• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III METODE PENELITIAN. RSUD Sultan Sulaiman Kabupaten Serdang Bedagai.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB III METODE PENELITIAN. RSUD Sultan Sulaiman Kabupaten Serdang Bedagai."

Copied!
56
0
0

Teks penuh

(1)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian yang menggunakan metode pendekatan kualitatif yang bersifat deskriptif. Tujuannya adalah untuk mengetahui secara jelas dan lebih mendalam tentang perencanaan obat di instalasi farmasi RSUD Sultan Sulaiman Kabupaten Serdang Bedagai.

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2.1 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di instalasi farmasi RSUD Sultan Sulaiman yang berlokasi di Jalan Negara Km. 58 No. 315 Serdang Bedagai, Sumatera Utara, dengan pertimbangan : kurang optimalnya perencanaan obat di instalasi farmasi RSUD Sultan Sulaiman.

3.2.2 Waktu Penelitian

Penelitian ini dimulai dengan survei pendahuluan sampai dengan penelitian yaitu dimulai pada bulan Agustus 2016 s/d Mei 2017.

3.3 Informan Penelitian

Informan dalam penelitian ini diambil dengan menggunakan teknik purposive sampling, yaitu teknik yang dilakukan untuk memilih informan yang mampu memberi informasi yang berkaitan dengan topik penelitian, yaitu pelaksanaan perencanaan obat di instalasi farmasi RSUD Sultan Sulaiman. Jadi yang menjadi informan dalam penelitian ini berjumlah 6 informan yang terdiri dari direktur rumah sakit, kepala instalasi farmasi, kepala gudang farmasi, kepala

(2)

bidang pelayanan medik dan keperawatan, kepala seksi penyusunan program, dan staf perencanaan bagian obat di RSUD Sultan Sulaiman.

3.4 Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data dalam penelitian ini meliputi : 1. Wawancara mendalam (indepth interview)

Wawancara mendalam merupakan salah satu teknik pengumpulan data untuk mendapatkan informasi yang lebih mendalam dengan cara melakukan tanya jawab secara langsung kepada informan.

2. Observasi

Observasi merupakan salah satu teknik pengumpulan data dengan melakukan pengamatan secara langsung terhadap kelengkapan data-data yang berhubungan dengan penelitian.

3.5 Sumber Data

Dalam penelitian ini digunakan dua sumber data, yaitu : 1. Data primer

Data primer yang digunakan dalam penelitian ini adalah data-data yang dikumpulkan melalui hasil wawancara mendalam (Indepth Interview) dengan menggunakan pedoman wawancara dan observasi/pengamatan.

2. Data sekunder

Data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini adalah data-data yang diperoleh dari dokumen-dokumen rumah sakit seperti profil rumah sakit, laporan penggunaan obat, dan referensi dari buku-buku serta hasil penelitian yang berhubungan dengan perencanaan obat di rumah sakit.

(3)

3.6 Instrumen Penelitian

Sesuai dengan karakteristik penelitian kualitatif yaitu instrumen penelitian adalah peneliti sendiri. Dalam melakukan wawancara mendalam (indepth interview), instrumen yang digunakan berupa pedoman wawancara yang berisi daftar pertanyaan yang disusun sesuai dengan topik yang akan dibicarakan, dan dalam melakukan observasi, instrumen yang digunakan berupa lembar check list observasi. Untuk memperjelas informasi yang akan diperoleh, digunakan alat bantu berupa alat perekam suara dan alat tulis.

3.7 Triangulasi

Triangulasi dalam pengujian kredibilitas diartikan sebagai pengecekan data dari berbagai sumber dengan berbagai cara dan berbagai waktu. Adapun triangulasi yang dilakukan dalam penelitian ini adalah triangulasi sumber dan triangulasi teknik.

Menurut Sugiyono (2012), triangulasi sumber berarti mendapatkan data dari sumber yang berbeda-beda dengan teknik yang sama. Triangulasi sumber dilakukan peneliti dengan cara membandingkan hasil wawancara dengan menanyakan pertanyaan yang sama kepada beberapa informan yang berbeda. Triangulasi sumber didapat dari informan yang berbeda jabatannya namun masih dalam serangkaian tugas pokok dan fungsi dalam perencanaan obat di instalasi farmasi rumah sakit.

Triangulasi teknik berarti peneliti menggunakan teknik pengumpulan data yang berbeda-beda untuk mendapatkan data dari sumber yang sama. Triangulasi

(4)

teknik dilakukan peneliti dengan cara membandingkan hasil wawancara dengan observasi (Sugiyono, 2012).

3.8 Metode Analisis Data

Menurut Miles dan Huberman (dalam Sugiyono, 2012) analisis data kualitatif terdiri dari tiga alur kegiatan yaitu :

1. Reduksi data

Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya. Dengan demikian data yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas, dan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya, dan mencarinya bila diperlukan.

2. Penyajian data

Setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya adalah menyajikan data. Dalam penelitian kualitatif, penyajian data bisa dilakukan dalam bentuk uraian singkat, tabel, bagan, hubungan antar kategori, flowchart dan sejenisnya. Yang paling sering digunakan untuk menyajikan data dalam penelitian kualitatif adalah dengan teks yang bersifat naratif. Dengan menyajikan data, maka akan memudahkan untuk memahami apa yang terjadi, merencanakan kerja selanjutnya berdasarkan apa yang telah dipahami tersebut.

3. Penarikan kesimpulan dan verifikasi

Langkah ketiga dalam analisis data kualitatif adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi. Kesimpulan dalam penelitian kualitatif adalah merupakan temuan baru yang sebelumnya belum pernah ada. Temuan dapat berupa deskripsi atau

(5)

gambaran suatu obyek yang sebelumnya masih remang-remang atau gelap sehingga setelah diteliti menjadi jelas, dapat berupa hubungan kausal atau interaktif, hipotesis atau teori.

(6)

BAB IV HASIL

4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian 4.1.1 Sejarah Singkat RSUD Sultan Sulaiman

RSUD Sultan Sulaiman Kabupaten Serdang Bedagai didirikan pada tahun 2006 yang merupakan peningkatan dari puskesmas rawat inap Sei Rampah, dan resmi berfungsi sejak diresmikan oleh Menteri Kesehatan RI pada tanggal 06 Januari 2007. RSUD Sultan Sulaiman ditetapkan sebagai rumah sakit umum

kelas C berdasarkan Kepmenkes RI No. 001/Menkes/SK/I/2008 tanggal 02 Januari 2008 dan sudah beroperasional dalam hal memberikan pelayanan

kesehatan kepada masyarakat sejak tahun 2008 berdasarkan Kepmenkes RI No.HK.07.06/III/01/2008 tanggal 02 Januari 2008.

RSUD Sultan Sulaiman merupakan rumah sakit milik pemerintah Kabupaten Serdang Bedagai yang mempunyai wilayah kerja 17 kecamatan dan 243 desa, dengan jumlah penduduk sebesar 599.151 jiwa dengan luas wilayah 1.900,22 km2. Rumah sakit ini terletak di ibukota kabupaten, dalam wilayah kerja Kecamatan Sei Rampah, tepatnya di jalan Negara Km 58 No. 315, Kecamatan Sei Rampah Kabupaten Serdang Bedagai. Jarak RSUD Sultan Sulaiman ke ibukota Propinsi Sumatera Utara (Medan) berkisar ±62 km. Rumah sakit ini terletak di areal tanah seluas 20.200 m2 dengan luas bangunan 6.386 m2, yang terdiri dari 23 sarana gedung.

Secara geografis, Kabupaten Serdang Bedagai terletak di jalur lintas Sumatera, sehingga daerah Serdang Bedagai termasuk daerah rawan kecelakaan,

(7)

dan hal ini menjadi peluang untuk perawatan dan tindakan medis bagi korban kecelakaan lalu lintas. Selain itu, Kabupaten Serdang Bedagai juga termasuk daerah rawan bencana, dan hal ini memerlukan eksistensi RSUD Sultan Sulaiman sebagai sarana penyedia pelayanan kesehatan bagi korban bencana alam.

4.1.2 Visi, Misi dan Motto RSUD Sultan Sulaiman

RSUD Sultan Sulaiman mempunyai visi dan misi yang berorientasi pada rencana pembangunan nasional, pembangunan kesehatan Indonesia, dan rencana pembangunan serta kebijakan daerah Kabupaten Serdang Bedagai. Adapun visi, misi dan motto pelayanan RSUD Sultan Sulaiman adalah:

1. Visi

Visi RSUD Sultan Sulaiman adalah “Menjadi Rumah Sakit Umum Daerah Terbaik”.

2. Misi

Misi RSUD Sultan Sulaiman, yaitu : a. Pelayanan Prima

b. SDM Berkompeten dan Profesional

c. Peralatan Medis Sesuai IPTEK Kedokteran d. Sistem Pelayanan Terstandar dan Terjangkau 3. Motto

RSUD Sultan Sulaiman memiliki motto : “SERASI”, yaitu : S : Senyum

E : Empati R : Ramah

(8)

A : Amanah S : Sigap I : Ikhlas

4.1.3 Struktur Organisasi RSUD Sultan Sulaiman

Penyelenggaraan RSUD Sultan Sulaiman tentunya membutuhkan tim penyelenggaraan yang tersusun dalam suatu struktur organisasi rumah sakit. Tim penyelenggaraan ini diharapkan mampu mengoperasionalkan rumah sakit sesuai dengan program kerja dan kegiatan yang sudah disusun di RSUD Sultan Sulaiman. Susunan organisasi RSUD Sultan Sulaiman terdiri dari :

1. Direktur

2. Bidang pelayanan medis dan keperawatan a. Seksi pelayanan medis

b. Seksi keperawatan

c. Seksi bina asuhan, mutu dan ketenagaan 3. Bidang perencanaan dan pengembangan

a. Seksi penyusunan program b. Seksi pendidikan dan pelatihan c. Seksi monitoring dan evaluasi 4. Bagian tata usaha

a. Sub bagian umum b. Sub bagian kepegawaian c. Sub bagian keuangan

(9)

5. Unit-unit non struktural a. Satuan pengawas intern b. Komite

4.1.4 Sumber Daya Manusia RSUD Sultan Sulaiman

Sumber Daya Manusia (SDM) yang ada di rumah sakit terdiri dari :

a. Tenaga kesehatan yang meliputi dokter spesialis, dokter umum, perawat, apoteker, bidan, analis kesehatan, asisten apoteker, ahli gizi, fisiotherapi, radiographer dan perekam medis.

b. Tenaga non kesehatan yaitu bagian keuangan, administrasi, personalia, dan lain-lain.

