TINJAUAN HUKUM TENTANG TUNTUTAN
PEMBAYARAN KLAIM ASURANSI JIWA
(STUDI MNC LIFE Cab. Medan)
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara Untuk
Melengkapi Tugas- Tugas dan Memenuhi Syarat – syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Hukum
LUDFI ARISTIO
NIM : 100200256
Jurusan : Hukum Keperdataan
Program Kekhususan : Perdata BW
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
TINJAUAN HUKUM TENTANG TUNTUTAN
PEMBAYARAN KLAIM ASURANSI JIWA
(STUDI MNC LIFE Cab. Medan)
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara Untuk Melengkapi
Tugas – Tugas dan Memenuhi Syarat-syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Hukum
Oleh :
LUDFI ARISTIONIM : 100200256Jurusan : Hukum KeperdataanProgram Kekhususan : Perdata BW
Disetujui, Ketua Jurusan
(Dr. Hasim Purba S.H, M.Hum)NIP. 196603031985081001
Pembimbing I, Pembimbing II,
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat ALLAH SWT Yang Maha Pengasih serta Maha
Penyayang atas segala rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis akhirnya dapat
menyelesaikan penulisan skripsi ini yang merupakan sebagian syarat guna
mencapai gelar Sarjana Hukum.
Penulisan skirpsi ini bertujuan untuk melengkapi tugas – tugas dan
memenuhi syarat – syarat dalam menyelesaikan studi pada Fakultas Hukum
Jurusan Hukum Perdata BW ( S1) di Universitas Sumatera Utara. Adapun skripsi
ini berjudul “TINJAUAN HUKUM TENTANG TUNTUTAN
PEMBAYARAN KLAIM ASURANSI ( STUDI MNC LIFE Cab, Medan )‘’.
Skirpsi ini memuat tentang masalah pembayaran klaim asuransi dan penyelesaian
penanganan klaim asuransi tersebut.Karena pada akhir – akhir ini banyak klaim
asuransi tidak dibayar atau ditanggung oleh perusahaan tersebut, disebabkan
ketidaklengkapan dokumen – dokumen klaim.
Dalam kesempaatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih yang
dalam kepada semua pihak yang telah memberikan dukungannya baik moral
maupun materil. Untuk itu penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar
– besarnya kepada :
1. Prof Dr. Runtung, S,H., M.Hum. sebagai Dekan Fakultas Hukum
Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan ilmunya selama masa
2. Prof.Dr. Budiman Ginting, S.H.,M.Hum. sebagai Pembantu Dekan I
Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara yang telah mencurahkan
ilmunya selama masa perkuliahan ;
3. Syafrudin Hasibuan.S.H.,M.H.,DFM, sebagai Pembantu Dekan II
Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan ilmu
selama masa perkuliahan ;
4. Bapak Muhammad Husni,S.H.,M.H, sebagai Pembantu Dekan III
Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara ;
5. Bapak Hasyim Purba, SH., M. Hum, sebagai Ketua Jurusan Keperdataan
Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan
bimbingan selama masa perkuliahan ;
6. Ibu Sinta Uli, SH.,M.Hum sebagai Dosen pembimbing I, yang telah
meluangkan waktunya dalam memberikan bimbingan serta arahan
kepada penulis dalam skripsi ini, hingga selesainya skripsi ini;
7. Bapak Ramli Siregar, S.H,M.hum sebagai Dosen Pembimbing II, yang
telah meluangkan waktunya dalam memberikan arahan serta bimbingan
dalam skripsi ini, hingga selesainya skripsi ini;
8. Bapak Amsali Sembiring, S.H,M.Hum selaku sebagai Dosen Penasehat
Akademik;, yang telah memberikan arahan serta motivasi selama
menjalani masa perkuliahan;
9. Kepada seluruh staf pengajar dan pegawai admnistrasi Fakultas Hukum
menjalani masa perkuliahan serta pegawai administrasi yang membantu
dalam melengkapi persyaratan – persyaratan selama masa perkuliahan.
10. Terima kasih kepada kedua orang tua tercinta ,Drs. Imam Herianto dan
Anastasia Irawaty sebagai orang tua dari penulis yang telah membesarkan
dan mendidik penulis dengan kasih sayang serta dengan doa- doa nya..
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Abang Reza Syafrianto ,
yang telah memberikan doa dan dukungan. terima kasih telah mendoakan
penulis.
11.Kepada teman - teman Grup C yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu.
Saya ucapkan terima kasih banyak atas nasihat dan dukungannya, hingga
penulisan skripsi ini dapat siap berkat dukungan dan nasihat dari teman –
teman. Dan teman – teman seperjuangan lainnya dari Badan Tamir’atul
Mushola ALADINSYAH,SH
Akhir kata penulis menyadari bahwa masih terdapat kekurangan
ataupun jauh dari kesempurnaan dalam skirpsi ini. Oleh karena itu penulis
mengharapkan saran dan kritik yang membangun dan menyempurnakan
skirpsi ini. Semoga skripsi ini bisa memberikan manfaat bagi semua pihak
terutama dalam menambah kelimuwan.
Medan, Mei 2014
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ……… i
DAFTAR ISI ………... v
ABSTRAK ……….. vii
BAB I PENDAHULUAN ……….. 1
A. Latar Belakang ……… 1
B. Perumusan Masalah ……… 7
C. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penulisan ………… 7
D. Tinjauan pustaka ……… 8
E. Metode Penulisan ………... 9
F. Sistematika Penulisan ………. 13
G. Keaslian Penulisan ……….. 14
BAB II ASURANSI DAN PERJANJIAN ASURANSI ……… 15
A. Pengertian Asuransi Dan Premi Asuransi. ……… 15
B. Prinsip Dan Tujuan Asuransi ………. 21
C. Pengaturan Asuransi dan Jenis Asuransi ……….. 33
D. Asuransi Sebagai Perjanjian dan Pelaksanaan Dalam Perjanjian Asuransi ……… 41
BAB III TINJAUAN UMUM MENGENAI ASURANSI JIWA DAN KLAIM ASURANSI ……….. 59
A. Pengertian Asuransi Jiwa Dan Pihak Yang Terkait Dalam Asuransi ………. 59
B. Polis Dan Jenis Kontrak Polis Asuransi Jiwa ………… 64
C. Fungsi Polis Pada Asuransi Jiwa Serta Berakhirnya Asuransi jiwa ………. 71
BAB IV PENYELESAIAN TUNTUTAN PEMBAYARAN
KLAIM ASURANSI JIWA DALAM MNC LIFE … 79
A. Persyaratan Mengenai prosuder Pengajuan Klaim
Asuransi Jiwa Dalam MNC Life ………. 79
B. Penyelesaian Pembayaran Klaim Asuransi Jiwa Dalam MNC Life ………. 82
C. Penyebab Penolakan Pembayaran Klaim Asuransi Jiwa Dalam MNC Life ………... 86
BAB V PENUTUP ……….. 89
A. Kesimpulan ……… 89
B. Saran ……….. 90
DAFTAR PUSTAKA ………. 91
Lampiran :
1. Premi
ABSTRAK
Sinta Uli , SH ,M.Hum * Ramli Siregar , SH , M.um **
Ludfi Aristio ***
Berkembangnya Zaman dan Kebutuhan saat ini, maka banyak perusahaan yang akan menawarkan perlindungan kepada pekerja, terlebih lagi dalam perusahaan asuransi yang memberikan perlindungan kepada tertanggung , seperti : asuransi jiwa dan asuransi kecelakaan dan lain-lain, yang gunanya untuk memberikan penggantian kepadanya karena kerugian kerusakan,kehilangan ataupun untuk sebagai jaminan keturunannya, sebagaimana terdapat dalam pasal 246 KUHD ,seperti klaim asuransi yang dikarenakan perusahaan tersebut melakukan wanprestasi ataupun perusahaan menolak membayar karena ketidaklengkapan persyaratan yang tidak sesuai dengan kesepakatan oleh pihak yang terkait, adapun sebab lain dilakukan klam karena terjadi kerugian oleh pihak penanggung seperti kerugian financial. Tujuan dari skripsi ini adalah membahas tentang tuntuan pembayaran klaim asuransi jiwa dalam mnc life, sehingga dalam hal ini para pihak yang terkait tidak merasa dirugikan yang dikarenakan asuransi tersebut tidak dibayar oleh perusahaan ataupun perusahaan tersebut menolak pembayaran karena persyaratan tersebut tidak dipenuhi oleh phak yang bersangkutan.
Metode penelitan skripsi ini adalah metode penelitian yuridis normatif dengan mengacu kepada norma hukum yang berada dalam undang – undang dan dengan melakukan dari segi wawancara.
Berdasarkan hasil penelitian, bahwa pada dasarnya perusahaan asuransi yang menawarkan asuransi kepada tertanggung ataupun penanggung harus membayar klaim asuransi tersebut sesuai dengan kesepakatan yang telah dikehendaki, walaupun perusahaan tersebut tidak melakukan pembayaran klaim asuransi atau asuransi, mungkin karena terjadi ketidaklengkapan data dalam hal tersebut, ataupun perusahaan tersebut tidak membayar klaim tersebut karena ada hal – hal tertentu yang sehingga tidak dilakukan pembayaran klaim asuransi tersebut.
