• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tinjauan Hukum tentang Tuntutan Pembayaran Klaim Asuransi Jiwa (Studi MNC Life Cab.Medan)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Tinjauan Hukum tentang Tuntutan Pembayaran Klaim Asuransi Jiwa (Studi MNC Life Cab.Medan)"

Copied!
101
0
0

Teks penuh

(1)

TINJAUAN HUKUM TENTANG TUNTUTAN

PEMBAYARAN KLAIM ASURANSI JIWA

(STUDI MNC LIFE Cab. Medan)

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara Untuk

Melengkapi Tugas- Tugas dan Memenuhi Syarat – syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Hukum

LUDFI ARISTIO

NIM : 100200256

Jurusan : Hukum Keperdataan

Program Kekhususan : Perdata BW

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

TINJAUAN HUKUM TENTANG TUNTUTAN

PEMBAYARAN KLAIM ASURANSI JIWA

(STUDI MNC LIFE Cab. Medan)

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara Untuk Melengkapi

Tugas – Tugas dan Memenuhi Syarat-syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Hukum

Oleh :

LUDFI ARISTIONIM : 100200256Jurusan : Hukum KeperdataanProgram Kekhususan : Perdata BW

Disetujui, Ketua Jurusan

(Dr. Hasim Purba S.H, M.Hum)NIP. 196603031985081001

Pembimbing I, Pembimbing II,

(3)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat ALLAH SWT Yang Maha Pengasih serta Maha

Penyayang atas segala rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis akhirnya dapat

menyelesaikan penulisan skripsi ini yang merupakan sebagian syarat guna

mencapai gelar Sarjana Hukum.

Penulisan skirpsi ini bertujuan untuk melengkapi tugas – tugas dan

memenuhi syarat – syarat dalam menyelesaikan studi pada Fakultas Hukum

Jurusan Hukum Perdata BW ( S1) di Universitas Sumatera Utara. Adapun skripsi

ini berjudul “TINJAUAN HUKUM TENTANG TUNTUTAN

PEMBAYARAN KLAIM ASURANSI ( STUDI MNC LIFE Cab, Medan )‘’.

Skirpsi ini memuat tentang masalah pembayaran klaim asuransi dan penyelesaian

penanganan klaim asuransi tersebut.Karena pada akhir – akhir ini banyak klaim

asuransi tidak dibayar atau ditanggung oleh perusahaan tersebut, disebabkan

ketidaklengkapan dokumen – dokumen klaim.

Dalam kesempaatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih yang

dalam kepada semua pihak yang telah memberikan dukungannya baik moral

maupun materil. Untuk itu penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar

– besarnya kepada :

1. Prof Dr. Runtung, S,H., M.Hum. sebagai Dekan Fakultas Hukum

Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan ilmunya selama masa

(4)

2. Prof.Dr. Budiman Ginting, S.H.,M.Hum. sebagai Pembantu Dekan I

Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara yang telah mencurahkan

ilmunya selama masa perkuliahan ;

3. Syafrudin Hasibuan.S.H.,M.H.,DFM, sebagai Pembantu Dekan II

Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan ilmu

selama masa perkuliahan ;

4. Bapak Muhammad Husni,S.H.,M.H, sebagai Pembantu Dekan III

Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara ;

5. Bapak Hasyim Purba, SH., M. Hum, sebagai Ketua Jurusan Keperdataan

Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan

bimbingan selama masa perkuliahan ;

6. Ibu Sinta Uli, SH.,M.Hum sebagai Dosen pembimbing I, yang telah

meluangkan waktunya dalam memberikan bimbingan serta arahan

kepada penulis dalam skripsi ini, hingga selesainya skripsi ini;

7. Bapak Ramli Siregar, S.H,M.hum sebagai Dosen Pembimbing II, yang

telah meluangkan waktunya dalam memberikan arahan serta bimbingan

dalam skripsi ini, hingga selesainya skripsi ini;

8. Bapak Amsali Sembiring, S.H,M.Hum selaku sebagai Dosen Penasehat

Akademik;, yang telah memberikan arahan serta motivasi selama

menjalani masa perkuliahan;

9. Kepada seluruh staf pengajar dan pegawai admnistrasi Fakultas Hukum

(5)

menjalani masa perkuliahan serta pegawai administrasi yang membantu

dalam melengkapi persyaratan – persyaratan selama masa perkuliahan.

10. Terima kasih kepada kedua orang tua tercinta ,Drs. Imam Herianto dan

Anastasia Irawaty sebagai orang tua dari penulis yang telah membesarkan

dan mendidik penulis dengan kasih sayang serta dengan doa- doa nya..

Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Abang Reza Syafrianto ,

yang telah memberikan doa dan dukungan. terima kasih telah mendoakan

penulis.

11.Kepada teman - teman Grup C yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu.

Saya ucapkan terima kasih banyak atas nasihat dan dukungannya, hingga

penulisan skripsi ini dapat siap berkat dukungan dan nasihat dari teman –

teman. Dan teman – teman seperjuangan lainnya dari Badan Tamir’atul

Mushola ALADINSYAH,SH

Akhir kata penulis menyadari bahwa masih terdapat kekurangan

ataupun jauh dari kesempurnaan dalam skirpsi ini. Oleh karena itu penulis

mengharapkan saran dan kritik yang membangun dan menyempurnakan

skirpsi ini. Semoga skripsi ini bisa memberikan manfaat bagi semua pihak

terutama dalam menambah kelimuwan.

Medan, Mei 2014

(6)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ……… i

DAFTAR ISI ………... v

ABSTRAK ……….. vii

BAB I PENDAHULUAN ……….. 1

A. Latar Belakang ……… 1

B. Perumusan Masalah ……… 7

C. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penulisan ………… 7

D. Tinjauan pustaka ……… 8

E. Metode Penulisan ………... 9

F. Sistematika Penulisan ………. 13

G. Keaslian Penulisan ……….. 14

BAB II ASURANSI DAN PERJANJIAN ASURANSI ……… 15

A. Pengertian Asuransi Dan Premi Asuransi. ……… 15

B. Prinsip Dan Tujuan Asuransi ………. 21

C. Pengaturan Asuransi dan Jenis Asuransi ……….. 33

D. Asuransi Sebagai Perjanjian dan Pelaksanaan Dalam Perjanjian Asuransi ……… 41

BAB III TINJAUAN UMUM MENGENAI ASURANSI JIWA DAN KLAIM ASURANSI ……….. 59

A. Pengertian Asuransi Jiwa Dan Pihak Yang Terkait Dalam Asuransi ………. 59

B. Polis Dan Jenis Kontrak Polis Asuransi Jiwa ………… 64

C. Fungsi Polis Pada Asuransi Jiwa Serta Berakhirnya Asuransi jiwa ………. 71

(7)

BAB IV PENYELESAIAN TUNTUTAN PEMBAYARAN

KLAIM ASURANSI JIWA DALAM MNC LIFE … 79

A. Persyaratan Mengenai prosuder Pengajuan Klaim

Asuransi Jiwa Dalam MNC Life ………. 79

B. Penyelesaian Pembayaran Klaim Asuransi Jiwa Dalam MNC Life ………. 82

C. Penyebab Penolakan Pembayaran Klaim Asuransi Jiwa Dalam MNC Life ………... 86

BAB V PENUTUP ……….. 89

A. Kesimpulan ……… 89

B. Saran ……….. 90

DAFTAR PUSTAKA ………. 91

Lampiran :

1. Premi

(8)

ABSTRAK

Sinta Uli , SH ,M.Hum * Ramli Siregar , SH , M.um **

Ludfi Aristio ***

Berkembangnya Zaman dan Kebutuhan saat ini, maka banyak perusahaan yang akan menawarkan perlindungan kepada pekerja, terlebih lagi dalam perusahaan asuransi yang memberikan perlindungan kepada tertanggung , seperti : asuransi jiwa dan asuransi kecelakaan dan lain-lain, yang gunanya untuk memberikan penggantian kepadanya karena kerugian kerusakan,kehilangan ataupun untuk sebagai jaminan keturunannya, sebagaimana terdapat dalam pasal 246 KUHD ,seperti klaim asuransi yang dikarenakan perusahaan tersebut melakukan wanprestasi ataupun perusahaan menolak membayar karena ketidaklengkapan persyaratan yang tidak sesuai dengan kesepakatan oleh pihak yang terkait, adapun sebab lain dilakukan klam karena terjadi kerugian oleh pihak penanggung seperti kerugian financial. Tujuan dari skripsi ini adalah membahas tentang tuntuan pembayaran klaim asuransi jiwa dalam mnc life, sehingga dalam hal ini para pihak yang terkait tidak merasa dirugikan yang dikarenakan asuransi tersebut tidak dibayar oleh perusahaan ataupun perusahaan tersebut menolak pembayaran karena persyaratan tersebut tidak dipenuhi oleh phak yang bersangkutan.

Metode penelitan skripsi ini adalah metode penelitian yuridis normatif dengan mengacu kepada norma hukum yang berada dalam undang – undang dan dengan melakukan dari segi wawancara.

Berdasarkan hasil penelitian, bahwa pada dasarnya perusahaan asuransi yang menawarkan asuransi kepada tertanggung ataupun penanggung harus membayar klaim asuransi tersebut sesuai dengan kesepakatan yang telah dikehendaki, walaupun perusahaan tersebut tidak melakukan pembayaran klaim asuransi atau asuransi, mungkin karena terjadi ketidaklengkapan data dalam hal tersebut, ataupun perusahaan tersebut tidak membayar klaim tersebut karena ada hal – hal tertentu yang sehingga tidak dilakukan pembayaran klaim asuransi tersebut.