Berikut kondisi SDM di RSUD Sultan Sulaiman tahun 2016 dengan jumlah 406 orang:

Tabel 4.1 Kondisi SDM di RSUD Sultan Sulaiman No. Klasifikasi Pendidikan PNS T. Kontrak

1. Dokter Spesialis

Dokter Spesialis Penyakit Dalam 3 1

Dokter Spesialis Anak 7 0

Dokter Spesialis Obgyn 1 1

Dokter Spesialis THT 4 0

Dokter Spesialis Anasthesi 3 0

Dokter Spesialis Mata 1 0

Dokter Spesialis Kulit Kelamin 1 1

Dokter Spesialis Paru 1 0

Dokter Spesialis Jiwa 0 0

Dokter Spesialis Bedah 1 2 Dokter Spesialis Patologi Klinik 1 0

Dokter Spesialis Saraf 1 0

Dokter Spesialis Jantung 0 1 Dokter Spesialis Orthopedi 0 1

2. Master Kesehatan 3 0

Master Sains 2 0

3. Master Pendidikan 1 0

4. Dokter Umum 24 2

(10)

Tabel 4.1 (Lanjutan)

No. Klasifikasi Pendidikan PNS T. Kontrak

6. D-III Bidan 12 37 D-I Bidan 4 0 7. D-III Perawat 6 84 8. SPK 0 1 9. S-I Keperawatan 30 10 10. Perawat Gigi 2 0 16. Analis Kesehatan 2 1 SMAK 1 1 17. Ahli Gizi 5 0 18. Apoteker 7 0 19. Radiologi 2 0 20. Psikologi 2 0 21. Anasthesi 1 0 22. Rekam Medik 4 1 23. Fisiotherapy 1 3 24. SKM 12 1

25. Analis Kesehatan Lingkungan 0 0

26. Elektro Medik 2 0

27. Komputer 1 3

28. Sarjana Ekonomi 3 10

29. Sarjana Hukum 1 1

30. Sarjana Teknik 1 1

31. Sarjana Agama Islam 0 1

32. Sarjana Sastra Inggris 0 3

33. D-III Keuangan 0 1

34. D-III Perpajakan 0 1

35. D-III Kimia Industri 0 1

36. SMU/SLTA 1 64

37. SMP/SLTP 0 2

38. SD 0 2

Jumlah Keseluruhan 164 242

4.1.5 Pelayanan Kesehatan di RSUD Sultan Sulaiman

Pelayanan kesehatan di RSUD Sultan Sulaiman mengarah pada pelayanan rujukan secara paripurna seperti halnya pelayanan kesehatan rujukan rumah sakit kelas C. Jenis pelayanan yang diberikan di RSUD Sultan Sulaiman adalah sebagai berikut :

(11)

1. Pelayanan rawat jalan (poliklinik terpadu)

RSUD Sultan Sulaiman memberikan pelayanan kesehatan rawat jalan yang berguna dalam pemeliharaan dan peningkatan kesehatan perorangan melalui pelayanan kesehatan yang paripurna sesuai dengan kondisi kesehatan pasien. Pelayanan yang diberikan terdiri dari beberapa spesialisasi pelayanan yang dapat dikategorikan sebagai berikut :

a. Klinik spesialis penyakit dalam b. Klinik spesialis penyakit anak c. Klinik spesialis penyakit bedah

d. Klinik spesialis penyakit obstetri dan kandungan e. Klinik spesialis penyakit kulit dan kelamin f. Klinik spesialis penyakit mata

g. Klinik spesialis penyakit paru

h. Klinik spesialis Telinga Hidung Tenggorokan (THT) i. Klinik spesialis jiwa

j. Klinik spesialis anasthesi k. Klinik spesialis umum

l. Klinik spesialis gigi dan mulut m. Klinik spesialis forensik n. Klinik spesialis kardiologi o. Klinik spesialis syaraf p. Klinik spesialis orthoped

(12)

2. Pelayanan rawat inap

Selain pelayanan kesehatan rawat jalan, RSUD Sultan Sulaiman juga memberikan pelayanan kesehatan rawat inap dalam hal penyelenggaraan pelayanan opname dan pemulihan kesehatan yang diberikan kepada pasien. RSUD Sultan Sulaiman mempunyai beberapa kelas perawatan opname yang dikategorikan sebagai berikut :

a. Ruang perawatan VIP (terdiri dari 8 tempat tidur) b. Ruang perawatan kelas I (terdiri dari 16 tempat tidur) c. Ruang perawatan kelas II (terdiri dari 24 tempat tidur) d. Ruang perawatan kelas III (terdiri dari 88 tempat tidur) 3. Pelayanan gawat darurat (24 jam)

Dalam hal pelayanan kesehatan emergency RSUD Sultan Sulaiman juga menyediakan pelayanan gawat darurat yang beroperasi 24 jam. Hal ini sangat membantu dalam pemberian pelayanan kesehatan pasien terutama dalam penanganan kasus-kasus emergency, sehingga angka kematian pasien dapat diturunkan. Dalam pelayanan kesehatan di ruang gawat darurat, pihak RSUD Sultan Sulaiman sudah menyediakan tenaga kesehatan yang dibutuhkan seperti halnya dokter umum, perawat, bidan, dan tenaga kesehatan penunjang lainnya yang siap melayani pasien 24 jam.

4. Pelayanan bedah sentral (ruang operasi)

RSUD Sultan Sulaiman sudah mampu melakukan tindakan operasi/pembedahan yang didukung dengan adanya tenaga dokter spesialis seperti dokter spesialis bedah, dokter spesialis obstetri dan ginekologi, dan dokter

(13)

anasthesi yang mampu untuk melakukan tindakan operasi. Jenis pelayanan operasi yang sudah pernah dilakukan adalah tindakan bedah umum dan tindakan bedah gynekologi.

5. Pelayanan khusus

RSUD Sultan Sulaiman sudah menyediakan layanan khusus untuk melayani pasien yang dikategorikan sebagai berikut :

a. Pelayanan rawat inap intensif (Intensive Care Unit, ICU) b. Pelayanan rawat inap bayi baru lahir (neonatologi)

c. Klinik VCT (Voluntary Counseling and Testing) untuk HIV

d. Unit CST (Care Support and Treatment) bagi penderita HIV/AIDS e. Unit DOTS untuk penanganan pasien TBC

6. Pelayanan penunjang medis

RSUD Sultan Sulaiman sudah memiliki sarana penunjang medis yang dijabarkan sebagai berikut :

a. Instalasi farmasi

b. Instalasi patologi klinis (laboratorium) c. Instalasi gizi

d. Instalasi radiologi

e. Instalasi rehabilitasi medis f. Unit Transfusi Darah (UTD)

g. Instalasi pemeliharaan rumah sakit (IPRS) h. Instalasi kamar jenazah

(14)

j. Unit rekam medis

k. Instalasi pengolahan air limbah 7. Pelayanan umum

Sebagai fasilitas pelayanan masyarakat, RSUD Sultan Sulaiman juga menyediakan fasilitas layanan umum yang dapat dinikmati masyarakat baik pasien yang datang berobat maupun keluarga pasien yang datang berkunjung. Bentuk pelayanan umum yang ada di RSUD Sultan Sulaiman dirincikan sebagai berikut :

a. Sarana parkir b. Musholla

c. Transportasi ambulans d. Kantin

4.1.6 Kunjungan Pasien ke RSUD Sultan Sulaiman

RSUD Sultan Sulaiman sudah memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat sejak tahun 2008. Masyarakat sudah banyak menggunakan fasilitas kesehatan yang ada d irumah sakit tersebut. Hal ini tampak dari jumlah kunjungan pasien yang datang berobat semakin bertambah selama kurun waktu 4 tahun terakhir. Demikian pula dari jenis penyakit yang ditangani di rumah sakit yang cenderung semakin beraneka ragam. Berikut gambaran kunjungan pasien periode tahun 2015-2016 adalah sebagai berikut.

(15)

Tabel 4.2 Gambaran kunjungan pasien tahun 2015-2016 di RSUD Sultan Sulaiman

Jenis Kunjungan Kategori Pasien

Tahun

2015 2016

Jumlah Jumlah

Rawat Jalan Umum 3237 4417

BPJS 9033 14817

Total 12270 19234

Rawat Inap Umum 375 449

BPJS 1382 1563

Total 1757 2012

4.2 Instalasi Farmasi RSUD Sultan Sulaiman

Instalasi farmasi RSUD Sultan Sulaiman sebagai salah satu pelayanan penunjang medis di rumah sakit. Instalasi farmasi dipimpin oleh seorang apoteker. Jumlah SDM di instalasi farmasi RSUD Sultan Sulaiman sebanyak 16 orang, yang terdiri dari kepala instalasi farmasi, kepala gudang farmasi dengan 2 orang staf gudang, kepala apotek instalasi farmasi dengan 8 orang staf, kepala farmasi Instalasi Gawat Darurat (IGD), operator dan administrasi. Berdasarkan tingkat pendidikan, SDM di instalasi farmasi terdiri dari 5 orang apoteker, 5 orang asisten apoteker, 2 orang magister farmasi, 3 orang sarjana dan 1 orang lulusan SMU.

