• Tidak ada hasil yang ditemukan

Permasalahan Pengisian Daftar VU-1 VU-5

Dalam dokumen Pedoman Pelaksanaan Survei Upah Buruh 2013 (Halaman 50-55)

BEBERAPA MASALAH DALAM PENGISIAN KUESIONER SURVEI UPAH BURUH

8.1 Permasalahan Pengisian Daftar VU-1 VU-5

!" l p#m#rik" $ %$ p#&nol!$ %okum#n ' ( ) %i )*', ditemui beberapa kesalahan yang sering muncul. Diantaranya bersifat fatal dan sulit diperbaiki, sehingga dokumen tersebut harus dikembalikan ke daerah untuk dilakukan pencacahan ulang atau terpaksa tidak disertakan dalam pengolahan. Selain itu, ada beberapa jenis kesalahan yang seharusnya tidak perlu terjadi apabila semua dokumen dicek terlebih dulu sebelum dikirim ke BPS. Secara rinci kesalahan-kesalahan yang sering terjadi dapat diuraikan sebagai berikut:

8.1.1 Halaman Depan

Beberapa permasalahan pengisian halaman depan kuesioner SUB adalah sebagai berikut : 1. Kode Perusahaan: Sering ditemukan kode perusahaan tidak cocok dengan daftar sampel

yang diberikan oleh BPS.

2. Bulan Pelaporan: Sering ditemukan bulan pelaporan diisi dengan bulan dan tahun pencacahan. Isian yang benar adalah bulan pelaporan periode pembayaran upah karyawan, yaitu Maret, Juni, September, dan Desember (03, 06, 09, dan 12). Pencacahan bulan April (04) untuk mencatat pelaporan upah pada bulan Maret (03).

3. Kode Industri dan Produk Utama: Apabila terjadi ketidakcocokan antara kode industri (5 digit) yang di KLP dengan produksi utama seperti pada Blok I Rincian 3a (Daftar 1, VU-3, dan VU-5) yang disebabkan oleh perubahan produksi, hal ini seharusnya dijelaskan di Blok Catatan.

4. Tanggal Penerimaan Kuesioner:Banyak ditemukan tanggal penerimaan kuesioner di BPS Kabupaten/Kota dan BPS Provinsi (seperti tercantum di halaman depan bagian bawah kuesioner) tidak terisi sebagaimana seharusnya. Padahal data ini sangat diperlukan untuk dapat menentukan faktor yang menyebabkan ketidaklancaran arus kuesioner. Alasan

BAB

8

+rovinsi , sehingga mereka merasa tidak perlu mengisinya. Jika pencacahan dilakukan oleh staf BPS Provinsi, maka tanggal dokumen DITERIMA DI BPS Kabupaten/Kota harus tetap diisi, yaitu disamakan dengan tanggal dokumen DITERIMA BPS Provinsi.

5. Penerimaan dokumen sebelum waktunya: Ditemukan beberapa dokumen SUB yang diterima di BPS sebelum bulan pencacahan. Perlu diperhatikan bahwa pencacahan harus dilaksanakan sesuai dengan jadwal dan dokumen dikirim ke BPS setelah pencacahan selesai.

6. Pengecekan KLP pada halaman depan kuesioner SUB belum dilakukan sebagaimana mestinya.

Contoh:

• KLP tidak dilampirkan tetapi kotak berisi Y

• Rincian 28 KLP ada Ya , tetapi kotak berisi kode T • Alasan belum/tidak jelas tetapi kotak berisi kode Y

8.1.2 Blok II dan Blok III

Beberapa permasalahan pengisian kuesioner SUB Blok II dan Blok III adalah sebagai berikut : 1. Shift: ditemukan beberapa perusahaan yang mempunyai jumlahshift/pluglebih dari satu

per hari, namun mengisi Blok IV Rincian 2 (jumlah karyawan) hanya untuk satushift. Isian yang benar adalah jumlah karyawan untuk seluruhshift.

2. Pada perusahaan perkebunan sering ditemukan bahwa jumlah karyawan yang diisikan merupakan jumlah seluruh karyawan perkebunan. Isian yang benar adalah jumlah karyawan di sektor industri perkebunan saja (pekerja pabrik), seperti yang diuraikan di PENJELASAN pada kuesioner.

