i
Puji syukur ke hadirat Tuhan YME atas tersusunnya laporan terakhir dari kegiatan
Penyusunan Rencana Pengembangan Kawasan Permukiman Prioritas (RPKPP) Kota
Surabaya yaitu Penyerahan Buku "LAPORAN AKHIR". Buku laporan terakhir ini
berisikan tentang kesulurhan hasil penyusunan rencana pengembangan kawasan
permukiman prioritasi di Kawasan Krembangan Kota Surabaya.
Diharapkan kegiatan Penyusunan Rencana Pengembangan Kawasan Permukiman
Prioritas (RPKPP) Kota Surabaya ini dapat bermanfaat bagi Pemerintah Kota
Surabaya, khususnya Dinas Pekerjaan Umum Cipta Karya dalam pengembangan Kota
Surabaya kedepannya. Akhir kata, kepada semua pihak yang telah membantu hingga
terselesaikannya laporan ini, diucapkan terima kasih.
Bandung, Desember 2010
PT. Studio Cilaki Empat Lima
DIREKTUR
ii
BAB
1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ... 1‐1
1.2 Tujuan dan Sasaran ... 1‐3 1.2.1 Tujuan ... 1‐3 1.2.2 Sasaran ... 1‐3
1.3 Ruang Lingkup ... 1‐4 1.3.1 Lingkup Kegiatan ... 1‐4 1.3.1.1 Kegiatan Penyusunan Rencana Strategis Penanganan
Kawasan Prioritas ... 1‐4 1.3.1.2 Kegiatan penyusunan Rencana Aksi Kawasan
Pengembangan Tahap I ... 1‐6 1.3.1.3 Kegiatan koordinasi, pembahasan dan penyepakatan. .... 1‐7 1.3.2 Lingkup Wilayah ... 1‐9
1.4 Metoda Pelaksanaan Kegiatan ... 1‐10
1.5 Keluaran ... 1‐11
1.6 Jangka Waktu Pelaksanaan ... 1‐13
1.7 Sistematika Laporan Draft Akhir ... 1‐13
BAB 2 POTENSI PERMASALAHAN KAWASAN PERMUKIMAN DI KOTA SURABAYA
2.1 Profil Kota Surabaya ... 2‐1
2.2 Perkembangan dan Permasalahan Kawasan Permukiman di Kota
Surabaya ... 2‐12 2.2.1 Tipologi Kawasan Permukiman di Kota Surabaya ... 2‐12 2.2.1.1 Kondisi Perumahan ... 2‐12
iii 2.2.1.2 Perumahan Kampung ... 2‐13 2.2.1.3 Perumahan Real Estat ... 2‐15 2.2.1.4 Rumah Susun ... 2‐22 2.2.1.5 Perumahan Dinas ... 2‐27 2.2.1.6 Permukiman Buruh Industri Dan Mahasiswa ... 2‐28 2.2.1.7 Hunian Ilegal (Squatter)... 2‐29 2.2.1.8 Kasiba dan Lisiba ... 2‐29 2.2.2 Pola Perkembangan Kawasan Permukiman di Kota Surabaya ... 2‐30 2.2.3 Gambaran Kondisi Infrastruktur Permukiman di Kota Surabaya ... 2‐34 2.2.3.1 Kualitas Air Bersih ... 2‐34 2.2.3.2 Persampahan Perkotaan ... 2‐36 2.2.4 Isu dan Permasalahan Kawasan Permukiman di Kota Surabaya ... 2‐39
2.3 Pengembangan Permukiman dan Infrastruktur dalam Struktur
Kebijakan Pembangunan Kota Surabaya ... 2‐50 2.3.1 Kebijakan Pengembangan Permukiman dalam RTRW Kota
Surabaya Tahun 2009 – 2029 ... 2‐50 2.3.1.1 Rencana Struktur Ruang ... 2‐50 2.3.1.2 Rencana Pola Ruang ... 2‐56 2.3.1.3 Rencana Kawasan Strategis ... 2‐65 2.3.2 Kebijakan Pengembangan Permukiman dalam RP4D Kota
Surabaya Tahun 2008 ... 2‐71 2.3.3 RPJMD Kota Surabaya Tahun 2011 – 2015 ... 2‐95 2.3.4 Kebijakan Pengembangan Permukiman dalam RPIJM Bidang
PU/Cipta Karya ... 2‐102 2.3.4.1 Pengembangan Permukiman ... 2‐102 2.3.4.2 Penataan Bangunan dan Lingkungan ... 2‐106 2.3.4.3 Penyehatan Lingkungan Permukiman (PLP) ... 2‐108 2.3.4.4 Pengembangan Air Minum ... 2‐110
2.4 Potensi dan Permasalahan Pengembangan Kawasan Permukiman
di Kota Surabaya ... 2‐111
BAB 3 IDENTIFIKASI KAWASAN PERMUKIMAN PRIORITAS DI SURABAYA
3.1 Kriteria dan Indikator Kawasan Permukiman Prioritas ... 3‐1
3.2 Identifikasi Kawasan‐Kawasan Permukiman Prioritas ... 3‐3 3.2.1 Kawasan Permukiman Krembangan ... 3‐5 3.2.2 Kawasan Permukiman Sukolilo ... 3‐7 3.2.3 Kawasan Permukiman Kenjeran ... 3‐7 3.2.4 Kawasan Permukiman Ampel ... 3‐8 3.2.5 Kawasan Permukiman Tambak Wedi ... 3‐9 3.2.6 Kawasan Permukiman Wonokromo ... 3‐9
3.3 Penilaian Kawasan Permukiman Prioritas ... 3‐9
iv
BAB 4 PROFIL DAN ANALISIS KAWASAN PERENCANAAN
4.1 Deliniasi Kawasan ... 4‐1
4.2 Fungsi dan Kedudukan Kawasan dalam Lingkup Makro ... 4‐4
4.3 Kondisi Fisik Lingkungan ... 4‐9
4.4 Kondisi Sosial Demografi ... 4‐16
4.5 Kondisi Bangunan Rumah dan Infrastruktur Lingkungan ... 4‐19 4.5.1 Jaringan Jalan ... 4‐19 4.5.2 Jaringan Air Bersih ... 4‐20 4.5.3 Jaringan Drainase ... 4‐21 4.5.4 Sistem Persampahan ... 4‐21
4.6 Potensi dan Permasalahan Kawasan ... 4‐23 4.6.1 Potensi Kawasan ... 4‐23 4.6.2 Masalah ... 4‐24
4.7 Kebutuhan dan Prioritas Penanganan Kawasan ... 4‐30
BAB 5 KONSEPSI PENGEMBANGAN KAWASAN
5.1 Tema Pengembangan Kawasan ... 1
5.2 Kebijakan Pengembangan Kawasan ... 3
5.2.1 Kebijakan Pengembangan Kawasan ... 3
5.2.2 Kebijakan Pengembangan Sub Kawasan ... 5
5.2.2.1 Sub Kawasan A ... 5
5.2.2.2 Sub Kawasan B ... 6
5.2.2.3 Sub Kawasan C ... 7
5.2.2.4 Sub Kawasan D ... 7
5.3 Strategi Pengembangan Kawasan ... 10
5.3.1 Strategi Penanganan Kawasan ... 10
5.3.2 Konsep Imaginer Pengembangan Kawasan ... 12
5.3.3 Strategi Pentahapan ... 12
5.4 Konsep Penanganan infrastruktur ... 15
5.4.1 Pengelolaan Persampahan ... 15
5.4.1.1 Ketentuan teknis ... 15
5.4.1.2 POLA PENGELOLAAN SAMPAH KOTA DAN UPAYA 3R ... 16
5.4.1.3 PENGELOLAAN SAMPAH BERBASIS MASYARAKAT ... 24
5.4.2 Pengelolaan Air Limbah ... 36
5.4.2.1 KUALITAS AIR LIMBAH DOMESTIK ... 37
5.4.2.2 KUANTITAS AIR LIMBAH DOMESTIK ... 38
5.4.2.3 PENGOLAHAN AIR LIMBAH DOMESTIK ... 38
5.4.3 SISTEM PENYALURAN AIR HUJAN / DRAINASE ... 61
5.4.3.1 Kegunaan Drainase ... 62
v
5.4.3.3 Kriteria Perencanaan Drainase ... 63
5.4.3.4 Pengisian Air Tanah (Ground Water Recharge) ... 76
5.4.4 SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM ... 85
5.4.4.1 UMUM ... 85
5.4.4.2 SUMBER AIR ... 86
5.4.4.3 SISTEM INDIVIDUAL DAN KOMUNAL ... 88
5.5 Pemilihan Kawasan Pengembangan Tahap Pertama ... 91
BAB 6 IDENTIFIKASI DAN KONSEPSI PENGEMBANGAN KAWASAN
PENGEMBANGAN TAHAP PERTAMA
6.1 Gambaran Umum Kawasan ... 6‐1
6.2 Kondisi Sosial Masyarakat ... 6‐5
6.3 Kondisi Infrastruktur dan Permukiman ... 6‐7
6.4 Permasalahan Kawasan ... 6‐17
6.5 Konsepsi Pengembangan Kawasan ... 6‐19 6.5.1 Konsep Penanganan Kawasan ... 6‐19 6.5.2 Konsep Imaginer Penanganan Kawasan... 6‐21 6.5.3 Strategi Pentahapan ... 6‐21
BAB 7 RENCANA PENGEMBANGAN KAWASAN
6.1 Gambaran Umum Kawasan ... 6‐1
7.1 Blok Plan Pengembangan Kawasan dan Site Plan Kawasan Pengembangan Tahap Pertama ... 7‐1
7.2 Program Penanganan ... 7‐6 7.2.1 Program Penanganan Pengembangan Kawasan Krembangan ... 7‐6 7.2.2 Program Penanganan Kawasan Pengembangan Tahap Pertama .... 7‐9