Kata kunci : Klaim asuransi, Asuransi

*

Pembimbing I, Dosen Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara

**

Pembimbing II, Dosen Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara

***

(9)

ABSTRAK

Sinta Uli , SH ,M.Hum * Ramli Siregar , SH , M.um **

Ludfi Aristio ***

Berkembangnya Zaman dan Kebutuhan saat ini, maka banyak perusahaan yang akan menawarkan perlindungan kepada pekerja, terlebih lagi dalam perusahaan asuransi yang memberikan perlindungan kepada tertanggung , seperti : asuransi jiwa dan asuransi kecelakaan dan lain-lain, yang gunanya untuk memberikan penggantian kepadanya karena kerugian kerusakan,kehilangan ataupun untuk sebagai jaminan keturunannya, sebagaimana terdapat dalam pasal 246 KUHD ,seperti klaim asuransi yang dikarenakan perusahaan tersebut melakukan wanprestasi ataupun perusahaan menolak membayar karena ketidaklengkapan persyaratan yang tidak sesuai dengan kesepakatan oleh pihak yang terkait, adapun sebab lain dilakukan klam karena terjadi kerugian oleh pihak penanggung seperti kerugian financial. Tujuan dari skripsi ini adalah membahas tentang tuntuan pembayaran klaim asuransi jiwa dalam mnc life, sehingga dalam hal ini para pihak yang terkait tidak merasa dirugikan yang dikarenakan asuransi tersebut tidak dibayar oleh perusahaan ataupun perusahaan tersebut menolak pembayaran karena persyaratan tersebut tidak dipenuhi oleh phak yang bersangkutan.

Metode penelitan skripsi ini adalah metode penelitian yuridis normatif dengan mengacu kepada norma hukum yang berada dalam undang – undang dan dengan melakukan dari segi wawancara.

Berdasarkan hasil penelitian, bahwa pada dasarnya perusahaan asuransi yang menawarkan asuransi kepada tertanggung ataupun penanggung harus membayar klaim asuransi tersebut sesuai dengan kesepakatan yang telah dikehendaki, walaupun perusahaan tersebut tidak melakukan pembayaran klaim asuransi atau asuransi, mungkin karena terjadi ketidaklengkapan data dalam hal tersebut, ataupun perusahaan tersebut tidak membayar klaim tersebut karena ada hal – hal tertentu yang sehingga tidak dilakukan pembayaran klaim asuransi tersebut.

Kata kunci : Klaim asuransi, Asuransi

*

Pembimbing I, Dosen Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara

**

Pembimbing II, Dosen Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara

***

(10)

Bab I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Kehidupan dan kegiatan manusia, pada hakikatnya mengandung berbagai

hal yang menunjukkan sifat hakiki dari kehidupan itu sendiri. Sifat hakiki yang

dimaksud di sini adalah suatu sifat “ tidak kekal “ yang selalu menyertai

kehidupan dan kegiatan manusia pada umumnya. Keadaan yang tidak kekal yang

merupakan sifat alamiah tersebut mengakibatkan adanya suatu keadaan yang tidak

diramalkan lebih dahulu secara tepat; sehingga dengan demikian keadaan

termaksud tidak akan memberikan rasa pasti. Keadaan yang tidak pasti tersebut,

dapat berwujud dalam berbagai bentuk dan peristiwa yang biasanya selalu

dihindari.Keadaan tidak pasti terhadap setiap sia kemungkinan yang dapat terjadi

baik dalam bentuk atau perisitwa yang menimbulkan rasa tidak aman disebut

sebagai risiko.1

Upaya untuk mengatasi sifat alamiah yang berwujud sebagai suatu

keadaan yang tidak pasti antara lain dilakukan oleh manusia dengan cara

menghindari, atau melimpahkannya kepada pihak – pihak lain di luar diri sendiri.

Upaya atau usaha manusia untuk mengurangi, menghindarkan risikonya itu sudah

lama dilakukan . Usaha itu dimulai sejak permulaan kegiatan ekonomi manusia,

yaitu sejak manusia melakukan kegiatan perdagangan yang sederhana.2

1

Sri Rejeki Hartono, Hukum Asuransi dan Perusahaan Asuransi, (Jakarta; Sinar Grafika,2008) hal. 2

2

(11)

Usaha dan upaya manusia untuk menghindari dan melimpahkan

merupakan risikonya kepada pihak lain beserta proses pelimpahan sebagai suatu

kegiatan itulah yang merupakan embrio atau cikal bakal perasuransian yang

dikelola suatu kegiatan ekonomi yang rumit sampai saat ini.Sesuai dengan

sifatnya yang hakiki dari manusia dan kehidupan dunia ini, maka kehidupan

manusia itu selalu mengalami pasang dan surut . Hal ini disebabkan oleh sifatnya

yang tidak kekal dan abadi . Artinya manusia itu disamping mengalami suka,

tidak jarang juga mengalami duka dan kemalangan silih berganti datangnya. Ada

kalanya untung, tetapi tidak jarang mengalami kerugian.

Asuransi atau pertanggungan di dalamnya selalu mengandungpengertian

adanya suatu risiko. Risiko dimaksud belum pasti karena masih tergantung pada

suatu peristiwa yang belum pasti pula. Risiko sebagaimana dimaksud di atas tidak

hanya dihadapi oleh manusia pada masa sekarang saja, tetapi jauh sebelumnya,

yaitu sejak manusia itu pada hakikatnya selalu menghadapi risiko,tetapi dengan

permulaan kegiatan manusia mulai ada di muka bumi ini. Salah satu upaya

manusia untuk mengalihkan risikonya sendiri, ialah dengan jalan mengadakan

perjanjian pelimpahan risiko dengan pihak lain. Perjanjian semacam itu disebut

sebagai perjanjian asuransi atau pertanggungan. Asuransi atau Pertanggung, di

dalamnya selalu mengandung suatu konsep beberapa arti; tergantung pada

pemakaian dan hubungan serta disiplin kata itu dipergunakan. Peristiwa Peralihan

(12)

oleh kalangan luas dalam masyarakat dalam jangka waktu yang relatif lama dan

terus- menerus, akan melahikrkan suatu lembaga.3

Lembaga demikian dapat disebut lembaga asuransi atau pertanggungan.

Penanggung sebagai lembaga dalam praktek, biasanya adalah perusahaan

pertanggungan/asuransi. Oleh karena itu sesungguhnya lembaga peralihan risiko

ini merupakan satu manifestasi dari usaha manusia untuk menghindari paling

sedikit mengurangi serta menyebarkan risiko yang seharusnya ditanggung sendiri

kemudian dialihkan kepada pihak lain yang bersedia menerimanya melalui

perjanjian asuransi atau pertanggungan. Kegiatan termaksud di atas secara singkat

dapat pula disebut sebagai risk management.4

Kitab Undang – undang Hukum Dagang pada pasal 246 memberikan batasan

tentang asuransi atau pertanggungan antara lain :5

“ Asuransi atau pertanggungan adalah suatu perjanjan dengan mana seorang

penanggung mengikatkan diri kepada seorang tertanggung , dengan menerima

suatu premi, untuk memberikan penggantian kepadanya karena suatu kerugian

,kerusakan atau kehilangan keuntungan yang diharapkan, yang mungkin akan

dideritanya karena suatu persitiwa yang tak tertentu atau suatu kerusakan

menikmati suatu premi mengikat dirinya terhadap tertanggung untuk

membebaskannya dari kerugian karena kehilangan, kerugian atau ketiadaan.

3

Ibid hal 12

4 Risk management, adalah sebuah proses metodis dalam menangani semua risiko dalam

aktivitas organisasi. Manajemen risiko juga dapat diistilahkan sebagai suatu seni dan sekaligus ilmu pengetahuan untuk mereduksi risiko kerugian dan meminimalisasi efeknya terhadap bisnis

5

(13)

Perusahaan asuransi sebagai perusahaan jasa, menjual jasa kepada pelanggan

pada satu sisi, sedangkan satu sisi yang lain perusahaan asuransi adalah sebagai

investor dari tabungan masyarakat kepada investasi yang produktif. Sebagaimana

perusahaan pada umumnya perusahaan asruansi membutuhkan dua perusahaan

mengenai asuransinya. Untuk mengetahui apakah perusahaan itu, harus dinilai dan

dimulai dari tujuannya. Tujuan suatu perusahaan pada dasarnya tidak berada

dalam perusahaan,tetapi berada di luar perusahaan yaitu di dalam masyrakat.6

Perusahaan asuransi sebagai salah satu sebuah lembaga yang ada dan

tumbuh di dalam masyarakat, mempunyai tujuan akhirnya ialah pelanggan yang

tidak saling bertemu. Yang pertama adalah pelanggan yang membutuhkan jasa

asurasi dan membayar premi, sedangkan yang lain ialah pihak yang menggunakan

kumpulan dana yang berasal dari kumpulan premi dari pelanggan jenis pertama.7

Lembaga Asuransi apabila kita telusuri, usianya kemungkinan sama

dengan usia peradaban manusia itu sendiri. Pada mulanya, rasa aman itu ada

apabila ada jaminan atas tersedianya makanan dan tempat tinggal. Dalam

kegiatan sehari – hari kita selalu menghadapi risiko. Risiko yang dihadapi biasa

bersifat risiko murni maupun spekulatif., Cara pengelolaan risiko antara lain dapat

dilakukan dengan cara asumsi atau self insured, pengendalian hingga transfer

risiko kepada pihak perusahaan – perusahaan asuransi. Dalam hal tersebut bahwa

risiko yang dihadapi seorang dapat dipindahkan kepada perusahaan asuransi

dengan cara membeli polis dan membayar premi. Dapat disimpulkan bagaimana

6

Ibid, hal 9

7

(14)

