• Tidak ada hasil yang ditemukan

DAFTAR PUSTAKA

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMAS

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis Pertumbuhan dan Keragaan Planlet Sagu (Metroxylon sagu Rottb.) pada Medium dengan Berbagai Sumber Karbohidrat dan Intensitas Cahaya yang Berbeda adalah karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing yang belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan oleh penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.

Bogor, 17 Juli 2009 Wirdhatul Muslihatin NIM G353070061

ABSTRACT

WIRDHATUL MUSLIHATIN. Growth and Performance of Plantlets of Sago (Metroxylon sagu Rottb.) on Medium with Different Sources of Carbohydrate and Different Levels of Light Intensity. Under direction of DIAH RATNADEWI and SUMARYONO.

Plantlets of sago derived from somatic embryos usually are weak with few leaves and roots, resulted in a low survival rate during plantlet acclimatization. Essential factors for vigorous plantlets are carbohydrate and light intensity. Carbohydrate is added into a culture medium as energy source and osmotic agent. Light intensity influences plant growth and development because it is directly related to photosynthesis and morphogenic process. Research was conducted to determine a suitable carbohydrate and light intensity for plantlets growth in order to produce vigorous plantlets of sago. The basal medium used was modified MMS (Murashige & Skoog) medium with a half strength salts. The first experiment was the application of different types of carbohydrate (sucrose, maltose, glucose, and fructose) at various concentrations (30, 45, and 60 g/L) into the medium. A single 1-2 cm plantlet was cultured on a culture tube. Each treatment consisted of 15 plantlets. In the second experiment, plantlets were cultured on the basal medium with sucrose 30 g/L. The cultures were incubated in a light room culture with different light intensities (10, 20, 30, and 40 µmol/m2/sec). Parameters observed were plantlet height, leaf number, leaf color, stem diameter, biomass fresh weight and rooting percentage. Relative growth rate (RGR) of plantlet height and leaf number was also calculated. Histology of leaf, leaf sheath and root was conducted according to modified Nakamura method. Leaf stomata density was observed using whole mount preparatory. The results show that different types and concentrations of carbohydrate influenced sago plantlet growth. Medium with sucrose 30 g/L gave the best growth of sago plantlet based on RGR plantlet height, RGR leaf number, biomass fresh weight, stem diameter, and rooting percentage. However, the greenest leaf color was found on a medium added with glucose 60 g/L. Light intensity did not affect plantlet growth and performance except stem diameter. Higher density and smaller size of stomata was observed on leaf of non vigorous plantlets than those of vigorous plantlets. Anatomy of leaf sheath of vigorous and non vigorous plantlets reveals different patterns, where shoot apical meristem (SAM) was found in vigorous plantlets. It can be concluded that plantlets of sago palm cultured on a medium added with sucrose 30 g/L under light intensity of 10 µmol/m2/sec grew better than on medium with other carbohydrate sources and light intensities.

Keyword : sago palm, carbohydrate, light intensity, plantlet growth, plantlet performance, in vitro culture.

RINGKASAN

WIRDHATUL MUSLIHATIN. Pertumbuhan dan Keragaan Planlet Sagu (Metroxylon sagu Rottb.) pada Medium dengan Berbagai Sumber Karbohidrat dan Intensitas Cahaya yang Berbeda. Dibimbing oleh DIAH RATNADEWI dan SUMARYONO.