Kata kunci : Klaim asuransi, Asuransi
*
Pembimbing I, Dosen Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara
**
Pembimbing II, Dosen Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara
***
ABSTRAK
Sinta Uli , SH ,M.Hum * Ramli Siregar , SH , M.um **
Ludfi Aristio ***
Berkembangnya Zaman dan Kebutuhan saat ini, maka banyak perusahaan yang akan menawarkan perlindungan kepada pekerja, terlebih lagi dalam perusahaan asuransi yang memberikan perlindungan kepada tertanggung , seperti : asuransi jiwa dan asuransi kecelakaan dan lain-lain, yang gunanya untuk memberikan penggantian kepadanya karena kerugian kerusakan,kehilangan ataupun untuk sebagai jaminan keturunannya, sebagaimana terdapat dalam pasal 246 KUHD ,seperti klaim asuransi yang dikarenakan perusahaan tersebut melakukan wanprestasi ataupun perusahaan menolak membayar karena ketidaklengkapan persyaratan yang tidak sesuai dengan kesepakatan oleh pihak yang terkait, adapun sebab lain dilakukan klam karena terjadi kerugian oleh pihak penanggung seperti kerugian financial. Tujuan dari skripsi ini adalah membahas tentang tuntuan pembayaran klaim asuransi jiwa dalam mnc life, sehingga dalam hal ini para pihak yang terkait tidak merasa dirugikan yang dikarenakan asuransi tersebut tidak dibayar oleh perusahaan ataupun perusahaan tersebut menolak pembayaran karena persyaratan tersebut tidak dipenuhi oleh phak yang bersangkutan.
Metode penelitan skripsi ini adalah metode penelitian yuridis normatif dengan mengacu kepada norma hukum yang berada dalam undang – undang dan dengan melakukan dari segi wawancara.
Berdasarkan hasil penelitian, bahwa pada dasarnya perusahaan asuransi yang menawarkan asuransi kepada tertanggung ataupun penanggung harus membayar klaim asuransi tersebut sesuai dengan kesepakatan yang telah dikehendaki, walaupun perusahaan tersebut tidak melakukan pembayaran klaim asuransi atau asuransi, mungkin karena terjadi ketidaklengkapan data dalam hal tersebut, ataupun perusahaan tersebut tidak membayar klaim tersebut karena ada hal – hal tertentu yang sehingga tidak dilakukan pembayaran klaim asuransi tersebut.
Kata kunci : Klaim asuransi, Asuransi
*
Pembimbing I, Dosen Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara
**
Pembimbing II, Dosen Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara
***
Bab I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Kehidupan dan kegiatan manusia, pada hakikatnya mengandung berbagai
hal yang menunjukkan sifat hakiki dari kehidupan itu sendiri. Sifat hakiki yang
dimaksud di sini adalah suatu sifat “ tidak kekal “ yang selalu menyertai
kehidupan dan kegiatan manusia pada umumnya. Keadaan yang tidak kekal yang
merupakan sifat alamiah tersebut mengakibatkan adanya suatu keadaan yang tidak
diramalkan lebih dahulu secara tepat; sehingga dengan demikian keadaan
termaksud tidak akan memberikan rasa pasti. Keadaan yang tidak pasti tersebut,
dapat berwujud dalam berbagai bentuk dan peristiwa yang biasanya selalu
dihindari.Keadaan tidak pasti terhadap setiap sia kemungkinan yang dapat terjadi
baik dalam bentuk atau perisitwa yang menimbulkan rasa tidak aman disebut
sebagai risiko.1
Upaya untuk mengatasi sifat alamiah yang berwujud sebagai suatu
keadaan yang tidak pasti antara lain dilakukan oleh manusia dengan cara
menghindari, atau melimpahkannya kepada pihak – pihak lain di luar diri sendiri.
Upaya atau usaha manusia untuk mengurangi, menghindarkan risikonya itu sudah
lama dilakukan . Usaha itu dimulai sejak permulaan kegiatan ekonomi manusia,
yaitu sejak manusia melakukan kegiatan perdagangan yang sederhana.2
1
Sri Rejeki Hartono, Hukum Asuransi dan Perusahaan Asuransi, (Jakarta; Sinar Grafika,2008) hal. 2
2
Usaha dan upaya manusia untuk menghindari dan melimpahkan
merupakan risikonya kepada pihak lain beserta proses pelimpahan sebagai suatu
kegiatan itulah yang merupakan embrio atau cikal bakal perasuransian yang
dikelola suatu kegiatan ekonomi yang rumit sampai saat ini.Sesuai dengan
sifatnya yang hakiki dari manusia dan kehidupan dunia ini, maka kehidupan
manusia itu selalu mengalami pasang dan surut . Hal ini disebabkan oleh sifatnya
yang tidak kekal dan abadi . Artinya manusia itu disamping mengalami suka,
tidak jarang juga mengalami duka dan kemalangan silih berganti datangnya. Ada
kalanya untung, tetapi tidak jarang mengalami kerugian.
Asuransi atau pertanggungan di dalamnya selalu mengandungpengertian
adanya suatu risiko. Risiko dimaksud belum pasti karena masih tergantung pada
suatu peristiwa yang belum pasti pula. Risiko sebagaimana dimaksud di atas tidak
hanya dihadapi oleh manusia pada masa sekarang saja, tetapi jauh sebelumnya,
yaitu sejak manusia itu pada hakikatnya selalu menghadapi risiko,tetapi dengan
permulaan kegiatan manusia mulai ada di muka bumi ini. Salah satu upaya
manusia untuk mengalihkan risikonya sendiri, ialah dengan jalan mengadakan
perjanjian pelimpahan risiko dengan pihak lain. Perjanjian semacam itu disebut
sebagai perjanjian asuransi atau pertanggungan. Asuransi atau Pertanggung, di
dalamnya selalu mengandung suatu konsep beberapa arti; tergantung pada
pemakaian dan hubungan serta disiplin kata itu dipergunakan. Peristiwa Peralihan
oleh kalangan luas dalam masyarakat dalam jangka waktu yang relatif lama dan
terus- menerus, akan melahikrkan suatu lembaga.3
Lembaga demikian dapat disebut lembaga asuransi atau pertanggungan.
Penanggung sebagai lembaga dalam praktek, biasanya adalah perusahaan
pertanggungan/asuransi. Oleh karena itu sesungguhnya lembaga peralihan risiko
ini merupakan satu manifestasi dari usaha manusia untuk menghindari paling
sedikit mengurangi serta menyebarkan risiko yang seharusnya ditanggung sendiri
kemudian dialihkan kepada pihak lain yang bersedia menerimanya melalui
perjanjian asuransi atau pertanggungan. Kegiatan termaksud di atas secara singkat
dapat pula disebut sebagai risk management.4
Kitab Undang – undang Hukum Dagang pada pasal 246 memberikan batasan
tentang asuransi atau pertanggungan antara lain :5
“ Asuransi atau pertanggungan adalah suatu perjanjan dengan mana seorang
penanggung mengikatkan diri kepada seorang tertanggung , dengan menerima
suatu premi, untuk memberikan penggantian kepadanya karena suatu kerugian
,kerusakan atau kehilangan keuntungan yang diharapkan, yang mungkin akan
dideritanya karena suatu persitiwa yang tak tertentu atau suatu kerusakan
menikmati suatu premi mengikat dirinya terhadap tertanggung untuk
membebaskannya dari kerugian karena kehilangan, kerugian atau ketiadaan.
