• Tidak ada hasil yang ditemukan

BUPATI KAPUAS PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI KAPUAS NOMOR 10 TAHUN 2021 TENTANG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BUPATI KAPUAS PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI KAPUAS NOMOR 10 TAHUN 2021 TENTANG"

Copied!
115
0
0

Teks penuh

(1)SALINAN. BUPATI KAPUAS PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI KAPUAS NOMOR 1 0 TAHUN 2021 TENTANG RENCANA AKSI DAERAH AIR MINUM DAN PENYEHATAN LINGKUNGAN KABUPATEN KAPUAS TAHUN 2020-2024 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KAPUAS, Menimbang. :. a.. b.. c.. d.. Mengingat. : 1.. bahwa air minum dan sanitasi merupakan kebutuhan dasar masyarakat yang harus dipenuhi untuk meningkatkan derajat kesejahteraan masyarakat; bahwa penyediaan air minum dan sanitasi masih mengalami berbagai kendala sehingga diperlukan percepatan penyediaannya untuk mencapai target Sustainable Development Goals Tahun 2030; bahwa untuk kelancaran Pelaksanaan Percepatan Penyediaan Air Minum dan Sanitasi di Kabupaten Kapuas, perlu disusun Rencana Aksi Daerah Air Minum dan Penyehatan Lingkungan Tahun 2020 – 2024; bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b dan huruf c, perlu menetapkan Peraturan Bupati tentang Rencana Aksi Daerah Penyediaan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan Kabupaten Kapuas Tahun 2020-2024; Undang-Undang Nomor 27 Tahun 1959 tentang Penetapan Undang-Undang Darurat Nomor 3 Tahun 1953 tentang Perpanjangan Pembentukan Daerah Tingkat II di Kalimantan; (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1953 Nomor 9) Sebagai Undang-Undang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1959 Nomor 72, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 1820);.

(2) 2. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 112, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4377); 3. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional 2005 – 2025 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 33, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4700); 4. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5063); 5. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587) sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan UndangUndang Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2020 Nomor 245, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6573); 6. Peraturan Presiden Nomor 185 Tahun 2014 tentang Percepatan Penyediaan Air Minum dan Sanitasi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 389); 7. Peraturan Presiden Nomor 18 Tahun 2020 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 2020-2024(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2020 Nomor 10); 8. Peraturan Pemerintah Nomor 122 Tahun 2015 tentang Sistem Penyediaan Air Minum (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 345, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5802); 9. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor 4 Tahun 2020 tentang Prosedur Operasional Standar Penyelenggaraan Sistem Penyediaan Air Minum; 10. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 80 Tahun 2015 tentang Pembentukan Produk Hukum Daerah (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 2036) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Mentari Dalam Negeri Nomor 120 Tahun 2018 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 80 Tahun 2015 tentang Pembentukan Produk Hukum Daerah (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2018 Nomor 157); 11. Peraturan Daerah Kabupaten Kapuas Nomor 6 Tahun 2019 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Kapuas Tahun 20182023 (Lembaran Daerah Kabupaten Kapuas Tahun 2019 Nomor 6, Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Kapuas Nomor 53); 2.

(3) 12. Peraturan Daerah Kabupaten Kapuas Nomor 2016 tentang Pembentukan dan Susunan Daerah Kabupaten Kapuas (Lembaran Daerah Kapuas Tahun 2016 Nomor 10, Tambahan Daerah Kabupaten Kapuas Nomor 330);. 10 Tahun Perangkat Kabupaten Lembaran. MEMUTUSKAN : Menetapkan. :. PERATURAN BUPATI TENTANG RENCANA AKSI DAERAH AIR MINUM DAN PENYEHATAN LINGKUNGAN KABUPATEN KAPUAS TAHUN 20202024. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1. Dalam Peraturan Bupati ini yang dimaksud dengan: 1. Daerah adalah Kabupaten Kapuas. 2. Bupati adalah Bupati Kapuas. 3. Perangkat Daerah yang selanjutnya disingkat PD adalah unsur pembantu Kepala Daerah dan DPRD dalam penyelenggaraan Urusan Pemerintahan yang menjadi kewenangan Daerah. 4. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah yang selanjutnya disingkat Bappeda adalah Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Kapuas. 5. Kepala BAPPEDA adalah Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Kapuas, melaksanakan fungsi penunjang perencanaan, fungsi penunjang penelitian dan pengembangan. 6. Rencana Aksi Daerah Penyediaan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan selanjutnya disingkat RADAMPL adalah Rencana Aksi Daerah Penyediaan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan Kabupaten Kapuas Tahun 2020 – 2024 yang berupa dokumen operasionalisasi kebijakan daerah jangka menengah dalam pengembangan pelayanan air minum dan sanitasi dengan berbagai pendekatan pembangunan dalam rangka mendukung pencapaian target Sustainable Development Goals (SDGs) Tahun 2030 Bidang Air minum dan Sanitasi. 7. Sumber air minum yang layak adalah sumber air minum yang meliputi air minum perpipaan dan air minum non-perpipaan terlindung yang berasal dari sumber air berkualitas dan berjarak sama dengan atau lebih dari 10 (sepuluh) meter dari tempat pembuangan 3.

(4) kotoran dan/atau terlindung dari kontaminasi lainnya, yang antara lain adalah sumber air minum yang meliputi air leding, keran umum, sumur bor atau pompa, sumber terlindung dan mata air terlindung, serta air hujan. 8. Sumber air minum tak layak adalah sumber air minum yang diidentifikasi sebagai sumber air dimana jarak antara sumber air dan tempat pembuangan kotoran kurang dari 10 (sepuluh) meter dan atau tidak terlindung dari kontaminasi lainnya, yang antara lain mencakup sumur galian yang tak terlindung, mata air tak terlindung, air yang diangkut dengan tangki/ drum kecil, dan air permukaan dari sungai, danau, kolam, dan saluran irigasi/drainase. 9. Fasilitas sanitasi yang layak adalah fasilitas sanitasi yang didefinisikan sebagai sarana yang aman, higienis, dan nyaman, yang dapat menjauhkan pengguna dan lingkungan di sekitarnya dari kontak dengan kotoran manusia, yang mencakup kloset dengan leher angsa, toilet guyur (flush toilet) yang terhubung dengan system pipa saluran pembuangan atau tangki septik/SPAL. 10. Fasilitas sanitasi yang tidak layak adalah fasilitas sanitasi yang didefinisikan sebagai sarana yang tidak aman, tidak higienis, dan tidak nyaman, yang dapat mendekatkan pengguna dan lingkungan disekitarnya dari kontak langsung dengan kotoran manusia yang meliputi toilet yang mengalir ke selokan, saluran terbuka, sungai, atau lapangan terbuka, jamban cemplung tanpa segel slab, wadah ember, dan toilet gantung. 11. Pendekatan berbasis masyarakat adalah pendekatan yang menempatkan masyarakat sebagai pelaku utama dan penentu dalam penyelenggaraan pelayanan, melalui proses pemberdayaan dan partisipasi aktif masyarakat. 12. Pendekatan berbasis lembaga adalah pendekatan penyelenggaraan pelayanan melalui dinas, badan, perusahaan daerah, dan lembaga swasta. 13. Standar Pelayanan Minimal yang selanjutnya disingkat SPM adalah ketentuan tentang jenis dan mutu pelayanan dasar yang merupakan urusan wajib daerah yang berhak diperoleh setiap warga secara minimal. 14.Indikator SPM bidang air minum adalah tersedianya akses air minum yang aman melalui Sistem Penyediaan Air Minum dengan jaringan perpipaan dan bukan jaringan perpipaan terlindungi dengan kebutuhan pokok minimal 60 liter / orang/hari.. 4.

(5) 15. Indikator SPM bidang sanitasi adalah tersedianya system air limbah setempat yang memadai dengan target SPM 60%, dan tersedianya sistem air limbah skala komunitas/kawasan kota dengan target SPM 5%. 16. Kinerja adalah capaian keluaran/hasil/dampak dari kegiatan/program/sasaran sehubungan dengan penggunaan sumber daya pembangunan. 17. Indikator Kinerja adalah tanda yang berfungsi sebagai alat ukur pencapaian kinerja suatu kegiatan, program atausasaran dan tujuan dalam bentuk keluaran (output), hasil (outcome), dampak (impact). 18. Isu Strategis adalah kondisi atau hal yang harus diperhatikan atau dikedepankan dalam perencanaan pembangunan Daerah karena dampaknya yang signifikan bagi Daerah dengan karakteristik bersifat penting, mendasar, mendesak, berjangka menengah/ panjang, dan menentukan pencapaian tujuan penyelenggaraan pemerintahan Daerah di masa yang akan datang. 19. Arah Kebijakan adalah rumusan kerangka pikir atau kerangka kerja untuk menyelesaikan permasalahan pembangunan dan mengantisipasi isu strategis Daerah/ Perangkat Daerah yang dilaksanakan secara bertahap sebagai penjabaran strategi. 20. Strategi adalah langkah berisikan program-program sebagai prioritas pembangunan Daerah/ Perangkat Daerah untuk mencapai sasaran. 21. Program adalah penjabaran kebijakan Perangkat Daerah dalam bentuk upaya yang berisi satu atau lebih kegiatan dengan menggunakan sumber daya yang disediakan untuk mencapai hasil yang terukur sesuai dengan tugas dan fungsi. 22. Kegiatan Perangkat Daerah adalah serangkaian aktivitas pembangunan yang dilaksanakan oleh Perangkat Daerah untuk menghasilkan keluaran (output) dalam rangka mencapai hasil (outcome) suatu program. 23. Koordinasi adalah kegiatan yang meliputi pengaturan hubungan kerjasama dari beberapa instansi/ pejabat yang mempunyai tugas dan wewenang yang saling berhubungan dengan tujuan untuk menghindarkan kesimpangsiuran dan duplikasi. 24. Pemantauan adalah kegiatan mengamati perkembangan pelaksanaan rencana pembangunan, mengidentifikasi serta mengantisipasi permasalahan yang timbul dan/ atau akan timbul untuk dapat diambil tindakan sedini mungkin. 25. Evaluasi adalah rangkaian kegiatan membandingkan realisasi masukan (input), keluaran (output), dan hasil (outcome) terhadap rencana dan standar. 5.

(6) 26. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah yang selanjutnya disingkat APBD adalah rencana keuangan tahunan Daerah yang ditetapkan dengan Peraturan Daerah. 27. Penyediaan Air Minum dan Sanitasi berbasis Masyarakat yang selanjutnya disingkat Pamsimas adalah salah satu program yang dilaksanakan oleh Pemerintah Indonesia dengan dukungan Bank Dunia, program ini dilaksanakan di wilayah perkampungan dan pinggiran kota untuk meningkatkan akses penduduk perkampungan terhadap fasilitas air minum dan sanitasi layak berbasis masyarakat. 28. Rencana Kerja yang selanjutnya disingkat RENJA adalah dokumen rencana yang memuat program dan kegiatan yang diperlukan untuk mencapai sasaran pembangunan. 29. Rencana Kerja Pemerintah yang selanjutnya disingkat dengan RKP adalah dokumen perencanaan pembangunan nasional untuk periode 1 (satu) tahun. 30. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional yang selanjutnya disingkat RPJMN adalah dokumen perencanaan pembangunan nasional untuk periode 5 (lima) tahunan. 31. Sustainable Development Goals (SDG’s) adalah kesepakatan pembangunan baru yang mendorong perubahan-perubahan yang bergeser kea rah pembangunan berkelanjutan yang berdasarkan hak asasi manusia dan kesetaraan untuk mendorong pembangunan sosial, ekonomi dan lingkungan hidup. 32. Perangkat Daerah yang selanjutnya disingkat PD adalah unsur pembantu kepala daerah dan DPRD dalam penyelenggaraan Urusan Pemerintahan yang menjadi kewenangan Daerah.. BAB II PERAN, FUNGSI, DAN KEDUDUKAN RAD-AMPL Pasal 2 RAD-AMPL Kabupaten Kapuas berperan sebagai instrument sinkronisasi program-program pelayanan air minum dan sanitasi dari berbagai sumber pembiayaan selama Tahun 2020 sampai dengan Tahun 2024 dalam rangka pemenuhan layanan dasar air minum dan sanitasi sesuai target SDGs Tahun 2030.. 6.

