• Tidak ada hasil yang ditemukan

Beragama

Pewawancara Kelik Sugiarto

z Kasat Binmas Polres Bantul AKP Handiko Widiyanto, SH, MH bersama stafnya melakukan safari kamtibmas pada acara dzikir Tahlil.

EDISI 15, MEI-JUNI 2017 PRANALA |39

Dalam 10 tahun terakhir ini peristiwa intoleransi dan konflik terkait hak kebebasan beragama dan berkeyakinan eskalasinya meningkat. Dari sudut pandang Polisi apa yang menjadi penyebabnya?

Saya rasa situasi ini terjadi karena generasi muda kita mengalami pen-dang kal an dalam memaknai ideologi Negara kita, Pancasila. Selain itu ada kelompok-kelompok tertentu yang dalam hal ini kelompok dari aga ma

Islam yang keliru memaknai ayat

-ayat dalam Al-Qur’an. Sebagai con toh siapa yang tidak berhukum de ngan hukum Allah maka dia adalah tha gut. Kelompok ini menafsirkan apa yang terkandung dalam kitab suci se ca ra sangat tekstual. Menganggap ke lom-pok merekalah yang paling benar. Se-men tara kelompok lain yang tidak se-pa ham dengan mereka adalah salah, di ni lai keluar dari Islam dan bahkan sam pai pada taraf pengkafiran.

Dalam penyelesaian konflik Polisi seringkali terlihat gamang dan tidak percaya diri untuk melakukan tindakan represif kepada kelompok intoleran yang jelas-jelas sudah melakukan kekerasan. Kenapa demikian?

Pengetahuan anggota polisi dari

ting kat pimpinan, dan khususnya

yang berada di lapangan dalam ka-it an nya dalam penanganan konflik harus ditingkatkan. Terutama sekali

Polisi harus bisa melakukan tindakan se ca ra terukur. Harus mempunyai ke-mam puan untuk mendeteksi apakah

se buah tindakan-tindakan tertentu

bisa berubah mengarah pada eskalasi yang lebih tinggi. Penting juga dalam pe na nganan konflik polisi harus ber-sinergi dengan masyarakat yang lain. Tokoh agama, tokoh masyarakat, or-mas-ormas keagamaan harus menjadi mi tra utama.

Kendala apa yang dihadapi polisi dalam menangani konflik kebebasan beragama dan

berkeyakinan ini ?

Seperti yang saya utarakan tadi, pe-nge ta huan dan pemahaman polisi da-lam manajemen konflik memang ma-sih lemah. Situasi ini ditambah dengan ke ga gal an polisi khususnya yang ada di lapangan dalam mengambil po-si po-si. Dalam beberapa peristiwa kon-flik, polisi ada yang masih terbawa sen ti men keagamaan. Hal ini akan meng aki batkan polisi sulit untuk ber-si kap netral. Kemudian dari faktor ke ji wa an massa juga berpengaruh. Mak sud saya kalau mereka bertemu de ngan kita sendiri-sendiri tampak bi asa saja. Tetapi ketika mereka

ber-kum pul dalam komunitas massa

yang cukup besar, psikologi mereka akan berubah dengan sangat cepat. Dalam sebuah kerumunan massa sa-tu orang berteriak memprovokasi ma ka kejadian berikutnya tidak akan bi sa kita prediksi sebelumnya. Massa

WAWANCARA

40 | PRANALA EDISI 15, MEI-JUNI 2017

yang sebelumnya kondusif tiba-tiba bi sa berubah secara drastis menjadi mas sa yang anarkis. Dan kegamangan po li si dalam mengambil sikap saat pe-na nga pe-nan konflik juga dikarepe-nakan ke gagalan Polisi dalam membangun hubungan lintas sektoral. Polisi me ra-sa bira-sa bertindak sendiri. Hal itu pas ti tidak akan bisa berjalan. Polisi harus bersinergi, berkoordinasi khususnya de ngan tokoh masyarakat dan tokoh agama setempat.

Strategi seperti apa yang harus dijalankan polisi untuk menciptakan pemolisian yang ramah terhadap hak kebebasan beragama dan berkeyakinan?

Pertama-tama yang harus di la ku-kan polisi harus menjalin komunikasi yang baik dengan semua pemeluk

aga ma. Tidak hanya dengan yang

mus lim tapi dengan komunitas aga-ma yang lain. Kemudian tidak ka lah pentingnya juga Polisi harus me la-kukan pemetaan terhadap ke lom pok atau aliran-aliran yang ada di ma sya-rakat. Karena biasanya bila dalam

se-bu ah masyarakat muncul kelompok-ke lom pok baru terlebih yang ber ka it an dengan aliran agama pasti akan me-nim bulkan keresahan warga. Menjadi pen ting disini bagi polisi untuk

me-nge tahui dan paham regulasi yang

me nga tur kehidupan beragama. Selain itu kami juga menggiatkan FKPM yang ada di desa-desa. Keberadaan FKPM inilah sebenarnya yang paling stra tegis dalam mendeteksi gejala-ge-ja la permasalahan yang ada di ma sya-ra kat.

Terkait penolakan Camat Pajangan karena non muslim, keterlibatan Polisi seperti apa?

Pada saat peristiwa itu kami dari Ke polisian aktif berkoordinasi dengan pe me rintah daerah untuk me la ku-kan mediasi antara pihak yang me-no lak de ngan camat yang di ang kat oleh bu pa ti. Kami duduk satu me ja, dan memberikan pemahaman bah-wa pengangkatan Camat itu ada-lah sesuai konstitusi dan tidak ada kaitannya sama sekali dengan ma sa-lah agama. Sampai saat ini kami te-rus melakukan komunikasi dengan be be ra pa pihak yang menolak Camat. Ma sa lah ini memang sensitif, apalagi se be lum peristiwa Camat ini di Ke-ca mat an Pajangan sempat ramai juga karena kontroversi peresmian pa-tung kerahiman. Namun pada saat itu sudah bisa diselesaikan terutama oleh FKUB Kabupaten yang menjadi me-di ator untuk menyelesaikan masalah ter se but. n

... pe nge ta huan dan

pemahaman polisi da­

lam manajemen konflik

memang ma sih lemah.

Situasi ini ditambah

dengan ke ga gal an

polisi khususnya yang

ada di lapangan dalam

mengambil po si si.

EDISI 15, MEI-JUNI 2017 PRANALA |41

B

ahaya terbesar dalam ke

hi-dup an beragama bukan ter-le tak pada dikotomi an ta ra baik dan buruknya ke bi asa an penganutnya. Lebih dari itu, bahaya terbesar yang sering kita sem bu nyi-kan dan berlangsung secara diam-diam adalah menjadikan agama se ba-gai alasan untuk saling berseteru dan membenci antara satu dengan ke lom-pok lainnya. Meskipun sabda Nietzche

Agama Para Idola:

Dokumen terkait