3
Ibid hal 12
4 Risk management, adalah sebuah proses metodis dalam menangani semua risiko dalam
aktivitas organisasi. Manajemen risiko juga dapat diistilahkan sebagai suatu seni dan sekaligus ilmu pengetahuan untuk mereduksi risiko kerugian dan meminimalisasi efeknya terhadap bisnis
5
Perusahaan asuransi sebagai perusahaan jasa, menjual jasa kepada pelanggan
pada satu sisi, sedangkan satu sisi yang lain perusahaan asuransi adalah sebagai
investor dari tabungan masyarakat kepada investasi yang produktif. Sebagaimana
perusahaan pada umumnya perusahaan asruansi membutuhkan dua perusahaan
mengenai asuransinya. Untuk mengetahui apakah perusahaan itu, harus dinilai dan
dimulai dari tujuannya. Tujuan suatu perusahaan pada dasarnya tidak berada
dalam perusahaan,tetapi berada di luar perusahaan yaitu di dalam masyrakat.6
Perusahaan asuransi sebagai salah satu sebuah lembaga yang ada dan
tumbuh di dalam masyarakat, mempunyai tujuan akhirnya ialah pelanggan yang
tidak saling bertemu. Yang pertama adalah pelanggan yang membutuhkan jasa
asurasi dan membayar premi, sedangkan yang lain ialah pihak yang menggunakan
kumpulan dana yang berasal dari kumpulan premi dari pelanggan jenis pertama.7
Lembaga Asuransi apabila kita telusuri, usianya kemungkinan sama
dengan usia peradaban manusia itu sendiri. Pada mulanya, rasa aman itu ada
apabila ada jaminan atas tersedianya makanan dan tempat tinggal. Dalam
kegiatan sehari – hari kita selalu menghadapi risiko. Risiko yang dihadapi biasa
bersifat risiko murni maupun spekulatif., Cara pengelolaan risiko antara lain dapat
dilakukan dengan cara asumsi atau self insured, pengendalian hingga transfer
risiko kepada pihak perusahaan – perusahaan asuransi. Dalam hal tersebut bahwa
risiko yang dihadapi seorang dapat dipindahkan kepada perusahaan asuransi
dengan cara membeli polis dan membayar premi. Dapat disimpulkan bagaimana
6
Ibid, hal 9
7
perusahaan Asuransi dalam memberikan proteksi / jaminan terhadap kerugian
yang mungkin diderita masyarakat . Apabila lembaga asuransi ini tidak ada, maka
keamanan masyarakat terhadap harta benda dan kelangsungan usahanya akan
menjadi terganggu.8
Betapa penting, dan besar manfaatnya asuransi dalam pembangunan
dewasa ini, terutama dalam usaha menyerap modal swasta melalui premi asuransi
yang didapat dari para pemegang polis. Dengan mulai tampak adanya perubahan
dalam cara berpikit sebagian besar bangsa Indonesia. Salah satu jenis asuransi
yang dikenal sekarang ini adalah asuransi jiwa. Pada asuransi jiwa yang
dipertanggungkan ialah yang disebabkan oleh kematian . Kematian tersebut
mengakibatkan hilangnya pendapatan seseorang atau suatu keluarga tertentu. 9
Dalam hal tersebut betapa penting peranan asuransi jiwa untuk
melindungi jiwa seseorang dari malapetaka yang mungkin timbul, yang belum
diketahui sebelumnya dan tidak dikehendaki oleh manusia serta sekadar
mengurangi beban bagi keluarga yang ditinggalkanya. Asuransi jiwa bukan hanya
menguntungkan pihak – pihak yang saling mengadakan perjanjian asuransi saja,
tetapi dalam ruang lingkup yang lebih luas lagi, dapat pula menguntungkan
kepentingan yang berasal dari premi asuransi, yang amat diperlukan dalam
pembangunan yang sedang giat dilaksanakan olehpemerintah pada waktu ini demi
kemajuan Negara dan kesejahteraan masyarakat Indonesia pada umumnya.10
8
Agus prawoto, hukum asuransi dan kesehataan perusahaan asurans, bfpe- yogyakarta , hal 7 9
Ibid, hal 274 10
Demi menjaga keamanan si tertanggung terutama apabila ada klaim
hendaknya pemerintah membuat peraturan hukum yang berupa undang – undang
asuransi, terutama dalam asuransi jiwa agar terdapat Keseragaman dari masing
– masing perusahaan asuransi jiwa, sehingga dapat meyakinkan para peserta
bahwa dirinya akan aman dan terjamin haknya sesuatu yang menimpa pada
dirinya.11
Dalam hal asuransi jiwa, maka Jiwa seseorang dapat diasuransikan untuk
keperluan orang yang berkepentingan, baik untuk selama hidupnya maupun untuk
waktu yang ditentukan dalam perjanjian. Orang yang berkepentingan dapat
mengadakan asuransi itu bahkan tanpa diketahui atau persetujuan orang yang
diasuransikan jiwanya. Jadi setiap orang dapat mengasuransikan jiwanya, asuransi
jiwa bahkan dapat diadakan untuk kepentingan pihak ketiga. Asuransi jiwa dapat
diadakan selama hidup atau selama jangka waktu tertentu yang dtetapkan dalam
perjanjian. Pihak-pihak yang mengikatkan diri secara timbal balik itu disebut
penanggung dan tertanggung. Penanggung dengan menerima premi memberika
pembayaran, tanpa menyebutkan kepada orang yang ditunjuk sebagai
penikmatnya.
Namun dalam hal mengenai asuransi jiwa ini, maka apabila terjadi klaim
asuransi, dimana apabila klaim asuransi tersebut tidak dibayar oleh perusahaan
asuransi yang bersangkutan maka perusahaan asuransi tersebut dapat dikatakan
sebagai wanprestasi atau sebaliknya kemungkina tidak dibayar klaim asuransi
11
tersebut karena mungkin penanggung tidak melengkapi persayaratan atau
prosuder dalam pengajuan pembayaran klaim asuransi. Oleh karena itu sering
terjadi permasalahan baik dalam pembayaran maupun mengenai penanganan
klaim asuransi ini.
Berdasarkan uraian di atas penulis dalam akan melakukan suatu
penelitian yang akan dilakukan di Pt. MNC life cabang Medan untuk mengetahui
lebih luas lagi mengenai penanganan klaim asuransi dan tuntutan pembayaran
klaim asuransi dalam judul “ Tinjauan Hukum tentang Tuntutan Pembayaran
klaim Asuransi dalam PT. MNC Life ( Cab. Medan).
B.Rumusan Masalah
Dari Latar belakang diatas, maka penuls merumusakn masalah sebagai
berikut :
1. Bagaimanakah Persyaratan mengenai Prosuder Pengajuan Klaim Asuransi Jiwa
dalam Mnc Life Insurance ?
2. Bagaimanakah Penyelesaian Pembayaran Klaim Asuransi Jiwa dalam Mnc Life
Insurance?
3. Apakah Penyebab Penolakan Pembayaran Klaim Asuransi Jiwa Dalam Mnc
Life Insurance ?
C. Tujuan Penulisan
Adapun yang menjadi tujuan dari pembahasan penulisan ini adalah sebagai
berikut :
2. Untuk mengetahui penyelesain pembayaran Klaim asuransi jiwa dalam Mnc
Life.
3. Untuk mengetahui sebab Penyebab Penolakan pembayaran klaim asuransi
dalam Mnc Life
D. Tinjauan Kepustakaan
Perasuransian adalah isitlah hukum yang dipakai dalam perundang –
undangan dan Perusahaan Peransuransian. Istilah Perasuransian berasal dari kata “
asuransi” yang berarti pertanggungan atau perlindungan atas suatu objek dari
ancaman bahaya yang menimbulkan kerugian. Usaha yang berkenaan dengan
asuransi ada dua jenis yaitu :
a. Usaha di bidang kegiatan asuransi disebut usaha asuransi
b. Usaha di bidang kegiatan penunjang usaha asuransi disebut usaha
penunjang usaha asuransi
Sedangkan pengertian dari asuransi adalah suatu persetujuan dimana
penanggung dengan menikmati suatu premi mengikat dirinya terhadap
tertanggung untuk membebaskan dari kerugian karena kehilangan, kerugian, atau
oleh karena suatu kejadian yang tidak pasti.
Dalam Asuransi dikenal dengan Asuransi jiwa,dimana asuransi jiwa
merupakan yang dipertanggungkan oleh kematian ( death ), dalam arti disebabkan
karena meninggalnya terlalu cepat atau hidupnya yang terlalu lama.namun risiko
terlalu lama, maka sebaiknya diadakan pertanggungan jiwa.Dalam hal
pertanggungan jiwa dapat terjadi pengajuan atau tuntutan klaim asuransi jiwa
dimana karena tertanggung meminta klaim kepada penanggung dikarenakan klaim
tersebut tidak dibayar sesuai dengan perjanjian.oleh karena itu diperlukan prosude
persyaratan dalam pengajuan klaim serta penyelesaian pembayaran klaim yang
akan dilakukan oleh pihak perusahaan yang bersangkuran.12
E. Metode Penulisan
Dalam penyusunan skripsi ini, penulis berusaha semaksimal mungkin untuk
mengumpulkan bahan – bahan yang diperlukan atau mencari data- data yang
terdapat dalam penelitian dan pendekatan metode- metode pengumpulan bahan
ini antara lain :
1. Metode Penelitian
Metode Penelitianyang dilakukan adalah penelitian Yuridis Normatif.
Yaitu penelitian terutama dilakukan kepada norma-norma hukumyang terdapat
dalam peraturan perundang –undangan serta tentang kaidah atau apabila hukum
dipandang sebagai sebuah kaedah yang perumusannya secara otonomi tanpa
dikaitkan dengan masyarakat, yang kemudian didukung dengan data – data
sekunder yang diperoleh dari buku – buku, hasil- hasil penelitian, surat kabar,
makalah, dan sebagainya . Disamping itu digunakan juga pendekatan yuridis
empiris, yaitu peneltian dilakukan dengan mempelajari hukum sebagai gejala
sosial biasa, sama dengan gejala sosial lainnya, yang kemudian didukung
dengan data primer yang diperoleh dari wawancara asuransi yang bersangkutan .
12
2.Lokasi
Penelitian ini dilakukan pada Perusahaan Mnc Life Insurance cabang
Medan, yang beralamat di jalan Imam Bonjol No.16-D Medan 201
3. Data yang digunakan
Data yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah :
a ) Data Primer, adalah data yang diperoleh langsung dari sumber pertama,
yakni hasil dari wawancara yang diperoleh dari Mnc Life Insurance
Cabang Medan.
b). Data Sekunder, yaitu data yang tidak diperoleh langsung dari sumber
pertama, yang meliputi :
1). Peraturan Perundang – undangan yang berkaitan dengan penulisan
skripsi.
2). Buku – buku yang berhubungan dengan penulisan skripsi.
3). Keterangan – Keteranan yang berasal dari literature.
4). Dokumen – dokumen yang bersangkutan dengan judul penulisan.
5). Data dan Studi yang diperoleh dari Mnc Life Insurance Cab Medan.
4. Metode Pengumpulan Data
a) Library research ( Penelitian Pustaka) .
Penelitian ini dilakukan dengan mencari bahan – bahan atau data – data untuk
keperluan penulisan ini melalui kepustakaan dengan cara membaca, menafsirkan
atau mentransfer buku – buku atau literatur, yang penulis anggap penting sebagai
pendukung dalam pembuatan skripsi ini.
Maksud dari penelitan ini adalah mengadakan penelitian langsung ke lapangan
untuk mengetahui sejauh mana teori , pedoman yang telah tersedia dapat
diterapkan dilapangan ataupun apakah yang terdapat dilapangan telah sesuai
dengan ketentuan yang ada atau terhadap kenyataan yang ada.