Struktur organisasi instalasi farmasi RSUD Sultan Sulaiman seperti pada bagan berikut ini :

(16)

Gambar 4.1 Bagan struktur organisasi Instalasi Farmasi RSUD Sultan Sulaiman

4.3 Karakteristik Informan

Jumlah informan dalam penelitian ini berjumlah 6 orang, yang terdiri dari direktur rumah sakit, kepala instalasi farmasi, kepala gudang farmasi, kepala bidang pelayanan medik dan keperawatan, kepala seksi penyusunan program serta staf perencanaan bagian obat di RSUD Sultan Sulaiman. Karakteristik masing-masing informan disajikan pada tabel berikut.

Tabel 4.3 Karakteristik informan No. Kode

Informan

Jenis Kelamin

Umur

(tahun) Pendidikan Keterangan 1. Informan 1 Laki-laki 41 Dokter Direktur rumah sakit 2. Informan 2 Perempuan 33 Apoteker Kepala instalasi

farmasi 3. Informan 3 Laki-laki 31 Master

farmasi

Kepala gudang instalasi farmasi 4. Informan 4 Laki-laki 44 Dokter Kepala bidang

pelayanan medik dan keperawatan

5. Informan 5 Laki-laki 35 D3 Kepala Seksi Penyusunan Program 6. Informan 6 Perempuan 36 Apoteker Staf Perencanaan

(17)

4.4 Wawancara Pelaksanaan Perencanaan Obat di Instalasi Farmasi RSUD Sultan Sulaiman

RSUD Sultan Sulaiman memiliki instalasi farmasi dengan salah satu kegiatannya adalah melakukan perencanaan obat. Berdasarkan hasil penelitian di RSUD Sultan Sulaiman dengan melakukan wawancara mendalam terhadap direktur rumah sakit, kepala instalasi farmasi, kepala gudang farmasi, kepala bidang pelayanan medik dan keperawatan, kepala seksi penyusunan program serta staf perencanaan program bagian obat, diperoleh hasil sebagai berikut.

4.4.1 Pernyataan Informan tentang Sumber Daya Manusia

Berdasarkan hasil wawancara mengenai Sumber Daya Manusia (SDM) perencana obat, diperoleh informasi meliputi orang-orang yang terlibat dalam perencana obat, tugas dan tanggung jawab masing-masing SDM dalam perencanaan obat dan pelatihan yang diberikan kepada SDM perencana obat, dengan hasil sebagai berikut.

4.4.1.1 Pernyataan Informan tentang SDM Perencana Obat

Tabel 4.4 Matriks pernyataan informan tentang SDM perencana obat

Informan Pernyataan

Informan 1 Saya berikan wewenang ke bagian farmasi untuk membuatnya, tapi koordinasi sama kepala bagian medik. Lalu diserahkan dan koordinasi ke perencanaan. Jadi yang buat kesimpulan, bagian perencanaan rumah sakit yaitu seksi penyusunan program kami. Nanti mereka menghadap sama direktur.

Informan 2 Tidak ada tim. Yang buat kepala farmasi sama kepala gudang. SK juga tidak ada. Kita yang buat karena wewenangnya ada di berikan ke bagian instalasi farmasi. Kami juga ada menerima usulan obat dari bagian yanmed.

Informan 3 Kita tidak ada pakai tim. Saya dengan kepala farmasi, sifatnya mengusulkan ke bagian perencanaan rumah sakit untuk diadakan. SK penunjukan ke kami itu tidak ada.

(18)

mengajukan usulan yang diminta dokter itu ke farmasi.

Informan 5 Tim perencanaan rumah sakit secara global yang ada, dan khusus untuk obat saya serahkan ke staf perencanaan obat langsung. Nanti yang buat jumlah kebutuhannya dari farmasi, lalu diajukan ke kami, nanti pemesanan kan melalui kami.

Informan 6 Ada tim perencanaan rumah sakit, saya adalah stafnya bagian perencanaan rumah sakit yang khusus bidang obat saat ini. Tapi yang buat jumlah kebutuhannya dari farmasi.

Berdasarkan pernyataan informan tersebut, diperoleh informasi bahwa perencanaan obat tidak dilakukan oleh suatu tim, karena tidak adanya tim perencanaan obat yang secara resmi dibentuk oleh direktur di rumah sakit. Tidak ada juga Surat Keputusan (SK) penunjukkan secara tertulis kepada instalasi farmasi untuk menjadi perencana obat. Jadi perencanaan obat di rumah sakit dilakukan oleh kepala instalasi farmasi dan kepala gudang farmasi dengan wewenang yang diberikan oleh direktur secara lisan. Dalam melakukan perencanaan obat, kepala instalasi farmasi akan melakukan koordinasi dengan bagian pelayanan medik, jika ada permintaan obat dari dokter yang diajukan kepada bagian pelayanan medik. Lalu usulan rencana kebutuhan obat akan diajukan kepada kepala seksi penyusunan program dan staf perencanaan bagian obat untuk dilakukan pengadaan obat dengan melakukan koordinasi terlebih dahulu dengan direktur.

4.4.1.2 Pernyataan Informan tentang Tugas dan Tanggung Jawab dalam Perencanaan Obat

Tabel 4.5 Matriks pernyataan informan tentang tugas dan tanggung jawab dalam perencanaan obat

Informan Pernyataan

Informan 1 Ya yang bertanggung jawab semua ini. Termasuk masalah pengeluaran dana itu, itu semua tanggungjawab direktur.

(19)

pelayanan, itulah ibu rekap-rekap, di farmasi ini cuma menentukan jumlah kebutuhan aja. Kami yaudah nanti mengusulkan, tergantung orang atas juga menyetujuinya berapa. Orang itu yang mesan kan, kami tinggal menunggu, menerima barang, mendistribusikan itu aja.

Informan 3 Kalau saya merekapkan, sifatnya mengusulkan. Kami menerima usulan dari yanmed juga. Kalau secara mendasar, dari farmasi diusulkan ke bagian perencanaan, finalnya disana. berapa jumlah yang bisa dipesan oleh perencanaan dikoordinasikan ke kami lagi. Ya dikasitau misalnya dana kita kurang nih, atau ada berbagai macam lah alasannya, nanti diberitahukan lagi, kira-kira yang bisa masih dipotong jumlahnya, nah mereka koordinasikan. Informan 4 Kalo saya perannya mengajukan usulan yang diminta dokter itu,

karna dokter-dokter kan ada juga yang ke kami komunikasi. Informan 5 Untuk obat, saya tugasnya untuk pemesanan. Jadi jumlah

pemesanan tergantung kami. Dari jumlah kebutuhan yang diajukan farmasi, selama anggaran kita cukup, kita pesan semuanya. Kalau tidak cukup, kita sesuaikan dengan kebutuhan skala prioritas, kita koordinasikan dengan farmasinya lagi. Informan 6 Saya membantu untuk melakukan pemesanan.

Berdasarkan pernyataan informan tersebut, diperoleh informasi bahwa tugas dan tanggung jawab masing-masing sumber daya manusia yang berperan dalam perencanaan obat adalah kepala instalasi farmasi dengan tugas dan tanggung jawabnya yaitu memantau obat-obat yang keluar dari apotik farmasi, melakukan rekap data pemakaian obat, dan membuat usulan rencana kebutuhan obat yang akan datang bersama dengan kepala gudang farmasi. Bagian farmasi juga berkoordinasi dengan bagian pelayanan medik, karena para dokter sebagai user ada juga yang mengajukan permintaan obat kepada bagian pelayanan medik. Tugas dan tanggung jawab bagian penyusunan program dan staf perencanaan bagian obat adalah menerima usulan kebutuhan obat yang diajukan farmasi lalu akan memutuskan mengenai berapa jumlah obat yang akan diadakan karena tergantung dari dana rumah sakit yang tersedia. Jika dana tidak mencukupi, maka dilakukan pengurangan jumlah obat yang akan diadakan dengan melakukan

(20)

koordinasi kembali dengan bagian farmasi. Sebelum melakukan pengadaan obat, bagian seksi penyusunan program akan melaporkan kepada direktur rumah sakit dan meminta persetujuannya, sesuai dengan tugas direktur rumah sakit yaitu sebagai penanggungjawab dalam pengeluaran dana di rumah sakit.

4.4.1.3 Pernyataan Informan tentang Pelatihan mengenai Perencanaan Obat Tabel 4.6 Matriks pernyataan informan tentang pelatihan mengenai

perencanaan obat

Informan Pernyataan

Informan 1 Kalau pelatihan untuk farmasi ada, sudah pernah diberikan. Informan 2 Kalau pelatihan ada, tapi ibu memang belum pernah ikut, karena

ibu kan baru ini. Pelatihannya setau ibu ada mengenai evaluasi penggunaan obat, kepala farmasi sebelumnyalah yang pernah ikut.

Informan 3 Kalau pelatihan, sama kepala farmasi sebelumnya ada lah, karena dia kepalanya. Kalau dalam setahun kita gak bisa tentukan berapa kali, tergantung dana dari diklat ada apa nggak untuk itu, kadang bisa setahun itu nggak ada pelatihan untuk farmasi.

Berdasarkan pernyataan informan tersebut, diperoleh informasi bahwa sudah ada dilakukan pelatihan untuk farmasi yang biasanya diikuti oleh kepala instalasi farmasi yang sebelumnya, dan pelatihan yang diberikan mengenai evaluasi penggunaan obat. Akan tetapi, belum ada dilakukan pelatihan bagi staf farmasi yang lainnya, karena masih tergantung dari dana yang tersedia.

4.4.2 Pernyataan Informan tentang Prosedur

Berdasarkan hasil wawancara mengenai prosedur perencanaan obat, diperoleh informasi meliputi prosedur tertulis untuk melakukan perencanaan obat, alur perencanaan obat dan waktu perencanaan obat dilakukan, dengan hasil sebagai berikut.