(7) Pasal 3 RAD-AMPL Kabupaten Kapuas Tahun 2020-2024 berfungsi sebagai: a. lnstrumen pengembangan kapasitas pelayanan air minum dan sanitasi yang menerapkan pendekatan berbasis masyarakat dan pendekatan kelembagaan; b. Instrumen operasional kebijakan pengembangan pelayanan Air Minum dan Sanitasi Jangka Menengah Daerah (5 tahun); c. Acuan penetapan target tambahan akses air minum dan sanitasi untuk setiap tahun yang dilengkapi dengan indikasi target jumlah desa lokasi pengembangan SPAM dan sanitasi (baik melalui pembangunan baru, perluasan, maupun peningkatan kinerja); dan d. Instrumen untuk membantu memastikan meningkatnya anggaran APBD pada bidang AMPL melalui integrasi RAD-AMPL ke dalam RKPD dan APBD.. Pasal 4 RAD-AMPL disusun berdasarkan RPJMD dan menjadi dokumen yang harus digunakan dalam penyusunan RKPD, Renja PD, dan APBD Kabupaten Kapuas.. BAB III PELAKSANAAN RAD-AMPL Pasal 5 RAD-AMPL Kabupaten Kapuas dilaksanakan melalui RKPD, Renja PD, APBD serta dapat melalui integrasi RADAMPL Kabupaten Kapuas.. Pasal 6 Dalam hal pelaksanaan RAD-AMPL Kabupaten Kapuas menggunakan dana di luar APBD maka pelaksanaan program/kegiatan tersebut dikoordinasikan oleh Bappeda dan PD teknis terkait.. 7.

(8) Pasal 7 Pendanaan pelaksanaan RAD-AMPL Kabupaten Kapuas terbuka bagi sumber-sumber pendanaan di luar APBD dan APBN, dengan tetap berpedoman pada mekanisme yang disepakati antara Pemerintah Daerah dengan pihak penyandang dana.. BAB IV PEMANTAUAN DAN EVALUASI RAD-AMPL Pasal 8 (1). Dalam melaksanakan Pemantauan dan Evaluasi RAD-AMPL melibatkan PD Teknis Terkait meliputi : a. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Kapuas; b. Dinas Pekerjaan Umum, Penataan Ruang, Perumahan dan Kawasan Permukiman Kabupaten Kapuas; c. Dinas Kesehatan Kabupaten Kapuas; d. Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Kabupaten Kapuas; e. Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Kapuas; f. Dinas Pendidikan Kabupaten Kapuas; g. Badan Pusat Statistik Kabupaten Kapuas; dan h. Perusahaan Daerah Air Minum Kabupaten Kapuas. (2) Pemantauan pelaksanaan RAD-AMPL dilakukan minimal 2 (dua) kali dalam setahun. (3) Evaluasi pelaksanaan RAD-AMPL dilakukan pada akhir tahun pelaksanaan. (4) Hasil pemantauan dan evaluasi RAD-AMPL menjadi bahan penyusunan kebijakan AMPL tahun berikutnya dan merupakan informasi publik. (5) Kepala PD melakukan pemantauan dan evaluasi program kegiatan RAD-AMPL yang menjadi tanggungjawab PD masing-masing. (6) Dalam hal hasil pemantauan dan evaluasi menunjukkan adanya ketidaksesuaian penyimpangan hasil, kepala PD melakukan tindakan perbaikan penyempurnaan. (7) Kepala PD menyampaikan hasil pemantauan dan evaluasi kepada Kepala Bappeda. (8) Kepala Bappeda melakukan evaluasi terhadap laporan hasil pemantauan dan evaluasi pelaksanaan RAD-AMPL.. 8.

(9) (9). Dalam hal evaluasi menunjukkan adanya ketidaksesuaian penyimpangan Kepala Bappeda menyampaikan rekomendasi dan langkah-langkah penyempurnaan untuk ditindaklanjuti oleh Kepala PD. (10) Kepala PD menyampaikan hasil tindaklanjut perbaikan dan penyempurnaan kepada Kepala Bappeda. (11) Kepala Bappeda melaporkan hasil pemantauan dan evaluasi kepada Bupati.. BAB V PARTISIPASI MASYARAKAT Pasal 9 (1). Masyarakat berhak menyampaikan pendapat dan masukan kepada Pemerintah Daerah melalui Tim RAD-AMPL atau media lain yang disediakan Pemerintah Daerah atas kinerja Pelayanan Air Minum dan Sanitasi Daerah, dan Masyarakat berhak memperoleh informasi tentang hasil tindak lanjut pendapat dan masukan. (2) Tim sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan dengan Keputusan Bupati Kapuas.. BAB VI PENDANAAN Pasal 10 (1) Pelaksanaan RAD-AMPL Kabupaten Kapuas harus memperhatikan hasil pemantauan dan evaluasi pelaksanaan tahun sebelumnya. (2) Dalam hal pelaksanaan RAD-AMPL terjadi perubahan capaian sasaran tahunan tetapi tidak mengubah target pencapaian sasaran akhir Tahun, maka perubahan sasaran dimuat dalam RKPD dan Renja PD berdasarkan laporan pemantauan dan evaluasi pelaksanaan RAD-AMPL. (3) Pendanaan pelaksanaan RAD-AMPL Kabupaten Kapuas 2020-2024 dapat bersumber : a. Anggaran pendapatan dan belanja Negara; b. Anggaran pendapatan dan belanja daerah; dan c. Sumber lainnya yang sah sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku.. 9.

(10) Pasal 11 Dokumen RAD-AMPL Kabupaten Kapuas Tahun 20202024 sebagaimana tercantum dalam Lampiran yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Peraturan Bupati ini. BAB V KETENTUAN PENUTUP Pasal 12 Peraturan Bupati diundangkan.. ini. mulai. berlaku. pada. tanggal. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Bupati ini dengan penempatannya dalam Berita Daerah Kabupaten Kapuas. Ditetapkan di Kuala Kapuas pada tanggal 14 Juli 2021 BUPATI KAPUAS, ttd BEN BRAHIM S. BAHAT Diundangkan di Kuala Kapuas pada tanggal 14 Juli 2021 SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN KAPUAS, ttd SEPTEDY BERITA DAERAH KABUPATEN KAPUAS TAHUN 2021 NOMOR 10. 10.

(11) 11.

(12)

(13) BUPATI KAPUAS KATA PENGANTAR Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa yang telah memberikan berkat rahmat-Nya sehingga Dokumen Rencana Aksi Daerah Air Minum dan Penyehatan Lingkungan (RADAMPL) 2020-2024 ini telah selesai disusun. Rencana Aksi Daerah Air Minum dan Penyehatan Lingkungan (RAD-AMPL) Kabupaten Kapuas merupakan dokumen rencana pengembangan kapasitas daerah dalam penyediaan pelayanan air minum dan penyehatan lingkungan untuk periode 5 (lima) tahun. Dengan perannya sebagai rencana pengembangan kapasitas daerah, RAD-AMPL ini diharapkan menjadi acuan bagi program dan kegiatan yang akan dilaksanakan oleh Organisasi Perangkat Daerah (OPD) yang bertanggung jawab untuk bidang AMPL yang lebih terarah, terpadu dan berkelanjutan. RAD AMPL diharapkan memberikan hasil nyata bagi Kabupaten Kapuas meningkatkan cakupan akses dan kualitas pelayanan air minum dan sanitasi daerah dalam usaha mencapai target RPJMN 2020-2024 dalam rangka mewujudkan derajat kesehatan dan produktivitas masyarakat yang lebih baik. Mengingat penyediaan layanan dasar termasuk air minum dan sanitasi merupakan urusan wajib yang menjadi kewenangan Pemerintah Daerah sesuai dengan Undang-undang nomor 32 tahun 2004 dan Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007. Koordinasi dan sinkronisasi program dan kegiatan AMPL yang ada di setiap OPD diharapkan akan lebih baik dengan disusunnya RAD AMPL ini. Dan berharap pada tahun 2024 pemenuhan target cakupan Air Minum dan Sanitasi dapat tercapai sesuai dengan target yang telah ditetapkan. Pada akhirnya kami berharap seluruh stakeholders yang terlibat dalam pencapaian RAD AMPL ini dapat menjalankan dan senantiasa melakukan evaluasi terhadap pelaksanaannya. Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang membantu dalam penyusunan dokumen, baik secara langsung ataupun tidak langsung. Semoga tujuan kita menciptakan kondisi untuk pemenuhan air minum dan sanitasi di Kabupaten Kapuas yang lebih baik dan merata dapat segera terwujud.. Kuala Kapuas, BUPATI KAPUAS. 2020. Ir. BEN BRAHIM S. BAHAT, MM, MT i.

(14) DAFTAR ISI KATA PENGANTAR ........................................................................................... i. DAFTAR ISI ........................................................................................................ ii. DAFTAR TABEL ................................................................................................ iv. DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ vii. BAB I. PENDAHULUAN ............................................................................... I-1. 1.1. LATAR BELAKANG .................................................................. I-1. 1.2. MAKSUD, TUJUAN ................................................................... I-4. 1.3. KEBIJAKAN DAN STRATEGI NASIONAL BIDANG AMPL ....... I-4. 1.4. RUANG LINGKUP..................................................................... I - 12. 1.4.1. Pengertian Air Minum dan Sanitasi Layak.................. ... I - 12. 1.4.2. Pengertian DID, Stunting dan RPAM ............................ I - 13. 1.4.3. Rencana Aksi Daerah Bidang AMPL ............................ I - 19. 1.5. DASAR HUKUM ........................................................................ I - 19. 1.6. SISTEMATIKA PENYUSUNAN ................................................. I - 23. GAMBARAN UMUM PEMBANGUNAN AMPL DAERAH ................. II - 20. 2.1. KONDISI GEOGRAFIS WILAYAH .......................................... II - 20. 2.1.1 Luas dan Batas Wilayah ............................................... II - 20. 2.1.2 Topografi ...................................................................... II - 22. 2.1.3 Keadaan Geografi ........................................................ II - 23. 2.1.4 Hidrologi................................................................. ....... II - 25. 2.1.5 Klimatologi.............................................................. ....... II - 25. 2.1.6 Demografi ..................................................................... II - 26. KONDISI EKSISTING BIDANG AMPL ..................................... II - 26. 2.2.1. Kondisi Eksisting Air Minum.......................................... II - 26. 2.2.2. Kondisi Eksisting Sanitasi ............................................ II - 36. 2.2.3. Kondisi Eksisting DID, Stunting, RPAM ........................ II - 41. PERMASALAHAN BIDANG AMPL .......................................... II - 45. 2.3.1 Permasalahan Bidang Air Minum.................................. II - 45. 2.3.2 Permasalahan Bidang Sanitasi ..................................... II - 47. 2.3.3 Permasalahan Penanganan DID, Stunting, RPAM ....... II - 48. TANTANGAN BIDANG AMPL .................................................. II - 49. 2.4.1 Tantangan Pengembangan Air Minum.......................... II - 49. 2.4.2 Tantangan Pengembangan Sanitasi ............................. II - 49. 2.4.3 Tantangan Penanganan DID, Stunting, RPAM ............. II - 50. BAB II. 2.2. 2.3. 2.4. ii.