5. Alat Pengumpulan Data.
Data Primer yang digunakan dalam penulisan skripsi ini, didapat dengan
menggunakan alat – alat pengumpul data sebagai berikut :
a. Wawancara, yaitu mengadakan komunikasu langsung secara verbal dengan
instansi yang terkait untuk memperoleh informasi yang dipelukan.
b. Pengamatan, yaitu mengadakan pengamatan langsung terhadap perilaku
masyarakat yang bersangkutan terkait dengan penulisan skripsi ini.
Data Sekunder yang digunakan dalam penulisan skripsi ini, didapat dengan
menggunakan: Peraturan perundang – undangan, buku – buku, dokumen –
dokumen yang berkaitan dengan skripsi, dan data yang diambil dari perusahaan
Mnc Life cab medan.
6. Analisa Data.
Analisa data yang dilakukan oleh penulis adalah dengan cara menerangkan
dan menjelaskan semua data yang diterima dan didapat dari sumber – sumber
data. Semua data yang diperoleh akan dianalisa secara kualitatif dengan penarikan
kesimpulan secara deduktif.
F. Sistematika Penulisan
diuraikan terarah dan data yang diperoleh relevan untuk menggambarkan keadaan
yang sebenarnya dan menghindari data yang membias.
Untuk Mempermudah pemahaman seperti yang telah diuraikan
sebelumnya maka pembahasan penulisan ini mencakup 5 bab, yaitu :
BAB I : PENDAHULUAN
Merupakan pendahuluan yang menguraikan apa yang
menjadi latar belakang permasalahan dari skripsi ini,
merumuskan masalah yang menjadi pokok pembahasan,
menamparkan tujuan dan manfaat dari penulisan skripsi
ini, keaslian judul, tinjauan pustaka serta mengenai
metode dan sistematika penulisan dari skripsi ini
.
BAB II : Asuransi Dan Perjanjian Asuransi
Berisi uraian secara teoritis mengenai perjanjian
Asuransi serta mengenai asuransi dan peraturan
perundang – undangan yang mengatur mengenai hal itu
serta dampak dalam perjanjian tersebut.
BAB III : Tinjauan Umum Mengenai Asuransi jiwa dan Klaim
Berisikan suatu masalah mengenai Pengertian umum
mengenai asuransi jiwa serta klaim asuransi dan cara
menyelesaikan klaim
BAB IV : Penyelesain Tuntutan Pembayaran Klaim asuransi Dalam
Mnc Life Cab. Medan
Berisikan suatu masalah mengenai penyelesain pembayaran
klaim asuransi jiwa tersebut
BAB V : PENUTUP
Berisikan kesimpulan dan saran – saran yang ditarik
berdasarkan hasil analisi data
G.Keaslian Penulisan
Penulisan ini dilakukan atas ide dan pemikiran dari penulis sendiri ,
dengan masukkan yang berasal dari berbagai pihak guna membantu penulisan
skripsi ini. Skripsi ini berjudul : tinjauan hukum tentang tuntutan pembayaran
klaim asuransi jiwa pada Pt Mnc Life Cab medan. Skripsi ini belum pernah
dibuat oleh mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, dan
sebelumnya telah dilakukan penelusuran dan pemeriksaan di Perpustakaan
Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, judul ini., kalaupun ada kemiripan
hal itu pastilah dilakukan dengan tidak sama dan tentunyamasalah substansinya
1. Judul Skripsi : “ Pelaksanan Klaim asuransi kendaraan bermotor roda empat
dan hambatannya di PT. Asuransi Harta aman Pratama,Tbk” . Medan.
Ditulis oleh Dyah Septari Mario Siregar, NIM : 070200320 Faklutas Hukum
USU.
2. Judul Skripsi : “ Tinjauan Hukum Tentang Sistem Pembayaran Klaim
Asuransi Jiwa Medical ( Dengan Pemeriksaan Dokter ) Pada PT. Asuransi
jiwa Bumi Putera 1912. Di tulis oleh M. Herry Surya, Nim 940200129.
Skripsi ini asli karya ilmiah saya sendiri. Karya ini diharapkan berguna di
kalangan mahasiswa serta masyarakat yang yang berkaitan dengan program yang
BAB II
ASURANSI DAN PERJANJIAN ASURANSI
A.Pengertian Asuransi menurut ketentuan umum dan Premi dalam
Asuransi
Menurut ketentuan pasal 246 KUHD yang memuat bahwa asuransi atau
pertanggungan adalah suatu perjanjian dengan mana seorang penanggung
mengikatkan diri kepada tertanggung dengan menerima premi, untuk memberikan
penggantian kepadanya karena suatu kerugian, kerusakan atau kehilangan
keuntungan yang diharapkan yang mungkin akan dideritanya karena suatu
peristiwa yang tak tertentu.13
Berdasarkan definisi tersebut dapat diuraikan unsur – unsure asuransi
atau pertanggungan sebagai berikut:14
1. Pihak- pihak . subjek asuransi adalah pihak – pihak dalam asuransi, yaitu
penanggung dan tertanggung yang mengadakan perjanjan asuransi.
Penanggung dan tertanggung adalah pendukung kewajiban dan hak.
Penanggung wajib memikul risiko yang dialihkan kepadanya dan berhak
memperoleh pembayaran premi, sedangkan tertanggung wajib membayar
premi dan berhak memperoleh penggantian jika timbul kerugian atas harta
milik yang diasuransikan.
2. Status pihak – pihak, Penanggung harus berstatus sebagai perusahaan badan
hukum , dapat berbentuk Perseroan Terbatas (PT). Tertanggung dapat
13
Abdulkadir Muhammad, Hukum Asuransi Indonesia: citra aditya bakti,bandung,2006 hal 8
14
berstatus sebagai perseorangan, persekutuan, atau badan hukum baik sebagai
perusahaan ataupun bukan perusahaan.
3. Objek Asuransi, Objek asuransi dapat beruba benda, hak atau kepentingan
yang melekat pada benda, dan sejumlah uang yang disebut premi atau ganti
kerugian.
4. Peristiwa Asuransi, adalah perbuatan hukum berupa persetujuan atau
kesepakatan bebas antara penanggung dan tertanggung mengenai objek
asuransi
5. Hubungan Asuransi , yang terjadi antara penanggung dan tertanggung adalah
keterikatan yang timbul karena persetujuan atau kesepakatan bebas.
Asuransi dalam bahasa belanda disebut verzekering yang berarti
pertanggungan atau asuransi dalam bahasa inggris disebut inssurance.15 Asuransi
berasal dari bahasa inggris “assure” yang berarti menanggung dan “assurance”
yang berarti tanggungan.16
1. Undang – undang nomor 2 tahun 1992 :
Dalam hukum asuransi kita mengenal berbagai macam istilah, ada yang
mempergunakan istilah hukum pertanggungan, dalam bahasa belanda disebut
Verzekering Recht, dan dalam istilah bahasa Inggris disebut Insurance Law,
sedangkan dalam praktek-praktek sejak zaman Hindia Belanda sampai sekarang
banyak dipakai orang istilah Asuransi (Asurantie).
15
J.C.T. Simorangkir, Rudy Erwin, J.T. Prasetyo, Kamus Hukum, (Jakarta; Sinar Grafika, 2009) Hal 182
16
Menurut ketentuan pasal 1 angka ( 1) undang – undang nomr 2 tahun
1992 tentang usaha perasuransian17
2. New York insurance law
: “
Asuransi atau pertanggungan adalah perjanjian antara 2 ( dua) pihak atau lebih
dengan mana pihak penanggung mengikatkan diri kepada tertanggung dengan
menerima premi asuransi untuk memberikan penggantian kepada tertanngung
dengan kerugian, kerusakan atau kehilangan keuntungan yang diharapkan atau
tanggung jawab hukum kepada pihak ketiga yang mungkin akan diderita
tertanggung yang akan timbul dari suatu peristiwa yang tidak pasti atau untuk
memberikan suatu pembayaran yang didasarakna atas meninggal atau hidupnya
seseorang yang dipertanggungkan.
Dalam Pasal 41 New York insurance law, dalam definisi tersebut hanya
meliputi ganti kerugian terhadap harta kekayaan, tetapi juga meliputi pengertian
yang ada manfaatnya bagi tertanggung. Jadi termasuk juga pembayaran sejumlah
uang pada asuransi jiwa. Dalam pasal 41 new York insurance law meliputi
asurasni kerugian dan asuransi jumlah.18
3.Berdasarkan KUHperdata
Menurut KUHperdata bahwa berdasarkan ketentuan pasal 1774
KUHperdata, perjanjian asuransi itu dimasukkan menjadi salah satu jenis
atauperjanjian untung – untungan di samping pertaruhan dan perjudian dan bunga
cagak hidup 19
17
Undang – undang no. 2 tahun 1992 dalam pasal 1 ayat (1)
18
Pasal 41 New York Insurance Law
lebih lanjut Abdulkadir Muhammad membuat perbandingan antara rumusan pasal
1 angka (1) Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1992 dan Pasal 246 KUHD :20
1. Definisi Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1992 meliputi asuransi kerugian
dan asuransi jiwa. Asuransi kerugian dibuktikan oleh bagian kalimat
“penggantian karena kerugian, kerusakan, kehilangan keuntungan yang
diharapkan”. Asuransi jiwa dibuktikan oleh kalimat “memberikan pembayaran
yang didasarkan atas meninggal atau hidupnya seseorang”, bagian ini tidak ada
dalam Pasal 246 KUHD.
2. Definisi dalam Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1992 secara eksplisit
meliputi juga asuransi untuk kepentingan pihak ketiga, hal ini terdapat dalam
bagian kalimat “tanggung jawab hukum kepada pihak ketiga”, bagian ini tidak
terdapat dalam pasal 246 KUHD.