perusahaan Asuransi dalam memberikan proteksi / jaminan terhadap kerugian

yang mungkin diderita masyarakat . Apabila lembaga asuransi ini tidak ada, maka

keamanan masyarakat terhadap harta benda dan kelangsungan usahanya akan

menjadi terganggu.8

Betapa penting, dan besar manfaatnya asuransi dalam pembangunan

dewasa ini, terutama dalam usaha menyerap modal swasta melalui premi asuransi

yang didapat dari para pemegang polis. Dengan mulai tampak adanya perubahan

dalam cara berpikit sebagian besar bangsa Indonesia. Salah satu jenis asuransi

yang dikenal sekarang ini adalah asuransi jiwa. Pada asuransi jiwa yang

dipertanggungkan ialah yang disebabkan oleh kematian . Kematian tersebut

mengakibatkan hilangnya pendapatan seseorang atau suatu keluarga tertentu. 9

Dalam hal tersebut betapa penting peranan asuransi jiwa untuk

melindungi jiwa seseorang dari malapetaka yang mungkin timbul, yang belum

diketahui sebelumnya dan tidak dikehendaki oleh manusia serta sekadar

mengurangi beban bagi keluarga yang ditinggalkanya. Asuransi jiwa bukan hanya

menguntungkan pihak – pihak yang saling mengadakan perjanjian asuransi saja,

tetapi dalam ruang lingkup yang lebih luas lagi, dapat pula menguntungkan

kepentingan yang berasal dari premi asuransi, yang amat diperlukan dalam

pembangunan yang sedang giat dilaksanakan olehpemerintah pada waktu ini demi

kemajuan Negara dan kesejahteraan masyarakat Indonesia pada umumnya.10

8

Agus prawoto, hukum asuransi dan kesehataan perusahaan asurans, bfpe- yogyakarta , hal 7 9

Ibid, hal 274 10

(15)

Demi menjaga keamanan si tertanggung terutama apabila ada klaim

hendaknya pemerintah membuat peraturan hukum yang berupa undang – undang

asuransi, terutama dalam asuransi jiwa agar terdapat Keseragaman dari masing

– masing perusahaan asuransi jiwa, sehingga dapat meyakinkan para peserta

bahwa dirinya akan aman dan terjamin haknya sesuatu yang menimpa pada

dirinya.11

Dalam hal asuransi jiwa, maka Jiwa seseorang dapat diasuransikan untuk

keperluan orang yang berkepentingan, baik untuk selama hidupnya maupun untuk

waktu yang ditentukan dalam perjanjian. Orang yang berkepentingan dapat

mengadakan asuransi itu bahkan tanpa diketahui atau persetujuan orang yang

diasuransikan jiwanya. Jadi setiap orang dapat mengasuransikan jiwanya, asuransi

jiwa bahkan dapat diadakan untuk kepentingan pihak ketiga. Asuransi jiwa dapat

diadakan selama hidup atau selama jangka waktu tertentu yang dtetapkan dalam

perjanjian. Pihak-pihak yang mengikatkan diri secara timbal balik itu disebut

penanggung dan tertanggung. Penanggung dengan menerima premi memberika

pembayaran, tanpa menyebutkan kepada orang yang ditunjuk sebagai

penikmatnya.

Namun dalam hal mengenai asuransi jiwa ini, maka apabila terjadi klaim

asuransi, dimana apabila klaim asuransi tersebut tidak dibayar oleh perusahaan

asuransi yang bersangkutan maka perusahaan asuransi tersebut dapat dikatakan

sebagai wanprestasi atau sebaliknya kemungkina tidak dibayar klaim asuransi

11

(16)

tersebut karena mungkin penanggung tidak melengkapi persayaratan atau

prosuder dalam pengajuan pembayaran klaim asuransi. Oleh karena itu sering

terjadi permasalahan baik dalam pembayaran maupun mengenai penanganan

klaim asuransi ini.

Berdasarkan uraian di atas penulis dalam akan melakukan suatu

penelitian yang akan dilakukan di Pt. MNC life cabang Medan untuk mengetahui

lebih luas lagi mengenai penanganan klaim asuransi dan tuntutan pembayaran

klaim asuransi dalam judul “ Tinjauan Hukum tentang Tuntutan Pembayaran

klaim Asuransi dalam PT. MNC Life ( Cab. Medan).

B.Rumusan Masalah

Dari Latar belakang diatas, maka penuls merumusakn masalah sebagai

berikut :

1. Bagaimanakah Persyaratan mengenai Prosuder Pengajuan Klaim Asuransi Jiwa

dalam Mnc Life Insurance ?

2. Bagaimanakah Penyelesaian Pembayaran Klaim Asuransi Jiwa dalam Mnc Life

Insurance?

3. Apakah Penyebab Penolakan Pembayaran Klaim Asuransi Jiwa Dalam Mnc

Life Insurance ?

C. Tujuan Penulisan

Adapun yang menjadi tujuan dari pembahasan penulisan ini adalah sebagai

berikut :

(17)

2. Untuk mengetahui penyelesain pembayaran Klaim asuransi jiwa dalam Mnc

Life.

3. Untuk mengetahui sebab Penyebab Penolakan pembayaran klaim asuransi

dalam Mnc Life

D. Tinjauan Kepustakaan

Perasuransian adalah isitlah hukum yang dipakai dalam perundang –

undangan dan Perusahaan Peransuransian. Istilah Perasuransian berasal dari kata “

asuransi” yang berarti pertanggungan atau perlindungan atas suatu objek dari

ancaman bahaya yang menimbulkan kerugian. Usaha yang berkenaan dengan

asuransi ada dua jenis yaitu :

a. Usaha di bidang kegiatan asuransi disebut usaha asuransi

b. Usaha di bidang kegiatan penunjang usaha asuransi disebut usaha

penunjang usaha asuransi

Sedangkan pengertian dari asuransi adalah suatu persetujuan dimana

penanggung dengan menikmati suatu premi mengikat dirinya terhadap

tertanggung untuk membebaskan dari kerugian karena kehilangan, kerugian, atau

oleh karena suatu kejadian yang tidak pasti.

Dalam Asuransi dikenal dengan Asuransi jiwa,dimana asuransi jiwa

merupakan yang dipertanggungkan oleh kematian ( death ), dalam arti disebabkan

karena meninggalnya terlalu cepat atau hidupnya yang terlalu lama.namun risiko

(18)

terlalu lama, maka sebaiknya diadakan pertanggungan jiwa.Dalam hal

pertanggungan jiwa dapat terjadi pengajuan atau tuntutan klaim asuransi jiwa

dimana karena tertanggung meminta klaim kepada penanggung dikarenakan klaim

tersebut tidak dibayar sesuai dengan perjanjian.oleh karena itu diperlukan prosude

persyaratan dalam pengajuan klaim serta penyelesaian pembayaran klaim yang

akan dilakukan oleh pihak perusahaan yang bersangkuran.12

E. Metode Penulisan

Dalam penyusunan skripsi ini, penulis berusaha semaksimal mungkin untuk

mengumpulkan bahan – bahan yang diperlukan atau mencari data- data yang

terdapat dalam penelitian dan pendekatan metode- metode pengumpulan bahan

ini antara lain :

1. Metode Penelitian

Metode Penelitianyang dilakukan adalah penelitian Yuridis Normatif.

Yaitu penelitian terutama dilakukan kepada norma-norma hukumyang terdapat

dalam peraturan perundang –undangan serta tentang kaidah atau apabila hukum

dipandang sebagai sebuah kaedah yang perumusannya secara otonomi tanpa

dikaitkan dengan masyarakat, yang kemudian didukung dengan data – data

sekunder yang diperoleh dari buku – buku, hasil- hasil penelitian, surat kabar,

makalah, dan sebagainya . Disamping itu digunakan juga pendekatan yuridis

empiris, yaitu peneltian dilakukan dengan mempelajari hukum sebagai gejala

sosial biasa, sama dengan gejala sosial lainnya, yang kemudian didukung

dengan data primer yang diperoleh dari wawancara asuransi yang bersangkutan .

12

(19)

2.Lokasi

Penelitian ini dilakukan pada Perusahaan Mnc Life Insurance cabang

Medan, yang beralamat di jalan Imam Bonjol No.16-D Medan 201

3. Data yang digunakan

Data yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah :

a ) Data Primer, adalah data yang diperoleh langsung dari sumber pertama,

yakni hasil dari wawancara yang diperoleh dari Mnc Life Insurance

Cabang Medan.

b). Data Sekunder, yaitu data yang tidak diperoleh langsung dari sumber

pertama, yang meliputi :

1). Peraturan Perundang – undangan yang berkaitan dengan penulisan

skripsi.

2). Buku – buku yang berhubungan dengan penulisan skripsi.

3). Keterangan – Keteranan yang berasal dari literature.

4). Dokumen – dokumen yang bersangkutan dengan judul penulisan.

5). Data dan Studi yang diperoleh dari Mnc Life Insurance Cab Medan.

4. Metode Pengumpulan Data

a) Library research ( Penelitian Pustaka) .

Penelitian ini dilakukan dengan mencari bahan – bahan atau data – data untuk

keperluan penulisan ini melalui kepustakaan dengan cara membaca, menafsirkan

atau mentransfer buku – buku atau literatur, yang penulis anggap penting sebagai

pendukung dalam pembuatan skripsi ini.

(20)

Maksud dari penelitan ini adalah mengadakan penelitian langsung ke lapangan

untuk mengetahui sejauh mana teori , pedoman yang telah tersedia dapat

diterapkan dilapangan ataupun apakah yang terdapat dilapangan telah sesuai

dengan ketentuan yang ada atau terhadap kenyataan yang ada.

5. Alat Pengumpulan Data.

Data Primer yang digunakan dalam penulisan skripsi ini, didapat dengan

menggunakan alat – alat pengumpul data sebagai berikut :

a. Wawancara, yaitu mengadakan komunikasu langsung secara verbal dengan

instansi yang terkait untuk memperoleh informasi yang dipelukan.

b. Pengamatan, yaitu mengadakan pengamatan langsung terhadap perilaku

masyarakat yang bersangkutan terkait dengan penulisan skripsi ini.