(15) BAB III. BAB IV. ISU STRATEGIS ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI .................. III - 51. 3.1. III - 51. ISU STRATEGIS BIDANG AMPL ............................................. 3.1.1. Isu Strategis Bidang Air Minum ..................................... III - 51. 3.1.2. Isu Strategis Bidang Sanitasi ........................................ III - 52. 3.1.3. Isu Strategis DID, Stunting, RPAM ............................... III - 54. 3.2. ARAH KEBIJAKAN AMPL ......................................................... III - 55. 3.3. STRATEGI PENCAPAIAN TAHUN 2019-2024 ......................... III - 61. PROGRAM DAN KEGIATAN RAD AMPL ........................................ IV - 61. 4.1. PROGRAM DAN KEGIATAN BIDANG AIR MINUM 2020 2024 .......................................................................................... 4.2. PROGRAM DAN KEGIATAN BIDANG SANITASI 2020 2024 .......................................................................................... 4.3. BAB V. BAB VI. BAB VII. IV - 61. PROGRAM. DAN. KEGIATAN. PENANGANAN. IV - 63. DID,. STUNTING, DAN RPAM 2020 - 2024 ....................................... IV - 66. KEBUTUHAN INVESTASI ................................................................ V - 68. 5.1. PERKIRAAN KEBUTUHAN INVESTASI ................................... V - 68. 5.2. RENCANA PEMBIAYAAN......................................................... V - 70. PEMANTAUAN DAN EVALUASI ...................................................... VI - 71. 6.1. MEKANISME PEMANTAUAN DAN EVALUASI ......................... VI - 72. 6.2. FORMULIR PEMANTAUAN DAN EVALUASI ........................... VI - 74. PENUTUP.......................................................................................... VII - 77. LAMPIRAN : 1. Matrik RAD AMPL Bidang Air Minum 2. Matrik RAD AMPL Bidang Sanitasi 3. Matrik RAD AMPL Bidang DID, Stunting, RPAM. iii.

(16) DAFTAR TABEL Tabel 1.1. Definisi Sarana Air Minum dan Sanitasi yang Layak/Improved ......... I - 13. Tabel 2.1. Pembagian wilayah admisintrasi Kabupaten Kapuas ......................... II - 22. Tabel 2.2. Jarak antara Ibu Kota Kabupaten Kapuas ......................................... II - 23. Tabel 2.3. Luas Wilayah menurut Kecamatan .................................................. II - 23. Tabel 2.4. Luas Kawasan Hutan Menurut Statusnya .......................................... II - 24. Tabel 2.5. Luas Kawasan Hutan Menurut Status dan Kecamatan ...................... II - 24. Tabel 2.6. Jumlah Penduduk Tahun 2018 dan Proyeksi Tahun 2024 ................. II - 26. Tabel 2.7. Jumlah Kepala Keluarga tiap kecamatan Kabupaten Kapuas ............ II - 27. Tabel 2.8. Kapasitas Produksi SPAM Perpipaan PDAM..................................... II - 29. Tabel 2.9. Jumlah SR di tiap SPAM IKK ............................................................. II - 30. Tabel 2.10. Desa-desa Pamsimas Kabupaten Kapuas......................................... II - 31. Tabel 2.11. Daftar KP SPAM di Kabupaten Kapuas ............................................. II - 34. Tabel 2.12. Jumlah Pengguna SPAM Non Perpipaan Kabupaten Kapuas ........... II - 36. Tabel 2.13. Lokasi Genangan dan perkiraan luas genangan ................................ II - 41. Tabel 2.14. Desa-desa prioritas penanganan stunting di Kabupaten Kapuas Tahun 2019 ....................................................................................... II - 43. Tabel 2.15. Lokasi Fokus Intervensi Pencegahan dan Penanganan Stunting Terintegrasi di Kabupaten Kapuas Tahun 2020 ................................. II - 44. Tabel 2.16. Permasalahan Mendesak Air Minum ................................................. II - 46. Tabel 2.17. Permsalahan Mendesak Sanitasi ...................................................... II - 47. Tabel 2.18. Permasalahan Mendesak DID, Stunting, RPAM ................................ II - 48. Tabel 2.19. Tantangan Pengembangan Air MInum .............................................. II - 49. Tabel 2.20. Tantangan Pengembangan Sanitasi .................................................. II - 49. Tabel 2.21. Tantangan Pengembangan DID, Stunting, RPAM ............................. II - 50. Tabel 3.1. Visi dan Misi Air Minum dan Sanitasi Kabupaten Kapuas .................. III - 57. Tabel 3.2. Tujuan dan Sasaran Pembangunan AMPL Jangka Menengah Kabupaten Kapuas Tahun 2020-2024 ............................................... III - 60. Tabel 4.1. Program dan Kegiatan Bidang Air Minum 2020 - 2024 ...................... IV - 62. Tabel 4.2. Program dan Kegiatan Bidang Sanitasi 2020 - 2022 ......................... IV - 64. Tabel 4.3. Program dan Kegiatan penanganan DID, Stunting dan RPAM 2020 2024 .................................................................................................. IV - 67. Tabel 5.1. Analisis Kebutuhan Investasi Pelayanan Air Minum .......................... V - 69. Tabel 5.2. Analisis Kebutuhan Investasi Pelayanan Sanitasi ....................... V - 69. Tabel 5.3. Rekapitulasi Pendanaan AMPL tahun 2020-2024.............................. V - 70. Tabel 6.1. Formulir Pemantauan dan Evaluasi RAD AMPL 2020-2024 .............. VI -74. iv.

(17) DAFTAR GAMBAR. Gambar 1.1 Gambaran anak normal dan anak stunting .................................. I - 15 Gambar 2.1 Peta Wilayah administrasi Kabupaten Kapuas ............................ II - 21 Gambar 2.2 Diagram Sistem Sanitasi Pengelolaan air limbah domestik ............... II - 36 Gambar 2.3 Diagram Sistem Pengelolaan Persampahan ..................................... II - 40. v.

(18) Rencana Aksi Daerah Bidang Air Minum dan Penyehatan Lingkungan (RAD-AMPL) Kabupaten Kapuas Tahun 2020-2024. Bab I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Sektor pembangunan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan (AMPL) merupakan salah satu urusan wajib yang telah diserahkan Pemerintah Pusat kepada Daerah yaitu melalui Pemerintah Provinsi yang merupakan perpanjangan tangan pemerintah pusat didaerah.. Pemenuhan layanan di bidang AMPL merupakan upaya strategis dalam. peningkatan kesejahteraan dan status kesehatan masyarakat.. Terpenuhinya layanan. AMPL akan mengurangi beban biaya yang diakibatkan oleh penyakit berbasis air dan sanitasi, sebaliknya jika layanannya buruk akan memberikan akibat langsung terhadap peningkatan kasus-kasus penyakit. Pentingnya. sektor. AMPL,. telah. tertuang. dalam. Tujuan. Pembangunan. Berkerlanjutan / Sustainable Development Goals (SDG’s) pada tujuan global ke-6 yaitu menjamin ketersediaan serta pengelolaan air bersih dan sanitasi yang berkelanjutan. Dengan sasaran global (SDG’s-6) yaitu : 1. Pada tahun 2030, mencapai akses universal dan merata terhadap air minum yang aman dan terjangkau bagi semua. 2. Pada tahun 2030, mencapai akses terhadap sanitasi dan kebersihan yang memadai dan merata bagi semua, dan menghentikan praktik buang air besar di tempat terbuka, memberikan perhatian khusus pada kebutuhan kaum perempuan, serta kelompok masyarakat rentan. 3. Pada tahun 2030, meningkatkan kualitas air dengan mengurangi polusi, menghilangkan pembuangan, dan meminimalkan pelepasan material dan bahan kimia berbahaya, mengurangi setengah proporsi air limbah yang tidak diolah, dan secara signifikan meningkatkan daur ulang, serta penggunaan kembali barang daur ulang yang aman secara global.. PENDAHULUAN |I - 1.

(19) Rencana Aksi Daerah Bidang Air Minum dan Penyehatan Lingkungan (RAD-AMPL) Kabupaten Kapuas Tahun 2020-2024. Pada tahun 2015 Pemerintah pusat telah menetapkan sasaran pembangunan nasional bidang air minum dan penyehatan lingkungan sebagaimana dituangkan dalam RPJMN tahun 2015-2019, yaitu : a. Meningkatnya akses terhadap layanan air minum layak pada tahun 2019 menjadi 100% (2018: 61,29% (Susenas 2018)) b. Meningkatnya kapasitas prasarana air baku untuk melayani rumah tangga, perkotaan dan industri pada tahun 2019 menjadi 118,6 m3/detik (2017: 51,44 m3/detik) dan penyediaan air baku untuk 60 pulau. c. Meningkatnya akses terhadap sanitasi yang layak pada tahun 2019 menjadi 100% (2018: 77,91% (Susenas 2018)). Masih terdapat gap untuk mencapai target Universal Access tahun 2019 (cakupan akses layanan air minum 100% dan cakupan akses layanan sanitasi 100%), namun target selanjutnya tidak hanya berbicara mengenai akses layak, melainkan akses aman dan berkelanjutan, sehingga perlu sinkronisasi dan kolaborasi program AMPL untuk mendukung pencapaian target SDG’s 2030. Berdasarkan RPJMN 2020-2024, target dan sasaran air minum dan sanitasi yang mesti dicapai pada tahun 2024 yaitu : 1. Terpenuhinya 100% Hunian dengan akses air minum layak (termasuk akses aman 15%) 2. Terpenuhinya 90% Hunian dengan akses sanitasi layak (termasuk akses aman 15%) 3. Terpenuhinya 30% Hunian dengan akses air minum perpipaan. Ketersediaan air minum di Kabupaten Kapuas sampai saat ini masih jauh dengan apa yang diharapkan, pada tahun 2018 hanya 41,11% rumah tangga yang dapat mengakses air minum melalui Sistem Pengelolaan Air Minum (SPAM). Kabupaten Kapuas dalam mengatasi/mengelola pembuangan air limbah rumah tangga pada tahun 2018 juga belum mencapai target yang diharapkan yaitu sebesar 52,94%. Dalam rangka memperkuat kapasitas dalam melaksanakan mandat untuk pengelolaan pembangunan air minum dan sanitasi di tingkat kabupaten dalam upaya mencapai tujuan SDG’s pada tahun 2030, pemerintah kabupaten perlu memiliki kebijakan daerah yang jelas, terukur dan dapat dilaksanakan (implementatif). Pencapaian tujuan SDG’s harus terinternalisasi dalam kebijakan penyelenggaraan pembangunan daerah, mulai dari kebijakan perencanaan sampai dengan pengendalian dan evaluasi. Kebijakan. PENDAHULUAN |I - 2.

