• Tidak ada hasil yang ditemukan

Persalinan adalah rangkaian proses yang berakhir dengan pengeluaran hasil konsepsi oleh ibu. Proses ini dimulai dengan kontraksi persalinan sejati, yang ditandai oleh perubahan progresif pada serviks, dan diakhiri dengan pelahiran plasenta (Varney, 2008; h. 672).

Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi ( janin dan plasenta ) yang telah cukup bulan atau dapat hidup diluar kandungan melalui jalan lahir atau melaui jalan lain, dengan bantuan atau tanpa bantuan ( kekuatan sendiri ). ( Manuaba, 2010; h.164)

Persalinan adalah keluarnya hasil konsepsi melewati jalan lahir dengan bantuan kontraksi sejati, dan perubahan progresif serviks atau melewati jalan lain dengan bantuan atau tanpa bantuan.

b. Tanda persalinan

Menurut Manuaba (2010 ;h.169) tanda persalinan adalah sebagai berikut:

1) Kekuatan his yang semakin sering dan teratur dengan jarak kontraksi yang semakin pendek

2) Dapat terjadi pengeluaran lendir, lendir bercampur darah 3) Dapat disertai ketuban pecah

4) Pada pemeriksaan dalam, dijumpai perubahan serviks ( perlunakan serviks, pendataran serviks, terjadi pembukaan serviks ).

c. Teori Kemungkinan terjadinya proses persalinan Tabel 2.4 Teori Kemungkinan terjadinya proses persalinan

Teori Uraian

Teori

Prostaglandin

Otot rahim mempunyai kemampuan meregang dalam batas tertentu.Setelah melewati batas tersebut terjadi kontraksisehingga persalinan dapat mulai.Contohnya, pada hamil ganda sering terjadi kontraksi setelah keregangan tertentu, sehingga menimbulkan proses persalinan.

Teori penurunan progesteron

Proses penuaan plasenta terjadi saat usia kehamilan 28 minggu, karena terjadi penimbunan jaringan ikat, pembuluh darah mengalami penyempitan dan buntu. Produksi progesteron mengalami penurunan, sehingga otot rahim lebih sensitif terhadap oksitosin.Akibatnya otot rahim mulai berkontraksi setelah tercapai tingkat penurunan progesteron tertentu.

Teori oksitosin internal

Oksitosin dikeluarkan oleh kelenjar hipofisis pars posterior.Perubahan keseimbangan estrogen dan progesteron dapat mengubah sensitivitas otot rahim, sehingga sering terjadi Braxton Hicks. Dengan menurunnya konsentrasi progesteron akibat tuannya kehamilan maka oksitosin dapat meningkatkan aktivitas, sehingga persalinan dapat mulai.

Teori teori prostaglandin

Konsentrasi prostaglandin meningkat sejak usia kehamilan 15 minggu, yang dikeluarkan oleh desidua. Pemberian prostaglandin saat kehamilan akan menimbulkan kontraksi otot rahim sehingga hasil konsepsi dikeluarkan. Prostaglandin dianggap dapat merupakan pemicu terjadinya persalinan.

Teori hipotalamus-hipofisis dan glandula suprarenalis

Teori ini menunjukan pada kehamilan dengan anensefalus sering terjadi kelambatan persalinan karena tidak terbentuknya hipotalamus. Teori ini dikemukakan oleh Linggin 1973. Pemberian kortikosteroid dapat menyebabkan maturitas janin, induksi (mulainya) persalinan. Dari percobaan tersebut dapat disimpulkan ada hubungan antara hipotalamus-hipofisis dengan mulainya persalinan. Glandula suprarenal merupakan pemicu terjadinya persalinan.

d. Proses Persalinan

1) Proses persalinan terdiri dari 4 kala, yaitu :

a) Kala I : waktu untuk pembukaan serviks sampai menjadi pembukaan lengkap 10 cm.