Data Sekunder yang digunakan dalam penulisan skripsi ini, didapat dengan

menggunakan: Peraturan perundang – undangan, buku – buku, dokumen –

dokumen yang berkaitan dengan skripsi, dan data yang diambil dari perusahaan

Mnc Life cab medan.

6. Analisa Data.

Analisa data yang dilakukan oleh penulis adalah dengan cara menerangkan

dan menjelaskan semua data yang diterima dan didapat dari sumber – sumber

data. Semua data yang diperoleh akan dianalisa secara kualitatif dengan penarikan

kesimpulan secara deduktif.

F. Sistematika Penulisan

(21)

diuraikan terarah dan data yang diperoleh relevan untuk menggambarkan keadaan

yang sebenarnya dan menghindari data yang membias.

Untuk Mempermudah pemahaman seperti yang telah diuraikan

sebelumnya maka pembahasan penulisan ini mencakup 5 bab, yaitu :

BAB I : PENDAHULUAN

Merupakan pendahuluan yang menguraikan apa yang

menjadi latar belakang permasalahan dari skripsi ini,

merumuskan masalah yang menjadi pokok pembahasan,

menamparkan tujuan dan manfaat dari penulisan skripsi

ini, keaslian judul, tinjauan pustaka serta mengenai

metode dan sistematika penulisan dari skripsi ini

.

BAB II : Asuransi Dan Perjanjian Asuransi

Berisi uraian secara teoritis mengenai perjanjian

Asuransi serta mengenai asuransi dan peraturan

perundang – undangan yang mengatur mengenai hal itu

serta dampak dalam perjanjian tersebut.

BAB III : Tinjauan Umum Mengenai Asuransi jiwa dan Klaim

(22)

Berisikan suatu masalah mengenai Pengertian umum

mengenai asuransi jiwa serta klaim asuransi dan cara

menyelesaikan klaim

BAB IV : Penyelesain Tuntutan Pembayaran Klaim asuransi Dalam

Mnc Life Cab. Medan

Berisikan suatu masalah mengenai penyelesain pembayaran

klaim asuransi jiwa tersebut

BAB V : PENUTUP

Berisikan kesimpulan dan saran – saran yang ditarik

berdasarkan hasil analisi data

G.Keaslian Penulisan

Penulisan ini dilakukan atas ide dan pemikiran dari penulis sendiri ,

dengan masukkan yang berasal dari berbagai pihak guna membantu penulisan

skripsi ini. Skripsi ini berjudul : tinjauan hukum tentang tuntutan pembayaran

klaim asuransi jiwa pada Pt Mnc Life Cab medan. Skripsi ini belum pernah

dibuat oleh mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, dan

sebelumnya telah dilakukan penelusuran dan pemeriksaan di Perpustakaan

Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, judul ini., kalaupun ada kemiripan

hal itu pastilah dilakukan dengan tidak sama dan tentunyamasalah substansinya

(23)

1. Judul Skripsi : “ Pelaksanan Klaim asuransi kendaraan bermotor roda empat

dan hambatannya di PT. Asuransi Harta aman Pratama,Tbk” . Medan.

Ditulis oleh Dyah Septari Mario Siregar, NIM : 070200320 Faklutas Hukum

USU.

2. Judul Skripsi : “ Tinjauan Hukum Tentang Sistem Pembayaran Klaim

Asuransi Jiwa Medical ( Dengan Pemeriksaan Dokter ) Pada PT. Asuransi

jiwa Bumi Putera 1912. Di tulis oleh M. Herry Surya, Nim 940200129.

Skripsi ini asli karya ilmiah saya sendiri. Karya ini diharapkan berguna di

kalangan mahasiswa serta masyarakat yang yang berkaitan dengan program yang

(24)

BAB II

ASURANSI DAN PERJANJIAN ASURANSI

A.Pengertian Asuransi menurut ketentuan umum dan Premi dalam

Asuransi

Menurut ketentuan pasal 246 KUHD yang memuat bahwa asuransi atau

pertanggungan adalah suatu perjanjian dengan mana seorang penanggung

mengikatkan diri kepada tertanggung dengan menerima premi, untuk memberikan

penggantian kepadanya karena suatu kerugian, kerusakan atau kehilangan

keuntungan yang diharapkan yang mungkin akan dideritanya karena suatu

peristiwa yang tak tertentu.13

Berdasarkan definisi tersebut dapat diuraikan unsur – unsure asuransi

atau pertanggungan sebagai berikut:14

1. Pihak- pihak . subjek asuransi adalah pihak – pihak dalam asuransi, yaitu

penanggung dan tertanggung yang mengadakan perjanjan asuransi.

Penanggung dan tertanggung adalah pendukung kewajiban dan hak.

Penanggung wajib memikul risiko yang dialihkan kepadanya dan berhak

memperoleh pembayaran premi, sedangkan tertanggung wajib membayar

premi dan berhak memperoleh penggantian jika timbul kerugian atas harta

milik yang diasuransikan.

2. Status pihak – pihak, Penanggung harus berstatus sebagai perusahaan badan

hukum , dapat berbentuk Perseroan Terbatas (PT). Tertanggung dapat

13

Abdulkadir Muhammad, Hukum Asuransi Indonesia: citra aditya bakti,bandung,2006 hal 8

14

(25)

berstatus sebagai perseorangan, persekutuan, atau badan hukum baik sebagai

perusahaan ataupun bukan perusahaan.

3. Objek Asuransi, Objek asuransi dapat beruba benda, hak atau kepentingan

yang melekat pada benda, dan sejumlah uang yang disebut premi atau ganti

kerugian.

4. Peristiwa Asuransi, adalah perbuatan hukum berupa persetujuan atau

kesepakatan bebas antara penanggung dan tertanggung mengenai objek

asuransi

5. Hubungan Asuransi , yang terjadi antara penanggung dan tertanggung adalah

keterikatan yang timbul karena persetujuan atau kesepakatan bebas.

Asuransi dalam bahasa belanda disebut verzekering yang berarti

pertanggungan atau asuransi dalam bahasa inggris disebut inssurance.15 Asuransi

berasal dari bahasa inggris “assure” yang berarti menanggung dan “assurance”

yang berarti tanggungan.16

1. Undang – undang nomor 2 tahun 1992 :

Dalam hukum asuransi kita mengenal berbagai macam istilah, ada yang

mempergunakan istilah hukum pertanggungan, dalam bahasa belanda disebut

Verzekering Recht, dan dalam istilah bahasa Inggris disebut Insurance Law,

sedangkan dalam praktek-praktek sejak zaman Hindia Belanda sampai sekarang

banyak dipakai orang istilah Asuransi (Asurantie).

15

J.C.T. Simorangkir, Rudy Erwin, J.T. Prasetyo, Kamus Hukum, (Jakarta; Sinar Grafika, 2009) Hal 182

16

(26)

Menurut ketentuan pasal 1 angka ( 1) undang – undang nomr 2 tahun

1992 tentang usaha perasuransian17

2. New York insurance law

: “

Asuransi atau pertanggungan adalah perjanjian antara 2 ( dua) pihak atau lebih

dengan mana pihak penanggung mengikatkan diri kepada tertanggung dengan

menerima premi asuransi untuk memberikan penggantian kepada tertanngung

dengan kerugian, kerusakan atau kehilangan keuntungan yang diharapkan atau

tanggung jawab hukum kepada pihak ketiga yang mungkin akan diderita

tertanggung yang akan timbul dari suatu peristiwa yang tidak pasti atau untuk

memberikan suatu pembayaran yang didasarakna atas meninggal atau hidupnya

seseorang yang dipertanggungkan.

Dalam Pasal 41 New York insurance law, dalam definisi tersebut hanya

meliputi ganti kerugian terhadap harta kekayaan, tetapi juga meliputi pengertian

yang ada manfaatnya bagi tertanggung. Jadi termasuk juga pembayaran sejumlah

uang pada asuransi jiwa. Dalam pasal 41 new York insurance law meliputi

asurasni kerugian dan asuransi jumlah.18

3.Berdasarkan KUHperdata

Menurut KUHperdata bahwa berdasarkan ketentuan pasal 1774

KUHperdata, perjanjian asuransi itu dimasukkan menjadi salah satu jenis

atauperjanjian untung – untungan di samping pertaruhan dan perjudian dan bunga

cagak hidup 19

17

Undang – undang no. 2 tahun 1992 dalam pasal 1 ayat (1)

18

Pasal 41 New York Insurance Law

(27)

lebih lanjut Abdulkadir Muhammad membuat perbandingan antara rumusan pasal

1 angka (1) Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1992 dan Pasal 246 KUHD :20

1. Definisi Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1992 meliputi asuransi kerugian

dan asuransi jiwa. Asuransi kerugian dibuktikan oleh bagian kalimat

“penggantian karena kerugian, kerusakan, kehilangan keuntungan yang

diharapkan”. Asuransi jiwa dibuktikan oleh kalimat “memberikan pembayaran

yang didasarkan atas meninggal atau hidupnya seseorang”, bagian ini tidak ada

dalam Pasal 246 KUHD.

2. Definisi dalam Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1992 secara eksplisit

meliputi juga asuransi untuk kepentingan pihak ketiga, hal ini terdapat dalam

bagian kalimat “tanggung jawab hukum kepada pihak ketiga”, bagian ini tidak

terdapat dalam pasal 246 KUHD.

3. Definisi dalam Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1992 meliputi obek asuransi

berupa benda, kepentingan yang melekat atas benda, sejumlah uang jiwa manusia.

Objek asuransi berupa jiwa manusia tidak terdapat dalam definisi pasal 246

KUHD.

4. Definisi dalam Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1992 meliputi evenement

berupa peristiwa yang menimbulkan kerugian pada benda objek asuransi dan

peristiwa meninggalnya seseorang. Peristiwa meninggalnya seseorang tidak

terdapat dalam Pasal 246 KUHD.