(20) Rencana Aksi Daerah Bidang Air Minum dan Penyehatan Lingkungan (RAD-AMPL) Kabupaten Kapuas Tahun 2020-2024. yang dimaksud termasuk kebijakan prioritas pemenuhan akses air minum dan sanitasi melalui berbagai program dan pendanaan yang masuk ke Kabupaten. Termasuk diantaranya kebijakan pemanfaatan APBD, Dana Desa, DAK Air Minum, DAK Sanitasi, DAK Kesehatan fisik maupun non fisik, Hibah Air Minum Perdesaan, CSR dan lainlainnya. Pemerintah Kabupaten diharapkan memiliki kebijakan yang memungkinkan seluruh sumber daya yang ada dan yang masuk ke Kabupaten diorientasikan untuk pemenuhan SPM air minum dan sanitasi ini, baik melalui investasi fisik maupun investasi non fisik. Dalam meningkatkan keberlanjutan pembangunan AMPL didaerah, Pemerintah Pusat telah menyusun dan menetapkan Kebijakan Nasional Pembangunan AMPL, salah satunya melalui penyusunan Rencana Aksi Daerah Air Minum dan Penyehatan Lingkungan (RAD AMPL). RAD AMPL mempunyai fungsi sebagai berikut : 1. Instrumen kebijakan pengembangan pelayanan air minum dan sanitasi daerah jangka menengah; 2. Rencana peningkatan Kinerja pelayanan air minum dan sanitasi yang menerapkan pendekatan PAMSIMAS dan pendekatan Kelembagaan; 3. Media internalisasi program/kegiatan dengan pendekatan PAMSIMAS ke dalam program/kegiatan PD yang mendanai bidang AMPL; 4. Acuan pengalokasian anggaran pendapatan dan belanja daerah kabupaten Kapuas bagi program-program peningkatan kinerja pelayanan AMPL; dan 5. Acuan jumlah desa replikasi penerima program PAMSIMAS adalah desa sasaran Tahun 2015 sampai dengan 2021. Rencana Aksi Daerah Air Minum dan Penyehatan Lingkungan (RAD AMPL) merupakan instrument kolaborasi berbagai stakeholders untuk sinkronisasi programprogram terkait air minum dan sanitasi yang layak dan keberlanjutan. Kebijakan daerah yang dimaksud mencakup penetapan target tahunan, strategi, program, rencana anggaran dan sumber pembiayaan. Penyusunan kebijakan daerah dan program prioritas air minum dan sanitasi jangka menengah dalam bentuk RAD AMPL akan dinilai bermanfaat jika hasil penyusunannya dapat digunakan dalam penyelenggaraan pengembangan air minum dan sanitasi daerah.. PENDAHULUAN |I - 3.

(21) Rencana Aksi Daerah Bidang Air Minum dan Penyehatan Lingkungan (RAD-AMPL) Kabupaten Kapuas Tahun 2020-2024. 1.2 MAKSUD DAN TUJUAN RAD-AMPL ini dimaksudkan sebagai acuan bagi Pemerintah Daerah, Penyelenggara, dan. pemangku. kepentingan. lainnya. dalam. melaksanakan. penyelenggaraan. pengembangan Aiir Minum dan Sanitasi yang berkualitas. RAD-AMPL ini bertujuan untuk: 1.. menyelesaikan permasalahan dan tantangan pengembangan Air Minum dan Sanitasi;. 2.. menyelenggarakan sistem fisik (teknik) dan non fisik (kelembagaan, manajemen, keuangan, peran masyarakat, dan hukum) dalam kesatuan yang utuh dan terintegrasi dengan prasarana dan sarana sanitasi;. 3.. memenuhi kebutuhan dasar bagi kehidupan manusia secara berkelanjutan dalam rangka peningkatan derajat kesehatan masyarakat.. Tujuan Penyusunan RAD AMPL Kabupaten Kapuas yaitu : . Pedoman pengambilan keputusan dalam pembangunan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan (AMPL). . Pedoman pengorganisasian dalam pelaksanaan pembangunan agar sistematis dan terpadu. . Instrumen evaluasi pelaksanaan pembangunan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan (AMPL). . Instrumen perkiraan pembiayaan dalam pembangunan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan (AMPL). . Instrumen investasi sektor penyediaan air minum dan penyehatan lingkungan (AMPL) berbasis masyarakat di Kabupaten Kapuas oleh berbagai pihak.. 1.3 KEBIJAKAN DAN STRATEGI NASIONAL AMPL Kebijakan dan Strategi nasional bidang AMPL sesuai dengan arahan SDGs dan RPJMN 2020-2024. Sebagai wujud untuk melaksanakan SDGs, Presiden Jokowi telah menandatangani Peraturan Presiden (Perpers) SDGs Nomor 59 Tahun 2017 tentang pelaksanaan. pencapaian. tujuan. pembangunan. berkelanjutan.. Tujuan-tujuan. pembangunan berkelanjutan terkait air minum dan sanitasi ada di tujuan 6 yaitu. PENDAHULUAN |I - 4.

(22) Rencana Aksi Daerah Bidang Air Minum dan Penyehatan Lingkungan (RAD-AMPL) Kabupaten Kapuas Tahun 2020-2024. memastikan ketersediaan dan manajemen air bersih yang berkelanjutan dan sanitasi bagi semua, yaitu : a. Pada Tahun 2030, mencapai akses universal dan adil terhadap air minum yang aman dan terjangkau untuk semua; b. Pada Tahun 2030, mencapai akses terhadap sanitasi dan kebersihan yang layak dan adil untuk semua dan mengakhiri buang air ditempat terbuka, dengan memberikan perhatian khusus pada kebutuhan perempuan dan anak perempuan serta mereka yang berada dalam situasi rentan; c. Pada. Tahun. 2030,. memperbaiki. kualitas. air. dengan. mengurangi. polusi,. menghapuskan pembuangan limbah dan meminimalisir pembuangan bahan kimia dan materi berbahaya, mengurangi separuh dari proporsi air limbah yang tidak diolah dan secara subtansial meningkatkan daur ulang dan penggunaan ulang yang aman secara global; d. Pada Tahun 2030, secara substansif meningkatkan penggunaan air secara efesien disemua sector dan memastikan pengambilan dan suplai air bersih yang berkelanjutan untuk mengatasi kelangkaan air dan secara substansial mengurangi jumlah orang yang mengalami kelangkaan air; e. Pada Tahun 2030, mengimplemtasikan pengelolaan sumber air yang terintegrasi pada setiap level termasuk melalui kerjasama antarbatas selayaknya; f. Pada Tahun 2030, melindungi dan memperbaiki ekosistem terkait air, termasuk pengunungan, hutan, rawa, sungai, resapan air dan danau; g. Pada. Tahun. 2030,. memperbanyak. kerjasama. internasional. dan. dukungan. pengembangan kapasitas kepada Negara-negara berkembang dalam aktivitas dan program terkait air dan sanitasi, termasuk water harvesting, desalinasi, efesiensi air, pengolahan air limbah, teknologi daur ulang dan penggunaan ulang; h. Mendukung dan menguatkan partisipasi masyarakat lokal dalam memperbaiki pengolahan air dan sanitasi. Untuk menjamin semua masyarakat punya akses air minum yang layak dan aman, Pemerintah menargetkan 100% akses air minum layak dan 15% akses air minum aman di tahun 2020-2024. Hal ini sudah dimandatkan dalam RPJMN 2020-2024. Dalam Peraturan Presiden No. 18 Tahun 2020 tentang RPJMN, disebutkan arak dan kebijakan strategi RPJMN 2020-2024 adalah meningkatkan akses masyarakat secara bertahan terhadap perumahan dan permukiman layak, aman dan terjangkau untuk mewujudkan kota yang inklusif dan layak huni.. PENDAHULUAN |I - 5.

(23) Rencana Aksi Daerah Bidang Air Minum dan Penyehatan Lingkungan (RAD-AMPL) Kabupaten Kapuas Tahun 2020-2024. a. Arah Kebijakan dan Strategi dalam rangka penyediaan akses air minum layak dan aman adalah : . Peningkatan tata kelola kelembagaan untuk penyediaan air minum layak maupun aman, melalui : -. Integrasi arah kebijakan dan sasaran pembangunan akses air minum layak maupun aman dalam dokumen perencanaan daerah;. -. Peningkatan komitmen melalui alokasi APBD yang memadai:. -. Perkuatan peran dan pemerintah provinsi dan Kabupaten/Kota melalui mekanisme pengendalian dan pembinaan secara berjenjang;. -. Peningkatan kualitas perencanaan penyediaan akses air minum yang terintegrasi (Jakstrada, RISPAM) yang mendukung dengan sistem data dan informasi;. -. Perkuat fungsi kelembagaan regulator air minum;. -. Optimalisasi. pendanaan. dan. pengembangan. alternative. pendanaan. diantaranya melalui hibah berbasis kinerja serta kerjasama pemerintah dan badan usaha. . Penyadaran masyarakat untuk menerapkan prilaku hemat air, mengakses layanan air minum perpipaan atau menggunakan sumber air minum bukan jaringan perpipaan terlindungi secara swadaya, serta menerapkan pengelolaan air minum aman dalam rumah tangga.. . Peningkatan kapasitas penyelenggaraan air minum, melalui : -. Peningkatan kinerja PDAM melalui pendampingan teknis dan non teknis untuk meningkatkan mutu pelayanan antara lain penurunan tingkat kehilangan air, efesiensi produksi, pengelolaan keuangan dan SDM, penerapan tariff yang memadai, serta peningkatan kualitas pelayanan;. -. Pemberdayaan dan peningkatan kapasitas penyelenggaraan SPAM lainnya (BUMDes, KPSPAM, dll).. . Pengembangan dan pengelolaan SPAM, melalui : -. Optimalisasi dan pemanfaatan kapasitas SPAM yang dapat dimanfaatan melalui perluasan cakupan layanan;. -. Peningkatan dan pembangunan SPAM;. -. Pengelolaan asset (inventarisasi jaringan, operasi, pemeliharaan, dan perbaikan);. -. Penyediaan akses air minum untuk daerah rawan air dan kepulauan;. PENDAHULUAN |I - 6.

