• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perkiraan Produktivitas Tenaga Kerja

Dalam dokumen PERENCANAAN TENAGA KERJA PROVINSI BALI TAHUN (Halaman 72-109)

BAB IV PERKIRAAN DAN PERENCANAAN KEBUTUHAN

4.3 Perkiraan Produktivitas Tenaga Kerja

Besarnya produktivitas tenaga kerja merupakan gambaran besarnya aktifitas tenaga kerja yang dapat dihasilkan, tinggi rendahnya tingkat produktivitas tenaga kerja yang dicapai setiap sektor lapangan usaha tergantung pada nilai pendapatan dan banyaknya jumlah pekerja yang bekerja di sektor tersebut.

Tabel 4.9 menunjukkan perkiraan produktivitas tenaga kerja menurut lapangan usaha, dimana produktivitas total per tenaga kerja per tahun sebesar Rp. 14,72 juta/tenaga kerja pada tahun 2012 dan terus mengalami peningkatan sehingga menjadi Rp. 18,28 juta/tenaga kerja pada tahun 2016. Menurut lapangan usaha, listrik, gas dan air memiliki produktivitas per tenaga kerja paling tinggi diantara sektor lainnya. Pada lapangan usaha listrik, gas dan air produktivitas tenaga kerja per tahun mencapai Rp. 69,66

Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi Bali Tahun 2012-2016

56

juta/tenaga kerja dan terus meningkat menjadi Rp. 84,15 juta/tenaga kerja pada tahun 2016.

Tabel 4.9 Perkiraan Produktivitas

Tahun 2012-2016 (Juta Rp./Tenaga Kerja)

Lapangan Usaha 2012 2013 2014 2015 2016

1. Pertanian 12,59 14,51 16,76 19,39 22,49 2. Pertambangan 18,07 20,03 21,99 24,26 26,70 3. Industri Pengolahan 10,87 11,32 11,85 12,37 13,01 4. Listrik, Gas dan Air 69,66 71,94 74,70 79,26 84,15 5. Bangunan 6,91 7,39 7,92 8,46 9,04 6. Perdagangan 17,49 18,43 19,42 20,49 21,64 7. Angkutan 43,89 46,48 49,29 52,35 55,66 8. Keuangan 26,43 27,19 28,04 28,94 29,87 9. Jasa Kemasyarakatan 10,67 10,45 10,29 10,29 10,43 Jumlah 14,72 15,53 16,38 17,28 18,28

57

PERKIRAAN DAN PERENCANAAN

KESEIMBANGAN ANTARA PERSEDIAAN

DAN KEBUTUHAN

AKAN TENAGA KERJA

Dalam proses perencanaan tenaga kerja, persediaan tenaga kerja menjadi tumpuan awal yang menentukan kuantitas dan kualitas tenaga kerja, sedangkan kebutuhan tenaga kerja adalah sesuatu yang harus diciptakan. Sementara itu dengan kondisi negara yang cenderung surplus persediaan tenaga kerja seperti di Indonesia maka penciptaan kesempatan kerja yang seluas-luasnya adalah upaya yang mutlak harus dilakukan apapun kondisi tenaga kerja yang tersedia. Demikian pula perbaikan berbagai sistem yang berkenaan dengan penanggulangan pengangguran. Konsep ini berkaitan erat dengan kondisi nyata Indonesia untuk mengatasi masalah pengangguran yang dengan jelas menunjukkan ketidakseimbangan antara persediaan dan kebutuhan tenaga kerja sebagaimana telah disampaikan pada Bab II.

5.1 Persediaan Tenaga Kerja dan Kebutuhan Tenaga Kerja

Tabel 5.1 menunjukkan bahwa jumlah angkatan kerja di Provinsi Bali diperkirakan bertambah tiap tahunnya. Pada perkiraan awal di tahun 2012,

Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi Bali Tahun 2013-2017

58

jumlah angkatan kerja sebanyak 2.277.277 orang, kemudian pada tahun 2013, tahun 2014, tahun 2015 dan tahun 2016 angkatan kerja masing-masing diperkirakan meningkat jumlahnya menjadi 2.318.154 orang, 2.362.810 orang, 2.411.219 orang, dan 2.456.572 orang. Pertambahan jumlah angkatan kerja disebabkan antara lain oleh pertambahan penduduk alami (natural increase) dan pertambahan penduduk akibat migrasi masuk lebih banyak dibandingkan dengan migrasi keluar.