(21)

4.4.2.1 Pernyataan Informan tentang Prosedur Tertulis dalam Perencanaan Obat

Tabel 4.7 Matriks pernyataan informan tentang prosedur tertulis dalam perencanaan obat

Informan Pernyataan

Informan 1 Kalau tertulis nggak ada.

Informan 2 Prosedur perencanaan yaa, kalo secara tertulis gak ada. Prosesnya kami lakukan sesuai sama yang dari dulu udah ada. Informan 3 Gak ada prosedur untuk melakukan perencanaan secara tertulis.

Kalau sebelum saya juga udah seperti itu gitu, jadi kami meneruskan.

Informan 5 Kalau tertulisnya sih tidak ada.

Informan 6 Untuk secara tertulisnya nggak ada, memang udah dari dulu begitu.

Berdasarkan pernyataan informan tersebut, dapat diperoleh informasi bahwa tidak ada prosedur tertulis mengenai tahapan perencanaan kebutuhan obat di rumah sakit. Perencanaan obat dilakukan oleh bagian farmasi dengan melanjutkan alur tahapan perencanaan obat yang telah ada sebelumnya.

4.4.2.2 Pernyataan Informan tentang Alur dalam Perencanaan Obat

Tabel 4.8 Matriks pernyataan informan tentang alur dalam perencanaan obat

Informan Pernyataan

Informan 1 Jadi direncanakan obat itu kan berdasarkan permintaan obat dari user, kunjungan pasien, maka keluarlah perkiraan angka yang dibuat bagian farmasi. Diajukanlah ke bagian perencanaan untuk dilakukan pemesanan. Tapi nanti sebelum itu mereka menghadap ke direktur dulu.

Informan 2 Dari form permintaan tiap user, trus kami rekap. Baru sesuaikan sama konsumsi yang lalu, penyakit terbanyak juga. Habis itu kami usulkan ke bagian perencanaan untuk diadakan.

Informan 3 Kita setiap awal atau akhir tahun, kita membagikan form permintaan obat kepada seluruh user pengguna yang nanti diisi dari setiap ruangan, apasih kebutuhan mereka. Baru itu akan dikumpulkan di gudang farmasi, dan kita rekap. Setelah itu kepala farmasi mengajukan ke bagian perencanaan rumah sakit untuk diadakan. Jadi, farmasi hanya mengumpulkan, merekap

(22)

permintaan obat, mengusulkan, menerima, menyimpan dan mendistribusikan.

Informan 4 Awalnya dari permintaan dokter, user. nanti farmasi merekap, lalu kasih ke bagian perencanaan untuk pemesanan obatnya. Informan 5 Tahapan obat disini alur pertamanya dari adanya beberapa

permintaan dari user. Setelah itu direkap pihak farmasi, baru dipesan. Cuman apa yang diminta user tetep di filter di perencanaan. Dan nanti kita kaitkan dengan anggaran rumah sakit.

Informan 6 Awalnya dari permintaan user tadi, tapi tidak semua apa yang dokter minta, rumah sakit sediakan, itu semua tergantung dengan budget dan dana. Obat-obat yang diluar e-katalog, itu tergantung rumah sakit, kalau rumah sakitnya sanggup untuk mengadakannya, kita pesen juga. Kan utamanya itu e-katalog. Berdasarkan pernyataan informan tersebut, dapat diperoleh informasi bahwa alur perencanaan obat di rumah sakit dimulai dari bagian farmasi membagikan form permintaan obat kepada seluruh user yaitu melalui kepala ruangan di RSUD Sultan Sulaiman, pada setiap awal tahun atau akhir tahun untuk mengetahui obat apa yang mereka butuhkan. Lalu form permintaan tersebut akan dikumpulkan di gudang farmasi, dan akan dibuat rekapannya. Lalu setelah usulan rencana kebutuhan obat itu selesai dibuat, maka bagian farmasi akan mengajukannya kepada bagian perencanaan rumah sakit yaitu bagian seksi penyusunan program. Lalu pihak penyusunan program akan melakukan pengecekan apakah obat tersebut termasuk obat yang ada di katalog atau non e-katalog. Dalam pengadaan obat akan diutamakan obat yang terdapat di e-katalog, dan untuk obat non e-katalog juga akan tetap dilakukan pemesanan tetapi disesuaikan dengan anggaran yang tersedia. Setelah dilakukan pemesanan, pihak farmasi akan menunggu obat tersebut sampai di rumah sakit. Setelah obat sampai di rumah sakit, akan diterima dan disimpan di gudang farmasi, lalu didistribusikan sesuai kebutuhan.

(23)

4.4.2.3 Pernyataan Informan tentang Waktu Melakukan Perencanaan Obat Tabel 4.9 Matriks pernyataan informan tentang waktu melakukan

perencanaan obat

Informan Pernyataan

Informan 2 Itu rencana kebutuhan obat pertahun. Itu biasanya dibuat waktu ada pemberitahuan orang Kemenkes, itu kan mintanya biasanya bulan-bulan enam. Ehmm untuk yang tahun 2017 sudah dikirim, berarti ini kami mau buat yang untuk tahun 2018 lah. Tapi biasanya setiap bulan pun ibu rasa ini juga orang itu ehm setiap bulannya ada pertemuan dibahas lagi nanti dirombak lagi. Ini kan bisa juga kadang sekali sebulan gak pertahun lagi.

Informan 3 Dari farmasi sendiri ada di minta RKO kementrian kesehatan setiap tahunnya, itu juga sebagai dasarlah, kebutuhan obat kita. Untuk di rumah sakit ini, per triwulan kita buat, ya seperti itu sih. Dan itu kan setiap bulan kita lihat juga ada obat yang kosong, ya kalau memang obat itu memang obat itu fast moving ya terus kita minta lagi.

Informan 5 Kita buat sih triwulan. Cuma kalau apabila ada yang mendesak, urgent, langsung kita pesan.

Berdasarkan pernyataan informan tersebut, dapat diketahui bahwa instalasi farmasi melakukan perencanaan obat di rumah sakit setiap tahun yang disebut rencana kebutuhan obat per tahun, yang biasanya dibuat pada pertengahan tahun atau pada saat ada permintaan dari Kementerian Kesehatan. Rencana kebutuhan obat per tahun itu, akan dilakukan pengadaan setiap tiga bulan, dengan melihat sisa stok obat, kecepatan penggunaan obat dan juga kebutuhan obat di rumah sakit. Akan tetapi jika ada ada stok obat yang kosong dan kebutuhan obat yang mendesak, maka akan langsung diajukan permintaan kebutuhan obat untuk diadakan.

4.4.3 Pernyataan Informan tentang Metode Perencanaan Obat

Tabel 4.10 Matriks pernyataan informan tentang metode perencanaan obat

Informan Pernyataan

Informan 2 Kita pakai konsumsi, melihat dari konsumsi obat yang terbanyak itu. Tapi ada juga pake epidemiologi, dilihat dari sepuluh

(24)

penyakit terbsesar.

Informan 3 Kalau metodenya itu, metode konsumsi terbanyak. Habis itu epidemiologinya sepuluh penyakit apa namanya itu kan, disini kan kita sudah bisa taulah itu bahwa obat-obat yang fast moving yang memang setiap hari atau setiap bulannya itu pasti keluar kencang ya itu kita banyakkan permintaannya.

Berdasarkan pernyataan informan tersebut, diperoleh informasi bahwa metode yang digunakan dalam melakukan perencanaan obat di rumah sakit adalah metode konsumsi yaitu dengan melihat konsumsi obat terbanyak dan juga metode epidemiologi dengan melihat sepuluh penyakit terbesar di rumah sakit.

4.4.4 Pernyataan Informan tentang Data

Berdasarkan hasil wawancara mengenai data perencanaan obat, diperoleh informasi meliputi data apa saja yang digunakan untuk melakukan perencanan obat dan sumber data tersebut diperoleh, dengan hasil sebagai berikut.

4.4.4.1 Pernyataan Informan tentang Data dalam Perencanaan Obat

Tabel 4.11 Matriks pernyataan informan tentang data perencanaan obat

Informan Pernyataan

Informan 2 Kalau data-data yang dibutuhkan itu ada daftar obat-obatan, stok awal, penerimaan, pengeluaran, sisa stok, obat yang kadaluarsa, obat yang mengalami kekosongan, pemakaian rata-rata perbulan, perkembangan pola kunjungan, data jumlah penduduk yang dilayani, data jumlah kunjungan kasus penyakit, daftar obat esensial nasional. untuk anggaran pihak farmasi tidak tahu. Informan 3 Data-data yang kami pakai untuk menyusun perencanaan itu ada

daftar obat, stok awal, penerimaan, pengeluaran, sisa stok, obat yang kadaluarsa, obat yang kosong, pemakaian rata-rata tahunan, perkembangan pola kunjungan, data jumlah penduduk yang dilayani, data jumlah kunjungan kasus penyakit, daftar obat esensial nasional. Ada juga melihat alokasi dana dan anggaran yang tersedia tapi itu bukan dari farmasi, dari perencanaan. Berdasarkan pernyataan informan tersebut, diperoleh informasi bahwa data-data yang dibutuhkan untuk menyusun rencana kebutuhan obat di rumah

(25)

sakit adalah daftar obat-obat yang dibutuhkan, stok awal, penerimaan, pengeluaran, sisa stok, obat yang kadaluarsa, obat yang mengalami kekosongan, pemakaian rata-rata tahunan, perkembangan pola kunjungan, data jumlah penduduk yang dilayani, data jumlah kunjungan kasus penyakit dan Daftar Obat Esensial Nasional. Untuk data alokasi dana dan anggaran yang tersedia untuk kebutuhan obat di rumah sakit diketahui oleh bagian perencanaan, sedangkan bagian farmasi tidak mengetahuinya.