(24) Rencana Aksi Daerah Bidang Air Minum dan Penyehatan Lingkungan (RAD-AMPL) Kabupaten Kapuas Tahun 2020-2024. -. Penyediaan akses air minum bukan jaringan perpipaan terlindungi baik secara swadaya oleh masyarakat maupun oleh pemerintah dan pemerintah daerah di lokasi khusus;. -. Pengembangan teknologi pengelolaan dan pengamanan air minum.. b. Arah kebijakan dan strategi bidang sanitasi. Sistem layanan sanitasi berkelanjutan diwujudkan melalui program pembangunan sanitasi permukiman (PPSP), yang diterjemahkan menjadi 5 arah kebijakan dan strateginya, yaitu : . Peningkatan kapasitas institusi dalam layanan pengelolaan sanitasi, melalui : - Pengembangan sistem pengelolaan air limba, layanan lumpur tinja dan sistem pengelolaan sampah; - Pemastian fungsi regulator layanan pengelolaan air limbah domestic dan sampah; - Penguatan peran dan kapasitas PDAM sebagai penyedia jasa layanan pengelolaan air limbah domestic, terutama bagi daerah dengan cukupan air perpipaan lebih dari 50%;. . Peningkatan komitmen kepala daerah untuk layanan sanitasi yang berkelanjutan, melalui ; - Penyusunan regulasi didaerah mengenai pengelolaan air limbah domestic dan sampah; - Penyediaan mekanisme insentif bagi pemerintah daerah untuk mengalokasikan anggran pembangunan infrastruktur sanitasi dan/atau penyediaan subsidi bagi operasional dan pemeliharaan; - Penerapan regulasi daerah yang mengatur kewajiban pembayaran layanan sanitasi oleh masyarakat/konsumen dan mewajibkan rumah tangga untuk menjadi pelanggan layanan pengelolaan lumpur tinja dan sampah.. . Pengembangan Infrastruktur dan layanan sanitasi permukiman sesuai dengan karakteristik dan kebutuhan daerah, melalui : - Bimbingan teknis pembangunan infrastruktur sanitasi; - Koordinasi perencanaan tata ruang dengan pembangunan sanitasi; - Pengembangan konsep resource recovery dan circular economy; - Penyusunan panduan ditingkat pusat mengenai pengelolaan sampah; - Pengembangan SDM dan teknologi melalui kerja sama dengan universitas; - Pembangunan infrastruktur sanitasi;. PENDAHULUAN |I - 7.

(25) Rencana Aksi Daerah Bidang Air Minum dan Penyehatan Lingkungan (RAD-AMPL) Kabupaten Kapuas Tahun 2020-2024. - Pengembangan teknologi menggunakan pendekatan bertahap (incremental approach); - Pengelolaan data, pemantauan dan evaluasi berbasis teknologi informasi, yaitu NAWASIS (National Water and Sanitation Information Service/Layanan Informasi Air Minum dan Sanitasi Nasional). . Peningkatan perubahan prilaku masyarakat dalam mencapai akses aman sanitasi, melalui : - Pelaksanaan program perubahan prilaku ditiap desa dan kelurahan yang belum Stop Buang Air Besar Sembarangan (BABS); - Penguatan mekanisme pemantauan yang terjadwal; - Penguatan keberlanjutan Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) di tingkat Kabupaten dan Kota; - Penguatan kampanye pengurangan sampah. . Pengembangan kerjasama dan pola pendanaan, melalui : - Penyediaan pola subsidi yang tepat untuk meningkatkan kemampuan masyarakat; - Pengembangan layanan sanitasi melalui sistem pembiayaan yang inovatif - Fasilitasi pemerintah daerah untuk melakukan kerja sama dengan pihak lain; - Menciptakan wirausaha sanitasi di daerah yang memiliki potensi; - Fasilitasi wirausaha sanitasi agar mampu menciptakan produk yang sesuai dengan standar. Sesuai dengan kebijakan nasional yang tercantum dalam Peraturan Pemerintah. Nomor 122 Tahun 2015 tentang sistem penyediaan air minum, antara lain menyebutkan bahwa : a. Penyelenggaraan SPAM dilaksankan untuk menjamin hak rakyat atas air minum, akses terhadap pelayanan air minum, terpenuhinya kebutuhan pokok air minum seharihari bagi masyarakat; b. Penyelenggaraan SPAM meliputi pengembangan SPAM dan pengelolaan SPAM. Penyelenggaraan SPAM wajib memenuhi standar pelayanan minimal yang ditetapkan oleh Menteri; c. Pengembangan SPAM meliputi pembangunan baru, peningkatan dan perluasan; d. Pembangunan baru dapat dilakukan berdasarkan adanya kebutuhan pengembangan pembangunan yang meliputi belum tersediaanya kapasitas, kapasitas terpasang sudah. PENDAHULUAN |I - 8.

(26) Rencana Aksi Daerah Bidang Air Minum dan Penyehatan Lingkungan (RAD-AMPL) Kabupaten Kapuas Tahun 2020-2024. dimanfaatkan secara optimal dan/atau kapasitas yang ada belum mencukupi kebutuhan; e. Peningkatan dilakukan melalui modifikasi unit komponen sarana dan prasarana terbangun untuk meningkatkan kapasitas; f. Perluasan dilakukan pada unit distrubusi berdasarkan adanya kebutuhan perluasan cakupan pelayanan air minum kepada masyarakat; g. Pengelolaan SPAM meliputi operasi dan pemeliharaan. Sesuai dengan kebijakan nasional yang tercantum Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 13/PRT/M/2013 tentang Kebijakan dan Strategi Nasional Pengembangan Sistem Pengembangan Air Minum, untuk mencapai kondisi masyarakat yang hidup sehat dan sejahtera baik di perkotaan maupun di perdesaan, maka dibutuhkan ketersediaan air minum yang memadai baik kuantitas, kualitas, kontinuitas, dan keterjangkauan. Secara umum, daerah perkotaan dan perdesaan yang dilayani oleh air minum yang berkualitas mempunyai kriteria sebagai berikut : a.. Seluruh masyarakat mendapatkan akses pelayanan air minum yang aman, baik di lingkungan perumahan, perdagangan, perkantoran, maupun tempat umum lainnya;. b.. Masyarakat dapat meminum air secara langsung dari SPAM dengan jaringan perpipaan, maupun bukan jaringan perpipaan;. c.. Masyarakat terlindungi dari berbagai penyakit terkait dengan air, seperti disentri, tipus, diare, dan sebagainya;. d.. Berkembangnya pusat pertumbuhan ekonomi;. e.. Masyarakat dapat menikmati peningkatan kesejahteraan dari pengusahaan air minum yang efisien, profesional, dan terjangkau, khususnya masyarakat yang berpenghasilan rendah;. f.. Masyarakat. dan. dunia. usaha. secara. aktif. dapat. berpartisipasi. dalam. penyelenggaraan pengembangan SPAM; dan g.. Pemerintah Pusat dan Daerah bersama masyarakat bersama-sama mengamankan ketersediaan sumber air baku bagi keberlanjutan pelayanan SPAM. Bidang Sanitasi memiliki program dan kegiatan yang bertujuan untuk mencapai. kondisi masyarakat hidup sehat dan sejahtera dalam lingkungan yang bebas dari pencemaran air limbah permukiman. Air limbah yang dimaksud adalah air limbah permukiman (municipal wastewater) yang terdiri atas air limbah domestic (rumah tangga) yang berasal dari air sisa mandi, cuci dapur dan tinja manusia dari lingkungan. PENDAHULUAN |I - 9.

(27) Rencana Aksi Daerah Bidang Air Minum dan Penyehatan Lingkungan (RAD-AMPL) Kabupaten Kapuas Tahun 2020-2024. permukiman serta air limbah industri rumah tangga yang tidak mengandung Bahan Beracun dan Berbahaya (B3). Air limbah permukiman ini perlu dikelola agar tidak menimbulkan dampak seperti mencemari air permukaan dan air tanah, disamping sangat beresiko menimbulkan penyakit seperti diare, typus, kolera dan lain-lain. Beberapa upaya pencapaian RPJMN 2020-2024 terkait penyediaan air minum dan sanitasi, kebijakan dan strategi bidang sanitasi yang dapat dilakukan meliputi : 1.. Peningkatan akses pelayanan sanitasi, baik melalui system on-site maupun off-site di perkotaan dan perdesaan.. 2.. Peningkatan pembiayaan pembangunan prasarana dan sarana sanitasi. 3.. Meningkatkan peran serta masyarakat dalam penyelenggaraan pengembangan sistem sanitasi. 4.. Penguatan kelembagaan. 5.. Pengembangan peranan peraturan perundang-undangan. Kebijakan yang dapat dilakukan dalam rangka penyediaan akses sanitasi layak dan. aman (pengelolaan air limbah domestik dan sampah) sebagai upaya pencapaian sasaran SDG’s meliputi : 1. Peningkatan kapasitas institusi dalam layanan pengelolaan sanitasi, dengan strategi : a. Penguatan kapasitas pemerintah daerah dalam meningkatkan pengelolaan air. limbah dan sampah, misalnya melalui penguatan peran dan kapasitas IPLT. sebagai penyedia jasa layanan pengelolaan air limbah domestic khususnya pengelolaaan lumpur tinja, dan TPA Handil Palinget sebagai penyedia jasa layanan pengelolaan akhir sampah. b. Pemastian fungsi regulator layanan pengelolaan air limbah domestik dan sampah c. Penguatan peran dan kapasitas PDAM sebagai penyedia jasa layanan pengelolaan air limbah domestik, terutama bagi daerah dengan cakupan air perpipaan lebih dari 50% d. Peningkatan kapasitas pemerintah daerah untuk melakukan kerja sama dengan pihak lain 2. Peningkatan komitmen kepala daerah untuk layanan sanitasi yang berkelanjutan, dengan strategi :. PENDAHULUAN |I - 10.

(28) Rencana Aksi Daerah Bidang Air Minum dan Penyehatan Lingkungan (RAD-AMPL) Kabupaten Kapuas Tahun 2020-2024. a. Penyusunan dokumen legal formal di daerah mengenai pengelolaan sanitasi (air limbah dan sampah domestik) b. Penyediaan mekanisme insentif bagi pemerintah daerah untuk mengalokasikan anggaran. pembangunan infrastruktur sanitasi dan/atau penyediaan subsidi bagi. operasional dan pemeliharaan c. Penerapan regulasi daerah yang mengatur kewajiban pembayaran pengelolaa n sanitasi oleh masyarakat/konsumen dan mewajibkan rumah tangga untuk memiliki akses air limbah aman dan pengelolaan sampah 3. Pengembangan infrastruktur dan layanan sanitasi permukiman sesuai dengan karakteristik dan kebutuhan daerah, dengan strategi : a. Pelaksanaan bimbingan teknis pembangunan infrastruktur sanitasi b. Koordinasi perencanaan tata ruang dengan pembangunan sanitasi c. Pengembangan konsep resource recovery dan circular economy d. Penyusunan panduan di tingkat pusat mengenai pengelolaan sampah e. Pengembangan SDM dan teknologi melalui kerja sama dengan universitas f.. Pembangunan infrastruktur sanitasi (air limbah domestik dan sampah). g. Pengembangan teknologi menggunakan pendekatan bertahap (incremental approach) 4. Peningkatan perubahan perilaku masyarakat dalam mencapai akses aman sanitasi, dengan strategi : a. Pelaksanaan program perubahan perilaku di tiap desa dan kelurahan yang belum Stop Buang Air Besar Sembarangan (BABS) b. Penguatan mekanisme monitoring yang terjadwal c. Penguatan keberlanjutan STBM di tingkat kabupaten dan kota 5. Pengembangan kerjasama dan pola pendanaan, dengan strategi : a. Penyediaan pola subsidi yang tepat untuk meningkatkan kemampuan masyarakat b. Pengembangan layanan sanitasi melalui sistem pembiayaan yang inovatif c. Peningkatan kapasitas pemerintah daerah untuk melakukan kerjasama dengan pihak lain. PENDAHULUAN |I - 11.

