• Tidak ada hasil yang ditemukan

2.4 Potensi dan Permasalahan Pengembangan Kawasan

Permukiman di Kota Surabaya

Konsentrasi  perkembangan  fisik  kota  berada  di  kawasan  pusat  kota  serta  kawasan  yang membujur dari utara ke selatan sesuai dengan arah jalur Kalimas. Akan tetapi  kecenderungan  perkembangan  terakhir  juga  dari  kawasan  barat  sampai  ke  timur.  Kawasan  permukiman  swadaya  oleh  masyarakat  (kampung)  terkonsentrasi  di  kawasan pusat kota, sedangkan permukiman baru yang disediakan oleh pengembang  tersebar di kawasan Surabaya barat, timur, dan selatan. Juga terdapat permukiman  vertikal baik berupa rumah susun sederhana sewa (rusunawa), maupun rumah susun  mewah (kondominium dan apartemen).   Penduduk miskin terkonsentrasi di permukiman‐permukiman padat penduduk yang  tersebar di tengah kota. Sebagian besar karakteristik penduduknya merupakan para  pekerja di sektor informal, seperti penarik becak, pedagang/PKL, penjual sayur dan  makanan, dan lain‐lain. Mereka kebanyakan berasal dari luar kota. Letak persebaran  permukiman kumuh beredar hampir merata di seluruh kawasan kota Surabaya. Akan  tetapi  kawasan  utara  kota  Surabaya  teridentifikasi  lebih  banyak  titik‐titik  kawasan  kumuhnya dibandingkan dengan kawasan lainnya.  

Pola  pengembangan  permukiman  di  Kota  Surabaya  mengarah  pada  kawasan  pinggiran,  seperti  di  kawasan  barat,  timur,  dan  selatan  kota  dalam  bentuk  perumahan  real  estate.  Sedangkan  jenis  permukiman‐permukiman  yang  berada  di  tengah kota dalam bentuk perumahan‐perumahan formal non perkampungan, yang  di  beberapa  lokasi  penggunaannya  berubah  menjadi  perdagangan  yang  sedang 

Laporan Akhir 2-112 menjadi  trend  di  kota‐kota  besar  yaitu  FO  (Factory  Outlet),  cafe,  restoran,  travel  tour, dan sejenisnya. Kondisi perubahan fungsional ini banyak ditemui di sepanjang  Jl.  Kertajaya,  Jl.  Raya  Darmo,  Jl.  Raya  Jemursari.  Perubahan  fungsional  tersebut  menimbulkan  dampak  terhadap  penggunaan  jalan,  yaitu  akan  muncul  area‐area  parkir di sepanjang jalan di mana Factory Outlet, cafe dan restoran tersebut berada.  Kondisi  perubahan  fungsional  bangunan  seperti  di  atas  telah  menjamur  di  Kota  Surabaya dan akan lebih bervariatif jika tidak ada upaya tindak lanjut. 

Kawasan  Surabaya  bagian  tengah  yang  meliputi  Kecamatan  Bubutan,  Genteng,  Simokerto,  Tegalsari  sebagian  besar  merupakan  kawasan  terbangun  serta  banyak  perkampungan  padat  dan  kumuh.  Kawasan  Surabaya  bagian  timur  meliputi  Kecamatan  Gubeng,  Gunung  Anyar,  Mulyorejo,  Rungkut,  Sukolilo,  Tambaksari  dan  Tenggilis Mejoyo, yang sebagian besar merupakan kawasan belum terbangun berupa  pantai, rawa, hutan bakau. Kawasan Surabaya bagian barat yang meliputi Kecamatan  Asemrowo,  Benowo,  Pakal,  Lakarsantri,  Sambikerep,  Sukomanunggal  dan  Tandes,  sebagian  besar  merupakan  kawasan  industri  dan  masih  ada  lahan  yang  belum  dibangun maka sangat berpotensi untuk dikembangkan sebagai daerah industri dan  pergudangan serta pengembangan perumahan real estate. Kawasan Surabaya bagian  selatan yang meliputi Kecamatan Dukuh Pakis, Gayungan, Jambangan, Karangpilang,  Sawahan, Wiyung, Wonocolo  serta Wonokromo merupakan kawasan dengan lahan  terbangun  cukup  besar.  Kawasan  Surabaya  bagian  utara  yang  meliputi  Kecamatan  Krembangan,  Pabean  Cantikan,  Semampir,  Kenjeran,  Bulak,  merupakan  kawasan  pelabuhan. 

Jenis‐jenis permukiman yang ada di Surabaya sangat variatif dari jenis permukiman  formal  dalam  bentuk  rumah  susun,  Perumnas,  Real  Estate,  Apartemen,  dan  Ruko,  hingga jenis perumahan informal dalam bentuk perumahan perkampungan, hunian  liar  dan  rumah‐rumah  kumuh.  Permukiman  formal  memiliki  karakteristik  bangunan  rumah‐rumah yang lebih tertata/teratur. Sedangkan permukiman informal ada yang  teratur  dan  tidak  sedikit  pula  yang  tidak  teratur.  Sebagian  besar  pembangunan 

Laporan Akhir 2-113 permukiman formal seperti Real Estate dibangun oleh developer dan ada koordinasi  antara pemilik, developer, dan pemerintah mengenai pembangunannya. Sedangkan  rumah‐rumah  informal  yang  berupa  perkampungan‐perkampungan,  merupakan  tanah  legal  milik  pemerintah  yang  ditempati  warga  kota  yang  dibangun  atas  hasil  swadaya  warga  kota  sehingga  masih  terkoordinasi  pembangunannya  dengan  pemerintah.    Selain  itu,  terdapat  rumah‐rumah  liar  yang  menempati  lahan  yang  peruntukkannya  non‐permukiman,  seperti  di  sempadan  sungai  dan  sempadan  rel.  Selain  rumah  horisontal,  di  Surabaya  juga  terdapat  bangunan  rumah  jenis  vertikal  berupa rumah susun, ruko dan apartemen. 