b) Kala II : kala pengeluaran janin, sewaktu uterus dengan kekuatan his ditambah kekuatan mengedan mendorong janin kluar hingga lahir.

c) Kala III : waktu untuk pelepasan dan pengeluaran uri. d) Kala IV : mulai dari lahirnya uri, selama 1-2 jam. (Sofian,

2012; h. 71)

2) Faktor yang mempengaruhi proses persalinan

a) Power : kekuatan his yang adekuat dan tambahan kekuatan mengejan.

b) Passage : jalan lahir tulang, jalan lahir otot

c) Passanger : janin, plasenta, dan selaput ketuban (Manuaba, 2012; h. 283).

d) Psychology (Psikologi)

Menurut (Sondakh, 2013; h.91), menyebutkan perubahan psikologi ibu yang muncul pada saat memasuki masa persalinan sebagian besar berupa perasaan takut maupun cemas, terutama pada ibu primigravida yang

umumnya belum mempunyai bayangan mengenai

kejadian-kejadian yang akan dialami pada akhir kehamilannya. Oleh sebab itu, penting sekali untuk

mempersiapkan mental ibu karena perasaan takut akan menambah rasa nyeri, serta akan menegangkan otot-otot

serviksnya dan akan mengganggu pembukaannya.

Ketegangan jiwa dan badan ibu juga menyebabkan ibu lekas lelah.

e) Penolong

Fungsi penolong persalinan sangat berat, yaitu memberikan pertolongan bagi dua jiwa yaitu ibu dan anak, serta kesuksesan pertolongan tersebut sebagian bergantung pada keadaan petugas yang menolongnya, maka sangat penting untuk diadakan kualifakasi atau persyaratan bagi petugas yang bekerja di kamar bersalin dan penolong persalinan.Dengan demikian, sesuai dengan hal tersebut, persyaratan yang diperlakukan adalah persyaratan kemampuan, ketrampilan, dan kepribadian (Sondakh, 2013; h.97).

e. Asuhan Persalinan

1) Asuhan dalam persalinan menurut (JNPK-KR, 2008), yaitu: a) Asuhan dalam kala I adalah memberikan dukungan

emosional, membantu ibu pengaturan posisi, memberikan cairan dan nutirsi, keleluasan untuk menggunakan kamar mandi secara teratur, dan pencegahan infeksi (JNPK-KR, 2008; h. 54).

b) Asuhan dalam Kala II

(1) Anjurkan agar ibu selalu didampingi keluarga saat proses persalinan , dari dukungan suami, orang tua, kerabat sangat dibutuhkan ibu saat menjalani proses persalinan.

(2) Anjurkan keluarga ikut terlibat untuk memberikan asuhan sayang ibu, seperti mengganti posisi, memberi makan, minum, dan teman bicara dan memberikan dukungan semangat.

(3) Penolong persalinan dapat memberikan semangat dan dukungan kepada ibu bersalin.

(4) Tenteramkan hati ibu dalam menghadapi masa persalinan kala II.

(5) Bantu ibu untuk memilih posisi yang nyaman.

(6) Setelah pembukaan lengkap anjurkan ibu meneran berkepanjangan dan menahan napas. Anjurkan ibu beristirahat diantara kontraksi.

(7) Anjurkan ibu untuk minum selama persalinan kala II. (8) Adakalanya ibu merasa khawatir dalam menjalani kala

II persalinan, berikan rasa aman dan semangat serta tenteramkan hatinya saat proses persalinan berlangsung dengan memberitahu ibu tentang hasil pemeriksaan (misal, tekanan darah, DJJ, periksa dalam)

(9) Menolong kelahiran bayi (JNPK-KR, 2008; h. 81). c) Asuhan dalam Kala III adalah membantu proses lahirnya

plasenta

d) Asuhan Kala IV

(1) Lakukan rangsangan taktil (masase) uterus, untuk merangsang uterus berkontraksi baik dan kuat.