Pengertian Premi Dalam Asuransi

19

Kitab Undang – undang Hukum perdata Paal 1774

20

(28)

Dalam pasal 246 KUHD terdapat rumusan 21

“ dengan mana penanggung mengikatkan diri kepada tertanggung dengan

menerima premi .

:

22

Untuk mencegah terjadinya pembatalan asuransi karena premi tidak

dibayar biasanya pihak – pihak mencantumkan klausula dalam polis yang

menyatakan: “ Premi harus dibayar di muka ( pada waktu yang telah ditentukan

)”.Jika Premi Tidak dibayar pada waktu yang telah ditentukan, asuransi tidak “

Berdasarkan rumusan tersebut, dapat diketahui bahwa premi adalah salah

satu unsur penting dalam asuransi karena merupakan kewajiaban utama yang

wajib dipenuhi oleh tertanggung kepada penanggung. Dalam hubungan hukum

asuransi, penanggung menerima pengalihan risiko dari tertanggung dan

tertanggung membayar sejumlah premi sebagai imbalannya. Apabila premi tidak

dibayar, asuransi dapat dibatalkan atau tidak setidak – tidaknya asuransi tidak

berjalan. Premi harus dibayar lebih dahulu oleh tertanggung karena tertanggung

pihak yang berkepentingan.

Sebagai perjanjian timbal balik, asuransi bersifat konsensual, artinya sejak

terjadi kesepakatan timbulah kewajiban dan hak kedua belah pihak. Akan tetapi,

asuransi baru berjalan jika kewajiban tertanggung membayar premi telah

dipenuhi. Dengan kata lain, risiko atas benda beralih kepada penanggung sejak

premi dibayar oleh tertanggung. Oleh karena itu, dapat dipahami bahwa ada

tidaknya asuransi ditentukan oleh pembayaran premi. Premi merupakan kunci

perjanjian asuransi.

21

Abdulkadir Muhammad, Hukum asuransi indonesia . Op.Cit hal 105

22

(29)

berjalan. Jika terjadi peristiwa yang menimbulkan kerugian, Penanggung tidak

berkewajiban membayar klaim tertanggung.

Berdasarkan uraikan diatas, maka dapat dipahami bahwa premi asuransi

merupakan syarat mutlak untuk menentukan perjanjian asuransi dilaksanakan atau

tidak. Kriteria premi asuransi adalah sebagai berikut :

a. Dalam Bentuk Sejumlah uang,

b. Dibayar lebih dahulu oleh Tertanggung,

c. Sebagai imbalan pengalihan risiko,

d. Dihitung berdasarkan persentase terhadap nilai risiko yang dialihkan.

Ekstensi lembaga asuransi sebagai usaha di Indonesia, telah diberikan

dasar hukum yang kokoh oleh undang – undang nomor 2 tahun 1992 tentang

usaha perasuransian. Legalisasi terhadap kegiatan usaha asruansi melalui

pemberian izin usaha ini sangan diperlukan., mengingat bahwa perusahaan

asuransi dalam melaksanakaan kegiatannya itu dilakukan dengan cara

mengumpulkan dana masyarakat dalam bentuk uang premi, yang kemudian harus

dikembalikan lagi kepada masyarakat melalui pembayaran klaim. 23

Usaha pertanggungan itu dapat dijelmahkan sebagai berikut, bahwa usaha

asuransi itu berarti memasukkan premi yang kemudian merupakan suatu dana .

Dana yang tersimpan dalam waktu yang beberapa lama di dalam perusahaan dapat

dipergunakan oleh perusahaan tersebut untuk membiayai suatu usaha yang

mendatangkan keuntungan baginya di samping membantu masyarakat

meningkatkan usaha – usaha dengan memberikan modal atau kredit untuk jangka

23

(30)

pendek atau jangka panjang. Usaha – usaha ini jelas membantu pembangunan

ekonomi di Negara yang kemudian dapat dinikmati oleh anggota masyarakat. Jadi

semua premi yang terkumpul itu dapat dipakai sebagai usaha investasi di dalam

proyek ekonomi.24

Di samping sebagai alat menghimpun dana pembangunan maka usaha

perasuransian itu juga dilihat manfaatnya sebagai salah satu alat yang

memberikan jaminan bagi kelangusngan usaha- usaha besar yang pada suatu

ketika mengalami kerugian sebagai akibat dari suatu peristiwa yang menimpa

perusahaan tersebut. Alat – alat produksi yang mengalami kerusakaan atau

kebakaran sehingga musnah, dapat diganti atau dipulihkan oleh perusahaan

asuransi sehingga perusahaan – perusahaan tersebut tidak menjadi berhenti atau

bangkrut melainkan dapat melanjutkan perusahaanya.25

B. Prinsip dan Tujuan Asuransi

Asuransi sebagai suatu perjanjian dilengkapi juga dengan beberapa fisik. Hal ini

bertujuan agar sistem perjanjian asuransi itu dapat dipelihara dan dipertahankan,

sebab suatu norma dapat tanpa dilengkapi dengan prinsipcenderung untuk tidak

mempunyai kekuatan mengikat. Prinsip – prinsip yang terdapat dalam sistem

hukum asuransi tersebut antara lain:26

1. Prinsip kepentingan yang dapat diasuransikan ( principle of insurable interest )

prinsip ini dapat dijabarkan dalam pasal 250 KUHD , yang menentukan bahwa :

24

Djoko prakoso, Hukum asuransi Indonesia; Rineka Cipta,2004 hal 11 25

Ibid, hal 12 26

(31)

“Apabila seseorang yang telah mengadakan pertanggungan untuk diri sendiri ,

atau apabila seseorang, yang untuknya telah diadakan suatu pertanggungan, pada

saat diadakannya pertanggungan itu tidak mempunyai kepentingan terhadap

barang yang dipertanggungkan itu, maka penanggung tidaklah diwajibkan

memberikan ganti rugi .

Apabila disimpulkan, maka ketentuan diatas mensyaratkan adanya

kepentingan dalam mengadakan perjanjian asuransi dengan akibat batalnya

perjanjian tersebut. Dalam hal tidak ada kepentingan, maka penanggung tidak

diwajibkan untuk memberikan ganti rugi . Ketentuan terdapat dalam pasal 250

KUHD diatas untuk membedakan antara asuransi dengan permainan atau

perjudian

Pada saat ditutupnya perjanjian asuransi itu harus ada kepentingan .

Permasalahan akan timbul apabila unsur kepentingan tersebut dibuktikan pada

saat ditutupnya perjanjian asuransi.

2. Prinsip itikad baik ( principle of utmost goodfaith )

Dalam perjanjian asuransi, unsur saling percaya antara penanggung dan

tertanggung sangatlah penting. Tertanggung dengan itikad baik dan secara jujur

wajib memberikan segala keterangannya dengan benar mengenai objek asuransi

yang akan diasuransikan . Di lain pihak tertanggung juga percaya bahwa kalau

terjadi persitiwa .penanggung akan membayar ganti rugi saling percaya ini

dasarnya adalah itikad baik . Prinsip itikad baik ini harus dilaksanakan dalam

setiap perjanjian ( pasal 1338 ayat (3) KUHPerdata ), termasuk dalam perjanjian

(32)

Dalam perjanjian asuransi, banyak pasal – pasal KUHD yang dapat

disimpulkan mengandung itikad baik. Pasal – Pasal itu antara lain 251,255,277

KUHD. Tetapi yang paling dikenal orang adalah pasal 251 KUHD, yang dikenal

dengan kewajiban memberikan keterangan. Dalam pasal 251 KUHD tersbut,

asuransi menjadi batal apabila tertanggung memberikan keterangangan keliru atau

tidak benar sama sekali tidak membeli keterangan. Sayangnya dalam pasal

tersebut, tidak dipersoalkan apakah tertanggung beritikad baik atau buruk. Dengan

demikian dapat disimpulkan bahwa pasal 251 KUHD terlalu memberatkan

tertanggung.

3. Prinsip Ganti rugi ( Principle of Indemnity )

Asuransi sebagaimana dapat disimpulkan dari pasal 246 KUHD

merupakan perjanjian penggantian kerugian. Ganti rugi disini mengandung arti

bahwa penggantian kerugian dari penanggung harus seimbang dengan kerugian

yang sungguh- sungguh diderita oleh tertanggung . Tujuan prinsip ganti rugi atau

indemnitas adalah untuk mengembalikan posisi keuangan tertanggung pada posisi

semula sesaat sebelum terjadinya kerugian. Tertanggung hanya berhak

mendapatkan ganti kerugian yang sungguh – sungguh dialaminya, bukan untuk

mendapat keuntungan .

Pasal 235 KUHD mengatur prinsip ganti rugi. Pasal – pasal yang ada

kaitannya dengan prinsip ganti rugi antara lain : pasal 246 ,

250,252,253,277,278,280,284. Pasal 252 KUHD menentukan bahwa: “ Kecuali

dalam hal – hal yang disebutkan dalam ketentuan undang – undang ,maka tak

(33)

dipertanggukan untuk harganya penuh, dan demikian itu atas ancaman batalnya

pertanggungan kedua tersebut.”

Ketentuan di atas memberi pengaturan bahwa asuransi diancam batal,

apanila diadakan asuransi yang kedua atas kepentingan yang telah diasuransikan

dengan nilai yang penuh , pada saat perjanjian asuransi yang kedua itu diadakan.