(29) Rencana Aksi Daerah Bidang Air Minum dan Penyehatan Lingkungan (RAD-AMPL) Kabupaten Kapuas Tahun 2020-2024. 1.4 RUANG LINGKUP 1.4.1 Pengertian Air Minum dan Sanitasi Pandemik covid -19 menyebabkan semua pihak untuk waspada, menerapkan aturan jaga jarak, hingga belum diperbolehkan berkumpul dalam jumlah besar. Pentingnya menjaga kebersihan dan kesehatan diri merupakan tuntutan yang perlu dilakukan untuk menghindari penularan covid-19. Kepemilikan akses air minum aman, sanitasi aman serta akses fasilitasi hygiene merupakan kunci agar kita bias tetap hidup bersih dan sehat. Air minum dan sanitasi aman serta prilaku hygiene mutlak diperlukan untuk pencegahan segala penyakit karena disinfeksi air dan pengolahan sanitasi serta praktik hygiene yang tepat dapat mengurangi keberapa virus. Praktek cuci tangan sabun dengan air bersih dan mengalir menjadi cara efektif untuk mencegah terjadinya penyebaran covid-19 melalui permukaan. Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 492/MENKES/PER/IV/2010, air minum adalah air yang melalui proses pengolahan atau tanpa proses pengolahan yang memenuhi syarat kesehatan dan dapat langsung diminum. Sumber air minum yang layak meliputi air minum perpipaan dan air minum nonperpipaan terlindung yang berasal dari sumber air berkualitas dan berjarak sama dengan atau lebih dari 10 meter dari tempat pembuangan kotoran dan/atau terlindung dari kontaminasi lainnya. Sumber air minum layak meliputi air leding, keran umum, sumur bor atau pompa, sumur terlindung dan mata air terlindung, serta air hujan; Sumber air minum tak layak didefinisikan sebagai sumber air di mana jarak antara sumber air dan tempat pembuangan kotoran kurang dari 10 meter dan/atau tidak terlindung dari kontaminasi lainnya. Sumber tersebut antara lain mencakup sumur galian yang tak terlindung, mata air tak terlindung, air yang diangkut dengan tangki/drum kecil, dan air permukaan dari sungai, danau, kolam, dan saluran irigasi/drainase; Fasilitas sanitasi yang layak didefinisikan sebagai sarana yang aman, higienis, dan nyaman, yang dapat menjauhkan pengguna dan lingkungan di sekitarnya dari kontak dengan kotoran manusia. Fasilitas sanitasi yang layak mencakup kloset dengan leher angsa, toilet guyur (flush toilet) yang terhubung dengan sistem pipa saluran pembuangan atau tangki septik, termasuk jamban cemplung (pit latrine) terlindung dengan segel slab dan ventilasi; serta toilet kompos;. PENDAHULUAN |I - 12.

(30) Rencana Aksi Daerah Bidang Air Minum dan Penyehatan Lingkungan (RAD-AMPL) Kabupaten Kapuas Tahun 2020-2024. Fasilitas sanitasi yang tidak layak antara lain meliputi toilet yang mengalir ke selokan, saluran terbuka, sungai, atau lapangan terbuka, jamban cemplung tanpa segel slab, wadah ember, dan toilet gantung; Tabel 1.1. Definisi Sarana Air Minum dan Sanitasi yang Layak/Improved Sarana Air Minum. Improved/Layak. Unimproved*)/Tidak layak. - House connection (Sambungan rumah (SR)). - Unprotected well (sumur tak terlindungi). - Standpost/pipe (hidran). - Unprotected spring (mata air tak terlindungi). - Borehole (sumur bor) - Protected spring or well (sumur terlindungi). - Vendor-provided water (Air dari penjual/pedagang) - Botlled water (Air kemasan). - Collected rain water (air hujan) - Water disinfected at the point of use Sanitasi. - Water provided by tanker truck (air dari tanker truck). - Sewer connection (sewer). - Service or bucket latrines. - Septic tank. - Public latrines. - Pour flush (closet duduk). - Latrines with an open pit. - Simple pit latrine (cubluk) - Ventilated Improved Pit-latrine (cubluk dengan ventilasi udara) *) Karena tidak aman atau harga per satuannya lebih mahal Sumber: Global Water Supply and Sanitation 2000 Report. 1.4.2. Pengertian DID, Stunting dan RPAM a. Pengertian DID (Disabilitas Inklusif Develovment) Penyandang disabilitas merupakan kelompok masyarakat yang memiliki keterbatasan yang dapat menghambat partisipasi dan peran serta mereka dalam kehidupan bermasyarakat. Mereka yang tidak mampu melakukan seluruh atau sebagian dari aktifitas normal kehidupan pribadi atau social lantaran mengalami kelainan tubuh atau mental bisa juga digolongkan sebagai penyandang disabilitas. Definisi yang ditetapkan oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). PENDAHULUAN |I - 13.

(31) Rencana Aksi Daerah Bidang Air Minum dan Penyehatan Lingkungan (RAD-AMPL) Kabupaten Kapuas Tahun 2020-2024. disabilitas dianggap sebagai kondisi yang menyebabkan gangguan pada hubungan seseorang dengan lingkungan. Penyandang Disabilitas mempunyai hak yang sama untuk dapat mengakses fasilitas umum termasuk akses air minum dan sanitasi. Contoh fasilitas umum di bidang AMPL adalah pembangunan toilet umum yang dilengkapi dengan penanda, hand rails, ramp dan guiding block sehingga mudah di akses oleh penyandang disabilitas. Pemerintah telah membuat aturan dalam peraturan perundangan terkait pengadaan fasilitas umum atau fasilitas publik yang dapat di akses oleh penyandang disabilitas, antara lain : 1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 2009 tentang Layanan Publik. Pasal 29 ayat (1) Penyelenggara berkewajiban memberikan pelayanan dengan perlakuan khusus kepada anggota masyarakat tertentu sesuai dengan peraturan perundang-undangan. 2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2002 tentang Pembangunan Gedung. Mengatur secara jelas bahwa fasilitas harus aksesibel bagi penyandang disabilitas. Pasal 27 menyatakan fasilitas harus mudah, aman dan nyaman termasuk bagi penyandang cacat dan lanjut usia. b. Pengertian Stunting Stunting adalah kondisi gagal tumbuh pada anak balita (bayi di bawah lima tahun) akibat dari kekurangan gizi kronis sehingga anak terlalu pendek untuk usianya. Kekurangan gizi terjadi sejak bayi dalam kandungan dan pada masa awal setelah bayi lahir akan tetapi, kondisi stunting baru nampak setelah bayi berusia 2 tahun. Balita pendek (stunted) dan sangat pendek (severely stunted) adalah balita dengan panjang badan (PB/U) atau tinggi badan (TB/U) menurut umurnya dibandingkan dengan standar baku WHO-MGRS (Multicentre Growth. Reference. Study). 2006.. Sedangkan. definisi. stunting. menurut. Kementerian Kesehatan (Kemenkes) adalah anak balita dengan nilai z-scorenya kurang dari -2SD/standar deviasi (stunted) dan kurang dari – 3SD (severely stunted).. PENDAHULUAN |I - 14.

(32) Rencana Aksi Daerah Bidang Air Minum dan Penyehatan Lingkungan (RAD-AMPL) Kabupaten Kapuas Tahun 2020-2024. Gambar 1.1. Gambaran anak normal dan anak stunting. Sumber : Di Indonesia, sekitar 37% (hampir 9 Juta) anak balita mengalami stunting (Riset Kesehatan Dasar/Riskesdas 2013) dan di seluruh dunia, Indonesia adalah negara dengan prevalensi stunting kelima terbesar. Balita/Baduta (Bayi dibawah usia Dua Tahun) yang mengalami stunting akan memiliki tingkat kecerdasan tidak maksimal, menjadikan anak menjadi lebih rentan terhadap penyakit dan di masa depan dapat beresiko pada menurunnya tingkat produktivitas. Pada akhirnya secara luas stunting akan dapat menghambat pertumbuhan ekonomi, meningkatkan kemiskinan dan memperlebar ketimpangan. Pengalaman dan bukti. Internasional. menunjukkan. bahwa. stunting. dapat. menghambat. pertumbuhan ekonomi dan menurunkan produktivitas pasar kerja, sehingga mengakibatkan. hilangnya. 11%. GDP. (Gross. Domestic. Products). serta. mengurangi pendapatan pekerja dewasa hingga 20%. Selain itu, stunting juga dapat. berkontribusi. pada. melebarnya. kesenjangan/inequality,. sehingga. mengurangi 10% dari total pendapatan seumur hidup dan juga menyebabkan kemiskinan antar-generasi. Anak kerdil yang terjadi di Indonesia sebenarnya tidak hanya dialami oleh rumah tangga/keluarga yang miskin dan kurang mampu, karena stunting juga dialami oleh rumah tangga/keluarga yang tidak miskin/yang berada di atas 40 % tingkat kesejahteraan sosial dan ekonomi.. PENDAHULUAN |I - 15.

(33) Rencana Aksi Daerah Bidang Air Minum dan Penyehatan Lingkungan (RAD-AMPL) Kabupaten Kapuas Tahun 2020-2024. PENYEBAB STUNTING Stunting disebabkan oleh faktor multi dimensi dan tidak hanya disebabkan oleh faktor gizi buruk yang dialami oleh ibu hamil maupun anak balita. Intervensi yang paling menentukan untuk dapat mengurangi pervalensi stunting oleh karenanya perlu dilakukan pada 1.000 Hari Pertama Kehidupan (HPK) dari anak balita. Secara lebih detil, beberapa faktor yang menjadi penyebab stunting dapat digambarkan sebagai berikut : 1. Praktek pengasuhan yang kurang baik, termasuk kurangnya pengetahuan ibu mengenai. kesehatan dan gizi sebelum dan pada masa kehamilan, serta. setelah ibu melahirkan. Beberapa fakta dan informasi yang ada menunjukkan bahwa 60% dari anak usia 0-6 bulan tidak mendapatkan Air Susu Ibu (ASI) secara ekslusif, dan 2 dari 3 anak usia 0-24 bulan tidak menerima Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI). MP-ASI diberikan/mulai diperkenalkan ketika balita berusia diatas 6 bulan. Selain berfungsi untuk mengenalkan jenis makanan baru pada bayi, MP- ASI juga dapat mencukupi kebutuhan nutrisi tubuh bayi yang tidak lagi dapat disokong oleh ASI, serta membentuk daya tahan tubuh dan perkembangan sistem imunologis anak terhadap makanan maupun minuman. 2. Masih terbatasnya layanan kesehatan termasuk layanan ANC-Ante Natal Care (pelayanan kesehatan untuk ibu selama masa kehamilan) Post Natal Care dan pembelajaran dini yang berkualitas. Informasi yang dikumpulkan dari publikasi Kemenkes dan Bank Dunia menyatakan. bahwa tingkat. kehadiran anak di Posyandu semakin menurun dari 79% di 2007 menjadi 64% di 2013 dan anak belum mendapat akses yang memadai ke layanan imunisasi. Fakta lain adalah 2 dari 3 ibu hamil belum mengkonsumsi sumplemen zat besi yang memadai serta masih terbatasnya. akses ke. layanan pembelajaran dini yang berkualitas (baru 1 dari 3 anak usia 3-6 tahun belum terdaftar di layanan PAUD/Pendidikan Anak Usia Dini). 3. Masih kurangnya akses rumah tangga/keluarga ke makanan bergizi. Hal ini dikarenakan harga makanan bergizi di Indonesia masih tergolong mahal. Menurut beberapa sumber (RISKESDAS 2013, SDKI 2012, SUSENAS), komoditas makanan di Jakarta 94% lebih mahal dibanding dengan. di New. Delhi, India. Harga buah dan sayuran di Indonesia lebih mahal daripada di. PENDAHULUAN |I - 16.