Sagu merupakan tanaman asli Indonesia yang memiliki potensi sebagai sumber bahan pangan dan industri. Kebutuhan dan permintaan sagu semakin besar sehingga perlu dilakukan peningkatan produksi. Pertumbuhan populasi sagu secara alami dikhawatirkan tidak mampu mengimbangi laju penebangan untuk memenuhi kebutuhan. Salah satu cara untuk menghasilkan bahan tanam yang seragam dengan jumlah besar dalam waktu yang relatif singkat adalah dengan teknik kultur jaringan atau kultur in vitro. Planlet sagu hasil kultur in vitro pada umumnya masih sangat lemah dengan jumlah daun dan akar yang sedikit. Hal ini menyebabkan pertumbuhan dan daya hidup bibit saat aklimatisasi sangat rendah. Komposisi medium kultur dan intensitas cahaya merupakan penentu utama bagi pertumbuhan tanaman in vitro. Karbohidrat merupakan komponen yang sangat penting untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman in vitro yang terjadi pada kondisi yang tidak cocok untuk fotosintesis atau tanpa fotosintesis. Intensitas cahaya juga mempengaruhi keberhasilan kultur in vitro. Selain berperan dalam proses fotosintesis planlet, cahaya mempengaruhi perkembangan dan pertumbuhan atau morfogenesis tanaman. Modifikasi jenis dan komposisi medium serta faktor lingkungan seperti intensitas cahaya merupakan cara-cara yang dapat dilakukan untuk menghasilkan planlet yang vigor.

Tujuan dari penelitian ini adalah 1) mendapatkan jenis dan konsentrasi karbohidrat yang tepat untuk menghasilkan planlet sagu yang vigor; 2) mendapatkan intensitas cahaya yang sesuai untuk menghasilkan planlet sagu yang vigor dan 3) membandingkan kerapatan stomata, anatomi daun, pelepah dan akar planlet sagu yang vigor dan tidak vigor hasil kultur in vitro. Informasi yang diperoleh diharapkan mampu meningkatkan produksi bibit unggul sagu Indonesia secara klonal.

Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Biak Sel dan Mikropropagasi, Balai Penelitian Bioteknologi Perkebunan Indonesia di Bogor mulai bulan Desember 2008 sampai dengan Juni 2009. Bahan tanam yang digunakan adalah planlet tanpa akar dengan tinggi 1-2 cm yang terbentuk dari kultur embrio somatik. Medium kultur yang digunakan adalah medium padat MS (Murashige & Skoog 1962) yang telah dimodifikasi ditambah GA3 0,5 mg/L, IBA 2 mg/L dan NAA 3 mg/L. Jenis karbohidrat yang digunakan adalah sukrosa, maltosa, fruktosa dan glukosa, masing-masing dengan konsentrasi 30, 45, dan 60 g/L. Kultur ditempatkan pada ruang kultur dengan suhu 25°C dengan intensitas cahaya 10 µmol/m2/detik dengan periode pencahayaan 14 jam. Kultur dilakukan selama 12 minggu dengan 15 ulangan. Penelitian dilanjutkan dengan pengaruh intensitas cahaya. Perlakuan yang diberikan adalah 10, 20, 30, dan 40 µmol/m2/detik, masing-masing perlakuan dilakukan dengan 8 ulangan. Pengamatan stomata menggunakan metode preparat utuh (whole mount) mengikuti metode Johansen (1940) dan Sass (1951) yang telah dimodifikasi. Irisan anatomis menggunakan metode Nakamura (1995) yang telah dimodifikasi.

Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL). Data yang dihasilkan dianalisis dengan General Linear Model (GLM) 2 faktor yaitu jenis dan konsentrasi karbohidrat, dilanjutkan dengan uji Duncan pada taraf kepercayaan 95% menggunakan program SAS ver 9.1.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa jenis dan konsentrasi karbohidrat berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan dan keragaan planlet sagu. Medium dengan sukrosa 30 g/L memberikan pengaruh terbaik terhadap pertumbuhan planlet sagu berdasarkan parameter tinggi, jumlah daun, diameter, bobot basah dan persentase perakaran kecuali warna daun. Dalam penelitian ini perbedaan intensitas cahaya yang diberikan tidak berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan dan keragaan planlet sagu kecuali pada diameter planlet. Intensitas cahaya 10 µmol/m2/detik menghasilkan planlet vigor lebih banyak daripada intensitas cahaya yang lebih tinggi.