7.3 Rencana Pentahapan Penanganan Kawasan ... 7‐12
7.4 Rencana Aksi Penanganan Kawasan ... 7‐15 7.4.1 Rencana Aksi Penanganan Blok A1 ... 7‐15 7.4.2 Rencana Aksi Penanganan Blok A2 ... 7‐25 7.4.3 Rencana Aksi Penanganan Blok A3 ... 7‐33 7.4.4 Rencana Aksi Penanganan Blok B1 ... 7‐39 7.4.5 Rencana Aksi Penanganan Blok B2 ... 7‐52 7.4.6 Rencana Aksi Penanganan Blok C1 ... 7‐59 7.4.7 Rencana Aksi Penanganan Blok C2 ... 7‐67 7.4.8 Rencana Aksi Penanganan Blok D1 ... 7‐75 7.4.9 Rencana Aksi Penanganan Blok D2 ... 7‐81 7.4.10 Rencana Aksi Penanganan Blok D3 ... 7‐87
vi
Tabel 2.1. Luas Wilayah dan Kepadatan Penduduk Menurut Kecamatan
Hasil Sensus Penduduk ... 2‐9
Tabel 2.2. Luas Wilayah, Jumlah Penduduk, Kepadatan, dan Jumlah
Penduduk Miskin Kota Surabaya Tahun 2008 ... 2‐11
Tabel 2.3. Penyediaan Rumah oleh Beberapa Developer Swasta yang
Termasuk Anggota REI Surabaya Tahun 2008 ... 2‐17
Tabel 2.4. Persebaran Rumah Susun kota Surabaya Tahun 2008 ... 2‐22
Tabel 2.5. Persebaran Apartemen di Kota Surabaya Tahun 2008 ... 2‐25
Tabel 2.6. Timbulan Sampah Sesuai Dengan Sumbernya Di Kota Surabaya . 2‐36
Tabel 2.7. Klasifikasi Tingkat Kekumuhan ... 2‐42
Tabel 2.8. Sebaran Lokasi Permukiman Kumuh Kota Surabaya ... 2‐45
Tabel 2.9. Rencana Pola Ruang Kota Surabaya 2029 ... 2‐56
Tabel 2.10. Rencana Pemantapan Fungsi Kawasan Permukiman ... 2‐62
Tabel 2.11. Daftar Usulan Kegiatan Pengembangan Permukiman
Kota Surabaya ... 2‐106
Tabel 2.12. Daftar Usulan Kegiatan Pengembangan Permukiman
Kota Surabaya ... 2‐107
Tabel 3.1. Kriteria dan Indikator Kawasan Permukiman Prioritas ... 3‐3
Tabel 3.2. Penilaian Sembilan Indikasi Kawasan Permukiman Prioritas Kota Surabaya... 3‐10
Tabel 4.1. Luas Wilayah Kawasan Krembangan berdasarkan wilayah ... 4‐4
Tabel 4.2. Jumlah dan Struktur Penduduk Berdasarkan Jenis kelamin ... 4‐16
Tabel 4.3. Struktur Penduduk Menurut Agama ... 4‐17
Tabel 4.4. Struktur Penduduk Berdasarkan Pekerjaan ... 4‐18
vii
Tabel 5.1. Karakteristik Air Limbah Domestik ... 5‐37
Tabel 5.2. Penerapan Sistem Pengelolaan Air Buangan ... 5‐42
Tabel 5.3. Kriteria Dasar Pemilihan Sistem Penyaluran Air Buangan ... 5‐43
Tabel 5.4. Keuntungan dan Kerugian Sistem Sanitasi Terpusat ( off‐site ) ... 5‐46
Tabel 5.5. Keuntungan dan Kerugian Sistem Sewerage Konvensional ... 5‐47
Tabel 5.6. Keuntungan dan Kerugian Sistem Shallow Sewers ... 5‐48
Tabel 5.7. Keuntungan dan kerugian sistem small bore sewer ... 5‐49
Tabel 5.8. Keuntungan dan kerugian sistem on‐site ( sanitasi setempat ) ... 5‐53
Tabel 5.9. Perbandingan Keuntungan dan Kerugian Unit Pengolah Tingkat ke dua ... 5‐57
Tabel 5.10. Perbandingan Penyisihan Air Limbah Unit Pengolah TK kedua .... 5‐59
Tabel 5.11. Periode Ulang Hujan (PUH) Desain Rinci ... 5‐65
Tabel 5.12. Harga Kekasaran Permukaan Tanah ... 5‐67
Tabel 5.13. Harga n Manning untuk berbagai jenis aliran ... 5‐67
Tabel 5.14. Perkiraan kecepatan rata‐rata saluran alami ... 5‐68
Tabel 5.15. Tipikal Koefisien Pengaliran Berdasarkan Tata Guna Lahan ... 5‐71
Tabel 5.16. Tipe Saluran dan Batasan Kecepatan Aliran (Saluran Kota) ... 5‐72
Tabel 5.17. Kecepatan Maksimum Diijinkan (Kedalaman Air d = 1.00 m) ... 5‐73
Tabel 5.18. Faktor Koreksi Dari Kecepatan Maksimum ... 5‐73
Tabel 5.19. Kemiringan Dinding Saluran Yang Dianjurkan ... 5‐74
Tabel 5.20. Perbandingan antara air hujan, air permukaan dan air tanah ... 5‐88
Tabel 7.1. Program Penanganan Pengembangan Kawasan Krembangan ... 7‐7
Tabel 7.2. Program Penanganan Kawasan Pengembangan Tahap Pertama. 7‐10
Tabel 7.3. Rencana Pentahapan Penanganan dirinci per‐komponen ... 7‐13
Tabel 7.4. Tahapan Penanganan Kawasan dirinci perkomponen
Penanganan ... 7‐14
Tabel 7.5. Rencana Aksi Penanganan Blok A1 (biaya dalam juta rupiah) ... 7‐18
Tabel 7.6. Rencana Aksi Penanganan Blok A2 (biaya dalam juta rupiah) ... 7‐28
Tabel 7.7. Rencana Aksi Penanganan Blok A3 (biaya dalam juta rupiah) ... 7‐35
Tabel 7.8. Rencana Aksi Penanganan Blok B1 (biaya dalam juta rupiah) ... 7‐42
Tabel 7.9. Rencana Aksi Penanganan Blok B2 (biaya dalam juta rupiah) ... 7‐54
Tabel 7.10. Rencana Aksi Penanganan Blok C1 (biaya dalam juta rupiah) ... 7‐62
Tabel 7.11. Rencana Aksi Penanganan Blok C2 ... 7‐70
Tabel 7.12. Rencana Aksi Penanganan Blok D1 (biaya dalam juta rupiah) ... 7‐77
Tabel 7.13. Rencana Aksi Penanganan Blok D2 (biaya dalam juta rupiah) ... 7‐83
Tabel 7.14. Rencana Aksi Penanganan Blok D3 (biaya dalam juta rupiah) ... 7‐89
viii
Gambar 2.1. Peta Wilayah Kota Surabaya ...2‐4
Gambar 2.2. Peta Penggunaan Lahan Eksisting Kota Surabaya Tahun 2008 ... 2‐32
Gambar 2.3. Peta Seberan Permukiman Kota Surabaya Tahun 2008 ... 2‐33
Gambar 2.4. Perkembangan Kualitas Air di Kota Surabaya Periode 2002‐2005 2‐35
Gambar 2.5. Perkembangan Jumlah TPS di Kota Surabaya ... 2‐38
Gambar 2.6. Perkembangan Rata‐rata Jumlah Volume Sampah yang Masuk ke TPS ... 2‐39
Gambar 2.7. Peta Rencana Pembagian Struktur Ruang ... 2‐55
Gambar 2.8. Peta Rencana Pola Ruang Kota Surabaya ... 2‐57
Gambar 2.9. ilustrasi Rencana Waterfront City pada Kawasan Teluk Lamong 2‐69
Gambar 2.10. Kawasan Waterfront City Kalimas ... 2‐70
Gambar 2.11. Rencana Detail Pengembangan Dan Penanganan Perumahan
Dan Permukiman Kota Surabaya Tahun 2008‐2019 ... 2‐76
Gambar 2.12. Rencana Detail Pengembangan Dan Penanganan Perumahan
Dan Permukiman Kota Surabaya Tahun 2008‐2019 ... 2‐77
Gambar 2.13. Rencana Detail Pengembangan Dan Penanganan Perumahan
Dan Permukiman Kota Surabaya Tahun 2008‐2019 ... 2‐84
Gambar 2.14. Rencana Detail Pengembangan Dan Penanganan Perumahan Dan Permukiman Kota Surabaya Tahun 2008‐2019 ... 2‐85
Gambar 2.15. Rencana Detail Pengembangan Dan Penanganan Perumahan
Dan Permukiman Kota Surabaya Tahun 2008‐2019 ... 2‐86
Gambar 2.16. Rencana Detail Pengembangan Dan Penanganan Perumahan Dan Permukiman Kota Surabaya Tahun 2008‐2019 ... 2‐87
Gambar 2.17. Rencana Detail Pengembangan Dan Penanganan Perumahan
Dan Permukiman Kota Surabaya Tahun 2008‐2019 ... 2‐88
Gambar 2.18. Rencana Detail Pengembangan Dan Penanganan Perumahan
Dan Permukiman Kota Surabaya Tahun 2008‐2019 ... 2‐89
ix
Gambar 2.19. Rencana Detail Pengembangan Dan Penanganan Perumahan