Dalam hal ini pemerintah terus berusaha meningkatkan kesempatan kerja untuk mengimbangi jumlah angkatan kerja yang terus meningkat tiap tahunnya, tetapi jumlah kesempatan kerja tetap lebih rendah jika dibandingkan dengan jumlah angkatan kerja.

Tabel 5.1

Perkiraan Jumlah Angkatan Kerja dan Kesempatan Kerja Tahun 2012-2016 Tahun Jumlah Angkatan Kerja Jumlah Kesempatan Kerja 2012 2.277.277 2.224.912 2013 2.318.154 2.267.148 2014 2.362.810 2.313.260 2015 2.411.219 2.362.094 2016 2.456.572 2.407.466

Dari tabel 5.1 dapat digambarkan bahwa perkiraan jumlah kesempatan kerja terus meningkat tiap tahun dari tahun 2012-2016. Pada tahun 2012 sebanyak 2.224.912 orang, tahun 2013 sebanyak 2.267.148 orang, tahun 2014 menjadi 2.313.260 orang, tahun 2015, tahun 2016 sebanyak, 2.407.466 orang. Berdasarkan tabel 5.1 dapat disimpulkan bahwa jumlah kesempatan kerja yang tersedia masih lebih rendah daripada jumlah angkatan kerja yang ada sehingga timbul penganggur yang dalam hal ini adalah penganggur terbuka.

5.2. Perkiraan Penganggur Terbuka Menurut Golongan Umur

Definisi penganggur terbuka adalah mereka yang mencari pekerjaan, yang mempersiapkan usaha, yang tidak mencari pekerjaan karena merasa

59

tidak mungkin mendapatkan pekerjaan serta yang sudah punya pekerjaan tetapi belum mulai bekerja. Berdasarkan definisi tersebut, perkiraan penganggur terbuka di Provinsi Bali secara absolut berkurang tiap tahunnya.

Tabel 5.2 menunjukan perkiraan pengangguran terbuka menurut golongan umur di Provinsi Bali mengalami penurunan setiap tahunnya. Hal ini terlihat pada total dari pengangguran, serta dari masing-masing golongan umur. Pada tahun 2012 jumlah penganggur terbuka diperkirakan sebanyak 52.365 orang dan jumlahnya berkurang menjadi 49.293 orang pada tahun 2016, atau berkurang sebanyak 3.072 orang. Berdasarkan golongan umur jumlah penganggur terbuka terbanyak berada pada golongan umur 15-19 tahun baik pada tahun 2012 maupun pada tahun 2016, masing-masing berjumlah 13.522 orang dan 23.276 orang.

Tabel 5.2

Perkiraan Penganggur Terbuka Menurut Golongan Umur Tahun 2012-2016 Golongan Umur 2012 2013 2014 2015 2016 15 - 19 13.522 16.367 18.644 21.394 23.276 20 - 24 15.057 12.693 11.624 9.896 8.221 25 - 29 8.464 9.409 10.603 12.617 13.968 30 - 34 4.193 2.750 1.490 633 845 35 - 39 2.340 1.825 1.267 797 641 40 - 44 2.755 2.229 1.583 1.093 652 45 - 49 729 709 258 636 644 50 - 54 1.393 1.343 1.063 662 257 55 - 59 948 1.032 968 494 228 60 + 2.963 2.648 2.048 919 561 Jumlah 52.365 51.006 49.546 49.140 49.293

5.3 Perkiraan Penganggur Terbuka Menurut Tingkat Pendidikan

Tenaga kerja di Indonesia masih didominasi oleh mereka yang berpendidikan rendah baik dari segi persediaan maupun kebutuhannya sehingga penganggur terbukanya juga masih didominasi oleh penganggur terbuka berpendidikan rendah. Tabel 5.3 menunjukkan bahwa perkiraan jumlah penganggur terbuka terbanyak pada tahun 2012 adalah angkatan kerja dengan pendidikan tingkat SMTA Kejuruan sebanyak 14.752 orang begitu juga dengan perkiraan untuk tahun 2016, penganggur terbuka

Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi Bali Tahun 2013-2017

60

terbanyak berasal dari tingkat pendidikan SMTA Kejuruan, yaitu sebanyak 13.961 orang. Sedangkan untuk urutan kedua terbanyak ditempati oleh penganggur terbuka dengan tingkat pendidikan maksimum SD, baik pada tahun 2012 sebanyak 9.759 orang dan pada tahun 2016 sebanyak 11.637 orang.

Tabel 5.3

Perkiraan Penganggur Terbuka Menurut Tingkat Pendidikan Tahun 2012-2016 Tingkat Pendidikan 2012 2013 2014 2015 2016 SD 9.759 10.382 10.802 10.474 11.637 SMTP 8.032 7.809 7.029 6.185 5.543 SMTA Umum 9.244 8.237 7.397 8.921 8.513 SMTA Kejuruan 14.752 14.261 14.162 13.677 13.961 Diploma 4.761 4.773 4.734 4.808 4.706 Universitas 5.817 5.543 5.422 5.075 4.932 Jumlah 52.365 51.006 49.546 49.140 49.293

Jumlah penganggur terbuka lulusan pendidikan Diploma dan Universitas masih jauh lebih kecil daripada tingkat pendidikan di bawahnya namun perlu mendapatkan perhatian karena seharusnya mereka sudah lebih siap bekerja. Fenomena ini disebabkan karena mismatch atau ketidakcocokan antara lapangan kerja yang tersedia dengan keahlian lulusan Diploma dan Universitas. Sehingga lulusan Diploma dan Universitas kurang terserap dalam lapangan kerja di Provinsi Bali.

5.4 Perkiraan Penganggur Terbuka Menurut Jenis Kelamin

Berdasarkan tabel 5.4 pada tahun 2012 penganggur laki-laki diperkirakan masih cukup besar yaitu sebanyak 25.062 orang namun pada akhir tahun 2016 diperkirakan menurun sehingga menjadi sebanyak 24.607 orang. Sedangkan untuk penganggur perempuan diperkirakan jumlahnya cukup tinggi pada tahun 2012 yaitu sebanyak 27.303 orang, lebih tinggi dibandingkan penganggur laki-laki, tapi pada tahun 2016 diperkirakan jumlah pengganggur perempuan menurun menjadi 24.686 orang.

Jumlah penganggur perempuan terus menurun dalam kurun waktu 5 tahun dari tahun 2012-2016. Hal ini menunjukkan bahwa perempuan tidak hanya menjadi ibu rumah tangga tetapi perempuan Provinsi Bali sudah

61

mulai banyak masuk ke dunia kerja karena pendidikan yang berkualitas dan memilik keberanian untuk berusaha sendiri dengan menjadi wirausaha mandiri.