(34) Rencana Aksi Daerah Bidang Air Minum dan Penyehatan Lingkungan (RAD-AMPL) Kabupaten Kapuas Tahun 2020-2024. Singapura. Terbatasnya akses ke makanan bergizi di Indonesia juga dicatat telah berkontribusi pada 1 dari 3 ibu hamil yang mengalami anemia. 4. Kurangnya akses ke air bersih dan sanitasi. Data yang diperoleh di lapangan menunjukkan bahwa. 1 dari 5 rumah tangga di Indonesia masih buang air. besar (BAB) diruang terbuka, serta 1 dari 3 rumah tangga belum memiliki akses ke air minum bersih. c. Pengertian RPAM (Rencana Pengamanan Air Minum) RPAM merupakan usaha pencegahan, perlindungan, serta pengendalian pasokan air minum bagi masyarakat Indonesia. RPAM merupakan adopsi dari konsep Water Safety Plan milik World Health Organization yang mengamankan air minum melalui pendekatan manajemen risiko. Konsep ini dilakukan dengan sistem dinamik yang diawali dengan mengidentifikasi risiko dari hulu sampai ke tangan konsumen dan selanjutnya dapat ditentukan tindakan pengendaliannya. Secara umum RPAM diharapkan dapat meningkatkan pelayanan air yang lebih baik di seluruh Indonesia dan dapat menjamin terwujudnya kesejahteraan masyarakat. Dalam, pelaksanaannya, RPAM dilakukan menjadi 3 komponen: 1.. Komponen Sumber, yaitu program pengamanan air minum di wilayah sumber air yang dapat berupa mata air, sungai, danau, laut, air tanah dangkal, maupun air tanah dalam. RPAM-Sumber bertujuan untuk mengendalikan pencemaran dan meningkatkan kualitas sumber air baku bagi operator air minum maupun para konsumen/pengguna yang langsung menggunakan air dari sumber air baku seperti mata air, dan lain sebagainya;. 2.. Komponen Operator, yaitu program pengamanan air minum yang dilakukan pada sistem pengolahan air minum yang meliputi unit intake, pengolahan, dan distribusi air minum. RPAM-Operator meliputi operator berbasis institusi seperti Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM), Badan Layanan Umum Daerah (BLUD), Dinas, maupun Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) yang mengelola air minum di daerah maupun operator berbasis masyarakat seperti Badan Pengelola Sistem Penyediaan Air Minum (BP-SPAM), Himpunan Penduduk Pengguna Air Minum (HIPPAM), dan badan pengelola di tingkat desa dan/atau masyarakat yang mengelola air minum. RPAMOperator. bertujuan. untuk. mengefisiensikan. biaya. pengolahan. dan. PENDAHULUAN |I - 17.

(35) Rencana Aksi Daerah Bidang Air Minum dan Penyehatan Lingkungan (RAD-AMPL) Kabupaten Kapuas Tahun 2020-2024. memperbaiki pelayanan penyelenggara air minum baik oleh pemerintah, PDAM, maupun masyarakat atau swasta; 3.. Komponen Konsumen, yaitu program pengamanan air minum pada tingkat pengguna. atau. konsumen. dan. lebih. ditujukan. kepada. cara-cara. penyimpanan air yang aman di tingkat rumah tangga dengan meningkatkan kesadaran masyarakat untuk memiliki Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS).. RPAM-Konsumen. ditujukan. untuk. mencegah. terjadinya. rekontaminasi air minum setelah mencapai tangan konsumen/pengguna. Pada RPAM-Konsumen, masyarakat dipastikan untuk selalu mendapatkan air minum yang berkualitas dan memenuhi standar kesehatan. RPAM dilakukan dalam rangka memenuhi prinsip pemenuhan 4K dalam penyediaan air minum, yaitu: 1.. Keterjangkauan Tarif tidak melampaui 4% dari pendapatan masyarakat pelanggan. Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 23 Tahun 2006 tentang Pedoman Teknis dan Tata Cara Pengaturan Tarif Air Minum pada Perusahan Daerah Air Minum.. 2.. Kontinuitas Distribusi air minum ke masyarakat tidak terputus selama 24 jam. Peraturan Pemerintah No.16 Tahun 2005 Tentang Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum.. 3.. Kuantitas Tersedia Standar Kebutuhan Pokok Air Minum yaitu sebesar 10 m3/kepala keluarga/ bulan atau 60 liter/orang/hari. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 14/PRT/M/2010 tentang Standar Pelayanan Minimal (SPM) Bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang.. 4.. Kualitas Terpenuhi Standar Kesehatan. Peraturan. Menteri. Kesehatan. No.. 492/Menkes/Per./IV/2010. tentang. Persyaratan Kualitas Air Minum.. PENDAHULUAN |I - 18.

(36) Rencana Aksi Daerah Bidang Air Minum dan Penyehatan Lingkungan (RAD-AMPL) Kabupaten Kapuas Tahun 2020-2024. 1.4.3. Rencana Aksi Daerah Bidang AMPL Rencana Aksi Daerah bidang Air Minum dan Penyehatan Lingkungan (RAD AMPL) adalah rencana daerah dalam penyediaan pelayanan air minum dan penyehatan lingkungan untuk periode 5 (lima) tahun. RAD AMPL berperan sebagai rencana pengembangan kapasitas daerah untuk perluasan program pelayanan AMPL serta pengadopsian pendekatan AMPL berbasis masyarakat (Pamsimas). RAD AMPL akan menjadi acuan bagi program dan kegiatan yang akan dilaksanakan oleh Organisasi Perangkat Daerah (OPD) yang bertanggung jawab untuk bidang AMPL dan menjadi acuan bagi pemerintah daerah dalam pengembangan program AMPL dalam periode 5 (lima) tahun. Mengingat salah satu fungsi RAD AMPL ini adalah sebagai “channel” internalisasi program/kegiatan dengan pendekatan Pamsimas ke dalam program/kegiatan OPD yang menangani bidang AMPL, maka program kunci RAD AMPL adalah program-program yang berhubungan dengan: 1.. Program peningkatan cakupan dan kualitas pelayanan air minum (untuk perkotaan dan perdesaan) a. Pembangunan SPAM baru b. Perluasan layanan SPAM c. Peningkatan kinerja SPAM. 2.. Program peningkatan akses air minum dan sanitasi yang layak. 3.. Program Peningkatan Penerapan PHBS. 4.. Program pengelolaan lingkungan untuk konservasi sumber air baku. 5.. Program penguatan kelembagaan pengelolaan pelayanan air minum dan sanitasi di tingkat masyarakat dan kabupaten.. 1.5 DASAR HUKUM Di dalam penyusunan RAD AMPL Kabupaten Kapuas mengacu pada beberapa peraturan perundang-undangan yang berlaku di tingkat nasional/pusat maupun daerah. Program Percepatan Pembangunan Air Minum dan Sanitasi Permukiman di Kabupaten Lebong didasarkan pada aturan-aturan dan produk hukum yang meliputi :. PENDAHULUAN |I - 19.

(37) Rencana Aksi Daerah Bidang Air Minum dan Penyehatan Lingkungan (RAD-AMPL) Kabupaten Kapuas Tahun 2020-2024. A. Undang-Undang 1.. Undang-Undang. Republik. Indonesia. Nomor. 28. Tahun. 2002. tentang. Pembangunan Gedung. 2.. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah.. 3.. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang.. 4.. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah.. 5.. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Permukiman.. 6.. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik.. 7.. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungandan Pengelolaan Lingkungan Hidup.. 8.. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan.. 9.. Undang-Undang Nomor. 1 Tahun 2012 tentang Perumahan dan Kawasan. Permukiman. 10. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah. 11. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 2009 tentang Layanan Publik. B. Peraturan Pemerintah 1.. Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air.. 2.. Peraturan Pemerintah Nomor 65 Tahun 2005 tentang Pedoman Penyusunan dan Penerapan Standar Pelayanan Minimal.. 3.. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan. Antara. Pemerintah,. Pemerintahan. Daerah. Propinsi,. dan. Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota. 4.. Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan Penataan Ruang.. PENDAHULUAN |I - 20.

(38) Rencana Aksi Daerah Bidang Air Minum dan Penyehatan Lingkungan (RAD-AMPL) Kabupaten Kapuas Tahun 2020-2024. 5.. Peraturan Pemerintah. Nomor 81 Tahun 2012 tentang Pengelolaan Sampah. Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Rumah Tangga. 6.. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2012 tentang Izin Lingkungan.. 7.. Peraturan Pemerintah Nomor 122 Tahun 2015 tentang Sistem Penyediaan Air Minum.. 8.. Peraturan Pemerintah No. 18 Tahun 2016 tentang Perangkat Daerah.. 9.. Peraturan Pemerintah No.2 Tahun 2018 tentang Standar Pelayanan Minimal.. 10. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2019 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah. 11. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2020 tentang Pengelolaan Sampah Spesifik. C. Peraturan Presiden 1. Peraturan Presiden Nomor 185 tahun 2014 tentang Percepatan Penyediaan Air Minum dan Sanitasi. 2. Peraturan Presiden Nomor 38 Tahun 2015 tentang Kerjasama Pemerintah Dengan Badan Usaha Dalam Penyediaan Infrastruktur. 3. adanya Peraturan Presiden Nomor 59 Tahun 2017 tentang Pelaksanaan Pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan D. Peraturan Menteri/ Keputusan Menteri 1.. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 10/PRT/M/2008 tentang Penetapan Jenis Rencana Usaha dan/atau Kegiatan Bidang Pekerjaan Umum Wajib dilengkapi dgn UPL dan UKL.. 2.. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 21/PRT/M/2006 tentang Kebijakan dan Strategi Nasional Pengembangan Sistem Pengelolaan Persampahan.. 3.. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 1 Tahun 2008 tentang Pedoman Perencanaan Kawasan Perkotaan.. 4.. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 16/PRT/M/2008 tentang Kebijakan dan. Strategi. Nasional. Pengembangan. Sistem. Pengelolaan. Air. Limbah. Permukiman (KSNP-SPALP).. PENDAHULUAN |I - 21.

(39) Rencana Aksi Daerah Bidang Air Minum dan Penyehatan Lingkungan (RAD-AMPL) Kabupaten Kapuas Tahun 2020-2024. 5.. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 33 Tahun 2010 Tentang Pedoman Pengelolaan Sampah.. 6.. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah.. 7.. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2012 tentang Pedoman Pelaksanaan Reduce, Reuse, Dan Recycle Melalui Bank Sampah.. 8.. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 5 Tahun 2012 tentang Jenis Rencana Usaha dan/atau Kegiatan yang Wajib Dilengkapi dengan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan.. 9.. Peraturan. Menteri. Pekerjaan. Umum. Nomor. 03. Tahun. 2013. tentang. Penyelenggaraan Prasarana Dan Sarana Persampahan Dalam Penanganan Sampah RumahTangga Dan Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga. 10. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 01/Prt/M/2014 tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang. 11. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 3 Tahun 2014 tentang Sanitasi Total Berbasis Masyarakat. 12. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor 09/Prt/M/2015 tentang Penggunaan Sumber Daya Air. 13. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Nomor P.68/Menlhk/Setjen/Kum.1/8/2016 tentang Baku Mutu Air Limbah Domestik. 14. Peraturan. Menteri. Pekerjaan. Umum. dan. Perumahan. Rakyat. Nomor. 04/PRT/M/2017 tentang Penyelenggaraan Sistem Air Limbah Domestik. 15. Peraturan Menteri Dalam Negeri No.100 Tahun 2018 tentang Penerapan Standar Pelayanan Minimal. 16. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat No. 29/M/PRT/2018 tentang Standar Pelayanan minimal Bidang Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat.. PENDAHULUAN |I - 22.