4.4.4.2 Pernyataan Informan tentang Sumber Data dalam Perencanaan Obat Tabel 4.12 Matriks pernyataan informan tentang sumber data dalam

perencanaan obat

Informan Pernyataan

Informan 2 Data-data itu ada di gudang farmasi semuanya, dari kartu stok. Untuk daftar obat yang dibutuhkan itu datanya kami dapat dari form permintaan dokter. Kalo perkembangan pola kunjungan ini didapat dari apotik depan, data jumlah penduduk yang dilayani sama data jumlah kunjungan kasus penyakit dari rekam medis. Informan 3 Data-datanya ada di gudang farmasi, dari kartu stok. daftar obat

yang dibutuhkan itu dari form permintaan dokter yang diberikan farmasi ke user. Kalo perkembangan pola kunjungan ini dari apotik depan, data jumlah penduduk yang dilayani sama data jumlah kunjungan kasus penyakit dari rekam medis. alokasi dana dan anggaran yang tersedia itu perencanaan yang tau.

Informan 5 Kalau anggaran kita (bagian perencanaan rumah sakit) tahu berapa jumlahnya, farmasi tidak tahu menahu masalah anggaran. Informan 6 Untuk anggaran, kami bagian perencanaan yang mengetahuinya.

Berdasarkan pernyataan informan tersebut, diperoleh informasi bahwa data-data yang digunakan untuk melakukan perencanaan obat diperoleh dari kartu stok yang ada di gudang farmasi. Tetapi untuk data berupa perkembangan pola kunjungan, diperoleh dari apotik pelayanan farmasi, dan untuk data berupa jumlah penduduk yang dilayani dan jumlah kunjungan kasus penyakit diperoleh dari bagian rekam medis. Untuk data mengenai anggaran yang tersedia diketahui oleh

(26)

pihak perencanaan rumah sakit atau bagian seksi penyusunan program, sedangkan pihak farmasi tidak mengetahui mengenai alokasi dana dan anggaran yang disediakan untuk kebutuhan obat di rumah sakit.

4.4.5 Pernyataan Informan tentang Pemilihan Jenis Obat

Berdasarkan hasil wawancara mengenai pemilihan jenis obat, diperoleh informasi meliputi cara memilih jenis obat yang digunakan di rumah sakit, dan mengenai formularium rumah sakit, dengan hasil sebagai berikut.

4.4.5.1 Pernyataan Informan tentang Cara Pemilihan Jenis Obat

Tabel 4.13 Matriks pernyataan informan tentang cara pemilihan jenis obat

Informan Pernyataan

Informan 2 Obat yang ada di rumah sakit kita usahakan harus sesuai dulu sama e-katalog. Diutamakan obat-obat yang ada di e-katalog itulah, generik ya. Ada juga yang kadang nanti enggak, itu berdasarkan dari form permintaan dokter.

Informan 3 Obat yang digunakan di rumah sakit disesuaikan dengan e-katalog. Ada juga dari form permintaan obat yang diberikan kepada seluruh user, dokter.

Berdasarkan pernyataan informan tersebut, diperoleh informasi bahwa pemilihan jenis obat yang digunakan di rumah sakit dilakukan dengan menyesuaikan jenis obat dengan yang ada pada e-katalog dan diutamakan menggunakan obat yang generik, karena dalam pemesanan obat saat ini dilakukan melalui e-katalog. Selain itu juga berdasarkan pada form permintaan dari dokter.

4.4.5.2 Pernyataan Informan tentang Formularium Rumah Sakit

Tabel 4.14 Matriks pernyataan informan tentang formularium rumah sakit

Informan Pernyataan

Informan 1 Ada formularium di rumah sakit ini. Udah dibentuk, udah dibuat, cuman masih belum berjalan secara maksimal. Karena kita masi berkembang ini. Yang menyusun formularium itu orang farmasi.

(27)

Jadi formularium itu berdasarkan DPHO juga.

Informan 2 Draftnya udah ada, udah dikasi ke bagian yanmed. Cuma sampai saat ini belum ada tindak lanjutnya. Apakah itu sudah sah menjadi formularium, belum ada konfirmasi. Formularium ini dibuat berdasarkan e-katalog. Dari form permintaan dokter juga. Informan 3 Formularium rumah sakit itu sudah diajukan oleh bagian KFT,

tahun 2016, di bulan Juli kalau nggak salah saya. Tapi belum diadakan sampai saat ini. Kalau format sudah siap kita sampaikan, tapi realisasi belum ada sampai sekarang. Dasar acuannya obat yang terus dipakai, formularium nasional, obat yang ada di e-katalog.

Informan 4 Sudah, sudah ada kita buat draft formularium rumah sakit, sebagai standard yang digunakan oleh rumah sakit kita. Formularium itukan dibuat oleh komite farmasi dan terapi. Acuannya dengan pertimbangan usulan dari dokter-dokter spesialis. Panduan pembuatannya juga berdasarkan e-katalog. Berdasarkan pernyataan informan tersebut, diperoleh informasi bahwa draft formularium rumah sakit sudah disusun dan sudah diajukan oleh Komite Farmasi dan Terapi (KFT) kepada bagian pelayanan medik. Draft formularium rumah sakit tersebut dibuat berdasarkan pada Daftar Plafon Harga Obat (DPHO), e-katalog, formularium nasional dan usulan dari para dokter. Akan tetapi, draft formularium rumah sakit yang sudah diajukan tersebut, belum disahkan menjadi formularium rumah sakit.

4.4.6 Pernyataan Informan tentang Perhitungan Jumlah Obat

Tabel 4.15 Matriks pernyataan informan tentang perhitungan jumlah obat

Informan Pernyataan

Informan 2 Oh, itu berdasarkan kebutuhan sebelumnya ya kan disini. Biasanya kita lihat juga jumlah kunjungan, kan kalo meningkat kan biasanya bisa ditambah 10% gitu kan. Ibu garis besarnya ajalah ya. Untuk menentukan sisa stock, tiap akhir bulan, nanti kan didapat stock per 31 desembernya. Nah kalau pemakaian rata-rata per bulan, itu dari ini pengeluaran resep sekali sebulan kan dihitung baru nanti setiap bulan itu direkap baru dibagi 12. Kalau jumlah kebutuhan tahun 2017 inilah kan ada rumusnya pemakaian rata-rata perbulan dikali 18. Gak tau ibu kenapa 18, ini uda dari kemenkesnya sendiri formatnya. Kalau rencana

(28)

kebutuhan tahun 2017 nya itu jumlah kebutuhan dikurang sisa stock. Untuk pengadaan tahun 2017nya Kira-kira ditambah sekitar 10% dari yang rencana kebutuhan dari rumah sakit. Biasanya yang melakukan perhitungan ini, kepala farmasi, dengan ada juga bantuan dari kepala gudang.

Informan 3 Dari farmasi sih mengajukan perencanaan itu jenis, jumlah. Untuk mengetahui jumlahnya misalnya 50, itu dari kecepatan penggunaannya itu kan kita kan melihat dari kartu stock, itu muncul tuh jumlah akhir kita tuh berapa yang ada digudang. Ya dari rekapan itulah kita oh yang ini udah sedikit lagi, yang sedikit lagi itu langsung kita buat permintaan lagi seperti itu. Untuk menentukan angkanya itu kita melihat dari yang sebelumnya kita perkirakan, jumlah pasien kita meningkat biasanya kita lebihkan sekitar 10% dari yang jumlah sebelumnya. Ya itu tergantung juga apakah obat itu fast moving atau slow moving. Kalau yang slow moving kita bisa perkirakan, kita mintanya paling sekitar 2 hingga 5% ajalah.

Berdasarkan pernyataan informan tersebut, diperoleh informasi bahwa pihak farmasi yaitu kepala instalasi farmasi dibantu dengan kepala gudang farmasi melakukan perhitungan jumlah rencana kebutuhan obat untuk tahun yang akan datang. Dalam melakukan perhitungan jumlah kebutuhan obat untuk tahun yang akan datang, digunakan format yang diberikan oleh Kementerian Kesehatan, yaitu dengan menggunakan data sisa stok pada akhir tahun sebelumnya dan pemakaian rata-rata per bulan. Perhitungan sisa stok didapatkan dari stock opname yang dibuat tiap akhir bulan, maka akan didapatkan jumlah akhirnya untuk per 31 Desember. Perhitungan pemakaian rata-rata per bulan diperoleh dari hasil rekap pengeluaran resep setiap bulannya dan dibagi dua belas. Dilakukan penghitungan jumlah kebutuhan untuk tahun berikutnya dengan menggunakan rumus pemakaian rata-rata per bulan dikali dengan 18. Penghitungan rencana kebutuhan tahun depan dilakukan dengan menggunakan rumus jumlah kebutuhan dikurang dengan sisa stok. Dan untuk penghitungan rencana pengadaan tahun depan dilakukan

(29)

dengan penambahan sekitar 10% dari rencana kebutuhan tahun depan di rumah sakit. Tapi penambahan tersebut tergantung dari jenis obat fast moving dan slow moving. Untuk obat fast moving dilakukan penambahan 10%, sedangkan untuk obat slow moving dilakukan penambahan sekitar 2-5% saja. Pihak farmasi tidak ada melakukan perhitungan mengenai waktu tunggu obat.

4.4.7 Pernyataan Informan tentang Kendala dalam Perencanaan Obat Tabel 4.16 Matriks pernyataan informan tentang kendala dalam

perencanaan obat

Informan Pernyataan

Informan 2 Kendala ya. Kalau perencanaan ini mungkin gak ada kendalanya. Paling kalau data yang kita butuhkan ini gak lengkap. Berapa yang nyampe sama kita gak sesuai sama yang kita usulkan, itu aja kendalanya.

