• Tidak ada hasil yang ditemukan

Permasalahan dan Solusi a Permasalahan

Dalam dokumen CALK 1 Tahun 2013 (Halaman 51-54)

PEMERINTAH DAERAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN PER 31 DESEMBER

4) Lain-Lain Pendapatan Asli Daerah Yang Sah

2.2.3. Permasalahan dan Solusi a Permasalahan

Berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 37 Tahun 2012 tentang Pedoman Penyusunan APBD Tahun Anggaran 2013, Belanja daerah disusun untuk mendanai pelaksanaan urusan pemerintahan daerah yang menjadi kewenangan pemerintah provinsi dan pemerintah kabupaten/kota, yang terdiri dari urusan wajib dan urusan pilihan. Permasalahan yang dihadapi dalam penyusunan dan implementasi belanja daerah antara lain:

1) Pengalokasian belanja daerah yang terkait dengan kewenangan antara pemerintah daerah provinsi dan kabupaten/kota.

Dalam rangka mengurangi angka kemiskinan di DIY sebesar 2% (dua perseratus), APBD DIY telah dialokasikan anggaran belanja untuk didistribusikan kepada masyarakat melalui mekanisme APBD Kabupaten/kota. Pada pelaksanaannya terjadi perbedaan persepsi/penafsiran terhadap peraturan perundangan yang berlaku, terkait dengan pengalokasian anggaran belanja pada rekening bantuan keuangan bersifat khusus pada APBD DIY dan pengalokasian pada rekening bantuan sosial pada APBD Kabupaten/Kota. Perbedaan penafsiran terhadap

PEMERINTAH DAERAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN PER 31 DESEMBER 2013

52

penempatan alokasi anggaran belanja menimbulkan tarik ulur kepentingan dalam menentukan prioritas belanja.

2) Penerapan SPM dalam penyusunan anggaran belanja daerah.

Penyusunan anggaran belanja untuk pelaksanaan urusan wajib, berdasarkan Standar Pelayanan Minimal (SPM) yang telah ditetapkan belum optimal. Namun demikian pemerintah daerah dalam menetapkan target capaian kinerja setiap belanja, baik dalam konteks daerah, satuan kerja perangkat daerah, maupun program dan kegiatan, bertujuan untuk meningkatkan akuntabilitas perencanaan anggaran dan memperjelas efektifitas dan efisiensi penggunaan anggaran.

3) Pengelolaan Dana Keistimewaan

Pelaksanaan program kegiatan dan keuangan dana keistimewaan pada tahun anggaran 2013 masih mengalami kendala, antara lain terkait belum lengkapnya regulasi sebagai syarat pelaksanaan keistimewaan dan keterbatasan waktu pelaksanaan program kegiatan.

b. Solusi

1) Belanja daerah disusun berpedoman pada peraturan perundangan-undangan yang berlaku. Alokasi belanja diperuntukkan sesuai dengan kewenangan dan dipergunakan dalam rangka melindungi dan meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat melalui peningkatan pelayanan dasar, pendidikan, kesehatan, fasilitas sosial dan umum, mengembangkan sistem jaminan sosial serta penanggulangan kemiskinan. Oleh karena itu dalam menyusun anggaran belanja daerah harus diperhatikan faktor efisiensi dan efektifitas terhadap pencapaian sasaran maupun target sesuai dengan tugas dan fungsi, indikator kinerja yang terukur serta dapat dipertanggungjawabkan. Dalam pelaksanaan anggaran belanja juga dilakukan sinkronisasi dan harmonisasi terhadap peraturan perundangan yang berlaku dengan memberikan kepastian regulasi sebagai payung hukumnya.

2) Pelaksanaan APBD untuk menyelesaikan permasalahan yang terkait dengan urusan pemerintahan yang terdiri atas urusan wajib dan urusan pilihan memerlukan dana yang besar. Keterbatasan anggaran yang tersedia merupakan masalah utama belanja daerah di dalam menyelesaikan permasalahan urusan wajib dan urusan pilihan tersebut. Di samping itu, belanja untuk memenuhi permasalahan kebutuhan dasar serta memenuhi standar pelayanan minimal masih sangat membutuhkan dukungan Pemerintah Pusat, sehingga dalam hal ini diperlukan sumber pembiayaan selain APBD, misalnya dari APBN dan sumber sumber lain yang sah. Keterbatasan kemampuan keuangan daerah tersebut diatasi dengan kebijakan bahwa, penetapan alokasi anggaran belanja pada program dan kegiatan harus berdasarkan skala prioritas, dan memberikan informasi yang jelas dan terukur serta memiliki korelasi langsung dengan keluaran yang diharapkan dari program dan kegiatan dimaksud ditinjau dari aspek indikator, tolok ukur dan target kinerjanya.

