• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pernyataan Informan tentang Kekosongan Obat

Tabel 4.17 Matriks pernyataan informan tentang kekosongan obat

Informan Pernyataan

Informan 2 Ya sering la dek. Biasanya karena obatnya lama nyampe, kadang lama di pemesanan. Kadang berapa yang diusulkan, gak semuanya ini kan tercapai. Gak sesuai inilah, yang kita harapkan.

Kalo ada kekosongan biasanya kami beritahu stok obat yang kosong ke dokter. Solusinya, biasanya kami kan yang pelayanan ini melapor lagi, konsultasi lagi sama dokternya, apakah bisa di gantikan dengan alternatif yang lain yang sama gitu kan indikasinya. Atau misalnya gak perlu kali yauda gak usah diresepkan gitu aja. Ya ini juga ada keluhan pasien karena obatnya nggak ada, cuma di resepkan juga gitu keluar kalau perlu kali. Mau gak mau pasienlah yang beli keluar.

Informan 3 Iya ada terjadi, ya mungkin karna keterlambatan obat yang masuklah. Keterlambatan biasanya bisa sekitar sebulan, dua bulan terlambat obat masuknya. Kadang ada obat yang kita minta bisa dipenuhi, ada juga yang tidak. Kalau pas diresepkan obatnya gak ada, caranya menjelaskan pada pasien itu, biasanya kalau pasien umum, pasien sendiri yang membeli ke apotik luar. Tetapi kalau pasien BPJS, obatnya tidak ada, kita paling konfirmasi ke dokter dulu, kalau memang memungkinkan obat itu diganti dengan obat yang lain, dengan jenis sama dan fungsinya juga sama, kita usahakan itu dahulu. tapi kalau memang tidak bisa, paling pihak farmasi akan mengajukan ke pihak manajemen, gimana, apakah obat itu akan diusahakan atau tidak.

Informan 4 Iya ada kekosongan obat. Itu bisa karena pasien kan banyak. Bisa juga kadang-kadang stok habis, jadi artinya kita setting perencanaan untuk tiga bulan stok bertahan. Inikan tergantung penggunaan. Makin banyak pasien, makin banyak penggunaan obat itu. Jadi yang harusnya stoknya tiga bulan, jadi dua bulan. Kita usul lagi ini untuk pemesanan berikutnya.

Informan 5 Kalau di rumah sakit, kalau kekosongan ini tidak terjadi. Kita pesan, di distributor itu tidak ada bahannya, makanya tidak dikirim. Dan kalo anggaran rumah sakit cukup, gak ada masalah, kita bisa pesen langsung. Kalau dana kita tidak ada, gimana kita mau mengadakannya, kan. Saat ini kalau obat yang dibutuhkan tidak ada di rumah sakit, biasanya kita pesan langsung beli ke apotek, hanya saja dibatasi, berapa butuhnya, tidak boleh lebih, tidak menumpuk.

Informan 6 Kalau itu mungkin dari penyedia ya, kalau yang kita pesan gak bisa disediakan mereka. Kalo ada obat-obat yang diluar e-katalog. Kan utamanya itu e-e-katalog. Nanti kalo stok obatnya gak ada di rumah sakit kita akan usahakan dibeli diluar. Hanya dibatasi jumlahnya, tidak berlebihan.

Berdasarkan pernyataan informan tersebut, diperoleh informasi bahwa kekosongan stok obat di rumah sakit terjadi antara lain karena keterlambatan obat yang dipesan untuk sampai ke rumah sakit, jika obat yang diajukan permintaan