Tabel 5.4

Perkiraan Penganggur Terbuka Menurut Jenis Kelamin Tahun 2012-2016

Jenis Kelamin 2012 2013 2014 2015 2016

Laki-laki 25.062 24.626 24.118 24.199 24.607

Perempuan 27.303 26.380 25.427 24.941 24.686

63

ARAH KEBIJAKAN, STRATEGI

DAN PROGRAM PEMBANGUNAN

KETENAGAKERJAAN PROVINSI BALI

Sejak di tetapkan otonomi khusus bagi Provinsi Bali, maka Provinsi Bali dan rakyat Bali memiliki kewenangan yang lebih luas untuk mengatur dan mengurus sendiri dan tanggung jawab yang lebih besar untuk menyelenggarakan pemerintahan dan mengatur kekayaan alam di Provinsi Bali untuk sebesar-besarnya bagi kemakmuran rakyat Bali. Bali sebagai salah satu daerah tujuan wisata utama, kekayaan dan keindahan alam serta keunikan seni budayanya menjadi daya tarik utama. Bali merupakan tujuan wisata favorit tidak saja di Indonesia, tapi seluruh dunia. Sebagai daerah tujuan wisata, Bali konsisten menetapkan sektor pariwisata sebagai sektor andalan. Pengembangan industri pariwisata di Bali secara umum menerapkan konsep Pariwisata Budaya, yang secara implisit memasukan misi menumbuh suburkan kebudayaan Bali dalam setiap kegiatan pengembangan. Di lain pihak, kepariwisataan telah menjadi salah satu industri yang memberikan dampak besar terhadap pertumbuhan perekonomian Bali. Seperti tercermin dalam komposisi penyumbang pertumbuhan perekonomian Bali, sektor perdagangan, hotel dan restoran selalu menjadi sektor andalan Provinsi Bali. Sehingga tidaklah salah untuk

Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi Bali Tahun 2012-2016

64

dikatakan bahwa tingkat perekonomian Bali sangat tergantung pada pengembangan pariwisata yang berkelanjutan.

Begitu banyak pengembangan pariwisata yang berkelanjutan di Bali membawa pengaruh pada arus masuk urbanisasi/migrasi memberikan kemantapan wisata di Bali. Tantangan yang dihadapi oleh pemerintah tidak hanya berupa wilayah akan tetapi juga dengan masyarakat didalamnya. Salah satu tantangan terbesar yang dihadapi oleh pemerintah Provinsi Bali adalah menciptakan lapangan kerja atau usaha yang layak. Tantangan tersebut mencangkup 2 hal sekaligus, yaitu penciptaan lapangan pekerjaan baru bagi angkatan kerja yang belum bekerja dan peningkatan produktivitas kerja bagi mereka yang sudah bekerja.

Kompleksnya permasalahan mengenai ketenagakerjaan perlu mendapatkan perhatian dari pemerintah untuk mengatasinya. Pengambilan suatu kebijakan yang tepat akan mampu mengatasi permasalahan yang terjadi, untuk itu peran pemerintah sangatlah besar terhadap terwujudnya masyarakat yang sejahtera. Oleh karena itu, tidak tepat jika ada anggapan bahwa pembinaan dan pemecahan masalah ketenagakerjaan dapat dilakukan dengan mengandalkan suatu kebijakan tunggal. Demikian juga halnya dengan aspek kelembagaan fungsional yang terlibat dalam bidang ketenagakerjaan, adalah suatu hal yang tidak mungkin apabila tanggungjawabnya hanya diletakkan pada satu atau beberapa instansi saja. Pembinaan ketenagakerjaan juga harus dilakukan mulai dari hulu hingga hilir.

Sehubungan dengan itu, maka kebijakan komprehensif yang dibutuhkan adalah kebijakan berkaitan dengan perluasan kesempatan kerja, pembinaan angkatan kerja dan peningkatan perlindungan dan kesejahteraan pekerja. Secara lebih rinci, uraian kebijakan tersebut adalah sebagai berikut :

6.1 Rekomendasi Kebijakan Perekonomian

Pembangunan ekonomi diarahkan untuk membawa rakyat pada peningkatan kesejahteraan yang lebih baik, dan hal ini bukanlah merupakan suatu pekerjaan yang mudah. Pembangunan ekonomi adalah salah satu pilar penting untuk mencapai peningkatan kesejahteraan rakyat (Harmadi, 2007). Bicara mengenai perekonomian terdapat 3 konsep penting yang saling terkait, yaitu keterbatasan sumber daya, pilihan, dan pengambilan keputusan ekonomi, yang dapat mengantarkan kita pada ketercapainya kesejahteraan rakyat yang optimal. Seperti kita ketahui pembangunan

65

menjadikan rakyat sebagai subyek sekaligus juga sebagai obyek dari pembangunan itu sendiri, pembangunan tidak akan ada artinya tanpa rakyat karena tidak mungkin dilaksanakan tanpa rakyat. Disamping itu pembangunan memang ditujukan untuk rakyat.