(40) Rencana Aksi Daerah Bidang Air Minum dan Penyehatan Lingkungan (RAD-AMPL) Kabupaten Kapuas Tahun 2020-2024. 17. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 90 Tahun 2019 , tentang Klasifikasi, Kodefikasi dan Nomenklatur Perencanaan Pembangunan dan Keuangan Daerah. 18. Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 17 Tahun 2021 tentang Pedomanan Penyusunan RKPD Tahun 2022. E. Peraturan Daerah Kabupaten Kapuas 1.. Peraturan Daerah Kabupaten Kapuas Nomor 1 Tahun 2011 tentang Retribusi Jasa Umum. 2.. Peraturan Daerah Kabupaten Kapuas Nomor 5 Tahun 2011 Tentang Ketertiban Umum, Kebersihan dan Pertamanan. 3.. Peraturan. Daerah. Kabupaten. Kapuas. Nomor. 10. Tahun. 2016. tentang. Pembentukan dan Susunan Perangkat Daerah 4.. Peraturan Daerah Kabupaten Kapuas Nomor 5 Tahun 2019 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Kapuas periode 2019 – 2039.. 5.. Peraturan Daerah Kabupaten Kapuas Nomor 6 Tahun 2019 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Kapuas Tahun 2018-2023. 6.. Peraturan Daerah Kabupaten Kapuas Nomor 3 Tahun 2019 tentang Pengelolaan Sampah. 7.. Peraturan Daerah Kabupaten Kapuas Nomor 4 Tahun 2019 tentang Pengelolaan Air Limbah. 8.. Keputusan. Bupati. Pembentukan. Kapuas. Kelompok. Nomor. Kerja. 258/Bappeda. Penyediaan. Air. Tahun. Minum. 2019. dan. tentang. Penyehatan. Lingkungan Kabupaten Kapuas Tahun 2019.. 1.6 SISTEMATIKA PENYUSUNAN Sistematika penyusunan Dokumen Rencana Aksi Daerah Air Minum dan Penyehatan Lingkungan (RAD AMPL) Kabupaten Kapuas Tahun 2020-2024 terdiri dari 7 (tujuh) bab, sebagai berikut:. BAB I. PENDAHULUAN Bab pendahuluan menjelaskan tentang latar belakang, maksud dan tujuan, ruang lingkup, dasar hukum penyusunan dan sistematika Pembahasan.. BAB II. KONDISI UMUM PEMBANGUNAN AMPL DAERAH. PENDAHULUAN |I - 23.

(41) Rencana Aksi Daerah Bidang Air Minum dan Penyehatan Lingkungan (RAD-AMPL) Kabupaten Kapuas Tahun 2020-2024. Kondisi Umum wilayah AMPL berisikan gambaran umum kondisi daerah Kabupaten Kapuas secara komprehensif sebagai basis atau pijakan dalam penyusunan perencanaan. Bab ini menjelaskan capaian pelayanan air minum dan sanitasi serta permasalahan dan tantangan yang akan ditindaklanjuti oleh pemerintah dan masyarakat. BAB III. ISSUE STRATEGIS ARAH KEBIJAKAN DAN INTEGRASI STRATEGI PEMBANGUNAN AMPL Bab ini memuat dan menjelaskan strategi dan arah kebijakan pembangunan sektor AMPL Kabupaten Kapuas dalam 5 (lima) tahun ke depan. Hal yang dibahas diantaranya: (i) arah kebijakan; (ii) strategi Percepatan Pencapaian Target SDG’s; (iii) integrasi stategi pembangunan AMPL. BAB IV. PROGRAM DAN KEGIATAN Dalam bab ini diuraikan mengenai program dan kegiatan penyelenggaraan pembangunan AMPL dalam 5 (lima) tahun ke depan.. BAB V. KEBUTUHAN INVESTASI Dalam bab ini diuraikan pola pengganggaran yang terdiri dari dua pembahasan, yaitu: (i) analisa dan perkiraan kebutuhan investasi; (ii) rencana pembiayaan.. BAB VI. PEMANTAUAN DAN EVALUASI Bab ini menjelaskan bagaimana tujuan dan mekanisme pemantauan dan evaluasi RAD AMPL Kabupaten Kapuas Tahun 2020-2024.. BAB VII. PENUTUP. LAMPIRAN. PENDAHULUAN |I - 24.

(42) Rencana Aksi Daerah Bidang Air Minum dan Penyehatan Lingkungan (RAD-AMPL) Kabupaten Kapuas Tahun 2020-2024. Bab II GAMBARAN UMUM PEMBANGUNAN AMPL DAERAH 2.1. KONDISI GEOGRAFIS WILAYAH. 2.1.1. Luas dan Batas Wilayah. Kabupaten Kapuas. sebagai salah satu dari 14 kabupaten/kota di Provinsi. Kalimantan Tengah, terletak diantara 00 8’48” - 30 27’00” Lintang Selatan dan 1120 2’36” 1140 44’00” Bujur Timur. Secara yuridis formal, Kabupaten Kapuas dibentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 27 Tahun 1959 tentang Penetapan Undang-Undang Darurat Nomor 3 Tahun 1953 tentang Pembentukan Daerah Tingkat II di Kalimantan Sebagai Undang-Undang. Seiring dengan dinamika pembangunan wilayah dan aspirasi serta kebutuhan, sejak tahun 2002 Kabupaten Kapuas dimekarkan menjadi 3 (tiga) kabupaten, yakni: Kabupaten Kapuas (kabupaten induk), Kabupaten Pulang Pisau dan Kabupaten Gunung Mas (kabupaten hasil pemekaran) yang dibentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2002. Ibukota Kabupaten Kapuas adalah Kuala Kapuas, berjarak sekitar 142 Km dari Ibukota Provinsi Kalimantan Tengah. Batas administratif Kabupaten Kapuas dengan daerah sekitar adalah sebagai berikut : a.. sebelah timur. :. Kabupaten Barito Utara, Kabupaten Barito Selatan dan Kabupaten Barito Kuala di Provinsi Kalimantan Selatan;. b.. sebelah barat. :. Kabupaten Pulang Pisau;. c.. sebelah utara. :. Kabupaten Gunung Mas dan Kabupaten Murung Raya; dan. d.. sebelah selatan. :. Laut Jawa.. Luas wilayah Kabupaten Kapuas berdasarkan RTRW Kabupaten Kapuas, kurang lebih 17.070,393 Km2 atau 1.707.039,3 Ha yang terdiri dari 17 kecamatan, 214 desa, 17 kelurahan dan 2 UPT (Unit Pemukiman Transmigrasi) dirincikan dalam tabel 2.1. Gambar 2.1. Peta wilayah administrasi Kabupaten Kapuas. GAMBARAN UMUM PEMBANGUNAN AMPL DAERAH |II - 20.

(43) Rencana Aksi Daerah Bidang Air Minum dan Penyehatan Lingkungan (RAD-AMPL) Kabupaten Kapuas Tahun 2020-2024. Sumber : Bappeda Kabupaten Kapuas. GAMBARAN UMUM PEMBANGUNAN AMPL DAERAH |II - 21.

(44) Rencana Aksi Daerah Bidang Air Minum dan Penyehatan Lingkungan (RAD-AMPL) Kabupaten Kapuas Tahun 2020-2024. Tabel 2.1. Pembagian wilayah admisintrasi Kabupaten Kapuas Jumlah No 1. Kecamatan Selat. Kelurahan. Desa. UPT. Total. 8. 2. -. 10. 14 14 3 7 11 12 13 10 21 13 14 9 38 10 13 10 214. 2 2. 15 14 8 7 12 12 13 10 23 15 14 9 38 10 13 10 233. 2 Bataguh 1 3 Basarang 0 4 Kapuas Hilir 5 5 Kapuas Timur 0 6 Kapuas Barat 1 7 Pulau Petak 0 8 Kapuas Kuala 0 9 Tamban Catur 0 10 Kapuas Murung 2 11 Dadahup 0 12 Kapuas Hulu 0 13 Timpah 0 14 Mantangai 0 15 Pasak Talawang 0 16 Kapuas Tengah 0 17 Mandau Talawang 0 Jumlah 17 Sumber : Kapuas Dalam Angka 2019 (BPS). 2.1.2. Topografi Wilayah Kabupaten Kapuas secara umum terbagi dalam 2 (dua) bagian, yakni: 1.. Daerah sebelah utara (meliputi 6 kecamatan) merupakan daerah dataran tinggi yang berbukit dengan ketinggian antara 100-500 m/dpl, kemiringan ±15 – 25 derajat.. 2.. Daerah sebelah selatan (meliputi 11 kecamatan) merupakan daerah pesisir, dataran rendah dan rawa-rawa dengan ketinggian 0-50 m/dpl yang mempunyai elevasi 0% 8% serta dipengaruhi oleh pasang surut dan merupakan daerah yang mempunyai potensi banjir yang cukup besar (air laut/pasang naik).. Secara konektivitas dan aksesibilitas wilayah, seluruh ibu kota kecamatan dapat dicapai dengan transportasi darat setiap waktu, kecuali Lupak, Mantangai, Jangkang dan Sei Pinang.. GAMBARAN UMUM PEMBANGUNAN AMPL DAERAH |II - 22.

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Dengan berlakunya Peraturan Bupati ini, maka Peraturan Bupati Kapuas Nomor 79 Tahun 2010 tentang Lokasi, Tata Cara, Mekanisme dan Pemeriksaan Perizinan Usaha

Pemerintah Desa dalam penyusunan dan penetapan anggaran yang bersumber dari ADD agar memperhatikan prinsip penghematan, efisien dan efektif dengan mempertimbangkan

bahwa dalam rangka mendorong peningkatan kualitas sumberdaya manusia cerdas, terampil, sehat dan berakhlak di Kabupaten Kapuas serta memperluas kesempatan bagi penduduk

Beberapa ketentuan dalam Peraturan Bupati Nomor 34 Tahun 2019 tentang Pedoman Pemberian Beasiswa Bagi Mahasiswa Berprestasi dan Tidak Mampu (Berita daerah Kabupaten

Peraturan Menteri Dalam Negeri 11 Tahun 2017 tentang Pedoman Evaluasi Rancangan Peraturan Daerah tentang Pertanggungjawaban Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan

bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, perlu menetapkan Peraturan Bupati Kapuas tentang Pengalokasian Dana Bagi Hasil Pajak dan Retribusi

Laporan Keuangan Tahunan terdiri dari : 2 Tahun setelah Perda tentang pertanggungjawaban APBD disahkan dan tindak lanjut hasil pemeriksaan telah.. selesai Laporan Realisasi