(2) Evaluasi tinggi fundus uteri dengan meletakkan jari tangan anda secara melintang dengan pusat sebagai patokan. Umumnya, fundus uteri setinggi atau beberapa jari dibawah pusat.

(3) Memperkirakan kehilangan darah secara keseluruhan. (4) Periksa kemungkinan perdarahan dari robekan

(laserasi atau episotomi) (5) Evaluasi keadaan umum ibu.

(6) Memberihkan dan merapikan ibu agar ibu merasa nyaman.

(7) Dokumentasikan semua asuhan persalinan (JNPK-KR, 2008; h. 114).

2) 60 Langkah Asuhan Persalinan Normal

Dibawah ini merupakan 60 Langkah Asuhan Persalnan Normal menurut (Sarwono, 2010; h. 341-347) adalah :

a) Melihat tanda dan gejala kala dua

(1) Mengamati tanda dan gejala persalinan kala dua (a) Ibu mempunyai keinginan untuk meneran.

(b) Ibu merasa tekanan yang semakin meningkat pada rektum dan/ vaginanya.

(c) Perineum menonjol.

(d) Vulva-vagina dan sfingter anal membuka. b) Menyiapkan Pertolongan Persalinan

(2) Memastikan perlengkapan, bahan, dan obat-obatan esensial siap digunakan. Mematahkan ampul oksitosin 10 International Unit dan menempatkan tabung suntik steril sekali pakai didalam partus set.

(3) Mengenakan baju penutup atau celemek plastik yang bersih.

(4) Melepaskan semua perhiasan yang dipakai dibawah siku, mencuci kedua tangan dengan sabun dan air bersih yang mengalir dan mengeringkan tangan dengan handuk satu kali pakai/ atau pribadi yang bersih.

(5) Memakai satu sarung tangan DTT atau steril untuk semua pemeriksaan dalam.

(6) Menghisap oksitosin 10 IU ke dalam tabung suntik (dengan memakai sarung tangan desinfeksi tingkat tinggi atau steril) dan meletakkan kembali di partus set/ wadah desinfeksi tingkat tinggi atau steril tanpa mengontaminasi tabung suntik.

c) Memastikan Pembukaan Lengkap dengan Janin Baik (7) Membersihkan vulva dan perineum, menyekanya

dengan hati-hati dari depan ke belakang dengan menggunakan kapas atau kassa yang sudah dibasahi air desinfeksi tingkat tinggi. Jika mulut vagina, perineum, atau anus terkontaminasi oleh kotoran ibu, membersihkannya dengan seksama dengan cara menyeka dari depan kebelakang.Membuang kapas atau kassa yang terkontaminasi dalam wadah yang benar. Mengganti sarung tangan jika terkontaminasi (meletakkan kedua sarung tangan tersebut dengan benar di dalam larutan dekontaminasi.

(8) Dengan menggunakan teknik aseptik, melakukan

pemeriksaan dalam untuk memastikan bahwa

pembukaan serviks sudah lengkap, lakukan

amniotomi.

(9) Mendekontaminasi sarung tangan dengan cara mencelupkan tangan yang masih memakai sarung tangan kotor kedalam larutan klorin 0,5 % dan kemudian melepaskannya dalm keadaan terbalik serta merendamnya di dalam larutan klorin 0,5 % selama 10 menit. Mencuci kedua tangan.

(10) Memeriksa Denyut Jantung Janin (DJJ) setelah kontraksi berakhir untuk memastikan bahwa DJJ dalam batas normal (100-180 kali/menit).

(a) Mengambil tindakan yang sesuai jika DJJ tidak normal.

(b) Mendokumentasikan hasil-hasil pemeriksaan dalam, DJJ, dan semua hasil-hasil penilaian serta asuhan lainnya pada partograf.

d) Menyiapkan ibu dan keluarga untuk Membantu Proses Pimpinan Meneran

(11) Memberitahu ibu pembukaan sudah lengkap dan keadaan janin baik. Membantu ibu dalam posisi yang nyaman sesuai dengan keinginannya.