Hasil perkiraan Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi Bali (PTKP Bali Tahun 2012-2016) memberikan nuansa yang optimis. Hal ini disebabkan perekonomian Bali pada 5 tahun mendatang diperkirakan mampu tumbuh sebesar 6,5%-7,8%. Pertumbuhan ekonomi yang positif tersebut juga diperkirakan akan mendorong penciptaan kesempatan kerja, sehingga jumlah kesempatan kerja pada rentang tahun 2012-2016 diperkirakan akan bertambah sebanyak 182,55 ribu orang sehingga menjadi 2,41 juta orang. Peningkatan penciptaan kesempatan kerja ini juga berdampak positif terhadap tingkat dan jumlah pengangguran terbuka. Pada tahun 2012, Tingkat Penganggur Terbuka (TPT) diperkirakan menurun menjadi 2,3% atau sebanyak 52.365 orang. Pada Tahun 2016 tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) diperkirakan menurun menjadi 2,01% atau sebanyak 49.293 orang.

Lebih lanjut, sektor keuangan dan jasa kemasyarakatan juga diperkirakan masih akan tumbuh cukup tinggi seiring dengan semakin pesatnya pembangunan di Bali. Pada sisi penggunaan pertumbuhan ekonomi Bali pada 2012-2016 diperkirakan akan didorong oleh permintaan dalam negeri/domestik terutama konsumsi baik konsumsi rumah tangga maupun pemerintah. Peningkatan Konsumsi rumah tangga didorong oleh peningkatan daya beli masyarakat yang diperkirakan akan terus meningkat dan konsumsi pemerintah meningkat seiring dengan makin bertambahnya anggaran setiap tahunnya. Sementara itu, investasi pada 2012-2016 juga diperkirakan akan tumbuh baik yang bersumber dari sektor swasta untuk konstruksi dan pertambangan dengan semakin kondusifnya iklim investasi di Bali.

Berikut adalah langkah-langkah pokok yang perlu ditempuh Pemerintah dalam upayanya untuk menciptakan dan memperluas kesempatan kerja melalui kebijakan makro ekonomi :

1. Pemerintah secara aktif menyusun kebijakan makroekonomi yang ditujukan mencari sumber-sumber pertumbuhan ekonomi baru mengunakan jalur investasi, teknologi serta perdagangan (ekspor-impor) dengan mendorong berkembangnya sektor swasta;

Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi Bali Tahun 2012-2016

66

2. Membangun dan memperluas jaringan infrastruktur Bali guna membuka isolasi wilayah serta pelayanan sampai ke desa-desa serta menghubungkannya dengan pusat kegiatan ekonomi;

3. Membangun dan memperkuat ekonomi kerakyatan serta mengembangkan usaha kecil dan menengah di Bali;

4. Membangun dan menyebarkan Pusat Pertumbuhan di Provinsi Bali guna menciptakan keseimbangan antar wilayah;

5. Mengembangkan perekonomian wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil; 6. Mengembangkan kegiatan ekonomi yang bersifat modern yang terkait

dengan ekonomi rakyat, usaha kecil dan menengah dengan memperhatikan aspek lingkungan dan daya dukung sumber daya alam; 7. Meningkatkan keterkaitan yang saling menguntungkan antara kawasan

andalan dan tertinggal dalam rangka peningkatan kesejahteraan ekonomi daerah di sekitar kawasan andalan;

8. Membangun kemitraan antara wilayah (kabupaten/Kota) guna mendukung terlaksananya pemetaan dan penyebaran pertumbuhan; 9. Menghapus hambatan investasi, khususnya dalam hal perijinan,

keamanan dan kepastian hukum (legal certainty). Berbagai upaya yang bisa dilakukan diantaranya:

a. Pengurangan biaya dalam kaitan pendirian badan usaha;

b. Pengurangan biaya yang terkait dengan pengenaan pajak dan masalah administrasi perpajakan;

c. Akselerasi reformasi dalam bidang legal guna mempengaruhi persepsi investor secara positif;

d. Menyelesaikan permasalahan yang terkait dengan property rights karena ketidakpastian dalam hal property rights (misalnya, ketidakpastian kepemilikan dan peruntukan tanah) akan sangat menghambat penciptaan iklim investasi;

e. Pemeliharaan dan penambahan sarana dan prasarana (insfrasruktur) serta meningkatnya kondisi keamanan dan pengawasan dipintu masuk pelabuhan di Bali

f. Memperbaiki berbagai Peraturan Daerah (PERDA).