Dan Permukiman Kota Surabaya Tahun 2008‐2019 ... 2‐90
Gambar 2.20. Rencana Detail Pengembangan Dan Penanganan Perumahan
Dan Permukiman Kota Surabaya Tahun 2008‐2019 ... 2‐91
Gambar 2.21. Rencana Detail Pengembangan Dan Penanganan Perumahan
Dan Permukiman Kota Surabaya Tahun 2008‐2019 ... 2‐92
Gambar 2.22. Rencana Detail Pengembangan Dan Penanganan Perumahan
Dan Permukiman Kota Surabaya Tahun 2008‐2019 ... 2‐93
Gambar 2.23. Rencana Detail Pengembangan Dan Penanganan Perumahan
Dan Permukiman Kota Surabaya Tahun 2008‐2019 ... 2‐94
Gambar 3.1. Sebaran Indikasi Kawasan Permukiman Prioritas –
Sumber : Analisis SPPIP tahun 2010 ... 3‐4
Gambar 3.2. Gambaran Umum Kawasan Permukiman Sukolilo ... 3‐7
Gambar 3.3. Gambaran Umum Kawasan Permukiman Kenjeran ... 3‐8
Gambar 4.1. Kawasan Krembangan sebagai wilayah perencanaan ... 4‐3
Gambar 4.2. Pembagian RW Wilayah Perencanaan ... 4‐6
Gambar 4.3. Peta Pembagian RW di wilayah perencanaan ... 4‐7
Gambar 4.4. Penggunaan lahan kawasan yang didominasi oleh badan air, lahan kosong yang ditemui pada RW 7 Kel. Morokrembangan . berupa lahan bekas rawa yang diurug ... 4‐10
Gambar 4.5. Struktur Penduduk Menurut Jenis Kelamin (kiri : Kelurahan
Morokrembangan, kanan : Kelurahan Dupak) ... 4‐17
Gambar 4.6. Timbunan Sampah di Boezem Moro Krembangan ... 4‐22
Gambar 4.7. Peta Permasalahan Kawasan Krembangan ... 4‐28
Gambar 4.8. Permasalahan Kawasan Krembangan ... 4‐29
Gambar 5.1. Pembagian Sub Kawasan ... 5‐4
Gambar 5.2. Pembagian Sub Kawasan dan Blok Perencanaan ... 5‐9
Gambar 5.3. Strategi Penanganan Kawasan ... 5‐11
Gambar 5.4. Konsep Imaginer Pengembangan Kawasan ... 5‐13
Gambar 5.5. Strategi Pentahapan ... 5‐14
Gambar 5.6. Sistem Pengelolaan Sampah Perkotaan
(Sumber : SNI Pengelolaan Sampah Perkotaan) ... 5‐15
Gambar 5.7. Algoritma pemilihan metode pengelolaan persampahan
(Sumber : SNI Pengelolaan Sampah Permukiman) ... 5‐16
Gambar 5.8. Skema Penanganan Sampah Skala Individu... 5‐19
Gambar 5.9. Skema Penanganan Sampah Skala Komunal ... 5‐21
Gambar 5.10. Penyaluran air Limbah Sistem Terpusat ... 5‐46
Gambar 5.11. Penyaluran air Limbah Sistem Setempat ... 5‐49
Gambar 5.12. Gambar Cubluk Kembar. ... 5‐50
Gambar 5.13. Septik Tank ... 5‐52
Gambar 5.14. Faktor yang dipertimbangkan dalam Pemilihan Teknologi ... 5‐61
Gambar 5.15. Koefisien limpasan untuk daerah perkotaan (Urban) ... 5‐70
x
Gambar 5.17. Konstruksi kolam resapan dipadukan dengan pertamanan ... 5‐79
Gambar 6.1. Peta Batas Administrasi Kawasan Kampung RW VIII ... 6‐3
Gambar 6.2. Peta Stadia Perkembangan ... 6‐4
Gambar 6.3. Peta Status Kepemilikan Lahan Kawasan Kampung RW VIII ... 6‐6
Gambar 6.4. Kondisi Luas Bangunan di RW VIII ... 6‐8
Gambar 6.5. Kondisi Luas Lahan di RW VIII ... 6‐8
Gambar 6.6. Peta Kondisi Bangunan ... 6‐10
Gambar 6.7. Peta Sebaran Sarana WC Umum di Kawasan Kampung RW VIII . 6‐12
Gambar 6.8. Peta Jaringan Jalan Kawasan Kampung RW VIII ... 6‐14
Gambar 6.9. Peta Kondisi Drainase ... 6‐15
Gambar 6.10. Peta Permasalahan Kawasan Pengembangan Tahap Pertama ... 6‐18
Gambar 6.11. Konsep penanganan kawasan pengembangan tahap I ... 6‐20
Gambar 6.12. Strategi Pentahapan Penanganan Kawasan Pengembangan
Tahap Pertama ... 6‐23
Gambar 7.1. Ilustrasi Penyediaan Fasum Fasos Pada Lahan Urugan ... 7‐3
Gambar 7.2. Blok Plan Kawasan Krembangan ... 7‐4
Gambar 7.3. Site Plan Kawasan Pengembangan Tahap Pertama... 7‐5
Gambar 7.4. Skematis Prioritas Penanganan Kawasan Krembangan ... 7‐7
Gambar 7.5. Program Penanganan Kawasan Krembangan ... 7‐8
Gambar 7.6. Skematis Prioritas Penanganan Kawasan Pengembangan
Tahap Pertama ... 7‐9
Gambar 7.7. Peta Program Penanganan Kawasan Pengembangan
Tahap Pertama ... 7‐11
Gambar 7.8. Blok Plan A1 ... 7‐21
Gambar 7.9. Peta Rencana Penanganan Blok A1 ... 7‐22
Gambar 7.10. Peta Blok Plan A2 ... 7‐30
Gambar 7.11. Peta Rencana Penanganan Blok A2 ... 7‐31
Gambar 7.12. Peta Blok Plan A3 ... 7‐36
Gambar 7.13. Peta Rencana Penanganan Blok A3 ... 7‐37
Gambar 7.14. Peta Blok Plan B1 ... 7‐44
Gambar 7.15. Peta Rencana Penanganan Blok B1 ... 7‐45
Gambar 7.16. Peta Blok Plan B2 ... 7‐56
Gambar 7.17. Peta Rencana Penanganan Blok B2 ... 7‐57
Gambar 7.18. Peta Blok Plan C1 ... 7‐64
Gambar 7.19. Peta Rencana Penanganan Blok C1 ... 7‐65
Gambar 7.20. Peta Blok Plan C2 ... 7‐72
Gambar 7.21. Peta Rencana Penanganan Blok C2 ... 7‐73
Gambar 7.22. Peta Blok Plan D1 ... 7‐79
Gambar 7.23. Peta Rencana Penanganan Blok D1 ... 7‐80
Gambar 7.24. Peta Blok Plan D2 ... 7‐85
Gambar 7.25. Peta Rencana Penanganan Blok D2 ... 7‐86
Gambar 7.26. Peta Blok Plan D3 ... 7‐91
Laporan Akhir 1-1
1.1
Latar Belakang
Dikeluarkannya UU No. 22 Tahun 1999 jo UU No. 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah telah membuka wacana baru dalam sistem perencanaan
pembangunan di Indonesia. Sistem perencanaan pembangunan yang semula
berorientasi pada pembangunan yang bersifat sentralisasi berubah menjadi
desentralisasi. Sejalan dengan desentralisasi ini maka sebagian besar kewenangan
dan tanggung jawab pembangunan dilimpahkan ke daerah, termasuk perencanaan
pembangunan dan perencanaan spasial yang merupakan acuan dalam proses
pelaksanaan pembangunan.
Agar suatu pembangunan dapat berjalan efektif, maka antara perencanaan
pembangunan yang tertuang dalam dokumen rencana pembangunan (Development Plan), seperti Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP), Rencana Pembangunan
Jangka Menengah (RPJM), dengan perencanaan spasial (Spatial Plan) yang tertuang
dalam dokumen rencana tata ruang seperti : Rencana Tata Ruang dan Rencana Detail
Tata Ruang, dibutuhkan suatu sinergitas dan keterpaduan. Namun dalam
implementasinya dalam suatu wilayah, sinergitas dan keterpaduan tersebut
1
B
ab
Laporan Akhir 1-2
seringkali tidak terjadi. Kondisi yang terjadi adalah kebijakan penataan ruang yang
tertuang dalam dokumen rencana tata ruang seringkali tidak sejalan dengan visi misi
pembangunan. Adapun ketidaksinergisan dan ketidakterpaduan tersebut tidak
hanya terjadi dalam lingkup substansi dalam suatu wilayah, namun juga antar hirarki
wilayah (pusat/nasional, provinsi, kota/ kabupaten) dan antar substansi antar hirarki
wilayah.