(a) Menunggu hingga ibu mempunyai kenginan untuk meneran. Melanjutkan pemantauan kesehatan dan kenyamanan ibu serta janin sesuai dengan

pedoman persalinan aktif dan

mendokumentasikan temuan-temuan.

(b) Menjelaskan kepada anggota keluarga bagaimana mereka dapat mendukung dan memberi semangat kepada ibu saat ibu mulai meneran.

(12) Meminta bantuan keluarga untuk menyiapkan posisi ibu untuk meneran. (Pada saat ada his, bantu ibu

dalam posisisetengah duduk dan pastikan ia merasa nyaman).

(13) Melakukan pimpinan meneran saat ibu mempunyai dorongan yang kuat unruk meneran :

(a) Membimbing ibu untuk meneran saat ibu mempunyai keinginan untuk meneran.

(b) Mendukung dan memberi semangat atas usaha ibu untuk meneran.

(c) Membantu ibu mengambil posisi yang nyaman sesuai dengan pilihannya (tidak meminta ibu berbaring terlentang).

(d) Menganjurkan ibu untuk beristirahat diantara kontraksi.

(e) Menganjurkan keluarga untuk mendukung dan memberi semangat pada ibu.

(f) Menganjurkan asupan cairan per oral. (g) Menilai DJJ setiap 5 menit.

(h) Jika bayi lahir atau kelahiran bayi belum akan terjadi segera dalam waktu 120 menit (2 jam) meneran untuk ibu primipara atau 60 menit (1 jam) untuk ibu multipara, merujuk segera. Jika ibu tidak mempunyai keinginan untuk meneran.

(i) Menganjurkan ibu untuk berjalan, berjongkok, atau mengambil posisi aman yang aman. Jika ibu

belum ingin meneran dalam 60 menit, anjurkan ibu untuk mulai meneran pada puncak kontraksi-kontraksi tersebut dan beristirahat diantara kontraksi.

(j) Jika bayi belum lahir atau kelahiran bayi belum akan terjadi segera setelah 60 menit meneran, merujuk ibu dengan segera.

e) Persiapan Pertolongan Kelahiran Bayi

(14) Jika kepalabayi telah membuka vulva dengan diameter 5-6 cm, letakkan handuk bersih di atas perut untuk mengeringkan bayi.

(15) Meletakkan kain yang bersih dilipat 1/3 bagian, dibawah bokong ibu.

(16) Membuka partus set.

(17) Memakai sarung tangan DTT atau steril pada kedua tangan.

f) Menolong Kelahiran Bayi g) Lahirnya Kepala

(18) Saat kepala bayi membuka vulva dengan diameter 5-6 cm, lindungi perineum dengan satu tangan yang dilapisi kain tadi, letakkan tangan yang lain di kepala bayi dan lakukan dan lakukan tekanan yang lembut dan tidak menghambat pada kepala bayi, membiarkan kepala keluar perlahan-lahan. Menganjurkan ibu untuk

meneran perlahan-lahan atau bernapas cepat saat kepala lahir.

(19) Dengan lembut menyeka muka, mulut, dan hidung bayi dengan kain atau kassa yang bersih. (langkah ini tidak harus dilakukan)

(20) Memeriksa lilitan tali pusat dan mengambil tindakan yang sesuai jika hal itu terjadi, dan kemudian meneruskan segera proses kelahiran bayi.