10. Memacu pertumbuhan ekonomi pedesaan melalui pengembangan sektor-sektor unggulan yang berbasis sumber daya setempat dan meningkatkan keterkaitan antar pusat pertumbuhan wilayah

11. Meningkatkan keterkaitan yang saling menguntungkan antara kawasan andalan dan tertinggal dalam rangka peningkatan kesejahteraan ekonomi daerah di sekitar kawasan andalan;

67

12. Membuka akses terhadap sumber dinamika pertumbuhan intern UKM itu sendiri, seperti pembiayaan dan kredit, akses pasar, teknologi dan perbaikan manajemen.

13. Menambah berbagai kegiatan ekonomi, memperluas lapangan kerja, dan sekaligus memenuhi fungsi sebagai pusat pelayanan usaha melalui pengembangan kawasan dan pusat pertumbuhan.

Harapan serta target pembangunan ekonomi dan pembangunan ketenagakerjaan yang optimistis dalam PTKP Bali Tahun 2012-2016 ini dapat tercapai jika didukung oleh kuatnya serta kondusifnya kondisi perekonomian domestik dan eksternal, termasuk juga didalamnya keberhasilan implementasi kebijakan pemerintah dalam jangka pendek. Jika implementasi kebijakan pemerintah dimaksud berhasil maka hal ini akan menjadi pijakan yang kuat sebagai penopang dan penentu implementasi kebijakan pemerintah lainnya yang berspektrum jangka panjang guna mendorong pertumbuhan ekonomi kearah yang lebih baik.

6.2 Rekomendasi Kebijakan Umum

Perencanaan tenaga kerja pada kenyataannya terkait dengan berbagai segi kehidupan penduduk suatu wilayah dan hanya dapat diimplementasikan melalui berbagai jenis kebijakan. Segala upaya yang dilakukan secara sadar dan terintegrasi untuk menyusun perencanaan tenaga kerja itulah yang pada akhirnya menentukan hasil akhir yang menjadi tujuan pembangunan di Provinsi Bali.

Sebagaimana diungkapkan didepan permasalahan ketenagakerjaan sangat banyak dan komplek. Untuk mengatasi permasalahan tersebut diantaranya melalui kebijakan umum sebagaimana tercantum dalam Rencana Aksi Percepatan Pembangunan Provinsi Bali Tahun 2011-2014 melalui kebijakan di bidang pendidikan, yaitu (1) pendidikan dasar dan menengah gratis. (2) peningkatan pendidikan dasar dan menengah berpola asrama. (3) mendirikan sekolah unggulan. (4) pendirian sekolah menengah kejuruan. (5) pengadaan tenaga guru kontrak. (6) meningkatkan kualitas kepala sekolah melalui pendidikan dan pelatihan, studi banding dalam negeri dan luar negeri serta pemagangan. (7) Pendirian Sekolah Pendidikan Keguruan. (8) meningkatkan kualitas PTN melalui kerjasama dengan PTN. (9) meningkatkan kualitas perguruan tinggi swasta di Bali. Sedangkan untuk kebijakan di bidang kesehatan dengan peningkatan akses dan kualitas pelayanan kesehatan, dan strategi yang dapat dilakukan diantaranya :

Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi Bali Tahun 2012-2016

68

2. Memperbaiki status gizi masyarakat;

3. Meningkatkan pengendalian penyakit menular dan tidak menular serta penyehatan lingkungan;

4. Meningkatkan pengembangan sumber daya manusia kesehatan;

5. Sosialisasi keluarga Berencana (KB) yang saat ini gencar dilakukan untuk dua anak cukup, serta kaum perempuan agar menunda usia menikah.