Beberapa penulis berpendapat bahwa asuransi berganda yang dikecualikan

oleh pasal 252 KUHD itu adalah asuransi sesuai dengan ketentuan pasal 277

KUHD, yang menentukan bahwa :

e. Apabila berbagai pertanggungan , dengan itikad baik, telah diadakan

mengenai satu – satunya barang , sedangkan dalam pertanggungan yang

pertama harga sepenuhnya telah dipertanggungkan, maka hanya

pertanggungan pertama itulah yang mengikat , sedangkan para penanggung

berikutnya dibebaskan.

f. Apabila dalam pertanggungan yang pertama itu tidak dipertanggungkan

harga sepenuhnya, maka para penanggung yang berikut bertanggung jawab

untuk harga yang selebihnya, menurut tertib waktu ditutupnya pertanggungan

yang berikut itu.

Menurut pasal 277 KUHD , jika terjadi perjanjian yang berhubungan

dengan asuransi yang berganda atas benda yang sama dengan kepentingan yang

sama dan waktu yang sama, dan harga pertanggungan penuh telah ada pada

penanggung yang pertama, maka penanggung kedua dibebaskan. Penanggung

(34)

pertanggungan apabila dalam pertanggungan pertama tidak dipertanggungkan

harga sepenuhnya.

Dengan demikian pasal 252 KUHD bertujuan untuk mencegah adanya

penggantian kerugian yang menjadi melebihi dari kerugian yang diderita dan

mengharuskan adanya keseimbangan antara penggantian kerugian dengan nilai

benda yang diasuransikan.Akan tetapi perlu diperhatikan adalah mengenai

berlakunya asas indemnitas ini , yang hanya berlaku dalam asuransi kerugian dan

tidak berlaku dalam asuransi sejumlah uang . Hal ini karena dalam asuransi

sejumlah uang ganti rugi, tidak dipertimbangkan dengan kerugian yang sungguh –

sungguh diderita, akan tetapi uang asuransi sudah ditetapkan sebelumnya pada

waktu ditutupnya perjanjian asuransi . Dasarnya, sebab pada asuransi sejumlah

uang, kepentingannya tidak dapat dinilai dengan uang.

4. Prinsip Subrogasi ( principle of subrogation )

Apabila terjadinya peristiwa yang tidak diharapkan terjadinya dalam

perjanjian asuransi, maka tertanggung dapat menuntut penanggung untuk

memberikan ganti rugi. Akan tetapi, apabila sebab terjadinya kerugian itu

diakibatkan oleh pihak , maka berarti tertanggung itu dapat menuntut penggantian

dari dua sumber . Sumber pertama dari penanggung dan sumber kedua dari pihak

ketiga yang telah menyebabkan kerugian itu . Penggantian dari dua sumber itu

jelas bertentangan dengan asas dalam perjanjian asuransi itu sendiri, yaitu asas

indeminitas dan asas hukum tentang larangan memperkaya diri sendiri secara

(35)

saja dari perbuatannya yang telah menyebabkan kerugian bagi tertanggung

sangatlah tidak adil.

Untuk mencegah tercegahnya penyimpangan – penyimpangan seperti itu,

undang – undang mengaturnya dalam pasal 284 KUHD yang menentukan bahwa

:27

a. Apabila tertanggung di samping mempunyai hak – hak terhadap penanggung

juga mempunyai hak – hak terhadap pihak ketiga;

“ Seorang penanggung yang telah membayar ganti kerugian sesuatu barang yang

dipertanggukan, menggantikan si tertanggung dalam segala hak yang

diperolehnya terhadap orang – orang ketiga berhubung dengan penerbitan

kerugian tersebut; dan si tertanggung itu adalah bertanggung jawab untuk setiap

perbuatan yang dapat merugikan si penanggung terhadap orang- orang ketiga

Dengan adanya ketentuan demikian, berarti secara otomatis berdasarkan

undang – undang, apabila terjadi kerugian yang menimpa tertanggung oleh pihak

ketiga, maka penanggung dapat menggantikan kedudukan tertanggung untuk

melaksanakan hak – haknya terhadap pihak ketiga tersebut. Jadi subrogasi

berdasarkan undang – undang ini hanya dapat diberlakukan apabila ada dua factor

yaitu :

b. Hak- Hak itulah timbulnya kerugian, Subrogasi ini hanya berlaku dalam

asuransi kerugian saja dan tidak berlaku terhadap asuransi sejumlah uang, oleh

karena itu dalam asuransi sejumlah uang, jumlah ganti rugi telah ditetapkan

c. sebelumnya, yaitu pada waktu ditutupnya perjanjian asuransi .

27

(36)

5. Prinsip Sebab akibat ( Principle of Proximate cause )

Kewajiban penanggung untuk mengganti kerugian kepada tertanggung

timbul apabila peristiwa yang menjadi sebab adanya kerugian itu dijamin oleh

polis. Akan tetapi, tidaklah mudah untuk menentukan suatu peristiwa itu

merupakan sebab timbulnya kerugian yang dijamin oleh polis. Terlebih – lebih

apabila peristiwanya banyak, sehingga sulit untuk menetukan mana yang menjadi

sebab timbulnya kerugian.

Dalam hal ini , ada 3 pendapat untuk menentukan sebab timbulnya

kerugian dalam perjanjian asuransi, yaitu :28

a. Pendapat menurut peradilan di inggris , yang menyatakan bahwa sebab dari

kerugian itu secara urutan kronologis terletak terdekat kepada kerugian . inilah

yang disebut Causa Proxima.

b. Pendapat yang kedua ialah di dalam pengertian hukum pertanggungan, sebab

itu tiap – tiap peristiwa yang tidak dapat ditiadakan tanpa ikut melenyapkan

kerugian itu. Dalam perkataan lain ialah tiap peristiwa yang dianggap sebagai

condito sinequanon terhadap kerugian itu.

c. Causa remota, bahwa yang menjadi sebab dari timbulnya kerugian itu ialah

peristiwa yang terjauh. Ajaran ini merupakan lanjutan dari pemecahan suatu

ajaran yang disebut “ sebab adequate “ yang mengemukakan bahwa

dipandangsebagai sebab yang menimbulkan kerugian itu ialah peristiwa yang

pantas berdasarkan ukuran pengalaman yang harus menimbulkan kerugian itu.Jadi

dengan demikian, berdasarkan sebab itulah timbul kerugian yang menjadi

28

(37)

tanggungan penanggung kecuali kalau polis dengan klausul All Risk, yaitu polis

yang menanggung semua resiko. Dalam hal ini juga terdapa kekecualian, yaitu

apabila sebab itu terjadi karena kesalahan sendiri dari tertanggung ( pasal 276

KUHD ).

6. Prinsip Kontribusi ( Principle of Contribution )

Apabila dalam suatu polis ditandatangani oleh beberapa penanggung,

maka masing – masing penanggung itu menurut imbangan dari jumlah mereka

untuk mana mereka yang menandatangani polis, hanya akan memikul jumlah

kerugian yang sesungguhnya diderita oleh Tertanggung. Prinsip Kontibusi ini

terjadi apabila ada asuransi berganda ( double insurance ) sebagaimana yang

dimaksud dalam pasal 278 KUHD.

Tujuan Asuransi

Adapun Tujuan asuransi dalam hal ini sebagai berikut yaitu:29

1. Teori Pengalihan risiko

Menurut teori pengalihan risiko ( risk transfer theory ) tertanggung

menyadari bahwa ada ancaman bahaya terhadap harta kekayaan miliknya atau

terhadap jiwamya. Jika bahaya tersebut menimpa harta kekayaan atau jiwanya, dia

akan menderita kerugian atau korban jiwa atau cacat raganya. Tertanggung

sebagai pihak yang terancam bahaya merasa berat memikul beban risiko yang

sewaktu – waktu dapat terjadi. Untuk mengurangi atau menghilangkan beban

risiko tersebut , pihak tertanggung berupaya mencari jalan kalau ada pihak lain

yang bersedia mengambil alih beban risiko ancaman bahaya dan dia sanggup

29

(38)

membayar kontra prestasi yang disebut premi. Berbeda dengan asuransi kerugian,

pada asuransi jiwa apabila sampai berakhirnya jangka waktu asuransi tidak terjadi

peristiwa kematian atau kecelakaan yang menimpa diri tertanggung, maka

tertanggung akan memperoleh pengembalian sejumlah uang dari penanggung

sesuai dengan isi perjanjian.Premi yang dibayar oleh tertanggung itu seolah – olah

sebagai tabungan pada penanggung.

2. Pembayaran Ganti Kerugian

Dalam hal tidak terjadi peristiwa yang menimbulkan kerugian, maka tidak

ada masalah terhadap risiko yang ditanggung oleh penanggung. Dalam praktiknya

tidak senantiasa bahaya yang mengancam itu sungguh – sungguh terjadi. Ini

merupakan kesempatan baik bagi penanggung mengumpulkan premi yang dibayar

oleh beberapa tertanggung yang mengikatkan diri kepadanya.Jika pada suatu

ketika sungguh – sungguh terjadi perisitwa yang menimbulkan kerugian ( risiko

berubah menjadi kerugian), maka kepada tertanggung yang bersangkutan akan

dibayarkan ganti kerugian seimbang dengan jumlah asuransinya.Dalam

praktiknya kerugian yang timbul itu bersifat sebagian ( partial loss ), tidak

semuanya berupa ganti kerugian total ( total loss ). Dengan demikian, tertanggung

mengadakan asuransi yang bertujuan untuk memperoleh pembayaran ganti

kerugian yang sungguh – sungguh dideritanya.

Pada asuransi jiwa apabila dalam jangka waktu asuransi terjadi peristia

kematian atau kecelakaan yang menimpa dari tertanggung, maka penanggung

akan membayar jumlah asuransi yang telah disepakati bersama seperti tercantum

(39)

premi dan untuk memudahkan penanggung membayar sejumlah uang akibat

terjadinya peristiwa kematian atau kecelakaan. Jadi, pembayaran sejumlah uang

itu bukan sebagai ganti kerugian, karena jiwa atau raga manusia bukan harta

kekayaan dan tidak dapat dinilai dengan uang.