Adanya ketidaksinergisan ini menyebabkan perlunya suatu payung makro dan
rencana teknis untuk penerapannya yang diwadahi dalam suatu strategi
pengembangan dan suatu rencana operasional. Dalam konteks pengembangan
permukiman dan infrastruktur perkotaan sebagai aspek utama pembentuk ruang
dan keterkaitan ruang kota, payung dan rencana operasional tersebut terwadahi
dalam Rencana Pengembangan Kawasan Permukiman Prioritas (RPKPP).
RPKPP itu sendiri merupakan suatu hal yang baru bagi suatu kota, selama ini bentuk
penanganan kawasan permukiman yang ada seringkali belum didasarkan pada
prioritas maupun kebutuhan kota secara komprehensif dan belum sepenuhnya
berbasis pada penanganan kawasan. Selanjutnya, RPKPP merupakan rencana yang
memuat rencana aksi program strategis untuk penanganan persoalan permukiman
dan pembangunan infrastruktur keciptakaryaan. RPKPP disusun berdasarkan pada
prioritas strategis pengembangan kota dan perlu mengacu pada Strategi
Pembangunan Kota (SPK), Strategi Pengembangan Permukiman dan Infrastruktur
Perkotaan (SPPIP) dan Rencana Pembangunan dan Pengembangan Perumahan dan
Permukiman di Daerah (RP4D) yang ada. SPPIP dan RP4D ini menjadi acuan utama
bagi penetapan kawasan yang akan diprioritaskan dan dasar arahan bagaimana
persoalan pembangunan yang terdapat pada kawasan permukiman prioritas
tersebut harus diselesaikan.
Dalam konteks pembangunan Kota Surabaya, RPKPP dipandang penting mengingat
sebagai metropolitan, kompleksitas permasalahan permukiman di Kota Surabaya
Laporan Akhir 1-3
lokasi dan permasalahannya karena cakupan wilayah yang cukup luas; dan
diperlukannya penanganan berdasarkan skala prioritas kawasan.
1.2
Tujuan dan Sasaran
1.2.1 TujuanRencana Pembangunan Kawasan Permukiman Prioritas Kota Surabaya adalah
sebagai wujud bantuan pemerintah pusat melalui Direktorat Jenderal Cipta Karya
Kementerian Pekerjaan Umum, dalam menangani masalah permukiman di Kota
Surabaya. Adapun tujuan dari pekerjaan RPKPP Kota Surabaya ini yaitu untuk
menyiapkan rencana aksi program penanganan permasalahan permukiman berikut
infrastruktur keciptakaryaan yang ada di dalam kawasan prioritas sesuai dengan
arahan strategi penanganan kawasan.
1.2.2 Sasaran
Berdasarkan tujuan yang telah ditetapkan, sasaran pekerjaan dijabarkan menjadi
tiga hal penting yaitu :
• Tersedianya instrumen penanganan persoalan pembangunan pada kawasan
permukiman yang berbasis kawasan yang dapat diacu oleh seluruh pemangku
kepentingan di Kota Surabaya dan bersifat operasional;
• Tersedianya rencana aksi program penanganan yang bersifat strategis dan
berdampak pada penyelesaian persoalan pembangunan yang lebih luas; dan
• Tersedianya acuan bagi Direktorat Jenderal Cipta Karya dalam mengoptimalkan
investasi pembangunan permukiman dan infrastruktur keciptakaryaan yang
Laporan Akhir 1-4
1.3
Ruang Lingkup
1.3.1 Lingkup KegiatanLingkup kegiatan terdiri dari 16 kegiatan yang berurut dan terkait satu sama lainnya
serta dapat dikelompokkan dalam 3 kegiatan pokok, yaitu :
a. Kegiatan penyusunan Rencana Strategis Penanganan Kawasan Prioritas
b. Kegiatan penyusunan Rencana Aksi Kawasan Pengembangan Tahap I
c. Kegiatan koordinasi, pembahasan dan penyepakatan.
Keseluruhan rangkaian kegiatan erat kaitannya dengan pemangku kepentingan pada
wilayah perencanaan dari proses awal hingga proses akhir. Selanjutnya berdasarkan
tiga kelompok kegiatan besar tersebut, lingkup kegiatan dapat dipahami sebagai
berikut :
1.3.1.1 Kegiatan Penyusunan Rencana Strategis Penanganan Kawasan Prioritas 1. Melakukan kaji ulang/review dan evaluasi terhadap berbagai produk rencana
yang telah dimiliki Pemerintah Kota Surabaya diantaranya SPK, SPIPP, dan RP4D
untuk dioptimalkan dan disinergikan sesuai dengan karakteristik dan kekhasan
Kota Surabaya yang ingin dicapai dalam jangka waktu tertentu.
2. Melakukan kaji ulang, evaluasi dan analisa terhadap kontribusi dan kedudukan
kawasan‐kawasan permukiman di Kota Surabaya dan tingkat pelayanannya
dalam lingkup wilayah kota
3. Melakukan identifikasi dan penetapan kawasan‐kawasan permukiman prioritas
dalam skala kota berdasarkan arahan Strategi Pengembangan Permukiman
Laporan Akhir 1-5
permukiman Daerah (RP4D) atau dokumen sejenis lainnya yang telah digunakan
sebagai acuan pengembangan permukiman di daerah.
4. Melakukan survey primer dan sekunder untuk mendapatkan data dan informasi
terkait permasalahan, kebijakan, strategi dan program pengembangan kawasan
permukiman prioritas dalam konstelasi kota, serta data dan informasi pendukung
analisa dan penyusunan RPKPP.
5. Menyiapkan peta dasar dengan kedalaman informasi skala 1 : 5.000 yang akan
digunakan sebagai peta dasar untuk melakukan identifikasi kebijakan dan
strategi penanganan dan pengembangan kawasan sesuai arahan strategi
pengembangan kota maupun rencana pengembangan permukiman terkait
lainnya, melakukan analisa serta menuangkan konsep dan strategi
pengembangan kawasan permukiman prioritas dan infrastruktur
keciptakaryaannya ke dalam bentuk spasial.
6. Identifikasi potensi, permasalahan, hambatan, dan tantangan pembangunan
permukiman dan infrastruktur keciptakaryaan pada kawasan prioritas tersebut.
Proses identifikasi ini dilakukan di atas peta dasar yang bersumber dari citra
satelit dan atau foto udara.
7. Melakukan analisa kebutuhan penanganan dan pengembangan kawasan
permukiman prioritas beserta kebutuhan infrastruktur keciptakaryaannya dan
komponen pengembangan kawasan terkait lainnya.
8. Menetapkan kebutuhan dan skala prioritas penanganan dan pembangunan
permukiman dan infrastruktur keciptakaryaan pada kawasan prioritas.
Penetapan kebutuhan, bentuk dan skala prioritas penanganan ini dilakukan
dengan diskusi terfokus (FGD) yang melibatkan pemangku kepentingan di Kota
Laporan Akhir 1-6
9. Penyusunan konsepsi, rencana, strategi, dan program untuk penanganan dan
pembangunan permukiman dan infrastruktur keciptakaryaan pada kawasan
prioritas terpilih. Proses penyusunan konsepsi, rencana, strategi, dan program ini
dilakukan dengan diskusi terfokus (FGD) yang melibatkan pemangku kepentingan
di Kota Surabaya.
1.3.1.2 Kegiatan penyusunan Rencana Aksi Kawasan Pengembangan Tahap I 1. Berdasarkan proses identifikasi, penetapan kebutuhan dan penetapan skala
prioritas penanganan dan pengembangan pada kawasan prioritas, dilakukan
pemilihan 2 (dua) kawasan di dalam kawasan permukiman prioritas yang akan
dilakukan penanganan dan pembangunannya pada tahap pertama. Pada
kawasan pengembangan tahap I (pertama) ini dilakukan penyusunan rencana
penanganan secara lebih rinci dan operasional, dengan tingkat kedalaman skala
perencanaan 1 : 1.000.
2. Penyusunan rencana aksi program penanganan dan pembangunan permukiman
berbasis kawasan dan pendekatan perencanaan partisipatif dalam bentuk
Community Action Plan (CAP) pada kawasan prioritas. Rencana aksi program ini
meliputi infrastruktur keciptakaryaan maupun komponen sektor terkait lainnya,
dan disusun sampai dengan tingkat kedalaman yang bersifat operasional yang
siap diimplementasikan pada tahun berikutnya.
3. Penyusunan Rencana Teknis Rinci (Detailed Engineering Design/DED) untuk
komponen program penanganan prioritas di dalam kawasan yang meliputi
infrastruktur keciptakaryaan.
4. Penyusunan tahapan pelaksanaan dari rencana aksi program penanganan dan
pembangunan permukiman pada kawasan prioritas, yang meliputi infrastruktur
Laporan Akhir 1-7
1.3.1.3 Kegiatan koordinasi, pembahasan dan penyepakatan.
1. Melakukan sosialisasi hasil penyusunan RPKP melalui diseminasi kepada
dinas/instansi terkait di daerah.
2. Menyusun materi visualisasi hasil rencana (RPKP) yang akan digunakan untuk
kebutuhan sosialisasi dalam bentuk poster dan leaflet. Materi visualisasi ini
berisikan konsep, rencana, strategi dan rencana aksi program penanganan dan
pembangunan permukiman baik pada kawasan prioritas maupun kawasan
pengembangan tahap I (pertama).