Kebijakan pendidikan dan kesehatan bertujuan bagi peningkatan kualitas tenaga kerja tersedia. Tersedianya penduduk usia kerja yang terdidik dan terampil merupakan dasar dari perencanaan tenaga kerja karena dengan demikian akan terbuka ketersediaan peluasan dan peluang pasar kerja yang lebih besar dan berkualitas pula. Tenaga Kerja seperti itu otomatis akan dicari oleh berbagai pelaku usaha sendiri (sebagai usahawan) atau melibatkan diri pada usaha yang telah terorganisasi sebagai tenaga kerja yang sangat diperlukan bagi terlaksananya suatu proses produksi.

Proses pendidikan harus dipandang sebagai investasi karena jika berhasil diwujudkan akan menghasilkan nilai tambah yang berbentuk keuntungan pribadi (Private Benefit) dan keuntungan sosial (Social Benefit). Dengan keuntungan pribadi memungkinkan seseorang dapat memenuhi kebutuhan hidupnya secara bermanfaat, antara lain dengan memiliki pekerjaan yang layak dan hidup sehat lahir maupun bathin. Sedangkan keuntungan sosial berwujud nilai tambah yang ditunjukkan dengan dimilikinya produktivitas berkarya untuk mewujudkan kesejahteraan lingkungan sosialnya.

Kebijakan di bidang kesehatan merupakan faktor pendukung peningkatan sumber daya manusia tersebut. Kesehatan merupakan modal awal dan sekaligus merupakan indikator tingkat kesejahteraan suatu masyarakat. Dari sisi pembangunan nasional, generasi yang sehat dan sejahtera merupakan tujuan pembangunan negara, sementara dari sisi perencanaan tenaga kerja tingkat kesehatan digunakan sebagai batasan perlindungan tenaga kerja dan tingkat kesejahteraan. Dengan demikian segala upaya perlu dilakukan dalam penciptaan tenaga kerja yang berkualitas dalam hal kesehatan, pendidikan dan keterampilan tenaga kerja

6.3 Rekomendasi Kebijakan Penciptaan Kesempatan Kerja

Pada Hakekatnya, semua kegiatan ekonomi baik berskala besar, menengah maupun kecil, formal dan informal mempunyai identitas sektoral

69

setiap sektor atau sub sektor mempunyai instansi Pembina, baik ditingkat pusat maupun tingkat provinsi atau kabupaten/kota. Dengan demikian maka kebijakan sektoral menjadi ujung tombak dalam penciptaan kesempatan kerja. Oleh karena itu, maka kebijakan sektoral diarahkan pada pengembangan aktivitas produksi lingkupnya sedapat mungkin berorientasi pada perluasan lapangan kerja.

Untuk meningkatkan penyerapan tenaga kerja sektoral sangat ditentukan oleh kebijakan-kebijakan moneter, fiskal, investasi sektoral, pendidikan dan penggunaan teknologi. Instansi teknis dan lembaga pendukung kegiatan teknis perlu melakukan koordinasi dan aktivitas pengembangan masing-masing lapangan usaha. Dengan demikian tanggungjawab setiap instansi melalui kegiatan teknisnya dapat berperan serta dalam menciptakan kesempatan kerja yang berkelanjutan.

6.3.1 Sektor Pertanian

Lapangan usaha pertanian masih merupakan sektor primadona dalam penyerapan lapangan kerja namun kalangan muda kurang berminat sehingga jumlahnya akan menurun terus. Berbagai kebijakan perlu dilakukan guna meningkatkan sektor pertanian agar dapat menciptakan kesempatan kerja dan meningkatkan produktivitas tenaga kerja yang bekerja di dalamnya. Kebijakan yang dilakukan antara lain :

1. Pembangunan infrastruktur dalam pengertian luas meliputi enam bidang : pendidikan, teknologi, finansial, instrastruktur komunikasi dan transformasi, perlindungan sumber daya alam dan lingkungan, dan infrastruktur sosial (social safety net). Dengan demikian petani memperoleh kesempatan yang sama dalam hal meningkatkan keterampilan, memperoleh kredit, akses terhadap sarana produksi dan informasi;

2. Peningkatan kualitas petani dan produktivitas pertanian, perikanan dan kehutanan;

3. Penguatan sistem pemasaran dan manajemen usaha untuk mengelola resiko usaha serta untuk mendukung pengembangan agroindustri;

4. Peningkatan ketahanan pangan yang mengarah pada swasembada beras dalam rangka mengurangi ketergantungan terhadap import.

Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi Bali Tahun 2012-2016

70

6.3.2 Sektor Pertambangan dan Penggalian

Sektor pertambangan di Bali diperkirakan akan tetap menyerap tenaga kerja. Lapangan usaha ini untuk kedepan memiliki proporsi yang semakin meningkat karena mengingat pembangunan infrastruktur di Provinsi Bali masih terus berlangsung sehingga kebutuhan bahan bangunan masih terus dibutuhkan. Tetapi perlu diperhatikan, sektor ini merupakan sektor yang membutuhkan waktu yang cukup lama untuk memperbaharui sumber atau bahannya (unreneweble resources).

Berbagai strategis dalam meningkatkan penyerapan tenaga kerja antara lain:

1. Substitusi tenaga kerja asing dengan tenaga kerja lokal;

2. Perluasan skala usaha pertambangan dengan selalu memperhatikan dampak terhadap lingkungan sekitar;

3. Pengembangan usaha mikro, kecil dan menengah bagi tenaga kerja yang berada di sekitar lokasi penambangan;

4. Pengolahan barang tambang menjadi barang mentah atau setengah jadi, sehingga tidak perlu melakukan ekspor untuk mengolahnya.

6.3.3 Sektor Industri dan Pengolahan

Sektor industri pengolahan memperlihatkan gejala yang menggembirakan. Di tahun-tahun mendatang, sektor ini memperlihatkan peningkatan terhadap penyerapan tenaga kerja. Hal ini bisa terjadi dikarenakan salah satu dengan berdirinya LNG tangguh di Provinsi Bali sehingga dalam lima tahun mendatang diperkirakan sektor ini akan tumbuh pesat. Faktor utama yang menentukan daya saing industri suatu daerah, yaitu : (1) Standar dan sistem mutu; (2) sistem inovasi daerah yang bersangkutan; (3) manajemen ilmu pengetahuan. Hal ini bisa diadaptasi secara lokal untuk sebuah provinsi, seperti Bali, sehingga dapat diberikan rekomendasi berikut untuk peningkatan sektor industri ini :

1. Peningkatan fasilitas kepada industri yang melakukan pengembangan teknologi;

2. Intensifikasi informasi sampai dengan tingkat daerah yang meliputi informasi pasar, sumber pendanaan dan ketenagakerjaan;

71

3. Penyiapan tenaga kerja terampil dan dapat bersaing di pasar kerja;

4. Penyederhanaan prosedur dalam perizinan usaha;

5. Mempercepat pelayanan ekspor-impor di pelabuhan dan kepabeanan;

6. Perbaikan prosedur pembayaran dan tingkat pajak; 7. Menjaga stabilitas nilai tukar dan inflasi;

6.3.4 Sektor Listrik, Gas, dan Air Bersih

Sektor ini merupakan yang paling rendah dalam menyerap kesempatan kerja. Walaupun penyerapan dalam sektor ini tidaklah besar, akan tetapi peranan maupun keberadaannya sangatlah penting dan memiliki keterkaitan dengan sektor-sektor lainnya seperti sektor industri, bangunan, perdagangan dan kesejahteraan masyarakat. Sehubungan dengan hal tersebut maka kebijakan yang perlu ditempuh sektor ini harus disesuaikan dengan sektor dan bidang yang terkait seperti pembangunan pembangkit berbasis batubara, gas dan air dengan memanfaatkan alam yang terdapat di Bali. Pengembangan jaringan listrik untuk desa-desa yang belum mendapatkan penerangan dengan pengembangan teknologi sederhana dan tepat guna. Pembangunan infrastruktur gas bumi (jaringan pipa dan penyimpanan) untuk memanfaatkan lapangan gas tangguh. Penyediaan air bersih akan menjadi sektor yang

Dalam dokumen PERENCANAAN TENAGA KERJA PROVINSI BALI TAHUN (Halaman 72-109)

Dokumen terkait