3. Definisi dalam Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1992 meliputi obek asuransi
berupa benda, kepentingan yang melekat atas benda, sejumlah uang jiwa manusia.
Objek asuransi berupa jiwa manusia tidak terdapat dalam definisi pasal 246
KUHD.
4. Definisi dalam Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1992 meliputi evenement
berupa peristiwa yang menimbulkan kerugian pada benda objek asuransi dan
peristiwa meninggalnya seseorang. Peristiwa meninggalnya seseorang tidak
terdapat dalam Pasal 246 KUHD.
Pengertian Premi Dalam Asuransi
19
Kitab Undang – undang Hukum perdata Paal 1774
20
Dalam pasal 246 KUHD terdapat rumusan 21
“ dengan mana penanggung mengikatkan diri kepada tertanggung dengan
menerima premi .
:
22
Untuk mencegah terjadinya pembatalan asuransi karena premi tidak
dibayar biasanya pihak – pihak mencantumkan klausula dalam polis yang
menyatakan: “ Premi harus dibayar di muka ( pada waktu yang telah ditentukan
)”.Jika Premi Tidak dibayar pada waktu yang telah ditentukan, asuransi tidak “
Berdasarkan rumusan tersebut, dapat diketahui bahwa premi adalah salah
satu unsur penting dalam asuransi karena merupakan kewajiaban utama yang
wajib dipenuhi oleh tertanggung kepada penanggung. Dalam hubungan hukum
asuransi, penanggung menerima pengalihan risiko dari tertanggung dan
tertanggung membayar sejumlah premi sebagai imbalannya. Apabila premi tidak
dibayar, asuransi dapat dibatalkan atau tidak setidak – tidaknya asuransi tidak
berjalan. Premi harus dibayar lebih dahulu oleh tertanggung karena tertanggung
pihak yang berkepentingan.
Sebagai perjanjian timbal balik, asuransi bersifat konsensual, artinya sejak
terjadi kesepakatan timbulah kewajiban dan hak kedua belah pihak. Akan tetapi,
asuransi baru berjalan jika kewajiban tertanggung membayar premi telah
dipenuhi. Dengan kata lain, risiko atas benda beralih kepada penanggung sejak
premi dibayar oleh tertanggung. Oleh karena itu, dapat dipahami bahwa ada
tidaknya asuransi ditentukan oleh pembayaran premi. Premi merupakan kunci
perjanjian asuransi.
21
Abdulkadir Muhammad, Hukum asuransi indonesia . Op.Cit hal 105
22
berjalan. Jika terjadi peristiwa yang menimbulkan kerugian, Penanggung tidak
berkewajiban membayar klaim tertanggung.
Berdasarkan uraikan diatas, maka dapat dipahami bahwa premi asuransi
merupakan syarat mutlak untuk menentukan perjanjian asuransi dilaksanakan atau
tidak. Kriteria premi asuransi adalah sebagai berikut :
a. Dalam Bentuk Sejumlah uang,
b. Dibayar lebih dahulu oleh Tertanggung,
c. Sebagai imbalan pengalihan risiko,
d. Dihitung berdasarkan persentase terhadap nilai risiko yang dialihkan.
Ekstensi lembaga asuransi sebagai usaha di Indonesia, telah diberikan
dasar hukum yang kokoh oleh undang – undang nomor 2 tahun 1992 tentang
usaha perasuransian. Legalisasi terhadap kegiatan usaha asruansi melalui
pemberian izin usaha ini sangan diperlukan., mengingat bahwa perusahaan
asuransi dalam melaksanakaan kegiatannya itu dilakukan dengan cara
mengumpulkan dana masyarakat dalam bentuk uang premi, yang kemudian harus
dikembalikan lagi kepada masyarakat melalui pembayaran klaim. 23
Usaha pertanggungan itu dapat dijelmahkan sebagai berikut, bahwa usaha
asuransi itu berarti memasukkan premi yang kemudian merupakan suatu dana .
Dana yang tersimpan dalam waktu yang beberapa lama di dalam perusahaan dapat
dipergunakan oleh perusahaan tersebut untuk membiayai suatu usaha yang
mendatangkan keuntungan baginya di samping membantu masyarakat
meningkatkan usaha – usaha dengan memberikan modal atau kredit untuk jangka
23
pendek atau jangka panjang. Usaha – usaha ini jelas membantu pembangunan
ekonomi di Negara yang kemudian dapat dinikmati oleh anggota masyarakat. Jadi
semua premi yang terkumpul itu dapat dipakai sebagai usaha investasi di dalam
proyek ekonomi.24
Di samping sebagai alat menghimpun dana pembangunan maka usaha
perasuransian itu juga dilihat manfaatnya sebagai salah satu alat yang
memberikan jaminan bagi kelangusngan usaha- usaha besar yang pada suatu
ketika mengalami kerugian sebagai akibat dari suatu peristiwa yang menimpa
perusahaan tersebut. Alat – alat produksi yang mengalami kerusakaan atau
kebakaran sehingga musnah, dapat diganti atau dipulihkan oleh perusahaan
asuransi sehingga perusahaan – perusahaan tersebut tidak menjadi berhenti atau
bangkrut melainkan dapat melanjutkan perusahaanya.25
B. Prinsip dan Tujuan Asuransi
Asuransi sebagai suatu perjanjian dilengkapi juga dengan beberapa fisik. Hal ini
bertujuan agar sistem perjanjian asuransi itu dapat dipelihara dan dipertahankan,
sebab suatu norma dapat tanpa dilengkapi dengan prinsipcenderung untuk tidak
mempunyai kekuatan mengikat. Prinsip – prinsip yang terdapat dalam sistem
hukum asuransi tersebut antara lain:26
1. Prinsip kepentingan yang dapat diasuransikan ( principle of insurable interest )
prinsip ini dapat dijabarkan dalam pasal 250 KUHD , yang menentukan bahwa :
24
Djoko prakoso, Hukum asuransi Indonesia; Rineka Cipta,2004 hal 11 25
Ibid, hal 12 26
“Apabila seseorang yang telah mengadakan pertanggungan untuk diri sendiri ,
atau apabila seseorang, yang untuknya telah diadakan suatu pertanggungan, pada
saat diadakannya pertanggungan itu tidak mempunyai kepentingan terhadap
barang yang dipertanggungkan itu, maka penanggung tidaklah diwajibkan
memberikan ganti rugi .
Apabila disimpulkan, maka ketentuan diatas mensyaratkan adanya
kepentingan dalam mengadakan perjanjian asuransi dengan akibat batalnya
perjanjian tersebut. Dalam hal tidak ada kepentingan, maka penanggung tidak
diwajibkan untuk memberikan ganti rugi . Ketentuan terdapat dalam pasal 250
KUHD diatas untuk membedakan antara asuransi dengan permainan atau
perjudian
Pada saat ditutupnya perjanjian asuransi itu harus ada kepentingan .
Permasalahan akan timbul apabila unsur kepentingan tersebut dibuktikan pada
saat ditutupnya perjanjian asuransi.
2. Prinsip itikad baik ( principle of utmost goodfaith )
Dalam perjanjian asuransi, unsur saling percaya antara penanggung dan
tertanggung sangatlah penting. Tertanggung dengan itikad baik dan secara jujur
wajib memberikan segala keterangannya dengan benar mengenai objek asuransi
yang akan diasuransikan . Di lain pihak tertanggung juga percaya bahwa kalau
terjadi persitiwa .penanggung akan membayar ganti rugi saling percaya ini
dasarnya adalah itikad baik . Prinsip itikad baik ini harus dilaksanakan dalam
setiap perjanjian ( pasal 1338 ayat (3) KUHPerdata ), termasuk dalam perjanjian
Dalam perjanjian asuransi, banyak pasal – pasal KUHD yang dapat
disimpulkan mengandung itikad baik. Pasal – Pasal itu antara lain 251,255,277
KUHD. Tetapi yang paling dikenal orang adalah pasal 251 KUHD, yang dikenal
dengan kewajiban memberikan keterangan. Dalam pasal 251 KUHD tersbut,
asuransi menjadi batal apabila tertanggung memberikan keterangangan keliru atau
tidak benar sama sekali tidak membeli keterangan. Sayangnya dalam pasal
tersebut, tidak dipersoalkan apakah tertanggung beritikad baik atau buruk. Dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa pasal 251 KUHD terlalu memberatkan
tertanggung.
3. Prinsip Ganti rugi ( Principle of Indemnity )
Asuransi sebagaimana dapat disimpulkan dari pasal 246 KUHD
merupakan perjanjian penggantian kerugian. Ganti rugi disini mengandung arti
bahwa penggantian kerugian dari penanggung harus seimbang dengan kerugian
yang sungguh- sungguh diderita oleh tertanggung . Tujuan prinsip ganti rugi atau
indemnitas adalah untuk mengembalikan posisi keuangan tertanggung pada posisi
semula sesaat sebelum terjadinya kerugian. Tertanggung hanya berhak
mendapatkan ganti kerugian yang sungguh – sungguh dialaminya, bukan untuk
mendapat keuntungan .
Pasal 235 KUHD mengatur prinsip ganti rugi. Pasal – pasal yang ada
kaitannya dengan prinsip ganti rugi antara lain : pasal 246 ,
250,252,253,277,278,280,284. Pasal 252 KUHD menentukan bahwa: “ Kecuali
dalam hal – hal yang disebutkan dalam ketentuan undang – undang ,maka tak
dipertanggukan untuk harganya penuh, dan demikian itu atas ancaman batalnya
pertanggungan kedua tersebut.”
