• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perlindungan Hukum Terhadap Direksi Menurut Asas Business Judgement Rule

Business Judgement Rule merupakan suatu prinsip yang menetapkan bahwa

direksi dari suatu perusahaan tidak bertanggung jawab atas kerugian yang timbul dari suatu tindakan pengambilan keputusan, apabila pengambilan keputusan yang diambil oleh direksi yang bersangkutan tersebut didasari oleh itikad baik dan sifat kehati-hatian. Prinsip ini memberikan perlindungan hukum kepada direksi sehingga direksi tersebut tidak perlu memperolah justifikasi dari pemegang saham atau pengadilan atas keputusan mereka dalam pengelolaan perusahaan. Prinsip ini

digunakan guna untuk mencapai keadilan bagi direktur yang mengambil keputusan untuk kepentingan perseroan yang didasari oleh itikad baik dan sifat kehati-hatian.

Direksi dalam mengambil keputusan haruslah berhati - hati dalam melakukan tugasnya, juga bila memutuskan untuk melakukan sesuatu untuk perseroan, direktur tidak boleh mengambil keuntungan untuk dirinya sendiri atas perusahaan. Jika kedua prinsip itu dilanggar, dalam kaitannya dengan prinsip fiduciary duty makan direktur yang bersangkutan dapat dimintai pertanggungjawaban hukumnya secara pribadi atas perbuatan yang dilakukannya baik kepada pemegang saham maupun kepada pihak lain.

Business Judgement Rule menghapus tanggung jawab direksi dan pejabat

lainnya yang bersikap jujur. Untuk dapat memanfaatkan peraturan dan perlindungan ini penting hal nya bahwa keputusan yang telah diambil dan dibuat dengan sifat hati-hati dan kewajaran, sesuai dengan persyaratan yang tepat, diawasi dengan baik dan direktur atau pejabat yang bersangkutan melakukan dengan proses yang wajar dalam pengambilan keputusan. Aturan Business Judgement Rule di dasarkan pada konsepsi bahwa direksi lebih tahu dari siapapun juga mengenai keadaan perusahaannya dan karenanya landasan dari setiap keputusan yang diambil olehnya.

Haruslah diingat, bahwa Business Judgement Rule ini terdiri dari ‘keputusan’, ‘pertimbangan’, dan ‘perbuatan’. Bila tidak melakukan apa - apa atau tidak melakukan lebih, maka tidak akan dilindungi oleh business judgement rule. Tetapi sebuah keputusan untuk tidak melakukan apa - apa sudah pasti akan

dilindungi oleh Business Judgement Rule , jika dalam kasusnya direksi telah memenuhi standar peraturan dalam mengambil keputusan.

Jika kita lihat pada Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas, syarat - syarat agar prinsip Business Judgement Rule ini dapat berlaku kepada direksi, apabila ia dapat membuktikan ;

1. Kerugian tersebut bukan karena kesalahan atau kelalaiannya;

2. Telah melakukan pengurusan dengan itikad baik dan kehati-hatian untuk kepentingan dan sesuai dengan maksud dan tujuan perseroan;

3. Tidak mempunyai benturan kepentingan baik langsung maupun tidak langsung atas tindakan pengurusan yang mengakibatkan kerugian; dan

4. Telah mengambil tindakan untuk mencegah timbul atau berlanjutnya kerugian tersebut.

Doktrin Business Judgement Rule ini adalah suatu doktrin yang mengajarkan bahwa suatu keputusan direksi mengenai aktivitas perseroan tidak diganggu gugat oleh siapapun, meskipun putusan tersebut kemudian tenyata salah atau merugikan perseroan, sepanjang putusan tersebut memenuhi syarat - syarat sebagai berikut ;

1. Putusan sesuai hukum yang berlaku. 2. Dilakukan dengan itikad baik.

3. Dilakukan dengan tujuan yang benar (proper purpose).

4. Dilakukan dengan kehati - hatian (due care) seperti dilakukan oleh orang yang cukup hati - hati pada posisi serupa.

5. Dilakukan dengan cara yang secara layak dipercayainya (reasonable belief) sebagai yang terbaik bagi perseroan.

Prinsip Business Judgement Rule ini lebih memihak kepada direksi tetapi masih dalam koridor hukum perseroan yang umum bahwa pengadilan dapat melakukan penilaian terhadap setiap keputusan direksi, termasuk putusan bisnis yang telah disetujui RUPS, sepanjang untuk memutuskan apakah keputusan tersebut sesuai atau tidaknya dengan kebijaksanaan bisnis.

