• Tidak ada hasil yang ditemukan

GAMBARAN UMUM PEMBANGUNAN AMPL DAERAH

2.3 PERMASALAHAN BIDANG AMPL MPL

2.3.1. Permasalahan Bidang Air Minum

Permasalahan Air minum di Kabupaten Kapuas terdiri dari berbagai aspek, seperti Aspek Pembangunan Sarana dan prasarana, aspek pendanaan, aspek kelembagaan, aspek perundang-undangan, aspek teknis dan aspek sosial yang dijelaskan dalam Tabel.

Jika dihitung akses air minum berdasarkan jumlah Sambungan Rumah (SR) PDAM dan cakupan dari program pamsimas terhadap jumlah penduduk Kabupaten

Rencana Aksi Daerah Bidang Air Minum dan Penyehatan Lingkungan (RAD-AMPL) Kabupaten Kapuas Tahun 2020-2024

Tabel 2.16. Permasalahan Mendesak Air Minum A. Sistem Air minum Permukiman:

1. Aspek pembangunan sarana dan

prasarana

 Jumlah SR (PDAM) di Kabupaten Kapuas sebanyak 9.873 (berdasarkan BPKP ditentukan SR=6 jiwa) sedangkan jumlahnya

penduduk tahun 2018 adalah sebanyak 356.382 Jiwa

 Akses yang baik terhadap air minum mencapai = 16,62%

 Jumlah cakupan Pamsimas di Kabupaten Kapuas sebanyak 1.813 KK (1 KK = 4 jiwa)

 Akses yang baik terhadap air minum hanya mencapai = 2,03%

 Jumlah cakupan SPAM non perpipaan sebanyak 25.329 rumah tangga {1 rumah tangga =6 jiwa}

 Akses yang baik terhadap air minum mencapai 42,64%

B. Lain-lain:

1. Aspek Pendanaan:  Keterbatasan anggaran dari Pemerintah Kabupaten Kapuas dalam penyelenggaraan air minum seperti Pembangunan Intake, IPA dan Pengembangan Jaringan air minum.

 Belum tertariknya pihak swasta untuk melakukan investasi 2. Aspek Kelembagaan:  Belum optimalnya pengelolaan sarana air minum PDAM

 Belum optimalnya koordinasi antar program dan antar pelaku bidang air minum dan penyehatan lingkungan

 Rendahnya koordinasi antar instansi dalam penetapan kebijakan

 Belum optimalnya peran KP SPAM dan Asosiasi SPAM perdesaan dalam pengelolaan sarana air minum yang telah terbangun

 Masih kurangnya sosialisasi mengenai pentingnya pengolahan dan pengelolaan air

 Kurangnya monitoring pengelolaan sarana prasarana air minum 3. Aspek Peraturan

Perundangan dan penegakan hukum:

 Belum memadainya perangkat Perda yang diperlukan dalam pengelolaan air minum

 Belum tersedia kebijakan yang jelas terkait hubungan kerjasama dengan pihak swasta/investor dalam pengelolaan air minum 4. Aspek Teknis  Masih adanya kebocoran air di jaringan eksisting PDAM

 Masih ada pelanggan PDAM yang belum memiliki water meter

 Debit Air kecil

 Jaringan perpipaan/ SR perdesaan masih kurang

5. Aspek Sosial  Rendahnya daya beli masyarakat terhadap penyediaan sarana air minum

 Masyarakat perdesaan sebagian besar terbiasa mengkonsumsi air sungai tanpa melalui pengolahan

 Di perdesaan kesadaran untuk penerapan praktek hidup bersih dan higinis masih rendah

 Di perdesaan, air belum dinilai sebagai barang ekonomi sehingga menyulitkan pengembangan pengelolaan sarana air minum

 Di sebagian perdesaan, pembangunan sumur bor pribadi tidak terkendali sehingga Sarana Air Minum yang sudah disediakan pemerintah tidak termanfaatkan optimal.

Rencana Aksi Daerah Bidang Air Minum dan Penyehatan Lingkungan (RAD-AMPL) Kabupaten Kapuas Tahun 2020-2024

akibat alih fungsi lahan

 Keterbatasan sumber air baku di beberapa desa

 Pencemaran terhadap sumber air baku

2.3.2. Permasalahan Bidang Sanitasi

Permasalahan sanitasi di Kabupaten Kapuas terdiri dari berbagai aspek, seperti Aspek pengembangan Sarana dan prasarana, aspek pendanaan, aspek kelembagaan, aspek perundang-undangan dan aspek sosial yang dijelaskan dalam Tabel.