Dari penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa planlet sagu yang dikultur pada media yang mengandung sukrosa 30 g/L dan intensitas cahaya 10 µmol/m2/detik menghasilkan planlet yang lebih vigor. Kerapatan stomata planlet tidak vigor lebih tinggi dengan ukuran stomata lebih kecil daripada planlet vigor. Secara anatomi tidak terdapat perbedaan antara daun dan akar planlet sagu vigor dan tidak vigor, namun pelepah planlet sagu vigor dan tidak vigor menunjukkan perbedaan secara histologi. meristem apikal pucuk (SAM) ditemukan pada planlet sagu vigor.

Kata kunci : sagu, karbohidrat, intensitas cahaya, pertumbuhan planlet, keragaan planlet, kultur in vitro.

© Hak Cipta milik IPB, tahun 2009 Hak Cipta dilindungi Undang-undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB

Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB

PERTUMBUHAN DAN KERAGAAN PLANLET SAGU

(Metroxylon sagu Rottb.) PADA MEDIUM DENGAN BERBAGAI SUMBER KARBOHIDRAT DAN INTENSITAS CAHAYA YANG BERBEDA

WIRDHATUL MUSLIHATIN

Tesis

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada

Mayor Biologi Tumbuhan

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR 2009

Judul Tesis : Pertumbuhan dan Keragaan Planlet Sagu (Metroxylon sagu Rottb.) pada Medium dengan Berbagai Sumber Karbohidrat dan Intensitas Cahaya yang Berbeda

Nama : Wirdhatul Muslihatin N I M : G353070061

Disetujui Komisi Pembimbing

Dr. Ir. Diah Ratnadewi Ir. Sumaryono, M.Sc Ketua Anggota

Diketahui

Koordinator Mayor Dekan Sekolah Pascasarjana IPB Biologi Tumbuhan

Dr. Ir. Miftahudin, M.Si Prof. Dr. Ir. Khairil A. Notodiputro, M.S.

PRAKATA

Alhamdulillah, puji dan syukur penulis sampaikan kepada Allah SWT atas segala karunia NYA sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penyusunan tesis. Penulis menyampaikan terima kasih dan penghargaan yang tinggi kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian penelitian dan penyusunan tesis ini yaitu,

1. Dr. Ir. Diah Ratnadewi selaku ketua komisi pembimbing atas waktu, kesabaran, ilmu dan kemudahan yang telah diberikan selama memberikan bimbingan.

2. Ir. Sumaryono, M. Sc selaku anggota komisi pembimbing sekaligus kepala Laboratorium Biak Sel dan Mikropropagasi, Balai Penelitian Perkebunan Indonesia atas waktu, kesabaran, ilmu dan kemudahan selama penelitian sampai tersusunnya tesis ini.

3. Dr. Ir. Ence Darmo Jaya Supena, M. Si selaku penguji luar komisi atas ilmu dan saran yang telah diberikan untuk kesempurnaan tesis ini.

4. Ketua program studi, seluruh dosen dan karyawan biologi tumbuhan atas ilmu, bantuan dan kerjasamanya sehingga penelitian dan penyusunan tesis ini berjalan lancar.

5. Seluruh peneliti, teknisi dan pembantu teknisi Laboratorium Biak Sel dan Mikropropagasi, Balai Penelitian Perkebunan Indonesia atas semua bantuan, kerjasama dan kemudahan yang telah diberikan selama penelitian dan penyusunan tesis ini.

6. Program Riset Insentif Terapan Kementerian Negara Riset dan Teknologi atas nama Ir. Sumaryono, M.Sc yang telah mendanai penelitian ini sampai selesai.

7. Drs. Bachsis Aminullah M.Pd, Indah Ermawati, S.Pd, Adkhiatul Muslihatin dan Fahmi Iskandar Aminullah, atas nasehat, kepercayaan, doa dan semangat yang telah diberikan sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penyusunan tesis ini tepat waktu.