3. Melakukan kegiatan diskusi dan pembahasan sebagai berikut:
• Focus Group Discusion (FGD), dilakukan untuk setiap kegiatan bersama
antara Tim Ahli Konsultan dengan pemangku kepentingan kawasan dan
kota, dan instansi/pihak terkait dalam menyusun dan merumuskan setiap
kegiatan yang membutuhkan penyepakatan bersama. FGD ini dilakukan
sebanyak 5 (lima) kali untuk kegiatan berikut:
- Identifikasi kawasan prioritas
- Penyusunan kebutuhan dan skala prioritas penanganan
- Penyusunan konsepsi dan rencana strategis penanganan kawasan
- Identifikasi kebutuhan kawasan prioritas pengembangan
- Rencana aksi dan RPJM Kawasan Prioritas
Setiap kegiatan FGD diikuti oleh 20 (dua puluh) orang peserta, dan
dilakukan di dalam kawasan prioritas.
• Kolokium, merupakan kegiatan yang dilakukan oleh Direktorat
Laporan Akhir 1-8
ditujukan untuk melakukan penyamaan pencapaian dari kegiatan
penyusunan RPKP yang dilakukan di Kota Surabaya. Pihak Konsultan akan
mengikuti kegiatan Kolokium dan melaporkan kemajuan pencapaian
kegiatan maupun hasil kesepakatan yang telah dicapai dalam penyusunan
RPKP. Kegiatan Kolokium ini dilakukan sebanyak 2 (dua) kali masing masing
selama 1 (satu) hari untuk kegiatan berikut:
o Dilakukan pada awal bulan ke‐3 (tiga) setelah SPMK, setelah dilakukan
kegiatan identifikasi dan penetapan kawasan‐kawasan permukiman
prioritas
o Dilakukan pada akhir bulan ke‐7 (tujuh) setelah SPMK, setelah dilakukan
kegiatan penyusunan konsep, rencana, strategi dan program
penanganan dan pengembangan permukiman dan infrastruktur
keciptakaryaan pada kawasan prioritas, dan pada saat penyusunan
Rencana Aksi Program.
• Diseminasi, dilakukan pada akhir kegiatan dan ditujukan untuk
mensosialisasikan seluruh hasil kegiatan dan produk RPKP , serta rencana
aksi program yang telah disepakati, kepada dinas/instansi terkait dan
pemangku kepentingan daerah lainnya. Diseminasi dilakukan di Kota
Surabaya.
Kegiatan Diseminasi diikuti oleh 50 (lima puluh) orang peserta yang
mewakili pemangku kepentingan kota Surabaya, baik lembaga eksekutif,
legislatif, akademisi maupun perwakilan masyarakat, dan pihak Pemerintah
Provinsi Jawa Timur.
Diskusi Pembahasan, dilakukan untuk setiap pembahasan laporan
pelaksanaan kegiatan pada setiap tahapnya. Diskusi Pembahasan dilakukan
Laporan Akhir 1-9
pembahasan dilakukan untuk pembahasan laporan pendahuluan, laporan
antara, laporan akhir sementara dan laporan akhir.
Tabel 1.1. Skematis Lingkup Kegiatan
1.3.2 Lingkup Wilayah
Lingkup wilayah Penyusunan Rencana Pembangunan Kawasan Permukiman Prioritas
(RPKPP) Kota Surabaya dilakukan untuk kawasan permukiman prioritas yang
terdapat di Kota Surabaya dan mengacu pada arahan yang terdapat dalam SPK,
SPPIP, RP4D, maupun dokumen strategi pembangunan kota atau permukiman
sejenis lainnya.
Laporan Akhir 1-10
1.4
Metoda Pelaksanaan Kegiatan
Metoda pelaksanaan kegiatan dipahami sebagai pendekatan yang dilakukan dalam
pelaksanaan pekerjaan, baik untuk kegiatan studio maupun kegiatan yang dilakukan
di lapangan. Terdapat tiga metoda pendekatan yang dilakukan dalam pekerjaan ini,
yaitu :
a) Pendekatan Normatif
Pelaksanaan penyusunan RPKP ini dilakukan dengan mengacu pada strategi dan
kebutuhan pengembangan permukiman pada skala kota secara komprehensif
dan mengacu pada dokumen perencanaan pembangunan (development plan)
dan dokumen perencanaan penataan ruang (spatial plan) yang terkait dengan
pengembangan kawasan permukiman prioritas, ataupun ketentuan peraturan
dan perundangan terkait dengan substansi penyusunan RPKP.
b) Pendekatan Partisipatif dan Fasilitatif
Proses penyusunan dilakukan dengan melibatkan seluruh pemangku kepentingan
yang terkait dengan pengembangan kota maupun pengembangan permukiman
dan infrastruktur perkotaan, baik di tingkat kawasan, kota, maupun propinsi. Hal
ini dimaksudkan agar hasil penyusunan dapat dirasakan dan dimiliki oleh seluruh
pemangku kepentingan terkait di Surabaya dan Provinsi Jawa Timur, khususnya
di dalam kawasan permukiman prioritas. Pendekatan Fasilitatif dilakukan dalam
bentuk memberikan pendampingan dalam proses penyusunan RPKPP kepada
pemangku kepentingan di Kota Surabaya khususnya di dalam kawasan
permukiman prioritas. Hal ini selain ditujukan untuk mendapatkan proses
pembelajaran bersama di tingkat pemangku kepentingan daerah, juga untuk
mendapatkan hasil dan keputusan yang disepakati bersama seluruh pemangku
kepentingan di Kota Surabaya maupun di dalam lingkup kawasan.
Laporan Akhir 1-11
Proses penyusunan ini dilakukan dengan menggunakan metodologi yang dapat
dipertanggungjawabkan secara akademis, baik untuk teknik identifikasi, analisa,
penyusunan rencana, perumusan strategi dan rencana aksi program maupun
proses pelaksanaan pengambilan kesepakatan.
1.5
Keluaran
Keluaran adalah materi teknis/substansi yang dihasilkan hingga berakhirnya kegiatan
ini, yang terdiri dari 3 hal sebagai berikut :
a. Rencana Pembangunan Kawasan Permukiman Prioritas (RPKPP) yang
menekankan kepada rencana aksi program strategis penanganan persoalan permukiman dan infrastruktur keciptakaryaan pada kawasan prioritas sebagai
laporan utama, yang memuat mengenai:
- Hasil review dari dokumen dan kebijakan lainnya yang terkait, yang
didalamnya memuat kesimpulan rumusan strategi penanganan
pembangunan permukiman dan infrastruktur keciptakaryaan pada kawasan
prioritas yang di maksud.
- Peta potensi, persoalan, hambatan, dan tantangan pembangunan dan
pengembangan permukiman dan delapan infrastruktur keciptakaryaan di
kawasan prioritas yang dituangkan dalam peta spasial.
- Peta kebutuhan dan skala prioritas penanganan pembangunan permukiman
dan infrastruktur keciptakaryaan pada kawasan prioritas yang di maksud.
- Konsepsi, strategi, rencana dan indikasi program prioritas untuk penanganan
pembangunan permukiman dan infrastruktur keciptakaryaan pada kawasan
Laporan Akhir 1-12
- Rencana program aksi strategis pembangunan permukiman dan infrastruktur
keciptakaryaan pada kawasan prioritas.
- DED untuk komponen infrastruktur keciptakaryaan dan sektor terkait lainnya
pada kawasan permukiman prioritas
- Tahapan pelaksanaan pembangunan fisik dan kegiatan sektoral terkait lain.
b. Rencana Penanganan Kawasan Pengembangan Tahap I (pertama), yang
memuat tentang :
- Masterplan penanganan kawasan
- Konsepsi, rencana, strategi, dan indikasi program prioritas untuk penanganan
pembangunan permukiman dan infrastruktur keciptakaryaan pada kawasan
prioritas tersebut.
- Rencana program aksi pembangunan permukiman dan infrastruktur
keciptakaryaan pada kawasan pengembangan tahap I (pertama)
- Tahapan pelaksanaan penanganan dan pembangunan fisik komponen
permukiman dan infrastruktur keciptakaryaan serta kegiatan sektoral terkait
lain yang berbasis kawasan
- DED untuk komponen infrastruktur keciptakaryaan dan sektor terkait lainnya
pada kawasan pengembangan tahap I (pertama) yang siap diimplemetasikan
untuk tahun berikutnya.
c. Dokumen hasil rangkaian penyelenggaraan konsultasi pemangku kepentingan
(stakeholder) sebagai bahan untuk proses pemberian legitimasi terhadap
rencana aksi program strategis penanganan permukiman dan infrastruktur
keciptakaryaan pada kawasan prioritas. Adapun dokumen ini memuat mengenai:
- Laporan penyelenggaraan FGD dalam rangka penetapan kawasan
Laporan Akhir 1-13
- Laporan penyelenggaraan FGD dalam rangka perumusan kebutuhan dan
skala prioritas penanganan.
- Laporan penyelenggaraan FGD untuk penyepakatan konsepsi, rencana,
strategi, dan program penanganan.
- Laporan penyelenggaraan FGD untuk identifikasi kebutuhan kawasan
prioritas pengembangan Tahap I.
