• Tidak ada hasil yang ditemukan

1. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut, permasalahan yang dapat diidentifikasi berkaitan dengan judul di atas adalah:

a. Gramatika Al-Qur‟an dipandang inkonsisten sehingga kontradiktif dengan kaidah tata bahasa Arab

b. Pandangan Orientalis tentang adanya Inkonsistensi Gramatika Al-Qur‟an memberi dampak yang cukup kuat di kalangan masyarakat Muslim

c. Setelah teori “Linguistic Errors” muncul, ditemukan beberapa kritikus Timur yang mengemukakan teori serupa

d. Motif kuat Orientalis untuk mengkritisi Al-Qur‟an berkaitan erat dengan latar belakang, dan pengalaman hidupnya

e. Meskipun wacana inkonsistensi gramatika Al-Qur‟an telah menuai pelbagai sanggahan dari kalangan Muslim melalui banyak media, namun belum banyak karya ilmiah yang secara spesifik mengkaji teori “Linguitic Errors”

f. Kajian Orientalis belum diminati oleh mahasiswa Institut Ilmu Al-Qur‟an (IIQ) Jakarta dibuktikan dengan langkanya tulisan, artikel, skripsi, maupun tesis yang berkaitan dengan kajian tersebut di perpustakaan kampus.

17

2. Pembatasan Masalah

Permasalahan dalam penelitian ini dibatasi berdasarkan penemuan penulis terhadap karya tulis para Orientalis yang secara langsung mengkaji “linguistic errors”, menyebut, atau membahas tentang hal yang serupa dengan itu, baik berupa artikel, buku, atau catatan yang telah dipublikasi. Berikut ini Orientalis, dan judul karya tulisnya; John Burton bisa dikatakan sebagai tokoh yang mempopulerkan teori “Linguistic Errors”, yang kemudian menginspirasi lahirnya teori-teori serupa. Istilah “Grammatical Errors” juga telah ditemukan pada karya Ali Dashti yang ditulis sebelum artikel John Burton dipublikasi. Anis Shorrosh juga telah menyebut istilah “Grammatical Errors” dalam bukunya “Islam Revealed: A Christian Arab‟s View of Islam” yang diterbitkan pada tahun yang sama dimana John Burton mempublikasi artikelnya.

Kemudian P. Newton, dan M. Rafiqul Haqq mengangkat lagi teori

“Grammatical Errors” beberapa tahun setelah kemunculan artikel

“Linguistic Errors” John Burton. Selain itu, Abdallah Abd Al-Fadi membahas “Grammatical Question” dalam bukunya “Is The Qur‟an Infallible?”, serta membahasnya dalam buku selanjutnya yang ditulis bersama dengan para mantan Muslim dengan memakai istilah

“Linguistic Errors”. Selanjutnya, dalam pelbagai kesempatan Zakaria Botros menggunakan istilah “Grammatical Mistakes” untuk menyebut ayat-ayat Al-Qur‟an yang dianggapnya kontradiktif dengan kaidah tata bahasa Arab. Ia juga mempublikasi tulisan berjudul

“نآرقلاَّ لوحَّ تلاؤبست” yang salah satu sub topiknya membahas yang disebutnya “Grammatical Mistakes”. Terakhir, terdapat Mohammad Al-Ghazoli yang menyebut tentang “Grammatical Errors” dalam bukunya “Christ, Mohammed, and I”.

18

Perbedaan terminologi yang digunakan oleh para Orientalis di atas hanya terdapat pada peristilahan saja, sedangkan konten pembahasan sama-sama membahas aspek sintaksis Al-Qur‟an. Semua istilah yang digunakan Orientalis untuk menyebut persoalan gramatika atau sintaksis36 Al-Qur‟an yang dianggap inkonsisten merujuk pada teori yang sama. Pendekatan gramatika dalam penelitian ini secara spesifik membahas tentang “Linguistic Errors”

atau “Grammatical Errors/Mistakes” dalam pandangan Orientalis.