3) Pelaksanaan program kegiatan yang bersumber dari dana keistimewaan dilakukan dengan peningkatan koordinasi antar stakeholder, dan melaksanakan program kegiatan dan merealisasikan keuangan sesuai dengan kemampuan pelaksana, dengan mempertimbangkan keterbatasan waktu.

PEMERINTAH DAERAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN PER 31 DESEMBER 2013

53 2.2.4.Pembiayaan Daerah

Pembiayaan daerah merupakan transaksi keuangan yang dimaksudkan untuk menutupi defisit anggaran yang disebabkan oleh lebih besarnya belanja daerah dibandingkan dengan pendapatan daerah yang diperoleh. BerdasarkanPeraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang PedomanPengelolaan Keuangan Daerah dan telah diubah terakhir dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah, Pembiayaan Daerah terdiri dari Penerimaan Pembiayaan dan Pengeluaran Pembiayaan.

2.2.4.1.Kebijakan Penerimaan Pembiayaan

Penerimaan pembiayaan merupakan pembiayaan yang disediakan untuk menganggarkan setiap penerimaan yang perlu dibayar kembali, baik pada Tahun anggaran yang bersangkutan maupun pada Tahun-Tahun berikutnya. Penerimanaan Pembiayaan terdiri dari Sisa Lebih Perhitungan

Anggaran Tahun Anggaran Sebelumnya (SiLPA), Pencairan Dana Cadangan, Hasil Penjualan Kekayaan Daerah yang dipisahkan, Penerimaan Pinjaman Daerah, Penerimaan Kembali Pemberian Pinjaman, Penerimaan Piutang Daerah dan Penerimaan Kembali Penyertaan Modal Daerah.

Selanjutnya dalam Perubahan APBD Tahun 2013, Kebijakan Penerimaan Pembiayaan ditetapkan sebagai berikut:

a. Sisa lebih perhitungan anggaran tahun lalu (SiLPA) Tahun 2012 disesuaikan dengan hasil audit BPK atas Laporan Keuangan APBD Tahun Anggaran 2012. b. Pencairan dana cadangan.

c. Penerimaan kredit bergulir diperhitungkan sampai akhir Tahun 2013 dengan memperhatikan realisasi penerimaan sampai bulan Juni 2013.

d. Penerimaan dari biaya penyusutan kendaraan.

Pada tahun 2013 Penerimaan Pembiayaan dianggarkan sebesar Rp385.339.434.228,00 dan realisasi sebesar Rp403.200.658.867,84 sehingga lebih dari anggaran sebesar Rp17.861.224.640,00 atau 4,64%. Penerimaan tersebut berasal dari Sisa Lebih Perhitungan Anggaran Tahun yang lalu (SiLPA) sebesar Rp379.241.941.052,56 Penerimaan Kembali Investasi Dana Bergulir sebesar Rp20.367.526.960,00, Pencairan Dana Cadangan sebesar Rp3.224.600.842,28 dan Penerimaan dari Biaya Penyusutan Kendaraan sebesar Rp366.590.013,00.

2.2.4.2.Kebijakan Pengeluaran Pembiayaan

Pengeluaran pembiayaan merupakan pembiayaan yang disediakan untuk menganggarkan setiap pengeluaran yang akan diterima kembali, baik pada Tahun anggaran yang bersangkutan maupun pada Tahun-Tahun berikutnya.

Pengeluaran Pembiayaan terdiri dari Pembentukan Dana Cadangan, Penyertaan Modal (Investasi) Pemerintah Daerah, Pembayaran Pokok Utang dan Pemberian Pinjaman Daerah dan Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran Tahun Anggaran Berjalan (SILPA).

Pengeluaran Pembiayaan terdiri dari Pembentukan Dana Cadangan, Penyertaan Modal (Investasi) Pemerintah Daerah, Pembayaran Pokok Utang dan Pemberian

PEMERINTAH DAERAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN PER 31 DESEMBER 2013

54

Pinjaman Daerah dan Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran Tahun Anggaran Berjalan (SILPA).

Pada tahun 2013 Pengeluaran Pembiayaan dianggarkan sebesar Rp126.438.550.276,00 dan realisasi sebesar Rp94.593.950.276,00 atau 74,81%.

2.2.3. Pengelolaan Asset Yang Dipisahkan

Dalam dokumen CALK 1 Tahun 2013 (Halaman 51-54)