- Laporan penyelenggaraan FGD untuk penyusunan rencana aksi program
penanganan dan pembangunan permukiman berbasis kawasan dan
pendekatan perencanaan partisipatif dalam bentuk Community Action Plan
(CAP) pada kawasan prioritas
1.6
Jangka Waktu Pelaksanaan
Kegiatan Pendampingan Penyusunan Rencana Pembangunan Kawasan Permukiman
Prioritas (RPKPP) Kota Surabaya ini diselenggarakan dalam jangka waktu 7,5 (tujuh
setengah) bulan sejak SPMK diterbitkan.
1.7
Sistematika Laporan Akhir
Laporan Akhir ini terdiri dari beberapa bab, yang masing‐masing memuat hal yang
berbeda. Adapun penjelasan dari tiap bab tersebut adalah sebagai berikut : BAB I PENDAHULUAN
Bab ini merupakan bab yang menjelaskan mengenai latar belakang pekerjaan,
pemahaman tujuan dan sasaran, ruang lingkup kegiatan dan wilayah, metoda
pelaksanaan kegiatan, pemahaman terhadap keluaran, jangka waktu pelaksanaan
Laporan Akhir 1-14 BAB 2 POTENSI PERMASALAHAN KAWASAN PERMUKIMAN DI KOTA SURABAYA
Pada bab ini akan dipaparkan mengenai profil Kota Surabaya yang terdiri dari letak
geografis dan kedudukan Kota Surabaya dalam lingkup makro, stadia perkembangan
Kota Surabaya dari waktu ke waktu, dan karakteristik perkembangan Kota Surabaya.
Pada bab dua ini juga akan dijelaskan mengenai perkembangan dan permasalahan
kawasan permukiman, potensi dan permasalahan pengembangan kawasan
permukiman, dan gambaran awal kawasan permukiman prioritas Kota Surabaya,
yang menjadi dasar dalam pemilihan kawasan permukiman prioritas yang akan
dikembangkan.
BAB 3 KAWASAN PERMUKIMAN PRIORITAS DI KOTA SURABAYA
Pada bab ini akan dijelaskan mengenai criteria dan indicator yang akan digunakan
dalam penentuan kawasan permukiman prioritas. Dalam menentukan kriteria dan
indikator ini, dilakukan koordinasi dengan tim SPPIP Kota Surabaya. Setelah
ditentukan kriteria dan indikator dalam pemilihan kawasan prioritas, lalu dilakukan
inventarisasi dan penilaian kawasan permukiman prioritas. Berdasarkan penilaian
tersebut, maka akan ditentukan indikatif kawasan permukiman prioritas. BAB 4 PROFIL DAN ANALISIS KAWASAN PRIORITAS
Pada bab ini akan dibahas mengenai delineasi kawasan perencanaan, fungsi dan
kedudukan kawasan dalam lingkup makro, identifikasi isu permasalahan kawasan
perencanaan, kondisi fisik lingkungan, kondisi social demografi, kondisi penggunaan
lahan, kondisi infrastruktur lingkungan, kondisi bangunan, potensi dan permasalahan
kawasan, dan kebutuhan dan prioritas penanganan kawasan.
Laporan Akhir 1-15
BAB 5 KONSEPSI PENGEMBANGAN KAWASAN
Pada bab ini akan dijelaskan mengenai tujuan dan konsepsi pengembangan kawasan,
strategi dan tahapan pengembangan dan penanganan kawasan. Bagian akhir bab ini
akan menjelaskan proses pemilihan kawasan prioritas pengembangan tahap 1 yang
akan didetailkan perencanaannya.
BAB 6 IDENTIFIKASI DAN KONSEPSI KAWASAN PENGEMBANGAN TAHAP 1
Pada bab ini akan dijelaskan hasil‐hasil pemetaan swadaya pada kawasan
pengembangan tahap 1 yang meliputi identifikasi masalah dan konsepsi penanganan
kawasan pengembangan tahap 1.
BAB 7 RENCANA PENANGANAN KAWASAN
Pada bab ini akan menjelaskan hasil‐hasil akhir perencanaan kawasan, baik pada
Kawasan Krembangan secara keseluruhan maupun pada kawasan pengembangan
tahap 1 (RW VIII Kelurahan Morokrembangan). Bagian akhir dari bab ini akan
menjelaskan rencana aksi penanganan kawasan sebagai acuan bagi pelaksanaan
program dan kegiatan penanganan kawasan hingga tahun 2015.
Laporan Akhir 2-1
2.1
Profil Kota Surabaya
2.1.1 Letak Geografis dan Kedudukan Surabaya dalam Lingkup Makro
Dilihat dari letak wilayahnya, Kota Surabaya terletak di sebelah utara dari Propinsi
Jawa Timur. Pemanfaatan lahan di Propinsi Jawa Timur mengalami peningkatan
sebesar 1,59% untuk lahan sawah. Pertambahan terbesar ini terjadi di Kabupaten
Bojonegoro. Hal ini sangatlah berbeda dengan trend yang terjadi di Kota Surabaya
dan sekitarnya (GKS). Perkembangan luas lahan sawah di GKS mengalami
pertumbuhan sebesar –0.56%. pertambahan yang negatif ini disebabkan oleh
semakin berkembangnya aktivitas perkotaan yang membutuhkan lahan. Beberapa
aktivitas perkotaan tersebut seperti industri, perdagangan dan jasa. Selain itu pula,
pertumbuhan penduduk di GKS yang besar membutuhkan lahan untuk dijadikan
sebagai permukiman‐permukiman baru. Pertumbuhan penduduk di wilayah GKS saja
sudah menunjukkan angka yang paling besar dibandingkan wilayah lainnya di
Propinsi Jawa Timur. Nilai pertumbuhannya adalah sebesar 1,06%. Kepadatan
penduduk tertinggi di Provinsi Jawa Timur adalah Kota Surabaya dengan nilai 7.220
jiwa/Km2.
2
B
ab
POTENSI PERMASALAHAN
KAWASAN PERMUKIMAN
DI KOTA SURABAYA
Laporan Akhir 2-2
Perkembangan ekonomi di Propinsi Jawa Timur didominasi oleh perkembangan
sektor pertanian, sektor perdagangan, hotel dan restoran, dan sektor industri
pengolahan. Perkembangan ekonomi Provinsi Jawa Timur ini sangat dipengaruhi
oleh Kota Surabaya (lebih dari 20%). Dengan demikian, perkembangan ekonomi di
Propinsi Jawa Timur ini masih didominasi oleh Gerbangkertosusilo khususnya Kota
Surabaya.
Dalam lingkup Gerbangkertosusila, pengembangan Surabaya merupakan bagian dari
Surabaya Metropolitan Area, yang arahan pengembangannya adalah sebagai
berikut:
• Sebagai pusat kegiatan ekonomi untuk wilayah Jawa Timur, Bali, hingga
Kalimantan Timur, yang ditunjang dengan keberadaan Pelabuhan Tanjung Perak.
• Sebagai kota orde I yang secara sosio‐ekonomi mempengaruhi perkembangan
sistem perwilayahan Jawa Timur
• Sebagai pusat urban yang menunjang kegiatan sosio‐ekonomi wilayah
Gerbangkertosusila.
Kota Surabaya terletak pada garis Lintang Selatan antara 70 9’ – 70 21’, dan 1120 36’
– 1120 57’ Bujur Timur. Total Luas wilayah Kota Surabaya adalah 52. 087 Ha dengan
luas daratan 33.048 Ha dan luas laut sebesar 19.039 Ha, secara administrasi wilayah
Kota Surabaya dibatasi oleh :
Sebelah utara : Perairan Laut Kabupaten Bangkalan
Sebelah Timur : Perairan Laut Kab. Bangkalan dan Sidoarjo
Sebelah Selatan : Kabupaten Sidoarjo
Sebelah Barat : Kabupaten Gresik
Laporan Akhir 2-3
Jumlah Kecamatan yang ada di kota Surabaya sebanyak 31 Kecamatan dan jumlah
Kelurahan sebanyak 163 Kelurahan dan terbagi lagi menjadi 1.363 RW (Rukun
Warga) dan 8.909 RT (Rukun Tetangga).
Kota Surabaya merupakan salah satu pintu gerbang perdagangan utama di wilayah
Indonesia Timur. Dengan segala potensi, fasilitas, dan keunggulan geografisnya,
Surabaya memiliki potensi ekonomi yang sangat besar. Sektor primer, sekunder dan
tersier di kota ini sangat mendukung untuk semakin memperkokoh sebutan
Surabaya sebagai kota perdagangan dan ekonomi.
Bersama‐sama sektor swasta saat ini, Kota Surabaya telah mempersiapkan sebagai
kota dagang internasional. Pembangunan gedung dan fasilitas perekonomian
modern merupakan kesiapan Surabaya sebagai bagian dari kegiatan ekonomi dunia
secara transparan dan kompetitif.
Dalam struktur perwilayahan Propinsi Jawa Timur, Kota Surabaya ditetapkan sebagai
pusat utama Jawa Timur, merupakan kota orde I. Kecenderungan yang terjadi adalah
perkembangan Surabaya sebagai kota utama jauh melebihi kota‐kota lain yang
berada dalam sub ordinasinya. Bahkan Kota Malang, yang direncanakan sebagai
salah satu kota orde II dalam struktur ruang Jawa Timur, saat ini berada pada urutan
ketiga (dan hanya satu‐satunya kota orde III) dalam struktur kota‐kota di Jawa Timur.