8. Rekan-rekan Pascasarjana Biologi IPB tahun 2007 atas kerjasama dan kebersamaannya selama menyelesaikan studi.

9. Seluruh pihak yang telah terlibat dan membantu penelitian dan penyusunan tesis ini.

Penulis berharap semoga tesis ini bermanfaat khususnya untuk perkembangan sagu di Indonesia.

Bogor, 17 Juli 2009 Wirdhatul Muslihatin

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Situbondo, Jawa Timur 20 Juni 1984, sebagai anak pertama dari tiga bersaudara pasangan Drs. Bachsis Aminullah M. Pd dengan Indah Ermawati, S. Pd.

Penulis menyelesaikan pendidikan sarjana di Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam jurusan Biologi lulus pada tahun 2006. Selama menyelesaikan pendidikan sarjana sains, penulis menjadi asisten di Laboratorium Tumbuhan Biologi ITS pada beberapa mata kuliah yaitu Struktur dan Perkembangan Tumbuhan, Fisiologi Tumbuhan, Fisiologi Cekaman, dan Biokimia. Penulis pernah bekerja di Universitas Muhammadiyah Surabaya tahun 2006 sampai dengan 2007. Penulis melanjutkan studi S2 pada tahun 2007 di Departemen Biologi bidang mayor Biologi Tumbuhan Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor.

DAFTAR ISI

Halaman DAFTAR TABEL ... viii DAFTAR GAMBAR ... ix DAFTAR LAMPIRAN ... x PENDAHULUAN Latar Belakang ... 1 Permasalahan ……….………. …….. 3 Tujuan Penelitian ... 3 Manfaat Penelitian………... 3 TINJAUAN PUSTAKA

Taksonomi dan Morfologi Sagu ... 4 Habitat Sagu ... 5

Pertumbuhan dan Siklus Hidup Sagu ... 6 Potensi dan Manfaat Sagu ... 8 Kultur In vitro Sagu. ... 9 Peranan Karbohidrat dalam Kultur In vitro ... 10 Intensitas Cahaya dalam Kultur In vitro. ... 11 METODE PENELITIAN

Waktu dan Tempat Penelitian ... 13 Bahan Tanam dan Medium ... 13 Perlakuan Karbohidrat ... 13

Perlakuan Intensitas Cahaya ... 13 Parameter Pertumbuhan Planlet Sagu ... 14 Kerapatan Stomata ... 14

Anatomi Daun, Pelepah dan Akar ... 15 Rancangan Penelitian dan Analisis Statistik. ... 15 Hipotesis Penelitian ... 16 HASIL DAN PEMBAHASAN

Pengaruh Jenis dan Konsentrasi Karbohidrat terhadap Pertumbuhan Planlet Sagu

Pertumbuhan Tinggi Planlet . ... 17 LPR untuk Tinggi Planlet... 19 LPR untuk Jumlah Daun Planlet ... 20 Warna Daun Planlet ... 21 Bobot Basah Planlet ... 23 Diameter Planlet. ... 23

Persentase perakaran Planlet ... 24  

Pengaruh Intensitas Cahaya terhadap Pertumbuhan Planlet Sagu

Pertumbuhan Tinggi Planlet . ... 26 LPR untuk Tinggi dan Jumlah Daun Planlet... 27 Warna Daun Planlet ... 28 Bobot Basah, Diameter, dan Persentase Perakaran Planlet... 28 Struktur, Kerapatan dan Ukuran Stomata Daun Planlet Sagu

Vigor dan Tidak Vigor ... 29 Struktur Anatomi Daun, Pelepah dan Akar Planlet Sagu

Vigor dan Tidak Vigor ... 32

Perlakuan Karbohidrat... .31 Perlakuan Intensitas Cahaya ... 34

Pembahasan Umum ... 35 SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan ... 38 Saran ... 38 DAFTAR PUSTAKA ... 39 LAMPIRAN ... 44