3. Isian upah terendah dan tertinggi per satuan waktu tertentu masih sering menimbulkan keraguan/diragukan.

Contoh:

• Upah tertinggi yang dilaporkan terlalu tinggi untuk karyawan produksi, misalnya Rp7.500.000,00 per bulan.

Range up,- t..r/,n - /,0 t.rtin11i t.rl,2u 3.,4 5s 6.mu n1kin,0 .kt.4 ,01,0 up

,-t

.4.n/,-/,0 t.111rtin i y,n1/iisik,0 t.rm,78k up,- k,49,:,0 pro/uksi ;.pl,<s,0, /i tin1k,= .pn1 ,:,7; m,0/or k.,=,s /,0;,t,8 k,4y,:,0 non pro/uksi ;p.l,k7,0,5

>/,p.n?.l,7,0 t.nt,01 k.n,@k,04 ,=, A4 ,=, up,-7.B,4 ,m.ny.luru-/i p.ru7,- ,,0, tetapi upah terendah tidak mengalami perubahan.

4. Isian Blok IIIB seringkali masih mencakup seluruh karyawan perusahaan. Seharusnya isian Blok IIIB hanya mencakup karyawan produksi/pelaksana lebih rendah dari pengawas/ mandor/supervisor.

8.1.3 Blok IV

Berikut adalah beberapa permasalahan pengisian kuesioner SUB Blok IV:

1. Isian jumlah karyawan produksi/pelaksana lebih rendah dari pengawas/mandor/ supervisor di Blok III.A Rincian 2c, Blok III.B dan Blok IV Rincian 2 tidak konsisten. Hal ini tidak boleh terjadi karena konsep yang digunakan sama.

2. Periode/sistem pembayaran: sering dijumpai bahwa sistem pembayaran upah suatu perusahaan berubah-ubah dari satu triwulan ke triwulan lainnya. Misalkan untuk Triwulan I dan III, sistem pembayaran upahnya 2 mingguan, sedangkan untuk Triwulan II dan IV sistem pembayaran upahnya setengah bulanan. Tanpa disertai penjelasan tentang keadaan yang sebenarnya, hal semacam ini sulit untuk diambil kesimpulan, khususnya dalam kaitannya dengan konsistensi data rata-rata upahnya (rata-rata upah berfluktuasi). Kasus semacam ini dikhawatirkan hanya karena berbedanya interpretasi responden dan bukan disebabkan adanya perubahan sistem pembayaran.

3. Hari kerja biasa dan lembur: ditemukan isian pada Blok IV Rincian 1 mengenai hari kerja biasa dan lembur tidak konsisten. Yang dimaksud lembur disini adalah kerja di luar hari kerja biasa. Jadi apabila periode pembayaran mingguan, maka maksimum jumlah hari kerja biasa ditambah hari kerja lembur adalah 7 hari.

4. Jumlah upah dan rata-rata upah: Isian rata-rata upah (Blok IV Rincian 4) tidak wajar. Pertanyaan jumlah upah (Rincian 3d) dibagi dengan jumlah karyawan produksi (Rincian 2) dikalikan 1000 dan dibagi lagi dengan jumlah hari kerja (Rincian 1b) seharusnya:

1. berada diantararangeupah terendah dan upah tertinggi per hari (Blok II Rincian 3). 2. tidak berubah lebih dari 20% dari triwulan sebelumnya.

CD EFGFHFI yFIJ EDrinJKitDmukFI FKFGFHL FM F N LFM FupFH tD LED Out lDOiH tinJJi K FLP upFH

mFQsimumR CDJunmkinFI KiED OFOkFI upFH yFIJ KiO FSFLQFI pDruEFHFFI OukFI HFIyF

untuk kFLSFwFI proKuksi Ki O FT FH mFIKUorpDJ Fn wFEV tDtFWi juJ F DtrmFEXk pDkDLY F

l

FPnnyF , seperti: mandor/pengawas, pekerja administrasi, atau bahkan manajer. Jika jumlah upah yang dibayarkan perusahaan ternyata masih termasuk untuk yang bukan karyawan produksi di bawah mandor/pengawas, maka harus dilakukan pemisahan dan hanya yang dibayarkan kepada karyawan produksi di bawah mandor/pengawas saja yang diisikan ke dalam kuesioner. Ada kemungkinan pula bahwa lebih tingginya rata-rata upah dari upah maksimum dan berubahnya rata-rata upah lebih dari 20% disebabkan adanya upah lembur, insentif, dan sejenisnya. Jika demikian halnya, sebaiknya diyakinkan kebenarannya dan jika perlu jelaskan di Blok Catatan.