kebutuhannya tidak dapat diadakan, jika jumlah obat yang diadakan tidak sesuai dengan jumlah obat yang diajukan permintaannya, jika anggaran rumah sakit yang tersedia tidak mencukupi untuk pembelian obat, dan juga jika ada obat yang tidak masuk dalam e-katalog. sehingga mengakibatkan terjadinya kekosongan stok obat di rumah sakit. Untuk mengatasi kekosongan obat di rumah sakit tersebut, maka dokter akan segera diberitahu oleh pihak farmasi agar tidak meresepkan obat yang tidak ada stoknya di gudang farmasi rumah sakit. Akan tetapi jika obat tersebut sudah diresepkan oleh dokter, solusi yang dilakukan adalah untuk pasien umum, maka pasien sendiri yang akan membeli obat yang diresepkan tersebut ke apotik luar. Tetapi jika pasien BPJS, maka pihak farmasi akan melakukan koordinasi kembali ke dokter yang meresepkan obat tersebut, agar jika memungkinkan untuk mengganti obat tersebut dengan alternatif obat lain yang jenis dan fungsinya sama. Akan tetapi jika tidak bisa diganti, dan obat itu sangat dibutuhkan oleh pasien, maka pihak farmasi akan mengajukan surat permintaan obat kepada direktur rumah sakit melalui pihak seksi penyusunan program, bahwa obat tersebut benar-benar dibutuhkan pada hari itu juga. Dan pihak seksi penyusunan program yang akan memutuskan apakah obat tersebut akan diadakan atau tidak, dan jika diadakan maka dilakukan pembelian secara langsung tetapi sesuai dengan jumlah yang dibutuhkan dan tidak berlebihan, agar tidak terjadi penumpukan. 4.4.9 Pernyataan Informan tentang Obat yang kadaluarsa

Tabel 4.18 Matriks pernyataan informan tentang obat yang kadaluarsa

Informan Pernyataan

Informan 2 Obat yang kadaluarsa itu bisa ada yang karna itu jenis obat slow moving, pola penyakit berubah jadinya obatnya numpuk, gak dipake. Untuk itu dipisahkan sudah pasti, ada tempat khususnya,

dibuat sesuai dengan setiap tahunya. Mulai dari awal rumah sakit dibuka, sampai dengan saat ini, belum ada pemusnahannya. Seharusnya itu sudah bisa dimusnahkan, cuman memusnahkan itu tidak hanya segampang itu, ada prosesnya lagi.

Informan 3 Obat yang kadaluarsa ya bisa karena expired date nya kurang dari dua tahun, sudah gitu jenisnya slow moving. Obat kadaluarsa itu kita pisahkan kita buat laporannya tersendiri ya itu setiap tahun kita laporkan, tapi sampai saat ini obat kadaluarsa itu belum dimusnahkan, karna untuk pemusnahan obat kadaluarsa itu harus ada perda. Dan peraturan daerah yang mengatur tentang obat kadaluarsa itu belum ada sampai ke kita. Jadi obat yang kadaluarsa masih ada kita simpan.

Berdasarkan pernyataan informan tersebut, dapat diketahui bahwa obat yang kadaluarsa di rumah sakit terjadi antara lain karena obat tersebut merupakan jenis obat slow moving, pola penyakit berubah sehingga obat tersebut menumpuk dan expired date obat tersebut kurang dari dua tahun. Untuk obat yang mengalami kadaluarsa di rumah sakit, belum ada dilakukan pemusnahan, karena RSUD Sultan Sulaiman merupakan rumah sakit daerah dan untuk pemusnahannya harus ada peraturan daerah mengenai pemusnahan obat yang kadaluarsa. Tetapi mengenai peraturan tersebut belum ada sampai ke RSUD Sultan Sulaiman. Jadi obat yang kadaluarsa tersebut hanya dipisahkan tempatnya dan dikelompokkan sesuai dengan tahun kadaluarsanya.

BAB V PEMBAHASAN

5.1 Masukan (Input)

Menurut Azwar (1996), masukan (input) adalah kumpulan bagian atau elemen yang terdapat dalam sistem dan diperlukan untuk dapat berfungsinya sistem tersebut. Dalam mencapai suatu tujuan, input memegang peranan penting. Apabila input tidak berjalan dengan baik, maka dapat dipastikan proses juga tidak berjalan lancar. Dalam perencanaan kebutuhan obat, yang dikategorikan sebagai input yaitu sumber daya manusia, prosedur, metode dan data.

Dokumen terkait