Ketentuan di atas memberi pengaturan bahwa asuransi diancam batal,
apanila diadakan asuransi yang kedua atas kepentingan yang telah diasuransikan
dengan nilai yang penuh , pada saat perjanjian asuransi yang kedua itu diadakan.
Beberapa penulis berpendapat bahwa asuransi berganda yang dikecualikan
oleh pasal 252 KUHD itu adalah asuransi sesuai dengan ketentuan pasal 277
KUHD, yang menentukan bahwa :
e. Apabila berbagai pertanggungan , dengan itikad baik, telah diadakan
mengenai satu – satunya barang , sedangkan dalam pertanggungan yang
pertama harga sepenuhnya telah dipertanggungkan, maka hanya
pertanggungan pertama itulah yang mengikat , sedangkan para penanggung
berikutnya dibebaskan.
f. Apabila dalam pertanggungan yang pertama itu tidak dipertanggungkan
harga sepenuhnya, maka para penanggung yang berikut bertanggung jawab
untuk harga yang selebihnya, menurut tertib waktu ditutupnya pertanggungan
yang berikut itu.
Menurut pasal 277 KUHD , jika terjadi perjanjian yang berhubungan
dengan asuransi yang berganda atas benda yang sama dengan kepentingan yang
sama dan waktu yang sama, dan harga pertanggungan penuh telah ada pada
penanggung yang pertama, maka penanggung kedua dibebaskan. Penanggung
pertanggungan apabila dalam pertanggungan pertama tidak dipertanggungkan
harga sepenuhnya.
Dengan demikian pasal 252 KUHD bertujuan untuk mencegah adanya
penggantian kerugian yang menjadi melebihi dari kerugian yang diderita dan
mengharuskan adanya keseimbangan antara penggantian kerugian dengan nilai
benda yang diasuransikan.Akan tetapi perlu diperhatikan adalah mengenai
berlakunya asas indemnitas ini , yang hanya berlaku dalam asuransi kerugian dan
tidak berlaku dalam asuransi sejumlah uang . Hal ini karena dalam asuransi
sejumlah uang ganti rugi, tidak dipertimbangkan dengan kerugian yang sungguh –
sungguh diderita, akan tetapi uang asuransi sudah ditetapkan sebelumnya pada
waktu ditutupnya perjanjian asuransi . Dasarnya, sebab pada asuransi sejumlah
uang, kepentingannya tidak dapat dinilai dengan uang.
4. Prinsip Subrogasi ( principle of subrogation )
Apabila terjadinya peristiwa yang tidak diharapkan terjadinya dalam
perjanjian asuransi, maka tertanggung dapat menuntut penanggung untuk
memberikan ganti rugi. Akan tetapi, apabila sebab terjadinya kerugian itu
diakibatkan oleh pihak , maka berarti tertanggung itu dapat menuntut penggantian
dari dua sumber . Sumber pertama dari penanggung dan sumber kedua dari pihak
ketiga yang telah menyebabkan kerugian itu . Penggantian dari dua sumber itu
jelas bertentangan dengan asas dalam perjanjian asuransi itu sendiri, yaitu asas
indeminitas dan asas hukum tentang larangan memperkaya diri sendiri secara
saja dari perbuatannya yang telah menyebabkan kerugian bagi tertanggung
sangatlah tidak adil.
Untuk mencegah tercegahnya penyimpangan – penyimpangan seperti itu,
undang – undang mengaturnya dalam pasal 284 KUHD yang menentukan bahwa
:27
a. Apabila tertanggung di samping mempunyai hak – hak terhadap penanggung
juga mempunyai hak – hak terhadap pihak ketiga;
“ Seorang penanggung yang telah membayar ganti kerugian sesuatu barang yang
dipertanggukan, menggantikan si tertanggung dalam segala hak yang
diperolehnya terhadap orang – orang ketiga berhubung dengan penerbitan
kerugian tersebut; dan si tertanggung itu adalah bertanggung jawab untuk setiap
perbuatan yang dapat merugikan si penanggung terhadap orang- orang ketiga
Dengan adanya ketentuan demikian, berarti secara otomatis berdasarkan
undang – undang, apabila terjadi kerugian yang menimpa tertanggung oleh pihak
ketiga, maka penanggung dapat menggantikan kedudukan tertanggung untuk
melaksanakan hak – haknya terhadap pihak ketiga tersebut. Jadi subrogasi
berdasarkan undang – undang ini hanya dapat diberlakukan apabila ada dua factor
yaitu :
b. Hak- Hak itulah timbulnya kerugian, Subrogasi ini hanya berlaku dalam
asuransi kerugian saja dan tidak berlaku terhadap asuransi sejumlah uang, oleh
karena itu dalam asuransi sejumlah uang, jumlah ganti rugi telah ditetapkan
c. sebelumnya, yaitu pada waktu ditutupnya perjanjian asuransi .
27
5. Prinsip Sebab akibat ( Principle of Proximate cause )
Kewajiban penanggung untuk mengganti kerugian kepada tertanggung
timbul apabila peristiwa yang menjadi sebab adanya kerugian itu dijamin oleh
polis. Akan tetapi, tidaklah mudah untuk menentukan suatu peristiwa itu
merupakan sebab timbulnya kerugian yang dijamin oleh polis. Terlebih – lebih
apabila peristiwanya banyak, sehingga sulit untuk menetukan mana yang menjadi
sebab timbulnya kerugian.
Dalam hal ini , ada 3 pendapat untuk menentukan sebab timbulnya
kerugian dalam perjanjian asuransi, yaitu :28
a. Pendapat menurut peradilan di inggris , yang menyatakan bahwa sebab dari
kerugian itu secara urutan kronologis terletak terdekat kepada kerugian . inilah
yang disebut Causa Proxima.
b. Pendapat yang kedua ialah di dalam pengertian hukum pertanggungan, sebab
itu tiap – tiap peristiwa yang tidak dapat ditiadakan tanpa ikut melenyapkan
kerugian itu. Dalam perkataan lain ialah tiap peristiwa yang dianggap sebagai
condito sinequanon terhadap kerugian itu.
c. Causa remota, bahwa yang menjadi sebab dari timbulnya kerugian itu ialah
peristiwa yang terjauh. Ajaran ini merupakan lanjutan dari pemecahan suatu
ajaran yang disebut “ sebab adequate “ yang mengemukakan bahwa
dipandangsebagai sebab yang menimbulkan kerugian itu ialah peristiwa yang
pantas berdasarkan ukuran pengalaman yang harus menimbulkan kerugian itu.Jadi
dengan demikian, berdasarkan sebab itulah timbul kerugian yang menjadi
28
tanggungan penanggung kecuali kalau polis dengan klausul All Risk, yaitu polis
yang menanggung semua resiko. Dalam hal ini juga terdapa kekecualian, yaitu
apabila sebab itu terjadi karena kesalahan sendiri dari tertanggung ( pasal 276
KUHD ).
6. Prinsip Kontribusi ( Principle of Contribution )
Apabila dalam suatu polis ditandatangani oleh beberapa penanggung,
maka masing – masing penanggung itu menurut imbangan dari jumlah mereka
untuk mana mereka yang menandatangani polis, hanya akan memikul jumlah
kerugian yang sesungguhnya diderita oleh Tertanggung. Prinsip Kontibusi ini
terjadi apabila ada asuransi berganda ( double insurance ) sebagaimana yang
dimaksud dalam pasal 278 KUHD.
Tujuan Asuransi
Adapun Tujuan asuransi dalam hal ini sebagai berikut yaitu:29
1. Teori Pengalihan risiko
Menurut teori pengalihan risiko ( risk transfer theory ) tertanggung
menyadari bahwa ada ancaman bahaya terhadap harta kekayaan miliknya atau
terhadap jiwamya. Jika bahaya tersebut menimpa harta kekayaan atau jiwanya, dia
akan menderita kerugian atau korban jiwa atau cacat raganya. Tertanggung
sebagai pihak yang terancam bahaya merasa berat memikul beban risiko yang
sewaktu – waktu dapat terjadi. Untuk mengurangi atau menghilangkan beban
risiko tersebut , pihak tertanggung berupaya mencari jalan kalau ada pihak lain
yang bersedia mengambil alih beban risiko ancaman bahaya dan dia sanggup
29
membayar kontra prestasi yang disebut premi. Berbeda dengan asuransi kerugian,
pada asuransi jiwa apabila sampai berakhirnya jangka waktu asuransi tidak terjadi
peristiwa kematian atau kecelakaan yang menimpa diri tertanggung, maka
tertanggung akan memperoleh pengembalian sejumlah uang dari penanggung
sesuai dengan isi perjanjian.Premi yang dibayar oleh tertanggung itu seolah – olah
sebagai tabungan pada penanggung.
2. Pembayaran Ganti Kerugian
Dalam hal tidak terjadi peristiwa yang menimbulkan kerugian, maka tidak
ada masalah terhadap risiko yang ditanggung oleh penanggung. Dalam praktiknya
tidak senantiasa bahaya yang mengancam itu sungguh – sungguh terjadi. Ini
merupakan kesempatan baik bagi penanggung mengumpulkan premi yang dibayar
oleh beberapa tertanggung yang mengikatkan diri kepadanya.Jika pada suatu
ketika sungguh – sungguh terjadi perisitwa yang menimbulkan kerugian ( risiko
berubah menjadi kerugian), maka kepada tertanggung yang bersangkutan akan
dibayarkan ganti kerugian seimbang dengan jumlah asuransinya.Dalam
praktiknya kerugian yang timbul itu bersifat sebagian ( partial loss ), tidak
semuanya berupa ganti kerugian total ( total loss ). Dengan demikian, tertanggung
mengadakan asuransi yang bertujuan untuk memperoleh pembayaran ganti
kerugian yang sungguh – sungguh dideritanya.