Informan 3 Ya kalau kendalanya ya mungkin keterlambatan obat yang masuklah. Keterlambatan biasanya bisa sekitar sebulan, dua bulan terlambat obat masuknya. Kadang ada obat yang kita minta bisa dipenuhi, ada juga yang tidak.

Berdasarkan pernyataan informan tersebut, diperoleh informasi bahwa kendala dalam perencanaan obat adalah jika data yang dibutuhkan untuk melakukan perencanan obat tidak lengkap, jika terjadi keterlambatan obat yang sampai ke rumah sakit, dan jika jumlah obat yang diadakan tidak sesuai dengan jumlah obat yang diajukan permintaannya, sehingga mengakibatkan terjadinya kekosongan stok obat di rumah sakit.

4.4.8 Pernyataan Informan tentang Kekosongan Obat

Tabel 4.17 Matriks pernyataan informan tentang kekosongan obat

Informan Pernyataan

Informan 2 Ya sering la dek. Biasanya karena obatnya lama nyampe, kadang lama di pemesanan. Kadang berapa yang diusulkan, gak semuanya ini kan tercapai. Gak sesuai inilah, yang kita harapkan.

(30)

Kalo ada kekosongan biasanya kami beritahu stok obat yang kosong ke dokter. Solusinya, biasanya kami kan yang pelayanan ini melapor lagi, konsultasi lagi sama dokternya, apakah bisa di gantikan dengan alternatif yang lain yang sama gitu kan indikasinya. Atau misalnya gak perlu kali yauda gak usah diresepkan gitu aja. Ya ini juga ada keluhan pasien karena obatnya nggak ada, cuma di resepkan juga gitu keluar kalau perlu kali. Mau gak mau pasienlah yang beli keluar.

Informan 3 Iya ada terjadi, ya mungkin karna keterlambatan obat yang masuklah. Keterlambatan biasanya bisa sekitar sebulan, dua bulan terlambat obat masuknya. Kadang ada obat yang kita minta bisa dipenuhi, ada juga yang tidak. Kalau pas diresepkan obatnya gak ada, caranya menjelaskan pada pasien itu, biasanya kalau pasien umum, pasien sendiri yang membeli ke apotik luar. Tetapi kalau pasien BPJS, obatnya tidak ada, kita paling konfirmasi ke dokter dulu, kalau memang memungkinkan obat itu diganti dengan obat yang lain, dengan jenis sama dan fungsinya juga sama, kita usahakan itu dahulu. tapi kalau memang tidak bisa, paling pihak farmasi akan mengajukan ke pihak manajemen, gimana, apakah obat itu akan diusahakan atau tidak.

Informan 4 Iya ada kekosongan obat. Itu bisa karena pasien kan banyak. Bisa juga kadang-kadang stok habis, jadi artinya kita setting perencanaan untuk tiga bulan stok bertahan. Inikan tergantung penggunaan. Makin banyak pasien, makin banyak penggunaan obat itu. Jadi yang harusnya stoknya tiga bulan, jadi dua bulan. Kita usul lagi ini untuk pemesanan berikutnya.

Informan 5 Kalau di rumah sakit, kalau kekosongan ini tidak terjadi. Kita pesan, di distributor itu tidak ada bahannya, makanya tidak dikirim. Dan kalo anggaran rumah sakit cukup, gak ada masalah, kita bisa pesen langsung. Kalau dana kita tidak ada, gimana kita mau mengadakannya, kan. Saat ini kalau obat yang dibutuhkan tidak ada di rumah sakit, biasanya kita pesan langsung beli ke apotek, hanya saja dibatasi, berapa butuhnya, tidak boleh lebih, tidak menumpuk.

Informan 6 Kalau itu mungkin dari penyedia ya, kalau yang kita pesan gak bisa disediakan mereka. Kalo ada obat-obat yang diluar e-katalog. Kan utamanya itu e-e-katalog. Nanti kalo stok obatnya gak ada di rumah sakit kita akan usahakan dibeli diluar. Hanya dibatasi jumlahnya, tidak berlebihan.

Berdasarkan pernyataan informan tersebut, diperoleh informasi bahwa kekosongan stok obat di rumah sakit terjadi antara lain karena keterlambatan obat yang dipesan untuk sampai ke rumah sakit, jika obat yang diajukan permintaan

(31)

kebutuhannya tidak dapat diadakan, jika jumlah obat yang diadakan tidak sesuai dengan jumlah obat yang diajukan permintaannya, jika anggaran rumah sakit yang tersedia tidak mencukupi untuk pembelian obat, dan juga jika ada obat yang tidak masuk dalam e-katalog. sehingga mengakibatkan terjadinya kekosongan stok obat di rumah sakit. Untuk mengatasi kekosongan obat di rumah sakit tersebut, maka dokter akan segera diberitahu oleh pihak farmasi agar tidak meresepkan obat yang tidak ada stoknya di gudang farmasi rumah sakit. Akan tetapi jika obat tersebut sudah diresepkan oleh dokter, solusi yang dilakukan adalah untuk pasien umum, maka pasien sendiri yang akan membeli obat yang diresepkan tersebut ke apotik luar. Tetapi jika pasien BPJS, maka pihak farmasi akan melakukan koordinasi kembali ke dokter yang meresepkan obat tersebut, agar jika memungkinkan untuk mengganti obat tersebut dengan alternatif obat lain yang jenis dan fungsinya sama. Akan tetapi jika tidak bisa diganti, dan obat itu sangat dibutuhkan oleh pasien, maka pihak farmasi akan mengajukan surat permintaan obat kepada direktur rumah sakit melalui pihak seksi penyusunan program, bahwa obat tersebut benar-benar dibutuhkan pada hari itu juga. Dan pihak seksi penyusunan program yang akan memutuskan apakah obat tersebut akan diadakan atau tidak, dan jika diadakan maka dilakukan pembelian secara langsung tetapi sesuai dengan jumlah yang dibutuhkan dan tidak berlebihan, agar tidak terjadi penumpukan. 4.4.9 Pernyataan Informan tentang Obat yang kadaluarsa

Tabel 4.18 Matriks pernyataan informan tentang obat yang kadaluarsa

Informan Pernyataan

Informan 2 Obat yang kadaluarsa itu bisa ada yang karna itu jenis obat slow moving, pola penyakit berubah jadinya obatnya numpuk, gak dipake. Untuk itu dipisahkan sudah pasti, ada tempat khususnya,

(32)

dibuat sesuai dengan setiap tahunya. Mulai dari awal rumah sakit dibuka, sampai dengan saat ini, belum ada pemusnahannya. Seharusnya itu sudah bisa dimusnahkan, cuman memusnahkan itu tidak hanya segampang itu, ada prosesnya lagi.

Informan 3 Obat yang kadaluarsa ya bisa karena expired date nya kurang dari dua tahun, sudah gitu jenisnya slow moving. Obat kadaluarsa itu kita pisahkan kita buat laporannya tersendiri ya itu setiap tahun kita laporkan, tapi sampai saat ini obat kadaluarsa itu belum dimusnahkan, karna untuk pemusnahan obat kadaluarsa itu harus ada perda. Dan peraturan daerah yang mengatur tentang obat kadaluarsa itu belum ada sampai ke kita. Jadi obat yang kadaluarsa masih ada kita simpan.

Berdasarkan pernyataan informan tersebut, dapat diketahui bahwa obat yang kadaluarsa di rumah sakit terjadi antara lain karena obat tersebut merupakan jenis obat slow moving, pola penyakit berubah sehingga obat tersebut menumpuk dan expired date obat tersebut kurang dari dua tahun. Untuk obat yang mengalami kadaluarsa di rumah sakit, belum ada dilakukan pemusnahan, karena RSUD Sultan Sulaiman merupakan rumah sakit daerah dan untuk pemusnahannya harus ada peraturan daerah mengenai pemusnahan obat yang kadaluarsa. Tetapi mengenai peraturan tersebut belum ada sampai ke RSUD Sultan Sulaiman. Jadi obat yang kadaluarsa tersebut hanya dipisahkan tempatnya dan dikelompokkan sesuai dengan tahun kadaluarsanya.

(33)

BAB V PEMBAHASAN

5.1 Masukan (Input)

Menurut Azwar (1996), masukan (input) adalah kumpulan bagian atau elemen yang terdapat dalam sistem dan diperlukan untuk dapat berfungsinya sistem tersebut. Dalam mencapai suatu tujuan, input memegang peranan penting. Apabila input tidak berjalan dengan baik, maka dapat dipastikan proses juga tidak berjalan lancar. Dalam perencanaan kebutuhan obat, yang dikategorikan sebagai input yaitu sumber daya manusia, prosedur, metode dan data.

5.1.1 Sumber Daya Manusia

Sumber daya manusia (SDM) merupakan komponen utama suatu organisasi yang menjadi perencana dan pelaku aktif dalam setiap aktivitas organisasi, dengan adanya SDM maka organisasi dapat mencapai tujuan organisasi. Salah satu faktor keberhasilan suatu kegiatan manajemen yaitu tersedianya SDM yang cukup, baik dari segi kuantitas maupun kualitas. SDM yang kurang mampu, kurang cakap dan tidak terampil, mengakibatkan pelayanan tidak dapat diselesaikan secara optimal dengan cepat dan tepat pada waktunya.

SDM yang bertugas dalam merencanakan kebutuhan obat menjadi faktor yang sangat berpengaruh dalam proses perencanaan obat. Menurut Kemenkes RI (2010a), tim perencanaan obat terpadu merupakan suatu kebutuhan dalam rangka meningkatkan efisiensi dan efektivitas penggunaan dana melalui koordinasi, integrasi dan sinkronisasi antar pihak yang terkait dengan perencanaan obat. Tim

(34)

perencanaan obat terpadu di rumah sakit dibentuk melalui Surat Keputusan Direktur Rumah Sakit.