(a) Jika tali pusat melilit leher janin dengan longgar, lepaskan lewat bagian atas kepala bayi,

(b) Jika tali pusat melilit bayi dengan erat, mengeklemnya di dua tempat dan memotongnya. (21) Menunggu hingga bayi melakukan putaran paksi luar

secara spontan. h) Lahir Bahu

(22) Setelah kepala melakukan putaran paksi luar, tempatkan kedua tangan di masing-masing sisi muka bayi. Menganjurkan ibu untuk meneran saat kontraksi berikutnya. Dengan lembut menariknya ke arah bawah dan ke arah luar hingga bahu anterior muncul di arkus pubis dan kemudian dengan lembut menarik ke arah atas dan ke arah luar untuk melahirkan bahu posterior. (23) Setelah kedua bahu dilahirkan, menelusurkan tangan

arah perineum, membiarkan bahu dan lengan posterior lahir ke tangan tersebut. Mengendalikan kelahiran siku dan tangan bayi saat melewati perineum, gunakan lengan bagian bawah untuk menyangga tubuh bayi saat dilahirkan. Menggunakan tangan anterior (bagian atas) untuk mengendalikan siku dan tangan anterior bayi saat keduannya lahir.

(24) Setelah tubuh dari lengan lahir, menelusurkan tangan yang ada di atas (anterior) dari punggung ke arah kaki bayi untuk menyangganya saat punggung kaki lahir. Memegang kedua mata kaki bayi dengan hati-hati membantu kelahiran kaki.

i) Penanganan Bayi Baru Lahir

(25) Menilai bayi dengan cepat (dalam 30 detik), kemudian meletakkan bayi diatas perut ibu dengan posisi kepala bayi sedikit lebih rendah dari tubuhnya ( bila tali pusat terlalu pendek, meletakkan bayi di tempat yang memungkinkan). Bila bayi mengalami asfiksia, lakukan resusitasi.

(26) Segera membungkus kepala dan bayi dengan handuk dan biarkan kontak kulit ibu-bayi, lakukan penyuntikan oksitosin/ IM.

(27) Menjepit tali pusat menggunakan klem kira-kira 3 cm dari pusat bayi. Melakukan urutan pada tali pusat mulai

dari klem ke arah ibu dan memasang klem kedua 2 cm dari klem pertama (ke arah ibu)

(28) Memegang tali pusat dengan satu tangan, melindungi bayi dari gunting dan memotong tali pusat diantara klem tersebut.

(29) Mengeringkan bayi, mengganti handuk yang basah dan menyelimuti bayi dengan kainatau selimut yang bersih dan kering menutupi bagian kepala, membiarkan talipusat terbuka. Jika bayi mengalami kesulitan bernapas, ambil tindakan yang sesuai.

(30) Memberikan bayi kepada ibunya dan menganjurkan ibu untuk memeluk bayinya dan memulai pemberian ASI jika ibu menghendakinya.

j) Oksitosin

(31) Meletakkan kain yang bersih dan kering. Melakukan palpasi abdomen untuk menghilangkan kemungkinan adanya bayi kedua.

(32) Memberitahu kepada ibu bahwa ia akan disuntik. (33) Dalam waktu 2 menit setelah kelahiran bayi, berikan

suntikan oksitosin 10 IU/ IM di gluterus atau 1/3 atas paha kanan ibu bagian luar, setelah mengaspirasinya terlebih dahulu.

k) Penegangan Tali Pusat Terkendali (34) Memindahkan klem pada tali pusat.

(35) Meletakkan satu tangan diatas kain yang ada di perut ibu, tepat di atas tulang pubis, dan menggunakan tangan ini untuk melakukan palpasi kontraksi dan menstabilkan uterus. Memegang tali pusat dan klem dengan tangan lainnya.

(36) Menunggu uterus berkontraksi dan kemudian melakukan penegangan ke arah bawah pada tali pusat dengan lembut. Lakukan tekanan yang berlawanan arah pada bagian bawah uterus dengan cara menekan uterus ke arah atas dan belakang (dorso kranial) dengan hati-hati untuk membantu mencegah terjadinya inversio uteri. Jika plasenta tidak lahir setelah 30-40 detik, hentikan penegangan tali pusat dan menunggu hingga kontraksi berikut mulai.