3. Pembayaran Santunan.

Asuransi kerugian dan asuransi jiwa diadakan berdasarkan perjanjian

bebas ( sukarela) antara penanggung dan tertanggung. Akan tetapi, undang –

undang mengatur asuransi yang bersifat wajib, artinya tertanggung terikat dengan

penaggung karena perintah undang – undang, bukan karena perjanjian. Asuransi

ini disebut asuransi sosial uang bertujuan melindungi masyarakat dari ancaman

bahaya kecelakaan yang mengakibatkan kematian atau cacat tubuh.

Tertanggung yang membayar kontribusi tersebut adalah mereka yang

terikat pada suatu hubungan hukum tertentu yang ditetapkan undang – undang,

misalnya hubungan kerja, penumpang angkutan umum. Apabila meeka mendapat

musibah kecelakaan dalam pekerjaanya atau selama angkutan berlangsung mereka

( atau ahli warisnya ) akan memperoleh pembayaran santunan dari penaggung

yang jumlahnya telah ditetapkan oleh undang – undang

4. Kesejahteraan Anggota.

Apabila beberapa orang berhimpun dalam suatu perkumpulan dan

membayar kontribusi ( iuran) kepada perkumpulan, maka perkumpulan itu

berkedudukan sebagai penanggung, sedangkan anggota perkumpulan

berkedudukan sebagai tertanggung. Jika terjadi peristiwa yang mengakibatkan

(40)

membayar sejumlah uang kepada anggota ( tertanggung) yang bersangkutan.

Dalam hal ini asuransi saling menanggung tidak dapat digolongkan ke dalam

asuransi murni, tetapi hanya mempunyai unsur – unsur yang mirip dengan

asuransi kerugian.

Asuransi kesejahteraan seperti ini lebih sesuai apabila dikelola oleh

perkumpulan koperasi atau usaha bersama, Karena sesuai benar dengan asas dan

tujuan kedua badan hukum tersebut, Kedua badan hukum ini diatur dalam pasal 7

ayat (1) undang – undang nomor 2 tahun 1992 sebagai berikut:

“ usaha perasuransian hanya dapat dilakukan oleh badan hukum yang berbentuk :

a. Perusahan Perseroan ( persero )

b. Koperasi

c. Perseroan terbatas

d. Usaha bersama ( mutual )

Setelah mengetahui mengenai apa saja tujuan Asuransi yang telah disampaikan di

atas, maka adapun tujuan dari Asuransi

Tujuan dari Asuransi

Setiap orang yang memiliki suatu benda tentu menghadapi suatu risiko

bahwa nilai dari miliknya itu akan berkurang, baik karena hilangnya benda itu

maupun karena kerusakan atau karena msunah terbakar atau karena sebab lainnya.

Banyak di antara sebab- sebab yang menjadikan pengurangan nilai itu dapat

(41)

yang mengurangi nilai benda itu mempunyai sifat yang tidak dapat diharapkan

lebih dahulu.30

Disebabkan kebakaran, maka benda seseorang akan hancur, karena

pencurian maka seseorang akan kehilangan barang – barang perhiasan, karena

angin topan maka seseorang akan menderita kerugian dari hasil panennya.Semua

hal – hal ini adalah persitiwa – peristiwa yang pada satu pihak walaupun

kemungkinan itu akan terjadi itu besar, tidaklah dapat diharapkan terjadinya

dengan suatu kepastian, dan pada pihak lain bahwa orang yang ditimpanya itu

biasanya menderita kerugian yang lebih besar dari faktor – faktor kerugian yang

normal, sedangkan peristiwa – peristiwa ini kadang - kadang juga dapat

mengakibatkan mungkin jatuhnya keadaan keuangan dari seseorang.31

Jika dihubungkan dengan asuransi maka dapatlah dikatakan bahwa

kerugian orang – orang itu tadi dapat diperingan atau dikurangi, bahkan

ditanggung oleh orang lain asal untuk itu diperjanjikan sebelumnya. Di antara

orang yang khawatir akan menderita kerugian dengan orang yang mau

menanggung kerugian itu diadakanlah perjanjian asuransi. Jadi berdasarkan besar

kecilnya risiko yang dihadapi penanggung dari pengalaman perusahaanya dan

berapa besar persentase tentang kemungkinan suatu klaim tertentu akan terjadi,

dan berdasarakn statistik ini pula penanggung dapat menghitung berapakah

besarnya penggantian kerugian itu dan jumlah inilah yang dimintakannya sebagai

premi dari tertanggung, akan tetapi di dalam jumlah keseluruhannya ia masih juga

memasukkan segala ongkos – ongkos dan untuk dari perusahaanya.

30

Djoko prakoso, hukum asuransi Indonesia; Rineka cipta,Jakarta, 2004 . hlm 7 31

(42)

Perjanjian Asuransi itu mempunyai tujuan untuk mengganti kerugian

kepada tertanggung, jadi tertanggung harus dapat menunjukkan bahwa dia

menderita kerugian dan benar – benar menderita kerugian. Di dalam asuransi itu

setiap waktu selalu dijaga supaya jangan sampai seorang tertanggung yang hanya

bermaksud menyingkirkan suatu kerugian saja dan mengharapkan suatu untung

menikmati asuransi itu dengan cara memakai spekulasi, yang penting ialah bahwa

tertanggung harus mempunyai kepentingan bahwa kerugian untuk mana ia

mempertanggungkan dirinya itu tidak akan menimpanya. Ajaran “ Kepentinan “

ini sangant penting di dalam seluruh Hukum Asuransi yang kita dapati di dalam

beberapa pasal tertentu yaitu : Pasal – pasal 250 , 252 , 253, 274 , 275 , 277 , 279 ,

284, KUHD.32

Pengaturan Mengenai Asuransi antara lain

C. Pengaturan Mengenai Asuransi dan Jenis – jenis Asuransi

33

a. Asuransi kebakaran pasal 287 – pasal 298 KUHD :

Pengaturan dalam KUHD

Dalam KUHD ada dua cara pengaturan asuransi, yaitu pengaturan yang

bersifat umum dan bersifat khusus. Pengaturan yang bersifat umum terdapa dalam

buku 1 bab 9 Pasal 246 KUHD – Pasal 286 KUHD yang berlaku bagi semua jenis

asuransi, baik yang sudah diatur dalam KUHD maupaun yang diatur diluar

KUHD, kecuali jika secara khusus yang ditentukan lain. Pengaturan yang bersifat

khusus terdapat dalam Buku 1 bab 10 Pasal 287 – Pasal 308 KUHD dan buku II

bab 9 dan bab 10 pasal 592 – 695 KUHD dengan rincian sebagai berikut :

32

Ibid, hal 9

33

(43)

b. Asuransi hasil pertanian pasal 299 –pasal 301 KUHD

c. Asuransi jiwa Pasal 302 –Pasal 208 KUHD

d. Asuransi Pengangkutan laut dan perbudakan Pasal 592 KUHD – Pasal 685

KUHD

e. Asuransi pengangkutan darat, sungai dan perairan pedalaman Pasal 686

KUHD – Pasal 695 KUHD.

Pengaturan Asuransi dalam KUHD mengutamakan segi keperdataan yang

didasarkan pada perjanjian antara tertanggung dan penanggung. Perjanjian

tersebut menimbulkan kewajiban dan hak tertanggung dan penanggung secara

timbal balik. Sebagai perjanjian khusus, asuransi dibuat secara tertulis dalam

bentuk akta yang disebut polis asuransi . Pengaturan asuransi dalam KUHD

meliputi:

a. Asas- asas asuransi,

b. Perjanjian asuransi,

c. Unsur – unsur asuransi,

d. Syarat – syarat ( klausula ) asuransi,

e. Jenis – jenis asuransi .

1. Undang – undang nomor 2 tahun 1992

Jika KUHD mengutamakan pengaturan asuransi dari segi keperdataan,

maka undang – undang nomor 2 tahun 1992 tentang usaha Perasuransian

Lemabaran Negara nomor 13 tahun 1992 tanggal 11 februari 1992 mengutamakan

pengaturan asuransi dari segi bisnis dan publik administratf. Pengaturan dari segi

(44)

perasuransian dan perusahaan yang berlaku. Dari segi publik administratif artinya

kepentingan masyarakat dan Negara tidak boleh dirugikan. Jika hal ini dilanggar,

maka pelanggaran tersebut diancam dengan sanksi pidana dan sanksi administratif

menurut undang – undang perasuransian. Pelaksanaan undang – undang nomor 2

tahun 1992 diatur dengan peraturan pemerintah nomor 73 tahun 1992 tentang

penyelenggaraan usaha perasuransian Lembaran Negara nomor 120 tahun 1992.34

a. Bidang usaha perasuransian meliputi kegiatan :

Pengaturan usaha perasuransian dalam undang – undang nomor 2 tahun

1882 terdiri dari 13 ( tiga belas) bab dan 28 ( dua puluh delapan ) pasal dengan

rincian substansi sebagai berikut :

1. Usaha asuransi, dan

2. Usaha penunjang asuransi

b. Jenis usaha perasuransian meliputi :

1. Usaha asuransi terdiri dari; asuransi kerugian, asuransi jiwa, dan reasurasi.

2. Usaha penunjang asuransi terdiri dari : pialang asuransi, pialang

reasuransi,penilai kerugian asuransi, konsultan aktuaria,dan agen asuransi.

c. Perusahaan perasuransian meliputi;

1. Perusahaan asuransi kerugian.

2. Perusahaan asuransi jiwa.

3. Perusahaan reasuransi.

4. Perusahaan pialang asuransi.

5. Perusahaan penilai kerugian asuransi.

34

(45)

6. Perusahaan konsultan aktuaria.

7. Perusahaan agen asuransi.

d. Bentuk hukum usaha perasuransian terdiri dari;

1. Perusahaan perseroan ( Persero ).

2. Koperasi.

3. Perseroan terbatas.

4. Usaha bersama (mutual).

e. Kepemilikan Perusahaan Persuransian oleh;

1. Warga Negara Indonesia dan atau badan hukum Indonesia.

2. Warga Negara Indonesia dan atau badan hukum Indonesia bersama dengan

perusahaan perasuransian yang tunduk pada hukum asing.

f. Perizinan usaha perasuransian oleh menteri keuangan.

g. Pembinanan dan pengawasan terhadap usaha perasuransian oleh menteri

keuangan mengenai :

1. Kesehatan keuangan perusahaan asuransi kerugian, perusahaan asuransi

jiwan dan perusahaan reasuransi.