Tabel 2.17. Permasalahan Mendesak Sanitasi A. Sistem Sanitasi Permukiman:

1.Aspek Pengembangan Sarana dan Prasarana :

 Jumlah Penduduk Kabupaten Kapuas Tahun 2018 sebanyak 356.382 Jiwa

 Persentase jumlah rumah tangga berakses pengolahan air limbah domestik hanya mencapai = 52,94% (47.167 KK) B. Lain-lain:

1. Aspek Pendanaan:  Terbatasnya anggaran Pemerintah Kabupaten Kapuas dalam memenuhi sarana dan prasarana persampahan, limbah dan drainase

 Belum Optimal CSR dari perusahan di Kabupaten Kapuas menangani bidang sanitasi

 Belum adanya investor swasta akibat dari tidak adanya SOP yang jelas terkait pengelolaan air limbah

 Belum efektifnya retribusi dari masyarakat untuk menopang anggaran operasional

2. Aspek Kelembagaan:  Rendahnya koordinasi antar instansi dalam penetapan kebijakan

 Belum optimalnya pelaksanaan sistem, operasi dan prosedur (SOP) dalam pengelolaan air limbah

 Kurangnya monitoring pengelolaan sarana prasarana sanitasi

 Kurangnya SDM yang mampu memehami pengelolaan air limbah karena masih minimnya sosialisasi dan edukasi terkait sanitasi

 Masih minimnya sosialisasi dan edukasi terkait sanitasi 3. Aspek Peraturan

Perundangan dan penegakan hukum:

 Belum memiliki Masterplan Drainase se-Kabupaten Kapuas

 Belum efektifnya penerapan peraturan yang telah ada

 Belum terbentuknya peraturan mengenai pengelolaan SPALD secara menyeluruh

 Belum adanya peraturan mengenai kerjasama pemerintah kabupaten dengan swasta

4. Aspek Teknis  Masih banyak masyarakat memiliki septictank tidak aman sebesar 22% (19.143 KK) data EHRA 2017

 Hanya 2% (1.740 KK ) yang menggunakan pipa kolektor (SPALD sistem IPAL Komunal) data EHRA 2017

Rencana Aksi Daerah Bidang Air Minum dan Penyehatan Lingkungan (RAD-AMPL) Kabupaten Kapuas Tahun 2020-2024

 Masih banyak sampah yang tidak dikelola sebesar 85,7%

(Data EHRA 2017)

 Kurangnya armada angkutan sampah dari TPS ke TPA 5. Aspek Sosial  Masih banyak masyarakat yang BABS sebesar 55,1 %

(47.944 KK) data EHRA 2017

 Masih rendahnya kesadaran masyarakat untuk berperilaku hidup bersih dan sehat (PHBS)

 Masih rendahnya peran dan kesadaran masyarakat akan resiko pencemaran akibat SPALD yang tidak layak

 Masih banyak masyarakat yang mengelola sampah dengan dibakar sebesar 66,1% (Data EHRA 2017)

 Masih ada perilaku masyarakat yang membuang sampah langsung ke sungai sebesar 14,1% (Data EHRA 2017)

2.3.3. Permasalahan Penanganan DID, Stunting, RPAM

Permasalahan Penanganan Disabilitas Inklusif Development (DID), Stunting, Rencana Pengamanan Air Minum (RPAM) dari berbagai aspek dijelaskan dalam table berikut:

Tabel 2.18. Permasalahan Mendesak DID, Stunting, RPAM A. DID:

1. Aspek Pendanaan:  Alokasi anggaran pemerintah untuk penyandang disabilitas masih terbatas

 Belum ada bantuan jaminan kesehatan khusus bagi penyandang disabilitas dari pemerintah daerah

2. Aspek Kelembagaan:  Disabilitas belum menjadi kegiatan prioritas pemerintah daerah 3. Aspek Peraturan

Perundangan dan penegakan hukum:

 Belum ada sosialisasi peraturan perundang-undangan yang mengatur hak-hak penyandang disabilitas

4. Aspek Sosial  pembangunan fasilitas umum/publik masih belum ramah terhadap penyandang disabilitas

B. Stunting

1. Aspek Sosial  Tingkat kesadaran berprilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) di masyarakat masih rendah

2. Aspek Teknis  Masyarakat/ orang tua tidak menyadari anak mereka stunting

C. RPAM

1. Aspek Kelembagaan:  Belum ada kebijakan tentang Rencana Pengamanan Air Minum (RPAM) di Kabupaten Kapuas

 Rendahnya koordinasi antar instansi dalam penetapan kebijakan 2. Aspek Sosial  Masyarakat masih belum mengetahui cara-cara penyimpanan air

Rencana Aksi Daerah Bidang Air Minum dan Penyehatan Lingkungan (RAD-AMPL) Kabupaten Kapuas Tahun 2020-2024

Dokumen terkait