(a) Jika uterus tidak berkontraksi, meminta ibu atau seorang anggota keluarga untuk melakukan rangsangan puting susu.

l) Mengeluarkan Plasenta

(37) Setelah plasenta terlepas, meminta ibu untuk meneran sambil menarik tali pusat ke bawah dan kemudian ke arah atas, mengikuti kurva jalan lahir sambil meneruskan tekanan berlawanan arah pada uterus. (a) Jika tali pusat bertambah panjang, pindahkan klem

(b) Jika plasenta tidak lepas setelah melakukan penegangan tali pusat selama 15 menit :

Mengulangi pemberian oksitosin 10 IU/ IM, menilai kandung kemih dan dilakukan kateterisasi kandung kemih dengan menggunakan teknik aseptik jika perlu, meminta keluarga untuk menyiapkan rujukan, mengulangi PTT selama 15 menit berikutnya, merujuk ibu jika plasenta tidak lahir dalam waktu 30 menit sejak kelahiran bayi. (38) Jika plasenta terlihat di introitus vagina, melanjutkan

kelahiran plasenta dengan menggunakan kedua tangan. Memegang plasenta dengan dua tangan dan dengan hati-hati memutar plasenta hingga selaput ketuban terpilin. Dengan lembut perlahan melahirkan selaput ketuban tersebut.

(a) Jika selaput ketuban robek, memakai sarung tangan disinfeksi tingkat tinggi atau steril dan memeriksa vagina dan serviks ibu dengan seksama. Menggunakan jari-jari tangan atau klem atau forceps disinfeksi tingkat tinggi atau steril untuk melepaskan bagian selaput yang tertinggal. m) Pemijatan Uterus

(39) Segera setelah plasenta dan selaput ketuban lahir, lakukan massase uterus, meletakkan telapak tangan di

fundus dan melakukan massase dengan gerakan melingkar dengan lembut hingga uterus berkontraksi (fundus menjadi keras).

n) Menilai Perdarahan

(40) Memeriksa kedua sisi plasenta baik yang menempel ke ibu maupun janin dan selaput ketuban untuk memastikan bahwa plasenta dan selaput ketuban lengkap dan utuh. Meletakkan plasenta di dalam kantung plastik atau tempat khusus.

(a) Jika uterus tidak berkontraksi setelah melakukan massase selama 15 detik mengambil tindakan yang sesuai.

(41) Mengevaluasi adanya laserasi pada vagina dan perineum dan segera menjahit laserasi yang mengalami perdarahan aktif.

o) Melakukan Prosedur Pascapersalinan

(42) Menilai ulang uterus dan memastikannya berkontraksi dengan baik.

(43) Mencelupkan kedua tangan yang memakai sarung tangan kedalam larutan klorin 0,5 % membilas kedua tangan yang masih bersarung tangan tersebut dengan air disinfeksi tingkat tinggi dan mengeringkannya dengan kain yang bersih dan kering.

(44) Menempatkan klem talipusat disinfeksi tingkat tinggi atau steril atau mengikatkan tali disinfeksi tingkat tinggi dengan simpul mati sekeliling tali pusat sekitar 1 cm dari pusat.

(45) Mengikat satu simpul mati dibagian pusat yang berseberangan dengan simpul mati yang pertama. (46) Melepaskan klem bedah dan meletakkannya ke dalam

larutan klorin 0,5 %.

(47) Menyelimuti bayi kembali dan menutupi bagian kepalannya. Memastikan handuk atau kainnya bersih atau kering.

(48) Menganjurkan ibu untuk memulai pemberian ASI. (49) Melanjutkan pemantauan kontraksi uterus dan

perdarahan pervaginam :

(a) 2-3 kali dalam 15 menit pertama pascapersalinan.

(b) Setiap 15 menit pada 1 jam pertama

pascapersalinan.

(c) Setiap 20-30 menit pada jam kedua

pascapersalinan.