Hal ini merupakan salah satu indikator tingkat primasi Kota Surabaya terhadap kota‐
kota lain di Jawa Timur.
Laporan Akhir 2-4
Gambar 2.1. Peta Wilayah Kota Surabaya
Laporan Akhir 2-5
2.1.2 Stadia Perkembangan Kota Surabaya
Sejarah panjang perkembangan Kota Surabaya sebagai kota terbesar kedua di
indonesia telah berlangsung sejak abad 11, mulai dari era Kerajaan Majapahit,
Kerajaan Mataram, masa pendudukan VOC, Hindia Belanda, Inggris, Jepang, masa
kemerdekaan hingga kini. Karakter geografis Kota Surabaya yang terletak di wilayah
pesisir dengan kondisi fisiografis yang memungkinkan berkembangnya pelabuhan,
menjadikan Kota Surabaya sebagai pintu masuk Pulau Jawa dari bagian timur. Dalam
catatan sejarah, Von Faber menyebutkan bahwa Surabaya didirikan tahun 1275 oleh
Raja Kertanegara sebagai tempat pemukiman baru bagi prajuritnya yang berhasil
menumpas pemberontakan Kemuruhan pada tahun 1270 M. Hipotesis yang lain
mengatakan bahwa Surabaya berdiri pada tanggal 31 Mei 1293, yaitu pada saat
Raden Wijaya (Pendiri Kerajaan Majapahit) berhasil menghancurkan dan mengusir
Tentara Tar‐Tar pasukan bangsa Mongolia yang mencoba menginvasi bumi
Majapahit. Tentara Tar Tar meninggalkan Majapahit melalui Ujung Galuh, sebuah
desa yang terletak di ujung Utara Kota Surabaya, di muara Kali Mas. Perlawanan
heroik Raden Wijaya terhadap Tentara Tar‐Tar tersebut kemudian diperingati
sebagai hari ulang tahun Kota Surabaya, yaitu setiap tanggal 31 Mei.
Pola bermukim masyarakat Surabaya sebagai suatu kota mulai terbentuk pada abad
16 yaitu pada masa kekuasaan kerajaan islam Mataram dibawah pimpinan Sultan
Agung sebagai rajanya. Pada saat itu, seiring dengan runtuhnya Kerajaan Majapahit
dan berkuasanya Kerajaan Mataram, dibangunlah keraton (istana) yang terletak di
Keramat Gantung dan Jalan Pahlawan, mesjid dan permukiman muslim yang terletak
di Kelurahan Ampel. Seiring dengan masuknya kerajaan Islam ke Kota Surabaya ini,
maka struktur bangunan yang dulunya berbentuk benteng diganti dengan bangunan‐
bangunan yang bercirikan islam. Pada masa yang sama, di abad 16 VOC mulai masuk
yang ditandai dengan kedatangan pertama kali bangsa Belanda di bawah pimpinan
Cornelis Houtman di Tahun 1596. Setelah VOC memasuki Surabaya, daerah
Laporan Akhir 2-6
Surabaya. Mereka adalah etnis Arab ditempatkan di sisi utara, lalu etnis Melayu di
selatan, dan setelah Jalan Kembang Jepun adalah lokasi untuk etnis Cina, sementara
permukiman Belanda tinggal di barat sungai Kali Mas.
Berkembangnya kota Surabaya sebagai kota pelabuhan tidak dapat dilepaskan dari
peran Trunojoyo di abad 17. Tronojoyo adalah seorang pangeran dari Mataram yang
menjadikan Surabaya sebagai pelabuhan transit dan tempat penimbunan barang‐
barang dari daerah subur, yaitu delta Brantas. Kalimas menjadi "sungai emas" yang
membawa barang‐barang berharga dari pedalaman.
Dan pada masa pendudukan Hindia Belanda, Gubernur Jenderal Herman Willem
Daendels yang berkuasa pada tahun 1808‐1811 menjadikan Surabaya sebagai kota
Eropa kecil. Surabaya dibangun menjadi kota dagang sekaligus kota benteng.
Perkembangan signifikan yang menjadikan Kota Surabaya menjadi kota modern
terjadi pada tahun 1870, yang ditandai dengan berkembangnya kegiatan industri
manufaktur serta dibangunnya jalur kereta api, menjadikan Surabaya sejajar dengan
kota‐kota pelabuhan dunia seperti Shanghai, Calcuta, Singapura dan Hong Kong.
Dengan keberadaannya sebagai kota modern pada masa Hindia Belanda, Surabaya
ditetapkan sebagai ibu kota Karesidenan Surabaya dan pada tahun 1905 mendapat
status kotamadya (Gemeente), dan di Tahun 1926, ditetapkan sebagai ibukota
Provinsi Jawa Timur. Sejak itu Surabaya berkembang menjadi kota modern terbesar
kedua di Hindia‐Belanda setelah Batavia. Sebelum tahun 1900, pusat kota Surabaya
hanya berkisar di sekitar Jembatan Merah saja. Sampai tahun 1920‐an, tumbuh
pemukiman baru seperti daerah Darmo, Gubeng, Sawahan, dan Ketabang. Pada
tahun 1917 dibangun fasilitas pelabuhan modern di Surabaya.
Pada era pasca kemerdekaan, perkembangan permukiman di Kota Surabaya
mengalami transformasi dari tahun‐tahun ke tahun. Secara garis besar, transformasi
tersebut dapat digolongkan ke dalam tiga kelompok periode berikut (Dikaji dari
Laporan Akhir 2-7
• Pada periode tahun 1980 – 1990
Keadaan permukiman di Kota Surabaya di dominasi oleh perumahan di bagian
tengah kota, yang pada umumnya di dominasi oleh perkampungan kota.
Penduduk di perkampungan kota ini mencapai sekitar 55% dari total penduduk
kota.
• Pada periode tahun 1990 ‐ 2000
Keadaan permukiman di Kota Surabaya pada periode ini mengalami
perkembangan yang pesat. Di pusat kota, kawasan permukiman perkampungan
mulai di invasi oleh kegiatan bisinis terutama di lokasi‐lokasi strategis, seperti Jl
Darmo, Jl Urip Sumoharjo, Jl Embong Malang, dan Jl Mayjen Sungkono.
Sementara itu, pada periode ini juga ditandai dengan pertumbuhan permukiman
di pinggiran kota Surabaya, seperti di bagian Barat, Selatan, dan Timur.
Pertumbuhan di pinggiran kota ini didominasi oleh permukiman formal oleh para
pengembang. Tipe permukiman ini meliputi permukiman bagi menengah ke
bawah yang dikembangkan oleh Perumnas dan permukiman real estate oleh
developer swasta.
Pesatnya pertumbuhan permukiman ini menyebabkan semakin meningkatnya
harga lahan di Kota Surabaya. Sebagai konsekuensinya, muncul rumah susun
yang terutama diperuntukkan kepada masyarakat menengah ke bawah.
• Pada periode di atas tahun 2000
Pada periode ini perkembangan permukiman di pinggiran kota masih terus
berkembang. Namun demikian, pada periode ini juga ditandai dengan semakin
pesatnya pertumbuhan permukiman vertikal, tidak hanya rumah susun bagi
masyarakat menengah ke bawah, tetapi juga apartemen bagi kalangan
menengah ke atas. Perkembangan rumah susun (Rusun) dan apartemen
Laporan Akhir 2-8
diperuntukkan bagi kalangan menengah ke bawah. Jika dilihat dari
persebarannya, lokasi rumah susun cenderung lebih banyak berada di kawasan
Surabaya selatan (rusun Menanggal dan Warugunung), timur (rusun
Penjaringansari), dan di pusat kota (rusun Dupak, Sombo, dan Urip Sumoharjo).
Perkembangan tempat tinggal untuk kalangan menengah ke atas, dapat dilihat
pula pada penyediaan condominium atau apartemen. Apartemen ini lebih
banyak terletak di pusat kota, bagian timur dan barat kota.
2.1.3 Karakteristik Perkembangan Kota Surabaya
Kota Surabaya merupakan salah satu kota pesisir, karena letaknya yang berbatasan
dengan perairan laut Kabupaten Bangkalan. Kota Surabaya memiliki potensi sumber
kelautan dan juga aksesibilitas perdagangan laut yang tinggi. Hal ini menjadikan Kota
Surabaya sebagai salah satu kota perdagangan yang unggul di Indonesia.
Kawasan terbangun di wilayah Kota Surabaya, meliputi hampir 2/3 dari seluruh luas
wilayah. Secara relatif konsentrasi perkembangan fisik kota yang berada di kawasan
pusat kota dan membujur dari kawasan utara hingga selatan kota, pada saat ini
cenderung bergeser ke kawasan barat dan kawasan timur kota. Secara umum
perkembangan fisik kota tersebut didominasi oleh pembangunan kawasan
perumahan real estat dan fasilitas perniagaan.
Hingga saat ini proporsi penggunaan lahan di Kota Surabaya menunjukkan area
perumahan sebesar 42,00 %, area yang masih berupa sawah, tegalan sebesar 16,24%,
area tambak sebesar 15,20 %, area dengan penggunaan kegiatan jasa dan
perdagangan sebesar 10,76 %, area untuk kegiatan industri sebesar 07,30 % dan
lahan yang masih kosong sebesar 05,50 %. Untuk lebih jelasnya mengenai dominasi
Laporan Akhir 2-9
Kawasan perumahan yang berupa kampung terkonsentrasi di area pusat kota,
sedangkan perumahan real estat tersebar di kawasan barat, timur dan selatan kota.