DAFTAR TABEL

Halaman 1 Pengaruh jenis dan konsentrasi karbohidrat terhadap

bobot basah planlet sagu (g)...23 2 Pengaruh jenis dan konsentrasi karbohidrat terhadap

diameter planlet sagu (mm)...24 3 Pengaruh jenis dan konsentrasi karbohidrat terhadap

persentase perakaran planlet sagu (%)...25 4 Pengaruh intensitas cahaya terhadap LPR untuk tinggi dan

jumlah daun planlet sagu...27 5 Pengaruh intensitas cahaya terhadap bobot basah, diameter

DAFTAR GAMBAR

Halaman 1 Populasi sagu di alam ... 5 2 Skema pola tumbuh sagu membentuk rumpun . ... 6 3 Siklus hidup sagu ... 7 4 Kurva pertumbuhan planlet sagu pada berbagai jenis karbohidrat ... 17 5 Kurva pertumbuhan planlet sagu pada berbagai konsentrasi karbohidrat ... 18 6 Pengaruh jenis dan konsentrasi karbohidrat terhadap LPR untuk tinggi ...

planlet sagu ... 20 7 Pengaruh jenis dan konsentrasi karbohidrat terhadap LPR untuk jumlah ...

daun planlet sagu ... 21 8 Pengaruh jenis dan konsentrasi karbohidrat terhadap warna daun ...

planlet sagu. ... 22 9 Kurva pertumbuhan planlet sagu pada berbagai intensitas cahaya. ... 26 10 Pengaruh intensitas cahaya terhadap warna daun planlet sagu ... 28 11 Susunan dan struktur stomata daun planlet sagu ... 30 12 Kerapatan stomata daun planlet sagu ... 30 13 Sayatan melintang daun planlet sagu ... 32 14 Sayatan melintang akar planlet sagu ... 33 15 Sayatan melintang pelepah planlet sagu perlakuan karbohidrat ... 34 16 Sayatan melintang pelepah planlet sagu perlakuan intensitas cahaya……… 34

 

 

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

1 Komposisi dehidran metode paraplas...45

2 Metode pewarnaan ganda safranin 2% dan fast green 1%...46

3 Analisis sidik ragam pengaruh jenis dan konsentrasi karbohidrat...47

4 Analisis sidik ragam pengaruh intensitas cahaya...49

5 Gambar planlet sagu... 51

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Sagu (Metroxylon sagu Rottb.) merupakan tumbuhan asli Indonesia yang diperkirakan berasal dari daerah Sentani Papua, karena keragaman plasma nutfah sagu di daerah tersebut paling tinggi. Daerah sebaran sagu meliputi wilayah tropika basah Asia Tenggara dan Oceania. Sagu tumbuh terutama di daerah rawa, payau atau daerah yang sering tergenang air. Indonesia memiliki areal sagu yang cukup luas. Areal sagu terluas terdapat di Papua yakni 1,2 juta hektar dan Papua Nugini seluas 1,0 juta hektar yang merupakan 90% dari total areal sagu dunia (Flach 1997). Dengan luasnya areal sagu, Indonesia memiliki kesempatan besar untuk mengembangkan komoditas ini. Namun, sampai saat ini perkembangan sagu Indonesia masih dalam tahap pengolahan secara tradisional menjadi bahan pangan dengan bahan baku bergantung hasil alam.

Sagu memiliki potensi sebagai sumber bahan pangan dan non pangan Semua bagian tumbuhan yaitu daun, batang dan pelepah dapat dimanfaatkan. Sagu sebagai bahan pangan dimanfaatkan sebagian besar dalam bentuk aci sagu yang dapat diolah menjadi berbagai jenis makanan seperti mie, roti dan sirup. Pemanfaatan sagu sebagai bahan non pangan yaitu bioetanol, biodegradable plastic, bahan perekat, briket, bahan bangunan dan lainnya. Kandungan sagu yang paling banyak dimanfaatkan adalah karbohidrat yang terdapat dalam batang. Sagu merupakan tananaman penghasil karbohidrat yang memiliki produktivitas tinggi. Kandungan karbohidrat sagu dapat mencapai 700 kg pati basah per batang yang berumur 10-11 tahun atau 15-25 ton pati kering per hektar per tahun (Flach 1997). Kandungan karbohidrat sagu lebih tinggi daripada beras (Djoefrie 1999). Aci sagu mengandung amilosa 27% dan amilopektin 73% (Flach 1997).