Pernyataan ini cukup menjelaskan bahwa cakupan kajian ini tidak secara khusus melakukan pendekatan gramatika pada objek selain sintaksis, seperti morfologi, atau misalnya, jika menemukan istilah

“Grammatical Shift”. Hal ini dikemukakan agar batasan maknanya tidak menjadi ambigu, karena Grammatical Shift merupakan bagian dari kajian ilmu pragmatik37. Namun tidak dapat dipungkiri, kajian di bidang kebahasaan, tentu tidak dapat terlepas dari cabang ilmu bahasa yang lain (fonologi, morfologi, semantik, pragmatik)38.

36 Sintaksis adalah cabang ilmu bahasa yang mempelajari hubungan formal antara kata atau frasa yang satu dengan lainnya dalam suatu kalimat. (Moh. Ainin dan Imam Asrori, Semantik Bahasa Arab, (Malang: Bintang Sejahtera, 2014), h. 9). Penggunaan istilah

“gramatika” atau “linguistik” dalam pelbagai hal memang lebih familiar didengar. Hal ini disebabkan karena secara tradisional, istilah “sintaksis” lebih sering disebut dengan tata bahasa (gramatika). (Abdul Chaer, Linguistik Umum, (Jakarta: Rineka Cipta, 2014), h. 206).

Karena Orientalis menyebut dengan “gramatika” atau “linguistik”, maka penulis akan menggunakan istilah yang sama supaya tidak menimbulkan persepsi yang berbeda. Dalam bahasa Arab, sintaksis familiar disebut ilmu nahwu, yaitu ilmu gramatika bahasa Arab yang mempelajari tentang perubahan akhir kata atau frasa dalam suatu kalimat.

37 Pragmatik di sini didefinisikan sebagai sebuah pendekatan bahasa untuk memahami konteks sebuah wacana. (Moh. Ainin, Fenomena Pragmatik dalam Al-Qur‟an:

Studi Kasus terhadap Pertanyaan, (Malang: Misykat, 2010), h. 35). Objek kajian pragmatik lebih kepada makna dalam konteks wacana, sedangkan sintaksis mengkaji posisi kata atau frasa dalam suatu kalimat.

38 Kajian linguistik diklasifikasikan menjadi beberapa tataran. Tataran fonologi, tataran morfologi, tataran sintaksis, tataran semantik, dan tataran leksikon. Tataran morfologi dan sintaksis biasa disebut sebagai gramatika atau tata bahasa. Di atas semua itu terdapat tataran pragmatik. Lihat: (Abdul Chaer, Linguistik Umum, h. 36). Fonologi adalah cabang linguistik yang mempelajari, menganalisis, dan membicarakan runtutan bunyi-bunyi bahasa.

Morfologi membicarakan tentang proses pembentukan kata. Pragmatik mempelajari

19

Dalam penelitian ini, kajian tentang tata bahasa Arab Al-Qur‟an tidak dapat terlepas dari kajian Hadis, Tafsir Al-Al-Qur‟an, maupun studi Agama secara umum. Hal ini dikarenakan, teori

“linguistik errors” didasarkan pada atsar dari Sahabat Nabi yang hanya dapat diakses melalui studi Hadis. Selain itu, referensi dari Tafsir Al-Qur‟an sudah barang tentu menjadi rujukan untuk menilik penafsiran para ulama‟, serta studi Agama. Hal ini disebabkan karena latar belakang, dan motif para Orientalis dalam pembahasan gramatika Al-Qur‟an erat kaitannya dengan misi keagamaan. Dengan demikian, batasan dalam penelitian ini memiliki koridor yang jelas sebagai studi Agama secara umum, dan kajian ilmu Al-Qur‟an, dan Tafsir secara khusus.

3. Perumusan Masalah

Berdasarkan masalah-masalah yang diuraikan dalam identifikasi masalah serta dibatasi dalam pembatasan masalah, maka permasalahan dalam penelitian ini dirumuskan sebagaimana berikut:

1. Bagaimana Tuduhan Inkonsistensi Gramatika Al-Qur‟an dalam Diskursus Orientalisme?

2. Bagaimana Sanggahan atas Teori “Linguistic Errors”?

Dokumen terkait