkan penerimaan pajak tahun 2009 sebesar Rp450 Miliar. Realisasi penerimaan pajak daerah tersebut antara lain dipengaruhi oleh meningkatnya jumlah kendaraan bermotor di Kalimantan Barat dimana peningkatan jumlah kendaraan bermotor akan diikuti dengan peningkatan penerimaan pajak kendaraan, pajak bea balik naman, dan pajak bahan bakar kendaraan bermotor yang diterima oleh provinsi. Pada tahun 2010, jumlah kendaraan bermotor di Provinsi Kalimantan Barat mencapai 171.352 unit atau meningkat 20% dibandingkan tahun 2009 sebesar 141.627 unit.

Grafik 4.1 Jumlah Kendaraan Bermotor Tahun 2006 - 2010

Sementara itu, penerimaan yang bersumber dari retribusi daerah tercatat sebesar Rp78 Miliar lebih besar dibandingkan dengan target tahun 2010 sebesar Rp74 Miliar. Meskipun penerimaan retribusi tersebut cukup baik namun pangsa penerimaan retribusi daerah terhadap total PAD masih relatif kecil yaitu berkisar 10%. Hal ini antara lain mengindikasikan bahwa Provinsi Kalimantan Barat masih dapat mengoptimalkan penerimaan daerah yang bersumber dari retribusi.

Selain PAD, sumber penerimaan daerah juga berasal dari dana perimbangan dimana dana perimbangan untuk Provinsi Kalimantan Barat Rp926 Miliar lebih besar dari target tahun 2010 sebesar Rp904 Miliar. Kondisi tersebut antara lain dipengaruhi oleh realisasi Dana Bagi Hasil Pajak (DBHP) dan Dana Alokasi Khusus yang melebihi target. Penerimaan daerah Provinsi Kalimantan Barat yang bersumber dari dana bagi hasil pajak Tahun 2010

-20,00 -10,00 0,00 10,00 20,00 30,00 40,00 50,00 -20 40 60 80 100 120 140 160 180 2006 2007 2008 2009 2010 % Ribuan Unit

Sumber: Dispenda Propinsi Kalbar

50

Perkembangan Keuangan Daerah

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kalimantan Barat Triwulan I-2011

sebesar Rp127 Miliar meningkat 27,65% dibandingkan dengan penerimaan DBHP tahun sebelumnya sebesar Rp100 Miliar. Semantara, realisasi DAU dan DAK masing masing tercatat sebesar Rp755 Miliar dan Rp 35 Miliar. Realisasi DAK Provinsi Kalimantan Barat tersebut melebihi Anggaran DAK tahun 2010 yang telah ditetapkan sebesar Rp29 Miliar. Kondisi tersebut mengindikasikan bahwa penggunaan DAK Provinsi di Kalimantan Barat telah berjalan dengan baik.

Secara umum, kinerja keuangan Provinsi Kalimantan Barat tahun 2010 cukup baik sebagiamana tercermin dari realisasi baik dari sisi belanja maupun pendapatan. Namun demikian, peningkatan pendapatan Provinsi Kalimantan Barat yang melebihi target belum dapat diimbangi dengan peningkatan belanja pemerintaah khusus. Hal tersebut antara lain dipengaruhi oleh proses realisasi belanja pemerintah yang harus melalui beberapa tahapan mulai dari kesiapan administrasi, pelelangan hingga proses pelaksanaan pekerjaan. Proses tersebut berdampak terhadap penyelesaian pekerjaan dimana sebagian besar pekerjaan baru dilaksanakan pada bulan Mei – Juni. Kondisi ini berpotensi menimbulkan ketidakoptimalan penyerapan anggaran belanja daerah.

5.

5.1. SISTEM PEMBAYARAN TUNAI 5.1. 1. Perputaran Uang Tunai

Di triwulan I-2011 ini, nilai perputaran uang tunai masuk dan keluar dari KBI Pontianak turun 48,01% (q-t-q) menjadi Rp928 miliar. Penurunan ini tidak terlepas dari kondisi ekonomi Kalimantan Barat yang mengalami perlambatan sejalan dengan menurunnya pengeluaran rumah tangga paska hari Raya Natal dan tahun baru.

Dilihat dari jenisnya, penurunan aliran uang ini dipengaruhi oleh aliran uang kartal keluar (outflow) dari kas KBI Pontianak yang turun 64,64% (q-t-q) menjadi Rp574 miliar. Sedangkan penahan laju penurunan yang lebih jauh ditopang melalui peningkatan jumlah aliran uang tunai yang masuk (inflow) ke dalam kas KBI Pontianak yang melonjak hingga118,33% (q-t-q) menjadi Rp355 miliar. Perkembangan di atas membuat posisi kas di Bank Indonesia Pontianak per 31 Maret 2011 mengalami penurunan 77,40% (y-o-y) dari tahun sebelumnya menjadi Rp203 mililar.

5.1.2. Penukaran Uang

Dalam rangka pelaksanaan “clean money policy”, Kantor Bank Indonesia Pontianak secara rutin melakukan pendistribusian uang baru untuk menggantikan uang yang lusuh dan sudah tidak layak edar melalui sarana: (1) penarikan perbankan; (2) penukaran uang di loket kantor Bank Indonesia; dan (3) kas keliling;

Kegiatan penukaran uang langsung di loket Kantor Bank Indonesia Pontianak di triwulan laporan mencatat penurunan sebesar 14,72% (q-t-q) menjadi Rp18,0 miliar.

PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN

Dalam dokumen KAJIAN EKONOMI REGIONAL (Halaman 61-64)

Dokumen terkait