Pada asuransi jiwa apabila dalam jangka waktu asuransi terjadi peristia
kematian atau kecelakaan yang menimpa dari tertanggung, maka penanggung
akan membayar jumlah asuransi yang telah disepakati bersama seperti tercantum
premi dan untuk memudahkan penanggung membayar sejumlah uang akibat
terjadinya peristiwa kematian atau kecelakaan. Jadi, pembayaran sejumlah uang
itu bukan sebagai ganti kerugian, karena jiwa atau raga manusia bukan harta
kekayaan dan tidak dapat dinilai dengan uang.
3. Pembayaran Santunan.
Asuransi kerugian dan asuransi jiwa diadakan berdasarkan perjanjian
bebas ( sukarela) antara penanggung dan tertanggung. Akan tetapi, undang –
undang mengatur asuransi yang bersifat wajib, artinya tertanggung terikat dengan
penaggung karena perintah undang – undang, bukan karena perjanjian. Asuransi
ini disebut asuransi sosial uang bertujuan melindungi masyarakat dari ancaman
bahaya kecelakaan yang mengakibatkan kematian atau cacat tubuh.
Tertanggung yang membayar kontribusi tersebut adalah mereka yang
terikat pada suatu hubungan hukum tertentu yang ditetapkan undang – undang,
misalnya hubungan kerja, penumpang angkutan umum. Apabila meeka mendapat
musibah kecelakaan dalam pekerjaanya atau selama angkutan berlangsung mereka
( atau ahli warisnya ) akan memperoleh pembayaran santunan dari penaggung
yang jumlahnya telah ditetapkan oleh undang – undang
4. Kesejahteraan Anggota.
Apabila beberapa orang berhimpun dalam suatu perkumpulan dan
membayar kontribusi ( iuran) kepada perkumpulan, maka perkumpulan itu
berkedudukan sebagai penanggung, sedangkan anggota perkumpulan
berkedudukan sebagai tertanggung. Jika terjadi peristiwa yang mengakibatkan
membayar sejumlah uang kepada anggota ( tertanggung) yang bersangkutan.
Dalam hal ini asuransi saling menanggung tidak dapat digolongkan ke dalam
asuransi murni, tetapi hanya mempunyai unsur – unsur yang mirip dengan
asuransi kerugian.
Asuransi kesejahteraan seperti ini lebih sesuai apabila dikelola oleh
perkumpulan koperasi atau usaha bersama, Karena sesuai benar dengan asas dan
tujuan kedua badan hukum tersebut, Kedua badan hukum ini diatur dalam pasal 7
ayat (1) undang – undang nomor 2 tahun 1992 sebagai berikut:
“ usaha perasuransian hanya dapat dilakukan oleh badan hukum yang berbentuk :
a. Perusahan Perseroan ( persero )
b. Koperasi
c. Perseroan terbatas
d. Usaha bersama ( mutual )
Setelah mengetahui mengenai apa saja tujuan Asuransi yang telah disampaikan di
atas, maka adapun tujuan dari Asuransi
Tujuan dari Asuransi
Setiap orang yang memiliki suatu benda tentu menghadapi suatu risiko
bahwa nilai dari miliknya itu akan berkurang, baik karena hilangnya benda itu
maupun karena kerusakan atau karena msunah terbakar atau karena sebab lainnya.
Banyak di antara sebab- sebab yang menjadikan pengurangan nilai itu dapat
yang mengurangi nilai benda itu mempunyai sifat yang tidak dapat diharapkan
lebih dahulu.30
Disebabkan kebakaran, maka benda seseorang akan hancur, karena
pencurian maka seseorang akan kehilangan barang – barang perhiasan, karena
angin topan maka seseorang akan menderita kerugian dari hasil panennya.Semua
hal – hal ini adalah persitiwa – peristiwa yang pada satu pihak walaupun
kemungkinan itu akan terjadi itu besar, tidaklah dapat diharapkan terjadinya
dengan suatu kepastian, dan pada pihak lain bahwa orang yang ditimpanya itu
biasanya menderita kerugian yang lebih besar dari faktor – faktor kerugian yang
normal, sedangkan peristiwa – peristiwa ini kadang - kadang juga dapat
mengakibatkan mungkin jatuhnya keadaan keuangan dari seseorang.31
Jika dihubungkan dengan asuransi maka dapatlah dikatakan bahwa
kerugian orang – orang itu tadi dapat diperingan atau dikurangi, bahkan
ditanggung oleh orang lain asal untuk itu diperjanjikan sebelumnya. Di antara
orang yang khawatir akan menderita kerugian dengan orang yang mau
menanggung kerugian itu diadakanlah perjanjian asuransi. Jadi berdasarkan besar
kecilnya risiko yang dihadapi penanggung dari pengalaman perusahaanya dan
berapa besar persentase tentang kemungkinan suatu klaim tertentu akan terjadi,
dan berdasarakn statistik ini pula penanggung dapat menghitung berapakah
besarnya penggantian kerugian itu dan jumlah inilah yang dimintakannya sebagai
premi dari tertanggung, akan tetapi di dalam jumlah keseluruhannya ia masih juga
memasukkan segala ongkos – ongkos dan untuk dari perusahaanya.
30
Djoko prakoso, hukum asuransi Indonesia; Rineka cipta,Jakarta, 2004 . hlm 7 31
Perjanjian Asuransi itu mempunyai tujuan untuk mengganti kerugian
kepada tertanggung, jadi tertanggung harus dapat menunjukkan bahwa dia
menderita kerugian dan benar – benar menderita kerugian. Di dalam asuransi itu
setiap waktu selalu dijaga supaya jangan sampai seorang tertanggung yang hanya
bermaksud menyingkirkan suatu kerugian saja dan mengharapkan suatu untung
menikmati asuransi itu dengan cara memakai spekulasi, yang penting ialah bahwa
tertanggung harus mempunyai kepentingan bahwa kerugian untuk mana ia
mempertanggungkan dirinya itu tidak akan menimpanya. Ajaran “ Kepentinan “
ini sangant penting di dalam seluruh Hukum Asuransi yang kita dapati di dalam
beberapa pasal tertentu yaitu : Pasal – pasal 250 , 252 , 253, 274 , 275 , 277 , 279 ,
284, KUHD.32
Pengaturan Mengenai Asuransi antara lain
C. Pengaturan Mengenai Asuransi dan Jenis – jenis Asuransi
33
a. Asuransi kebakaran pasal 287 – pasal 298 KUHD :
Pengaturan dalam KUHD
Dalam KUHD ada dua cara pengaturan asuransi, yaitu pengaturan yang
bersifat umum dan bersifat khusus. Pengaturan yang bersifat umum terdapa dalam
buku 1 bab 9 Pasal 246 KUHD – Pasal 286 KUHD yang berlaku bagi semua jenis
asuransi, baik yang sudah diatur dalam KUHD maupaun yang diatur diluar
KUHD, kecuali jika secara khusus yang ditentukan lain. Pengaturan yang bersifat
khusus terdapat dalam Buku 1 bab 10 Pasal 287 – Pasal 308 KUHD dan buku II
bab 9 dan bab 10 pasal 592 – 695 KUHD dengan rincian sebagai berikut :
32
Ibid, hal 9
33
b. Asuransi hasil pertanian pasal 299 –pasal 301 KUHD
c. Asuransi jiwa Pasal 302 –Pasal 208 KUHD
d. Asuransi Pengangkutan laut dan perbudakan Pasal 592 KUHD – Pasal 685
KUHD
e. Asuransi pengangkutan darat, sungai dan perairan pedalaman Pasal 686
KUHD – Pasal 695 KUHD.
Pengaturan Asuransi dalam KUHD mengutamakan segi keperdataan yang
didasarkan pada perjanjian antara tertanggung dan penanggung. Perjanjian
tersebut menimbulkan kewajiban dan hak tertanggung dan penanggung secara
timbal balik. Sebagai perjanjian khusus, asuransi dibuat secara tertulis dalam
bentuk akta yang disebut polis asuransi . Pengaturan asuransi dalam KUHD
meliputi:
a. Asas- asas asuransi,
b. Perjanjian asuransi,
c. Unsur – unsur asuransi,
d. Syarat – syarat ( klausula ) asuransi,
e. Jenis – jenis asuransi .