2. Penyelanggaran usaha perasuransian dan modal usaha.

h. Kepailitan dan likuidasi perusahaan asurasni melalui keputusan pengadilan

niaga.

i. Ketentuan sanksi pidana dan sanksi administratif meliputi :

1. Sanksi pidana karena kejahatan; menjalankan usaha perasuransian tanpa

izin, menggelapkan premi asuransi, menggelapkan kekayaan perusahaan

(46)

asuransi hasil penggelapan, pemalsuan dokumen perusahaan asuransi,

reasuransi.

2. Sanksi administratif berupa; ganti kerugian, denda administratif,

peringatan, pembatasan kegiatan usaha, pencabutan izin usaha perasuransian.

3. Undang – undang Asuransi sosial

Asuransi sosial di Indonesia pada umumnya meliputi bidang jaminan

keselamatan angkutan umum, keselamatan kerja, dan pemeliharaan kesehatan.

Program asuransi sosial diselenggarakan oleh badan usaha milik Negara (

BUMN)sesuai dengan ketentuan pasal 9 ayat (1) undang – undang nomor 2 tahun

1992. Perundang – undangan yang mengatur asuransi sosial adalah sebagai

berikut:35

a. Asuransi sosial kecelakaan Penumpang ( jasa raharja ):

1. undang – undang nomor 33 tahun 1964 tentang dana pertanggungan wajib

kecelakaan penumpang peraturan pelaksanaanya adalah peraturan pemerintah

nomor 17 tahun 1965.

2. Undang – undang nomor 34 tahun 1964 tentang dana kecelakaan lalu lintas

jalan. Peraturan pelaksanaanya adalah peraturan pemerintah nomor 18 tahun 1965.

b. Asuransi sosial tenaga kerja ( astek );

1. Undang – undang nomor 3 tahun 1992 tentang jaminan sosial tenaga kerja

( jamsostek).

35

(47)

2. Peraturan pemerintah nomor 18 tahun 1990 tentang penyelenggara

asuransi sosial tenaga kerja ( perubahan peraturan pemerintah nomor 33

tahun 1977 ).

3. Peraturan pemerintah nomor 67 tahun 1991 tentang asuransi sosial

angkatan bersenjata republic Indonesia ( ASABRI).

4. Peraturan pemerintah nomor 25 tahun 1981 tentang asuransi sosial

pegawai negeri sipil (ASPNS).

c. Asuransi sosial pemeliharaan kesehatan ( Askes )

1. Peraturan Pemerintah nomor 69 tahun 1991 tentang pemeliharaan kesehatan

pegawai negeri sipil (PNS), Penerima Pensiun, veteran, perintis kemerdakaan

Beserta keluarganya.

Dengan berlakunya undang – undang nomor 2 tahun 1992 tentang usaha

perasuransian dan perundang – undangan asuransi sosial di samping kesehatan

asuransi dalam KUHD, maka dianggap cukup memadai aturan hukum yang

mengatur tentang usaha perasuransian, baik dari segi keperdataan maupun dari

segi publik administratif.36

1. Asuransi terhadap kebakaran Jenis – Jenis asuransi

Kitab – kitab undang Hukum dagang di dalam pasal 247 menyebutkan

tentang 5 ( macam asuransi ),yaitu :

2. Asuransi terhadap bahaya hasil – hasil pertanian

3. Asuransi terhadap kematian orang ( asuransi jiwa )

36

(48)

4. Asuransi terhadap bahaya di laut dan perbudakan

5. Asuransi terhadap bahaya dalam pengangkutan di darat dan di sungai – sungai .

Buku I KUHD mengatur tentang jenis asuransi yang pertama,yang kedua,

dan ketiga di atas, sedangkan jenis asuransi yang ke empat, dan ke lima diatur

dalam buku II KUHD.

Jenis asuransi pada umumnya dibagi menjadi dua jenis asuransi yaitu :

asuransi kerugian dan asuransi jiwa37

1. Asuransi kerugian terdiri dari : .

a. Asuransi Kebakaran;

b. Asuransi Kehilangan dan Kerusakan; c. Asuransi laut;

d. Asuransi Pengangkutan; e. Asuransi Kredit.

2. Asuransi jiwa terdiri dari :

a. Asuransi kecelakaan,

b. Asuransi kesehatan,

c. Asuransi jiwa kredit.

Di samping jenis asuransi yang diatur dalam KUHD, Selain itu adapun

jenis asuransi yang ada dan belum di atur oleh KUHD yaitu antara lain:38

Asuransi ini bertujuan untuk melidungi perusahaan – perusahaan arena

kelalaian kreditor untuk membayar utangnya.Cara bekerjanya asuransi ini adalah 1. Asuransi kredit ( credit insurance )

(49)

perjanjian atau membayar kerugian atas rekening – rekening yang ditimbulkan

sebagai akibat keterlamabatan pembayaran uang dalam suatu jangka tertentu.

2. Asuransi kerugian terhadap umum ( public liability insurance )

Asuransi ini bertujuan untuk melindungi perusahaan – perusahaan

terurama perusahaan industry terhadap kemungkinan kerugian yang mereke

timbulkan terhadap orang, selain dari pekerja – pekerjanya sendiri, sebagai akibat

dari kegiatan usahanya misalnya; pengotoran udara.

3.Asuransi kerugian pada pemborongan pembangunan ( bullder’s risk insurance )

Perjanjian asuransi ini terutama bergerak hanya pada pengusaha besar

(kontraktor). Tujuan dari perusahaan ini, adalah untuk menjamin kerugian atau

kerugian pada harta benda yang masih sedang dalam pembangunan. Dalam

perjanjian ini juga meliputi bahan – bahan bangunan yang berada di lapangan

untuk bangunan – bangunan yang sedang dikerjakan.

4. Asuransi kesehatan ( health insurance)

Tujuannya adalah untuk menjamin pembayaran – pembayaran dengan

menutup kehilangan penghasilan, atau pengeluaran – pengeluaran biaya

pemeliharaan kesehatan dan ongkos – ongkos rumah sakit atau keduanya, karena

sakit yang dialami sesudah tanggal berlakunya perjanjian ini.

5. Asuransi kerugian karena jabatan ( Professional liability insurance )

Perjanjian asuransi khusu untuk melindungi dokter, ahli hukum, ahli

teknik, pejabat –pejabat penting atau para cendekiawan pada umumnya, terhadap

kerugian yang mungkin mereka harus alami karena kegiatan – kegiatan

(50)

6. Asuransi kecelakaan ( Accident Insurance )

Tujuannya adalah untuk menjamin pembayaran, apabila terjadi luka atau

kematian karena kecelakaan. Pembayaran kerugian dapat merupakan suatu jumlah

tertentu bagi luka –luka yang timbul sebagai akibat kecelakaan.

7. Asuransi rintangan berusaha ( Business Interuption )

Perjanjian asuransi ini bertujuan untuk melindungi kehilangan keuntungan

usaha, selama suatu perusahaan tidak dapat melakukan usahanya, karena

kerusakan – kerusakan harta bendanya. Jenis asuransi ini penting buat pengusaha,

apabila perusahaan karena suatu peristiwa yang tidak pasti mendapat rintangan

dalam usahanya, sehingga mengakibatkan perusahaan terganggu jalannya dan

keuntungan yang diharapkan akan hilang.

8. Asuransi terhadap pencurian dan pembongkaran ( thieft insurance )

Perjanjian asuransi ini terutama untuk menjamin pembayaran kembali

kerugian, karena pencurian atau pembongkaran harta benda yang dimilki dan atau

barang – barang berharga yang hilang karena sebagai akibat adanya pencurain

atau sebagai akibat adanya pembongkaran yang dilakukan oleh pencuri.

9. Asuransi gangguan usaha,

10.Asuransi engineering,

11.Asuransi tanggung jawab hukum

12.Asuransi jaminan

13.Asuransi kredit

14.Asuransi kecurian/perampokan,

Referensi

Dokumen terkait

Asuransi atau pertanggungan adalah perjanjian antara dua pihak atau lebih, dengan mana pihak penanggung mengikatkan diri kepada tertanggung, dengan menerima premi asuransi,

Asuransi Manulife Indonesia di Medan bahwa terjadi suatu peristiwa yang menimbulkan kerugian, maka penanggung akan membayar ganti rugi atau memberikan sejumlah uang

Pemerintahan Republik Indonesia, Undang-undang Nomor 40 tahun 2014 tentang Perasuransian, Lembaran Negara Nomor 337 Tahun 2014. Pemerintahan Republik Indonesia,

Universitas Sumatera

“Diharuskannya ada prinsip kepentingan yang dapat diasuransikan (insurable interest) dalam perjanjian asuransi dengan maksud untuk mencegah agar asuransi tidak menjadi permainan

terjadi kerusakan terhadap hak milik seseorang. b) Tertanggung akan membayar premi dalam pertanggungan tersebut. 4) Kontrak asuransi tidak boleh bertentangan dengan kepentingan

Hukum Perlindungan Konsumen, Diadit Media, Jakarta.. Darmawi

Selain itu, Perusahaan mewujudkan nilai keberlanjutan dengan menawarkan produk- produk asuransi kesehatan dan jiwa yang terjangkau dan sesuai dengan kebutuhan nasabah, melayani