Di  wilayah  kota  Surabaya,  direncanakan  pengembangan  dan  pemantapan  perumahan dan permukiman yang bercirikan kampung dan non kampung yang bisa  saling  mendukung  sabagai  satu  kesatuan  permukiman  kota.  Pengembangan  fisik  perumahan  diorientasikan  pada  upaya  mempercepat  atau  memperbanyak  pembangunan  rumah  vertikal  guna  mengatasi  keterbatasan  lahan  dan  harga  lahan  untuk pembangunan perumahan secara horisontal. 

Pengembangan  perumahan  kampung,  dari  sisi  lokasi  dan  karakter  lingkungan  serta  kegiatan di sekitarnya dapat diidentifikasi menjadi beberapa jenis perumahan yaitu  perumahan  kampung  tengah  kota,  perumahan  kampung  pinggir  pantai/  nelayan,  perumahan kampung lama, serta perumahan pinggir sungai (waterfront city). 

Pengembangan  kawasan  baru  untuk  pembangunan  perumahan  dan  permukiman  kota  Surabaya  diarahkan  pada  lahan‐lahan  yang  belum  terbangun  dan  dalam  penataan  ruang  diperuntukan  untuk  fungsi  perumahan.  Lahan‐lahan  tersebut  umumnya  berada  pada  kawasan  ‘pinggiran’  kota  Surabaya,  terutama  di  kawasan  timur  yaitu  di  Kecamatan  Rungkut  dan  Gunung  Anyar;  di  kawasan  selatan,  yaitu  di  Kecamatan  Jambangan,  Karangpilang,  dan  Wiyung;  dan  di  kawasan  barat,  yaitu  di  kecamatan  Lakarsantri,  Sambikerep,  Pakal  dan  Benowo.  Pengembangan  kawasan  tersebut  dapat  berupa  real  estat  atau  kasiba/lisiba.    Khusus  pada  kawasan  pesisir, 

Laporan Akhir 2-114 pengembangannya  diarahkan  berupa  pengembangan  perumahan  baik  mewah  maupun sederhana yang berkarakter pesisir.  

Selain itu, ditengah tingginya harga lahan, sedikitnya lahan kosong, dan pemenuhan  ruang  terbuka  hijau  kota,  maka  kebijakan  pengembangan  dan  pembangunan  perumahan dan  permukiman  kota  Surabaya  diarahkan  berupa  perumahan  vertikal/  rumah  susun,  baik  sederhana  maupun  mewah/  apartemen.  Pengembangan  rumah  susun (Vertical Housing) tersebut dapat disesuaikan berdasarkan dominasi kegiatan  utama  suatu  wilayah.  Pada  wilayah  dengan  fungsi  utama  sebagai  kegiatan  industri,  maka  pengembangan  rumah  susunnya  diarahankan  memiliki  karakteristik/  berkarakter  komunitas  industri.  RUSUN  berkarakter  industri  didesain  memiliki  karakter  bangunan  dan  kelengkapan  sarana  yang  berbeda  dengan  RUSUN  yang  umum,  karena  sasaran  penghuni  RUSUN  adalah  para  pekerja  industri.  Hal  ini  juga  berlaku pada wilayah dengan dominasi kegiatan atau fungsi utama sebagai kawasan  pendidikan serta kawasan niaga dan jasa.  

Berdasarkan  kajian  kondisi  eksisting  permukiman  di  Kota  Surabaya,  dapat  diidentifikasi potensi dan permasalahan pengembangan permukiman Kota Surabaya  sebagai berikut: 

a. Potensi pengembangan permukiman Kota Surabaya 

• Masih  tingginya  kebutuhan  dan  permintaan  terhadap  perumahan  dan 

permukiman untuk semua segmen masyarakat 

• Masih tersedianya lahan untuk pembangunan perumahan dan permukiman, 

khususnya di Surabaya Timur dan Surabaya Barat 

• Adanya  kawasan‐kawasan  cagar  budaya  yang  menjadi  daya  tarik 

pengembangan permukiman 

Laporan Akhir 2-115

• Belum  terpenuhinya  kebutuhan  terhadap  perumahan  dan  permukiman 

(backlog)  • Semakin terdesaknya permukiman kampung oleh kegiatan perdagangan dan  jasa ataupun permukiman real estate serta kondominium  • Belum terselesaikannya permasalahan permukiman kumuh, ilegal, dan banjir  • Belum adanya kawasan permukiman yang mampu mendorong perekonomian  kota 

• Adanya  perkembangan  kawasan  real  estat  skala  kecil  dalam  jumlah  banyak  dan perkembangan nya tidak teratur. Hal ini terjadi di kawasan pinggiran kota 

• Permukiman di tengah kota mengalami degradasi 

Belum terintegrasinya perkembangan permukiman dengan infrastruktur perkotaan   

Dokumen terkait