Tidak semua kesalahan direksi dapat ditoleransi dan ada juga keslaahan - kesalahan yang dapat di toleransi. Dalam literature hukum perseroan, disebutkan kesalahan direksi yang dapat ditoleransi adalah sebagai berikut :

1. Hanya salah dalam mengambil keputusan 2. Kesalahan yang jujur.

3. Kerugian perusahaan karena esalahan pegawai perusahaan (kecuali jika tidak ada sistem pengawasan yang baik).

Kesalahan yang harus dimintai pertanggungjawabannya meliputi ;

1. Kesalahan yang bertentangan dengan prinsip Fiduciary Duty. Dalam hal ini termasuk jika ada unsure benturan kepentingan.

2. Kesalahan yang bertentangan dengan prinsip kehati-hatian. Dalam hal ini termasuk jika ada unsur kesengajaan dan kelalaian.

3. Kesalahan yang bertentangan dengan prinsip putusan bijaksana. 4. Kesalahan yang bertentangan dengan prinsip itikad baik.

5. Kesalahan yang bertentangan dengan prinsip tujuan bisnis yang benar. 6. Kesalahan direksi karena tidak kompeten.

7. Kesalahan karena melanggar hukum dan perundang-undangan yang berlaku. 8. Kesalahan karena direksi kurang informasi.

10.Kesalahan karena keputusan diambil tanpa investigasi dan pertimbangan yang rasional.

Penerapan Business Judgement Rule diterapkan dalam banyak kasus, tetapi yang lebih sering adalah penerapannya terhadap pembagian dividen kepada pemegang sahamnya, atau terhadap putusan dalam hubungannya dengan putusan terhadap transaksi tanpa kepentingan.

Pasal 85 ayat (1) dan ayat (2) UUPT tahun 1995 jo Pasal 97 ayat (1), (2), (3), (4), dan (5) UUPT tahun 2007 terlihat bahwa UUPT tersebut memberlakukan prinsip Business Judgement Rule. Dari ketentuan Pasal 85 ayat (1) dan ayat (2) dapat disimpulkan bahwa tindakan direksi terhadap perseroan haruslah dilakukan dengan memenuhi ketiga syarat yuridis sebagai berikut :

1. Itikad baik (good faith).

2. Penuh tanggung jawab.

3. Untuk kepentingan dan tujuan perseroan (proper purpose)

Jika salah satu dari ketiga unsur diatas tidak dipenuhi, maka direksi yang bersangkutan dianggap bersalah (dalam arti kesengajaan) atau setidak - tidaknya dala keadaan lalai (negligence) dalam menjalankan tugasnya sehingga ia harus bertanggung jawab secara pribadi.

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan

Penulisan skripsi ini merupakan suatu upaya akademik untuk menjawab tiga permasalahan sebagaimana dirumuskan dalam Bab I , yang mana memiliki kesimpulan sebagai berikut :

1. Direksi PT (Persero) dalam pengelolaan perusahaan berwenang dan bertanggung jawab penuh atas pengurusan Perseroan untuk kepentingan

Perseroan, sesuai dengan maksud dan tujuan Perseroan serta mewakili Perseroan, baik di dalam maupun di luar pengadilan sesuai dengan ketentuan anggaran dasar. Direksi mempunyai tugas representatif dan kepengurusan manajemen. Tugas representatif merupakan tugas dari Direksi untuk mewakili perseroan, baik di dalam maupun diluar pengadilan. Tugas representasi diluar pengadilan adalah mewakili perseroan dalam menandatangani kontrak-kontrak, menghadap pejabat - pejabat Negara untuk dan atas nama perseroan, dan lain-lain. Direksi berwenang menjalankan pengurusan sesuai dengan kebijakan yang dipandang tepat, dalam batas yang ditentukan dalam undang-undang ini dan/ atau anggaran dasar. Direksi berwenang menjalankan pengurusan sesuai dengan kebijakan yang dianggap tepat olehnya. Jika Direksi terdiri atas dua anggota atau lebih, pembagian tugas dan wewenang pengurusan diantara anggota direksi ditetapkan berdasarkan RUPS. Jika RUPS tidak menetapkan, pembagian tugas dan wewenang Direksi ditetapkan atas keputusan anggota Direksi. Tugas Direksi yang utama adalah mengurus perusahaan sesuai dengan peraturan perundang - undangan yang berlaku.