Besarnya potensi sagu sebagai bahan pangan dan non pangan menyebabkan kebutuhan dan permintaan sagu semakin meningkat sehingga perlu dilakukan peningkatan produksi. Tarigans (2001) menyatakan bahwa sampai saat ini Indonesia masih mengandalkan tegakan alami dan semibudidaya. Pertumbuhan populasi sagu secara alami dikhawatirkan tidak mampu mengimbangi laju penebangan untuk memenuhi kebutuhan.

2

Sagu merupakan tumbuhan Palmae tahunan yang umumnya diperbanyak secara vegetatif dengan tunas anakan yang tumbuh di sekitar batang utama (induk). Perbanyakan sagu dapat dilakukan secara generatif yaitu dengan biji. Namun perbanyakan dengan biji jarang terjadi karena pada umumnya sagu dipanen sebelum masa reproduktif. Persediaan tunas anakan yang seragam merupakan hambatan utama dalam pembukaan perkebunan sagu (Jong 1995).

Salah satu cara untuk memproduksi bahan tanam yang seragam dengan jumlah besar dalam waktu yang relatif singkat adalah dengan teknik kultur jaringan atau kultur in vitro. Teknik in vitro sagu yang telah dilakukan adalah melalui embriogenesis somatik. Embriogenesis somatik merupakan salah satu aplikasi penting dalam propagasi tumbuhan secara vegetatif dalam skala besar. Penelitian kultur in vitro sagu secara bertahap dan berkelanjutan telah dilakukan. Tahardi et al. (2002) berhasil mendapatkan embriogenesis somatik sagu menggunakan eksplan berupa jaringan muda dari tunas apikal anakan.

Riyadi et al. (2005) telah menemukan komposisi medium untuk induksi embrio somatik, pendewasaan embrio dan pembentukan planlet. Dalam fase perkembangan embrio somatik sagu menunjukkan keragaman morfologi, meliputi bentuk, ukuran dan warna (Kasi & Sumaryono 2006). Keragaman morfologi embrio somatik yang tinggi dapat menghambat propagasi tumbuhan secara in vitro dalam jumlah besar (Riyadi et al. 2005). Komposisi medium kultur merupakan penentu utama untuk pertumbuhan tumbuhan in vitro. Garam mineral dan karbohidrat sebagai sumber karbon merupakan komponen utama dalam medium kultur in vitro (Gamborg & Phillips 1995).

Karbohidrat merupakan komponen yang sangat penting untuk pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan in vitro yang terjadi pada kondisi yang tidak cocok untuk fotosintesis atau tanpa fotosintesis (Pierik 1997). Pemilihan konsentrasi karbohidrat tergantung pada jenis dan umur material tumbuh. Jenis karbohidrat yang paling sering digunakan dalam penelitian adalah sukrosa, fruktoa dan glukosa. Sukrosa sebagai sumber karbon paling banyak digunakan karena dianggap memberikan pengaruh pertumbuhan yang optimal dan relatif murah (Swedlund & Locy 1993). Selain medium tumbuh, faktor fisik lingkungan seperti intensitas cahaya dan suhu mempengaruhi keberhasilan kultur in vitro.

Cahaya dapat mendorong pembentukan dan pertumbuhan tunas selain berperan dalam membantu proses fotosintesis planlet. Modifikasi jenis dan komposisi medium serta faktor lingkungan seperti intensitas cahaya merupakan cara-cara yang perlu dilakukan untuk menghasilkan planlet yang vigor.