Kesalahan lain yang sering terjadi adalah tidak konsistennya responden dalam menentukan jumlah tenaga kerja, jumlah upah, atau periode pembayarannya. Misalkan untuk perusahaan dengan sistem pembayaran 2 mingguan, tetapi oleh karena sesuatu hal pembayaran upahnya dilakukan dengan cara membagi 2 kelompok pekerja yang dengan demikian perusahaan membayar pekerjanya setiap seminggu sekali untuk masing-masing kelompok secara bergantian. Kadang-kadang perusahaan semacam ini sulit untuk melaporkan data upahnya sehingga memungkinkan tidak konsistennya pelaporan rata-rata upahnya. Hal demikian seharusnya tidak boleh terjadi. Jika hal ini terjadi, BPS Kabupaten/Kota harus mendatangi perusahaan yang bersangkutan untuk klarifikasi guna mendapatkan isian yang konsisten. Khusus untuk kasus semacam ini, perusahaan dapat mengisi lebih dari satu kolom yang disediakan di Blok IV, meskipun sistem pembayarannya sama (tetapi berbeda periode pembayaran upahnya).

5. Lembur:Masih ditemukan beberapa perusahaan yang mempunyai lembur, namun upah lembur tidak terisi. Apabila ada hari lembur dalam periode pembayaran tertentu (Blok IV Rincian 1c), maka upah lembur (Blok IV Rincian 3c) harus ada isian. Apabila perusahaan sulit merinci upah lembur tersebut (sehingga sulit mengisi pada isian upah lembur), sebaiknya diberikan penjelasan di Blok Catatan. Hal ini akan sangat membantu dalam proses editing maupun data entry.

6. Isian pembayaran upah:Isian di Blok IV Rincian 3a-3d adalah total upah yang dibayarkan oleh suatu perusahaan kepada seluruh karyawan produksi di bawah mandor. Banyak ditemukan bahwa isian tersebut adalah rata-rata upah per karyawan. Jika tanpa disertai

p

Zn[ Zl\]\^]Z_\`\am\^\mZstiny\bc\d ini e\f\g mZnim_ulk\^]\d \c t\h ] ar e\^ mZrup\i \^

k

Z]\d \c\^ y\^`jukup h\g\de\^\e\kZmun`kin\^eZokumn tZk]Z_ut tie\ie\f \t eiol\cl

ml n \gu\^ u p\c: Perlu ditega skan lagi bahwa satuan upah di Blok IV Rincian 3 dan 5 dalam ribuan Rupiah, sedangkan Rincian 4 adalah dalam Rupiah.

Catatan:

Rata-rata upah terlalu tinggi/rendah tidak hanya dibandingkan dengan upah tertinggi/ terendah di Blok II saja, tetapi juga dibandingkan dengan upah pekerja di sektor/sub sektor yang sama dari perusahaan-perusahaan lain. Apabila rata-rata upah yang dilaporkan jauh lebih tinggi atau jauh lebih rendah daripada yang lazim dibayar dalam sektor tersebut, hal ini perlu dicek langsung pada perusahaan.

8.1.4 Blok V

Berikut adalah beberapa permasalahan pengisian kuesioner SUB Blok V:

1. Blok V belum dimanfaatkan secara maksimal. Agar dapat diperoleh masukan yang baik dan tidak menimbulkan interpretasi yang salah di BPS, diharapkan Blok V ini dapat digunakan untuk mencatat hal-hal yang relevan menyangkut perkembangan upah pekerja.

2. Tidak ada cap/stempel perusahaan, nama dan tanda tangan pemberi keterangan, petugas pencacah dan petugas pemeriksa yang bertanggung jawab atas isian kuesioner.

3. Tanda tangan petugas pencacah dan pemeriksa antar triwulan sama, namun isian kuesioner tidak konsisten. Hal ini seharusnya tidak terjadi apabila petugas memeriksa kuesioner dengan benar untuk setiap triwulan.

PERHATIAN

Dalam SUB, hal utama yang harus diperhatikan adalah konsistensi perubahan rata-rata upah dari triwulan ke triwulan berikutnya untuk setiap perusahaan.

Dalam dokumen Pedoman Pelaksanaan Survei Upah Buruh 2013 (Halaman 50-55)