Pada beberapa lokasi sudah dibangun perumahan vertikal baik berupa rumah susun
(sederhana) maupun apartemen atau kondominium (mewah). Areal sawah dan tegalan
terdapat di kawasan barat dan selatan kota. Areal tambak berada di kawasan pesisir
timur dan utara. Areal untuk kegiatan jasa dan perdagangan terkonsentrasi di kawasan
pusat kota dan sebagian berada di areal perumahan yang berkembang di kawasan barat
dan timur kota. Area untuk kegiatan industri dan pergudangan terkonsentrasi di
kawasan pesisir utara dan kawasan selatan kota yang berbatasan dengan
wilayah Kabupaten.
Seiring dengan berkembangnya perkotaan Surabaya, maka jumlah penduduk Kota
Surabaya juga mengalami dinamika dari tahun ke tahun. Dari tahun 1980 hingga
2000, pertumbuhan kepadatan penduduk Kota Surabaya dapat dilihat pada Tabel 2.1
berikut.
Tabel 2. 1 Luas Wilayah dan Kepadatan Penduduk Menurut Kecamatan Hasil Sensus Penduduk
No. Kecamatan Luas Wilayah
(km2) Penduduk 1980 (jiwa/km2) Penduduk 1990 (jiwa/km2) Penduduk 2000 (jiwa/km2) Surabaya Pusat 1 Tegalsari 4.29 30,203 27,467 21,787 2 Genteng 4.04 22,204 18,287 13,491 3 Bubutan 3.86 31,786 28,294 22,768 4 Simokerto 2.59 43,458 37,879 32,579 Surabaya Utara 5 Pabean Cantikan 6.8 14,941 20,937 10,698 6 Semampir 8.76 18,508 19,578 17,632 7 Krembangan 8.34 15,043 14,296 13,730 8 Kenjeran 14.42 2,893 5,850 9,144 9 Bulak ‐ ‐ ‐ ‐ Surabaya Timur 10 Tambaksari 8.99 18,192 20,937 21,011 11 Gubeng 7.99 20,157 19,578 16,644 12 Rungkut 21.08 1,310 4,010 5,279
Laporan Akhir 2-10
No. Kecamatan Luas Wilayah
(km2) Penduduk 1980 (jiwa/km2) Penduduk 1990 (jiwa/km2) Penduduk 2000 (jiwa/km2) 13 Tenggilis Mejoyo 5.52 ‐ ‐ 13,796 14 Gunung Anyar 9.71 ‐ ‐ 5,258 15 Sukolilo 23.69 1,552 3,908 4,227 16 Mulyorejo 14.21 ‐ ‐ 6,002 Surabaya Selatan 17 Sawahan 6.93 29,686 30,116 27,239 18 Wonokromo 8.47 20,910 20,843 17,341 19 Karangpilang 9.23 2,709 4,647 7,744 20 Dukuh Pakis 9.94 ‐ ‐ 5,759 21 Wiyung 12.46 ‐ ‐ 4,156 22 Wonocolo 6.78 4,809 7,840 12,044 23 Gayungan 6.07 ‐ ‐ 6,563 24 Jambangan 4.19 ‐ ‐ 9,364 Surabaya Barat 25 Tandes 11.07 2,448 5,230 8,443 26 Sukomanunggal 9.23 ‐ ‐ 11,648 27 Asemrowo 15.44 ‐ ‐ 2,392 28 Benowo 45.79 503 786 1,465 29 Pakal ‐ ‐ ‐ ‐ 30 Lakarsantri 36.48 771 1,565 2,147 31 Sambikerep ‐ ‐ ‐ Jumlah Surabaya 326.37 10,047 10,126 7,966
Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Surabaya, 2010
Dari Tabel 2.1 dapat dilihat bahwa pertumbuhan kepadatan penduduk Kota
Surabaya secara keseluruhan tidak terlalu signifikan. Namun terdapat kecamatan
yang kepadatan penduduknya mengalami pertambahan jumlah yang nyata dari
tahun 1980 hingga tahun 2000. Adapun kecamatan tersebut adalah Kecamatan
Tambaksari di Surabaya Timur. Secara umum juga dapat dilihat bahwa kepadatan
penduduk di wilayah Surabaya Timur memang lebih padat dibanding daerah lainnya.
Hal ini disebabkan arah perkembangan Kota Surabaya yang selama cenderung kea
rah timur. Oleh karena itu untuk kedepannya terdapat arahan dalam RTRW Kota
Surabaya untuk membatasi pengembangan Kota Surabaya kea rah timur, dan
Laporan Akhir 2-11
Adapun pertambahan jumlah penduduk dari tahun 2000 hingga tahun 2010 dapat
dilihat pada Tabel 2.2 berikut.
Tabel 2. 2 Luas Wilayah, Jumlah Penduduk, Kepadatan, dan Jumlah Penduduk Miskin
Kota Surabaya Tahun 2008
No Kecamatan Luas Wil. (Ha) Jml Pddk (Jiwa) Kepadatan (Jiwa/Ha) Jml Pddk Miskin (jiwa) % Pnddk Miskin 1 Bubutan 372.53 115427 310 17501 15.2 2 Genteng 401.08 69289 173 7745 11.2 3 Simokerto 278.81 105881 380 29637 28 4 Tegalsari 446.17 122904 275 14286 11.6 5 Krembangan 856.44 124490 145 19059 15.3 6 Pabean Cantikan 631.21 93292 148 15124 16.2 7 Semampir 879.96 192220 218 45115 23.5 8 Kenjeran 862.03 126452 147 33062 26.1 9 Bulak 642.33 36569 57 8080 22.1 10 Gubeng 783.07 156595 200 16489 10.5 11 Gunung Anyar 1005.76 50511 50 4617 9.1 12 Mulyorejo 1506.6 78794 52 9632 12.2 13 Rungkut 2286.19 94709 41 13752 14.5 14 Sukolilo 2941.4 98665 34 12177 12.3 15 Tambaksari 1542.37 244473 159 30331 12.4 16 Tenggilis Mejoyo 573.88 57846 101 4358 7.5 17 Dukuh Pakis 936.29 59429 63 4244 7.1 18 Gayungan 580.93 44735 77 2509 5.6 19 Jambangan 445.83 47127 106 4888 10.4 20 Karang Pilang 658.97 69780 106 6082 8.7 21 Sawahan 722.23 222399 308 32186 14.5 22 Wiyung 1189.24 59338 50 9700 16.3 23 Wonocolo 628.56 80227 128 9797 12.2 24 Wonokromo 829.4 186232 225 22087 11.9 25 Asemrowo 1592.38 40177 25 8317 20.7 26 Benowo 2498.97 45826 18 6933 15.1 27 Pakal 1902.57 45874 24 5545 12.1 28 Lakarsantri 2088.99 36277 17 6399 17.6 29 Sambikerep 1406.97 51012 36 6544 12.8 30 Sukomanunggal 1107.68 96762 87 11718 12.1 31 Tandes 1132.83 93691 83 13089 14 Total Surabaya 33.731.69 2.947.003 124 431.003
Laporan Akhir 2-12
Untuk menilai perkembangan perekonomian makro Kota Surabaya, dapat dilihat dari
pertumbuhan PDRB per sektor. Dari PDRB juga dapat dilihat dominasi sektor basis.
Berdasar data tahun 2008, Tiga sumbangan terbesar untuk pertumbuhan PDRB
adalah berasal dari sektor perdagangan, hotel, dan restoran (9, 30 %), kedua berasal
dari jasa‐jasa (6,97% persen), dan ketiga berasal dari keuangan, persewaan, dan jasa
perusahaan (6,52%). Sementara, sumbangan terkecil dari sektor pertanian (‐11,97%).
Lebih jauh, perkembangan besaran nilai PDRB merupakan salah satu indikator yang
dapat dijadikan ukuran untuk menilai keberhasilan pembangunan suatu daerah, atau
dengan kata lain pertumbuhan ekonomi suatu daerah dapat tercermin melalui
pertumbuhan nilai PDRB.Dari data PDRB tersebut dapat disimpulkan bahwa Kota
Surabaya memiliki sektor basis pada sektor perdagangan, hotel dan restoran.
Dengan kondisi kependudukan dan ekonomi Kota Surabaya yang seperti sekarang
ini, mengakibatkan permukiman berkembang dengan cepat, baik permukiman sektor
formal maupun nonformal.
2.2
Perkembangan dan Permasalahan Kawasan Permukiman di
Kota Surabaya
2.2.1 Tipologi Kawasan Permukiman di Kota Surabaya
2.2.1.1 Kondisi Perumahan
Jenis‐jenis permukiman yang ada di Surabaya sangat variatif dari jenis permukiman
formal dalam bentuk rumah susun, Perumnas, Real Estate, Apartemen, dan Ruko,
hingga jenis perumahan informal dalam bentuk perumahan perkampungan, hunian
illegal dan rumah‐rumah kumuh. Permukiman formal memiliki karakteristik
bangunan rumah‐rumah yang lebih tertata/teratur. Sedangkan permukiman informal
ada yang teratur dan tidak sedikit pula yang tidak teratur. Sebagian besar
pembangunan permukiman formal seperti Real Estate dibangun oleh developer dan