1. Undang – undang nomor 2 tahun 1992
Jika KUHD mengutamakan pengaturan asuransi dari segi keperdataan,
maka undang – undang nomor 2 tahun 1992 tentang usaha Perasuransian
Lemabaran Negara nomor 13 tahun 1992 tanggal 11 februari 1992 mengutamakan
pengaturan asuransi dari segi bisnis dan publik administratf. Pengaturan dari segi
perasuransian dan perusahaan yang berlaku. Dari segi publik administratif artinya
kepentingan masyarakat dan Negara tidak boleh dirugikan. Jika hal ini dilanggar,
maka pelanggaran tersebut diancam dengan sanksi pidana dan sanksi administratif
menurut undang – undang perasuransian. Pelaksanaan undang – undang nomor 2
tahun 1992 diatur dengan peraturan pemerintah nomor 73 tahun 1992 tentang
penyelenggaraan usaha perasuransian Lembaran Negara nomor 120 tahun 1992.34
a. Bidang usaha perasuransian meliputi kegiatan :
Pengaturan usaha perasuransian dalam undang – undang nomor 2 tahun
1882 terdiri dari 13 ( tiga belas) bab dan 28 ( dua puluh delapan ) pasal dengan
rincian substansi sebagai berikut :
1. Usaha asuransi, dan
2. Usaha penunjang asuransi
b. Jenis usaha perasuransian meliputi :
1. Usaha asuransi terdiri dari; asuransi kerugian, asuransi jiwa, dan reasurasi.
2. Usaha penunjang asuransi terdiri dari : pialang asuransi, pialang
reasuransi,penilai kerugian asuransi, konsultan aktuaria,dan agen asuransi.
c. Perusahaan perasuransian meliputi;
1. Perusahaan asuransi kerugian.
2. Perusahaan asuransi jiwa.
3. Perusahaan reasuransi.
4. Perusahaan pialang asuransi.
5. Perusahaan penilai kerugian asuransi.
34
6. Perusahaan konsultan aktuaria.
7. Perusahaan agen asuransi.
d. Bentuk hukum usaha perasuransian terdiri dari;
1. Perusahaan perseroan ( Persero ).
2. Koperasi.
3. Perseroan terbatas.
4. Usaha bersama (mutual).
e. Kepemilikan Perusahaan Persuransian oleh;
1. Warga Negara Indonesia dan atau badan hukum Indonesia.
2. Warga Negara Indonesia dan atau badan hukum Indonesia bersama dengan
perusahaan perasuransian yang tunduk pada hukum asing.
f. Perizinan usaha perasuransian oleh menteri keuangan.
g. Pembinanan dan pengawasan terhadap usaha perasuransian oleh menteri
keuangan mengenai :
1. Kesehatan keuangan perusahaan asuransi kerugian, perusahaan asuransi
jiwan dan perusahaan reasuransi.
2. Penyelanggaran usaha perasuransian dan modal usaha.
h. Kepailitan dan likuidasi perusahaan asurasni melalui keputusan pengadilan
niaga.
i. Ketentuan sanksi pidana dan sanksi administratif meliputi :
1. Sanksi pidana karena kejahatan; menjalankan usaha perasuransian tanpa
izin, menggelapkan premi asuransi, menggelapkan kekayaan perusahaan
asuransi hasil penggelapan, pemalsuan dokumen perusahaan asuransi,
reasuransi.
2. Sanksi administratif berupa; ganti kerugian, denda administratif,
peringatan, pembatasan kegiatan usaha, pencabutan izin usaha perasuransian.
3. Undang – undang Asuransi sosial
Asuransi sosial di Indonesia pada umumnya meliputi bidang jaminan
keselamatan angkutan umum, keselamatan kerja, dan pemeliharaan kesehatan.
Program asuransi sosial diselenggarakan oleh badan usaha milik Negara (
BUMN)sesuai dengan ketentuan pasal 9 ayat (1) undang – undang nomor 2 tahun
1992. Perundang – undangan yang mengatur asuransi sosial adalah sebagai
berikut:35
a. Asuransi sosial kecelakaan Penumpang ( jasa raharja ):
1. undang – undang nomor 33 tahun 1964 tentang dana pertanggungan wajib
kecelakaan penumpang peraturan pelaksanaanya adalah peraturan pemerintah
nomor 17 tahun 1965.
2. Undang – undang nomor 34 tahun 1964 tentang dana kecelakaan lalu lintas
jalan. Peraturan pelaksanaanya adalah peraturan pemerintah nomor 18 tahun 1965.
b. Asuransi sosial tenaga kerja ( astek );
1. Undang – undang nomor 3 tahun 1992 tentang jaminan sosial tenaga kerja
( jamsostek).
35
2. Peraturan pemerintah nomor 18 tahun 1990 tentang penyelenggara
asuransi sosial tenaga kerja ( perubahan peraturan pemerintah nomor 33
tahun 1977 ).
3. Peraturan pemerintah nomor 67 tahun 1991 tentang asuransi sosial
angkatan bersenjata republic Indonesia ( ASABRI).
4. Peraturan pemerintah nomor 25 tahun 1981 tentang asuransi sosial
pegawai negeri sipil (ASPNS).
c. Asuransi sosial pemeliharaan kesehatan ( Askes )
1. Peraturan Pemerintah nomor 69 tahun 1991 tentang pemeliharaan kesehatan
pegawai negeri sipil (PNS), Penerima Pensiun, veteran, perintis kemerdakaan
Beserta keluarganya.
Dengan berlakunya undang – undang nomor 2 tahun 1992 tentang usaha
perasuransian dan perundang – undangan asuransi sosial di samping kesehatan
asuransi dalam KUHD, maka dianggap cukup memadai aturan hukum yang
mengatur tentang usaha perasuransian, baik dari segi keperdataan maupun dari
segi publik administratif.36
1. Asuransi terhadap kebakaran Jenis – Jenis asuransi
Kitab – kitab undang Hukum dagang di dalam pasal 247 menyebutkan
tentang 5 ( macam asuransi ),yaitu :
2. Asuransi terhadap bahaya hasil – hasil pertanian
3. Asuransi terhadap kematian orang ( asuransi jiwa )
36
4. Asuransi terhadap bahaya di laut dan perbudakan
5. Asuransi terhadap bahaya dalam pengangkutan di darat dan di sungai – sungai .
Buku I KUHD mengatur tentang jenis asuransi yang pertama,yang kedua,
dan ketiga di atas, sedangkan jenis asuransi yang ke empat, dan ke lima diatur
dalam buku II KUHD.
Jenis asuransi pada umumnya dibagi menjadi dua jenis asuransi yaitu :
asuransi kerugian dan asuransi jiwa37
1. Asuransi kerugian terdiri dari : .
a. Asuransi Kebakaran;
b. Asuransi Kehilangan dan Kerusakan; c. Asuransi laut;
d. Asuransi Pengangkutan; e. Asuransi Kredit.
2. Asuransi jiwa terdiri dari :
a. Asuransi kecelakaan,
b. Asuransi kesehatan,
c. Asuransi jiwa kredit.
Di samping jenis asuransi yang diatur dalam KUHD, Selain itu adapun
jenis asuransi yang ada dan belum di atur oleh KUHD yaitu antara lain:38
Asuransi ini bertujuan untuk melidungi perusahaan – perusahaan arena
kelalaian kreditor untuk membayar utangnya.Cara bekerjanya asuransi ini adalah 1. Asuransi kredit ( credit insurance )
perjanjian atau membayar kerugian atas rekening – rekening yang ditimbulkan
sebagai akibat keterlamabatan pembayaran uang dalam suatu jangka tertentu.
2. Asuransi kerugian terhadap umum ( public liability insurance )
Asuransi ini bertujuan untuk melindungi perusahaan – perusahaan
terurama perusahaan industry terhadap kemungkinan kerugian yang mereke
timbulkan terhadap orang, selain dari pekerja – pekerjanya sendiri, sebagai akibat
dari kegiatan usahanya misalnya; pengotoran udara.
3.Asuransi kerugian pada pemborongan pembangunan ( bullder’s risk insurance )
Perjanjian asuransi ini terutama bergerak hanya pada pengusaha besar
(kontraktor). Tujuan dari perusahaan ini, adalah untuk menjamin kerugian atau
kerugian pada harta benda yang masih sedang dalam pembangunan. Dalam
perjanjian ini juga meliputi bahan – bahan bangunan yang berada di lapangan
untuk bangunan – bangunan yang sedang dikerjakan.
4. Asuransi kesehatan ( health insurance)
Tujuannya adalah untuk menjamin pembayaran – pembayaran dengan
menutup kehilangan penghasilan, atau pengeluaran – pengeluaran biaya
pemeliharaan kesehatan dan ongkos – ongkos rumah sakit atau keduanya, karena
sakit yang dialami sesudah tanggal berlakunya perjanjian ini.
5. Asuransi kerugian karena jabatan ( Professional liability insurance )
Perjanjian asuransi khusu untuk melindungi dokter, ahli hukum, ahli
teknik, pejabat –pejabat penting atau para cendekiawan pada umumnya, terhadap
kerugian yang mungkin mereka harus alami karena kegiatan – kegiatan
6. Asuransi kecelakaan ( Accident Insurance )
Tujuannya adalah untuk menjamin pembayaran, apabila terjadi luka atau
kematian karena kecelakaan. Pembayaran kerugian dapat merupakan suatu jumlah
tertentu bagi luka –luka yang timbul sebagai akibat kecelakaan.
7. Asuransi rintangan berusaha ( Business Interuption )
Perjanjian asuransi ini bertujuan untuk melindungi kehilangan keuntungan
usaha, selama suatu perusahaan tidak dapat melakukan usahanya, karena
kerusakan – kerusakan harta bendanya. Jenis asuransi ini penting buat pengusaha,
apabila perusahaan karena suatu peristiwa yang tidak pasti mendapat rintangan
dalam usahanya, sehingga mengakibatkan perusahaan terganggu jalannya dan
keuntungan yang diharapkan akan hilang.
8. Asuransi terhadap pencurian dan pembongkaran ( thieft insurance )
Perjanjian asuransi ini terutama untuk menjamin pembayaran kembali
kerugian, karena pencurian atau pembongkaran harta benda yang dimilki dan atau
barang – barang berharga yang hilang karena sebagai akibat adanya pencurain
atau sebagai akibat adanya pembongkaran yang dilakukan oleh pencuri.
9. Asuransi gangguan usaha,
10.Asuransi engineering,
11.Asuransi tanggung jawab hukum
12.Asuransi jaminan
13.Asuransi kredit
14.Asuransi kecurian/perampokan,