2. Penjualan saham perusahaan PT (Persero) Go-Public pada dasarnya bertujuan untuk meningkatkan modal dasar, meningkatkan nilai perusahaan,mencari tahu kemungkinan lain, meningkatkan nilai saham, juga untuk meningkatkan kredibilitas perusahaan. Bagi PT (Persero), menjual sahamnya kepada masyarakat (Go-Public) berarti mendapat pilihan lain untuk mendapatkan modal yang akan meningkatkan pendapatan perusahaan demi tercapainya keuntungan bagi PT (Persero) tersebut. Tahapan-tahapan perusahaan yang

akan melakukan go-public meliputi kegiatan sebelum emisi yaitu berisi persiapan-persiapan yang akan dilakukan untuk memenuhi persyaratan go- public, emisi yaitu masa dilakukan go-public hingga saham yang telah ditawarkan harus dicatatkan di bursa efek, dan akhirnya masa sesudah emisi, yaitu berupa pelaporan sebagai konsekuensi atas go-public tersebut.

3. Tanggung jawab Direksi PT (Persero) Go-Public terhadap penjualan saham perusahaan merupakan suatu tanggung jawab yang dibebankan kepadanya karena ialah pengambil inisiatif dan merupakan ujung tombak didalam PT (Persero). Tentu saja penjualan saham PT (Persero) merupakan inisiatif yang berasal dari direktur perusahaan , tetapi hal itu juga perlu mendapatkan persetujuan dari RUPS. Pemberian persetujuan pemindahan hak atas saham yang memerlukan persetujuan Organ Perseroan atau penolakannya harus diberikan secara tertulis dalam jangka waktu paling lana 90 (sembilah puluh) hari terhitung sejak tanggal Organ Perseroan menerima permintaan persetujuan pemindahan hak tersebut. Jika RUPS telah menyetujui saran direksi untuk melakukan penawaran umum saham kepada masyarakat umum, maka seluruh proses penjualan saham merupakan tanggung jawab direksi. Dalam hal laporan keuangan yang disediakan ternyata tidak benar dan/atau menyesatkan, anggota Direksi secara tanggung renteng bertanggung jawab terhadap pihak yang dirugikan.

B. Saran

Berdasarkan penjelasan yang didapat dari penulisan skripsi ini, ada beberapa saran terhadap direksi yang penulis harap nantinya akan dapat terealisasikan dengan baik, yaitu :

1. Setiap anggota direksi diharapkan dapat menjalankan tugasnya sesuai dengan kewajiban dan juga tidak melampaui batas kewenangannya yang telah diatur oleh undang - undang dang anggaran dasar perusahaan tempat ia bekerja. Dalam melaksanakan tugasnya, sangatlah penting untuk tetap menunjukkan sifat kehati-hatian dalam menjalankan perusahaan. Hal itu penting dilakukan agar segala sesuatu yang dilakukan direksi untuk perusahaan benar - benar diwujudkan untuk tujuan perusahaan dan tidak merugikan perusahaan.

2. Pengaturan terhadap penjualan saham PT (Persero) Go-Public diharapkan lebih diperjelas dengan satu undang - undang khusus agar nantinya tidak terjadi penyimpangan dan pengkhususan peraturan itu diharapkan dapat mempermudah suatu perusahaan untuk melakukan penjualan saham kepada masyarakat guna menambah sumber modal bagi perusahaan terkait.

3. Dalam mengemban tanggung jawab sebagai pimpinan perusahaan, tanggung jawab direksi terhadap penjualan saham PT (Persero) ke masyarakat diharapkan dapat diemban dengan sungguh - sungguh dan segala keputusan yang diambil terhadap kegiatan penjualan saham tersebut agar nantinya dapat menguntungkan perusahaan juga tidak merugikan pihak ketiga.