Permasalahan

Planlet sagu hasil kultur in vitro sagu pada umumnya masih sangat lemah dengan jumlah daun dan akar yang sedikit. Hal ini menyebabkan daya hidup bibit sagu saat aklimatisasi sangat rendah.

Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah

1. mendapatkan jenis dan konsentrasi karbohidrat yang tepat untuk menghasilkan planlet sagu yang vigor.

2. mendapatkan intensitas cahaya yang sesuai untuk menghasilkan planlet sagu yang vigor.

3. membandingkan kerapatan stomata, anatomi daun, pelepah dan akar planlet sagu yang vigor dan tidak vigor.

Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah mendapatkan kondisi terbaik bagi pertumbuhan sehingga dihasilkan planlet sagu yang vigor. Keberhasilan proses tersebut diharapkan mampu meningkatkan produksi bibit unggul sagu Indonesia secara klonal.

TINJAUAN PUSTAKA

Taksonomi dan Morfologi Sagu

Sagu merupakan tumbuhan Palmae asli Indonesia yang diduga berasal dari sekitar daerah Sentani Papua. Sagu dikenal hampir oleh seluruh masyarakat Indonesia, tetapi nama atau sebutannya berbeda di setiap daerah. Sagu dikenal dengan nama rumpia di Minangkabau; kirai di Jawa Barat; bulung, rembulu, ambulung atau kresula di Jawa Tengah; lapia atau nampia di Ambon; bak sagee di Aceh dan sebutan lainnya (Haryanto & Pangloli 1992).

Nama Metroxylon berasal dari bahasa Yunani yang terdiri dari dua kata yaitu metra dan xylon. Metra berarti isi batang atau empulur dan xylon berarti xilem (Flach 1997). Sagu dari genus Metroxylon terbagi menjadi dua yaitu tumbuhan yang berbuah atau berbunga dua kali (pleonanthic) dan tumbuhan yang berbunga atau berbuah hanya sekali (hepaxanthic). Hepaxanthic memiliki nilai ekonomis penting karena kandungan karbohidratnya lebih banyak daripada pleonanthic. Metroxylon sagu Rottb atau dikenal dengan sagu Tuni tergolong dalam hepaxanthic (Haryanto & Pangloli 1992).

Metroxylon sagu Rottb banyak ditemui di Sumatra, Jawa, Kalimantan, Sulawesi, Maluku dan Papua dengan ciri-ciri: tinggi batang sekitar 10-14 meter, berbentuk silinder dengan diameter 40-60 cm atau bahkan 80 cm dan bobot batang mencapai 1,2 ton atau lebih. Ukuran batang sagu sebenarnya berbeda-beda tergantung dari jenis, umur dan lingkungan atau tempat tumbuhnya. Umumnya diameter batang bagian bawah lebih besar daripada bagian atas. Batang sagu terdiri dari lapisan kulit bagian luar yang keras dan bagian dalam mengandung empulur yang berserat. Tebal kulit luar yang keras sekitar 3-5 cm. Lapisan kulit paling luar berupa lapisan sisa-sisa daun dari sebagian pelepah daun yang terlepas (Haryanto & Pangloli 1992; Flach 1997).

Sagu memiliki daun sirip dengan ujung panjang meruncing. Letak daun berjauhan, panjang tangkai daun 4,5 meter, panjang lembaran daun 1,5 meter dengan lebar 7 cm. Setiap bulan tumbuhan sagu membentuk satu tangkai daun dan berumur rata-rata 18 bulan, kemudian akan gugur. Daun sagu muda berwarna hijau muda yang berangsur-angsur berubah menjadi hijau tua kemudian berubah

menjadi coklat kemerah-merahan apabila sudah matang atau tua (Gambar 1) (Haryanto & Pangloli 1992; Flach 1997).

Gambar 1 Populasi sagu di alam (Sumaryono 2007)

Bunga sagu merupakan bunga majemuk yang keluar dari ujung atau pucuk

Dokumen terkait