Hal ini sejalan dengan penelitian Astuti (2011), yang menyatakan bahwa tim perencanaan obat terpadu merupakan bagian penting dalam melakukan perencanaan obat karena memiliki peran dalam memberi masukan dan merumuskan kebijakan mengenai perencanaan obat di instalasi farmasi rumah sakit. Didukung juga dengan penelitian Modeong, dkk (2013), yang menyatakan bahwa seharusnya di rumah sakit dibentuk tim perencanaan obat terpadu yang terdiri dari kepala instalasi farmasi, dokter-dokter, kepala bidang perencanaan, kepala bidang pengadaan dan kepala bagian keuangan, sehingga dalam menyusun rencana kebutuhan obat dapat mengacu pada anggaran yang tersedia untuk setiap tahunnya dan kebutuhan untuk terapi. Tim perencanaan obat terpadu perlu membahas perencanaan kebutuhan obat melalui pertemuan rutin, sehingga dapat meminimalisasi ketidakakuratan dalam perencanaan kebutuhan obat.

Perencanaan obat di instalasi farmasi RSUD Sulan Sulaiman tidak dilakukan oleh suatu tim perencanaan obat. Tidak adanya tim perencanaan obat disebabkan karena direktur rumah sakit tidak ada membentuk tim perencanaan obat tersebut, tetapi hanya membentuk tim perencanaan secara global untuk rumah sakit. Jadi untuk melakukan perencanaan obat, direktur rumah sakit menunjuk kepada bagian farmasi yaitu kepala instalasi farmasi yang dibantu dengan kepala gudang farmasi, dengan wewenang yang diberikan oleh direktur secara lisan, tanpa adanya Surat Keputusan penunjukan secara tertulis untuk menjadi perencana obat. Hal ini dinilai tidak sesuai dengan Kemenkes RI (2010a),

(35)

yang menyatakan bahwa tim perencanaan obat terpadu sebagai suatu kebutuhan agar perencanaan obat dapat terlaksana secara optimal, dan dengan melibatkan semua pihak yang terkait dengan perencanaan obat, yang terdiri dari kepala bidang yang membawahi instalasi farmasi, kepala instalasi farmasi, dokter-dokter, kepala bidang perencanaan rumah sakit, kepala bidang pengadaan dan kepala bagian keuangan.

SDM yang berperan dalam perencanaan obat di RSUD Sultan Sulaiman adalah kepala instalasi farmasi dan kepala gudang farmasi dengan tugas dan tanggung jawabnya yaitu memantau obat-obat yang keluar dari apotik farmasi, melakukan rekap data pemakaian obat, dan membuat usulan rencana kebutuhan obat yang akan datang. Bagian farmasi juga berkoordinasi dengan bagian pelayanan medik, karena para dokter sebagai user ada juga yang mengajukan permintaan obat kepada bagian pelayanan medik. Tugas dan tanggung jawab bagian penyusunan program dan staf perencanaan bagian obat adalah menerima usulan kebutuhan obat yang diajukan farmasi lalu akan memutuskan mengenai berapa jumlah obat yang akan diadakan setelah menyesuaikan dengan dana yang tersedia. Jika dana tidak mencukupi, maka dilakukan pengurangan jumlah obat yang akan diadakan dengan berkoordinasi kembali dengan bagian farmasi. Sebelum melakukan pengadaan obat, bagian seksi penyusunan program akan melaporkan kepada direktur rumah sakit dan meminta persetujuannya, sesuai dengan tugas dan tanggung jawab direktur rumah sakit yaitu sebagai penanggungjawab dalam pengeluaran dana di rumah sakit.

(36)

Untuk mempersiapkan tenaga perencana obat yang berkualitas, maka diperlukan pendidikan dan pelatihan sebagai kegiatan pengembangan SDM instalasi farmasi rumah sakit. Dengan meningkatnya kualitas tenaga perencana obat, maka diharapkan ketersediaan, pemerataan, keterjangkauan obat dan perbekalan kesehatan serta pelayanan kefarmasian yang bermutu dalam rangka mewujudkan penggunaan obat yang rasional dapat tercapai (Kemenkes RI, 2010a).

Tenaga perencana obat di bagian farmasi RSUD Sultan Sulaiman, belum pernah mendapatkan pelatihan mengenai perencanaan obat. Hal ini dikarenakan untuk memberikan pelatihan masih sangat tergantung dari dana yang tersedia. Dengan tidak adanya pelatihan yang diberikan, maka kemampuan tenaga perencana obat tidak mengalami peningkatan, akibatnya perencanaan obat di rumah sakit belum terlaksana secara optimal.

Menurut Depkes (2007), dalam melaksanakan pengelolaan obat, sebaiknya tenaga apoteker atau asisten apoteker mengikuti berbagai pelatihan yaitu mengenai pengelolaan obat publik dan perbekalan kesehatan, perencanaan dan pengelolaan obat terpadu, penggunaan obat rasional, pengelolaan obat program kesehatan, dan manajemen umum (keuangan dan administrasi) khusus untuk apoteker penanggungjawab instalasi farmasi. Dengan meningkatnya pengetahuan, sikap dan keterampilan dalam melakukan perencanaan obat, maka produktifitasnya dapat lebih optimal.

(37)

5.1.2 Prosedur

Menurut Siregar dan Amalia (2004), prosedur adalah suatu instruksi kepada personel, cara kebijakan dan tujuan dilakukan dan dicapai. Oleh karena prosedur kerja yang dimaksud bersifat tetap, rutin, dan tidak berubah-ubah, maka prosedur kerja tersebut dibakukan menjadi dokumen tertulis yang disebut sebagai standar operasional prosedur. Menurut UU No. 44 Tahun 2009, standar operasional prosedur adalah suatu perangkat instruksi/langkah-langkah yang dibakukan untuk menyelesaikan proses kerja rutin tertentu. Prosedur merupakan dasar bagi petugas kefarmasian dalam melaksanakan seluruh kegiatan operasional di rumah sakit.

Tidak adanya prosedur tertulis mengenai perencanaan kebutuhan obat di RSUD Sultan Sulaiman, mengakibatkan perencanaan obat hanya dilakukan berdasarkan kebijakan kepala instalasi farmasi dengan melanjutkan proses tahapan perencanaan obat yang telah dilakukan sebelumnya. Hal ini tidak sesuai dengan Permenkes RI No. 58 yang menyatakan bahwa penyelenggaraan pelayanan kefarmasian di rumah sakit harus didukung oleh standar operasional prosedur yang ditetapkan oleh pimpinan rumah sakit. Hal ini juga tidak sesuai dengan Permenkes RI No. HK.02.02/MENKES/068/I/2010 yang menyatakan bahwa instalasi farmasi rumah sakit wajib membuat prosedur perencanaan, pengadaan, penyimpanan, pendistribusian dan pemantauan obat yang digunakan fasilitas pelayanan kesehatan.

Menurut Kemenkes RI (2010a), prosedur tetap pelayanan kefarmasian berguna untuk menjamin mutu pelayanan sesuai standar yang telah ditetapkan.

(38)

Prosedur sebagai suatu urut-urutan yang tepat dari tahapan-tahapan instruksi yang menerangkan apa yang harus dikerjakan, siapa yang mengerjakan, kapan dikerjakan dan bagaimana mengerjakannya. Dalam proses perencanaan obat, terdapat prosedur yang harus dilaksanakan yaitu persiapan data yang dibutuhkan, dan pelaksanaan perencanaan yang berupa memilih sediaan farmasi dan alat medis habis pakai yang berkualitas dengan harga yang murah, menghindari kesamaan jenis sediaan farmasi dan alat medis habis pakai, serta melakukan penghitungan kebutuhan dengan cara pengumpulan dan pengolahan data, analisa data untuk informasi dan evaluasi, perhitungan perkiraan kebutuhan sediaan farmasi, serta penyesuaian jumlah sediaan farmasi dengan alokasi dana. Dengan adanya prosedur perencanaan secara tertulis, maka akan memudahkan koordinasi antar pihak yang terkait dengan perencanaan obat sehingga perencanaan obat dapat terlaksana lebih optimal.

Berdasarkan hasil wawancara dan observasi, alur tahapan perencanaan obat di rumah sakit dimulai dari bagian farmasi membagikan form permintaan obat kepada seluruh user yaitu kepala ruangan di RSUD Sultan Sulaiman, pada setiap awal tahun atau akhir tahun untuk mengetahui obat apa yang mereka butuhkan. Lalu form permintaan tersebut akan dikumpulkan di gudang farmasi, dan akan dibuat rekapannya. Dalam membuat rekapan tersebut, pihak farmasi juga akan memperhitungkan mengenai jumlah stok yang ada, pengeluaran obat fast moving dan slow moving, pemakaian rata-rata, obat e-katalog atau non e-katalog, dan jumlah kunjungan penyakit terbanyak. Tetapi pihak farmasi tidak memperhitungkan mengenai anggaran yang tersedia, karena tidak mengetahui

(39)

mengenai alokasi dana tersebut. Setelah usulan rencana kebutuhan obat itu selesai dibuat, maka bagian farmasi akan mengajukannya kepada bagian perencanaan rumah sakit yaitu bagian seksi penyusunan program, yang terlebih dahulu akan melakukan pengecekan apakah obat tersebut termasuk obat yang ada di e-katalog atau non e-katalog, lalu akan melakukan penyesuaian dengan alokasi dana yang tersedia. Dalam pengadaan obat akan diutamakan obat yang terdapat di e-katalog, dan untuk obat non e-katalog juga akan tetap dilakukan pemesanan tetapi disesuaikan dengan anggaran yang tersedia. Setelah dilakukan pemesanan, pihak farmasi akan menunggu obat tersebut sampai di rumah sakit. Alur tahapan dalam perencanaan obat di RSUD Sulaiman ini dinilai sudah sesuai dengan alur tahapan perencanaan perbekalan farmasi di rumah sakit dalam Febriawati (2013).

Menurut Kemenkes RI (2010b), rencana kebutuhan obat di rumah sakit disusun dan diajukan untuk satu tahun yang akan datang. Hal ini sudah sesuai dengan perencanaan obat yang dilakukan di RSUD Sultan Sulaiman. Berdasarkan hasil wawancara, farmasi melakukan perencanaan obat di rumah sakit setiap tahun yang disebut rencana kebutuhan obat per tahun, yang biasanya dibuat pada pertengahan tahun atau pada saat ada permintaan dari Kementerian Kesehatan. Rencana kebutuhan obat per tahun itu, akan dilakukan pengadaan setiap tiga bulan, dengan melihat sisa stok obat, kecepatan penggunaan obat dan juga kebutuhan obat di rumah sakit. Akan tetapi jika ada ada stok obat yang kosong dan kebutuhan obat yang mendesak, maka akan langsung diajukan permintaan kebutuhan obat untuk diadakan.

(40)

5.1.3 Metode

Berdasarkan Kemenkes RI (2010b), metode dalam menyusun rencana kebutuhan obat antara lain adalah metode konsumsi, metode epidemiologi dan metode kombinasi yaitu kombinasi antara metode konsumsi dan metode epidemiologi. Dalam menggunakan metode konsumsi hal-hal yang perlu diperhatikan untuk menghitung jumlah obat yang dibutuhkan adalah pengumpulan data, analisis data untuk informasi dan evaluasi, dan perhitungan perkiraan kebutuhan obat, sedangkan dalam menggunakan metode epidemiologi hal-hal yang perlu diperhatikan untuk perhitungan kebutuhan obat adalah berdasarkan pada pola penyakit, jumlah kunjungan, frekuensi kejadian masing-masing penyakit per tahun serta menggunakan formularium rumah sakit dan standar pengobatan yang ada.

Metode perencanaan obat yang dilakukan di RSUD Sultan Sulaiman, tidak memenuhi persyaratan metode konsumsi maupun metode epidemiologi, hal ini disebabkan karena ditemukan terdapat banyak kekurangan dalam penerapan metode tersebut. Dalam penerapan metode konsumsi, hanya melihat pada pemakaian obat tahun yang lalu saja, sedangkan seharusnya dalam menggunakan metode konsumsi untuk memperoleh data kebutuhan yang mendekati ketepatan perlu dilakukan analisa pemakaian obat tiga tahun sebelumnya atau lebih. Selain itu, penerapan metode epidemiologi yang dilakukan dengan melihat sepuluh penyakit terbesar di rumah sakit saja, juga tidak dapat dikatakan menggunakan metode epidemiologi yang sebenarnya. Karena selain data itu, seharusnya dalam penerapan metode epidemiologi juga diperlukan data jumlah pasien yang dilayani,

(41)

jumlah kunjungan kasus berdasarkan prevalensi penyakit, formularium rumah sakit dan standar pengobatan, sehingga dalam perencanaan obat yang dilakukan di RSUD Sultan Sulaiman tidak menggambarkan penerapan metode konsumsi dan metode epidemiologi yang sebenarnya.

5.1.4 Data

Data merupakan kunci dasar untuk menganalisa kebutuhan obat yang sesungguhnya dalam melakukan perencanaan obat. Berdasarkan Kemenkes RI (2010b), data-data yang dibutuhkan untuk menggunakan metode konsumsi yaitu alokasi dana, daftar obat-obat yang dibutuhkan, stok awal, penerimaan, pengeluaran, sisa stok, obat hilang/rusak atau kadaluarsa, kekosongan obat, pemakaian rata-rata tahunan, indeks musiman, waktu tunggu, stok pengaman dan perkembangan pola kunjungan, sedangkan pada metode epidemiologi, data yang perlu dipersiapkan adalah data jumlah penduduk yang dilayani, jumlah kunjungan kasus berdasarkan frekuensi penyakit, menggunakan formularium rumah sakit dan standar pengobatan yang ada.

Data-data yang digunakan untuk menyusun rencana kebutuhan obat di RSUD Sultan Sulaiman adalah Daftar Obat Esensial Nasional, daftar obat-obat yang di butuhkan yang diperoleh dari form permintaan obat yang diberikan kepada setiap user, data stok awal, penerimaan, pengeluaran, sisa stok, obat yang kadaluarsa, obat yang mengalami kekosongan dan pemakaian rata-rata tahunan yang diperoleh dari kartu stok yang ada di gudang farmasi. Kartu stok tersebut untuk mencatat keluar masuknya obat setiap harinya, maka akan diperoleh data

(42)

jumlah sisa stok obat yang menjadi dasar untuk perencanaan obat pada periode berikutnya.

Hal ini sejalan dengan menurut Febriawati (2013), untuk mencari tahu sisa persediaan stok obat yang ada, sangat dibutuhkan adanya kartu stok, karena kartu stok digunakan untuk mencatat mutasi harian obat, selain itu dapat membantu dalam pembuatan laporan stok setiap bulan dan sebagai pembanding terhadap jumlah fisik obat yang tersedia pada saat dilakukan perhitungan stok (stock opname). Besarnya sisa stok obat dan pemakaian obat periode yang lalu juga menjadi dasar perencanaan obat untuk periode selanjutnya, karena dari sisa stok tidak saja diketahui jumlah dan jenis obat yang diperlukan, tetapi juga diketahui percepatan pergerakan obat, sehingga kita dapat mengetahui jumlah persediaan obat baik obat fast moving maupun slow moving.

Selain itu, data-data yang digunakan instalasi farmasi RSUD Sultan Sulaiman untuk menyusun rencana kebutuhan obat adalah data perkembangan pola kunjungan yang diperoleh dari apotik pelayanan farmasi, data jumlah penduduk yang dilayani dan jumlah kunjungan kasus penyakit yang diperoleh dari bagian rekam medis, dan data alokasi dana dan anggaran yang tersedia untuk kebutuhan obat di rumah sakit yang hanya diketahui oleh bagian perencanaan rumah sakit atau bagian seksi penyusunan program, sedangkan bagian farmasi tidak mengetahuinya.

Hal ini sejalan dengan penelitian Suciati dan Adisasmito (2006), yang menyatakan bahwa idealnya pemilihan obat juga dilakukan setelah mengetahui gambaran pola penyakit, karakteristik pasien, serta jumlah kunjungan perlu

(43)

diketahui karena berpengaruh terhadap jumlah obat yang harus disediakan. Data atau informasi jumlah kunjungan tiap-tiap penyakit harus diketahui dengan tepat, sehingga dapat dipakai sebagai dasar penetapan rencana kebutuhan obat.

Data-data yang digunakan instalasi farmasi RSUD Sultan Sulaiman tersebut, jika dibandingkan dengan data yang seharusnya dibutuhkan masih belum lengkap, yaitu tidak ada menggunakan data waktu tunggu, standar pengobatan dan formularium rumah sakit. Tidak adanya data waktu tunggu yang digunakan untuk melakukan perencanaan obat disebabkan karena farmasi tidak mengetahui berapa lama waktu yang dibutuhkan dari rencana obat diajukan sampai obat tersebut diterima di rumah sakit. Standar pengobatan dan formularium rumah sakit juga tidak digunakan sebagai data untuk melakukan perencanaan obat karena belum ada dibentuk untuk standar pengobatan sedangkan untuk formularium rumah sakit masih dalam bentuk draft dan belum disahkan. Data-data yang belum lengkap untuk menyusun rencana kebutuhan obat, akan mempengaruhi hasil akhir dari perencanaan yang dilakukan. Perencanaan yang tidak tepat akan berakibat terhadap ketersediaan obat hasil perencanaan yang sebagian mengalami stok kosong (out of stcok) dan sebagian lagi jumlahnya berlebih (over stock).

5.2 Proses (Process)

Menurut Febriawati (2013), proses perencanaan obat terdiri dari kegiatan pemilihan jenis obat dan perhitungan perkiraan jumlah kebutuhan obat.

5.2.1 Pemilihan Jenis Obat

Pada tahap proses perencanaan obat, pemilihan jenis obat yang tepat merupakan salah satu hal yang harus diperhatikan. Menurut Kemenkes RI

Gambar

Gambar 4.1 Bagan struktur organisasi Instalasi Farmasi RSUD Sultan  Sulaiman

Referensi

Dokumen terkait

menyatakan dengan sesungguhnya bahwa karya ilmiah yang berjudul “Sistem Informasi Geografis Pemilihan Lahan Tembakau di Kabupaten Jember Berbasis Web Menggunakan Metode

Berdasarkan hasil penelitian yang menguji secara empiris mengenai perbedaan kinerja keuangan sebelum dan sesudah implementasi PSAK berbasis IFRS, maka dapat disimpulkan bahwa

Hasil Penelitian ini menunjukkan bahwa analisis yuridis kepastian hukum pendaftaran tanah yang dibuat atas nama dibawah umur dan pertanggungjawaban wali. 1) Kedudukan anak dibawah

Menurut hukum (juris), manusia tidak sama dengan orang, karena manusia merupakan gejala alam dalam pengertian biologis, misalnya tidur atau menghirup udara merupakan hak manusia

Dari jawaban responden atas pertanyaan yang diajukan dalam penelitian ini dapat dilihat bahwa pada item kesesuaian prosedur dengan situasi pelaksanaan UAS (X3.1) sebagian besar

62 Adapun pengertian anak menurut Pasal 45 KUHP adalah orang yang belum cukup umur, yaitu mereka yang melakukan perbuatan (tindak pidana) sebelum.. umur 16 (enam

Dengan kata lain, pengendalian gulma dilakukan bertujuan untuk mengontrol pertumbuhan gulma sedemikian rupa agar pertumbuhannya lebih terkendali sampai pada batas toleransi

PLN (Persero) Wilayah Bangka Belitung Area Bangka dalam menentukan kebijakan yang berkaitan dengan kompensasi finansial, keselamatan, kesehatan kerja dan kinerja. 1.6