(d) Jika uterus tidak berkontraksi dengan baik, laksanakan perawatan yang sesuai untuk menatalaksana atonia uteri.

(e) Jika ditemukan laserasi yang memerlukan penjahitan, lakukan penjahitan dengan anestesi lokal dan menggunakan teknik yang sesuai.

(50) Mengajarkan pada ibu/keluarga bagaimana melakukan massase uterus dan memeriksa kontraksi uterus. (51) Mengevaluasi kehilangan darah.

(52) Memeriksa tekanan darah, nadi, dan keadaan kandung kemih setiap 15 menit selama 1 jam pascapersalinan

dan setiap 30 menit selama jam kedua

pascapersalinan. Memeriksa temperatur tubuh ibu sekali setiap jam selama dua jam pertama pascapersalinan.

(a) Melakukan tindakan yang sesuai untuk temuan yang tidak normal.

p) Kebersihan dan Keamanan

(53) Menempatkan semua peralatan di dalam larutan klorin 0,5 % untuk dekontaminasi (10 menit). Mencuci dan membilas peralatan setelah dekontaminasi.

(54) Membuang bahan-bahan yang terkontaminasi ke dalam tempat sampah yang sesuai.

(55) Membersihkan ibu dengan air DTT. Membersihkan cairan ketuban, lendir, dan darah. Membantu ibu memakai pakaian yang bersih dan kering.

(56) Memastikan bahwa ibu nyaman. Membantu ibu memberikan ASI. Menganjurkan keluarga untuk memberikan ibu minuman dan makanan yang diinginkan.

(57) Mendekontaminasi daerah yang digunakan untuk melahirkan dengan larutan klorin 0,5 % dan membilas dengan air bersih.

(58) Mencelupkan sarung tangan kotor ke dalam larutan klorin 0,5 %, membalikkan bagian dalam keluar dan merendamnya dalam larutan klorin 0,5 % selama 10 menit.

(59) Mencuci kedua tangan dengan sabun dan air mengalir. q) Dokumentasi

(60) Melengkapi partograf (halaman depan dan belakang). f. Komplikasi pada Persalinan

Kasus kegawatdaruratan obstetri adalah kasus obstetri yang apabila tidak segera ditangani akan berakibat kesakitan yang berat, bahkan kematian ibu dan janinya. Kasus ini penyebab utama kematian ibu, janin dan bayi baru lahir. Dari sisi obstetri ada 4 penyebab utama kematian ibu, janin dan bayi baru lahir yaitu : 1) Perdarahan

2) Infeksi dan sepsis

3) Hipertensi dan preeklamsia/eklamsia

Adapun beberapa kelainan Ringan dan Patologis Persalinan menurut (Manuaba, 2012; h. 316) yaitu :

1) Pada Janin

a) Kaput suksedeneum b) Sefal hematoma

c) Molase tulang kepala janin 2) Pada Ibu

a) Robekan perineum dan serviks b) Laserasi jalan lahir

c) Bentuk episiotomi d) Ruptura serviks uteri e) Ruptura uteri

3. Nifas

a. Definisi

Masa nifas (puerperium) adalah masa pemulihan kembali, mulai dari persalinan selesai sampai alat-alat kandungan kembali seperti prahamil. Lama masa nifas yaitu 6-8 minggu (Sofian, 2012; h. 87)

Masa nifas adalah periode minggu-minggu pertama stelah persalinan lamanya periode ini tidak pasti sebagian besar menganggapnya 4 sampai 6 minggu (Cunningham, 2013; h. 674).

Masa nifas (puerperium) adalah masa yang dimulai setelah plasenta keluar dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali

seperti keadaan semula (sebelum hamil). Masa nifas berlangsung selama kira-kira 6 minggu. (Sulistyawati,2009; h. 1)

Masa Nifas adalah Masa dimana setelah plasenta lahir sampai dengan pemulihan alat-alat kandungan kembali seperti sebelum hamil dengan waktu selama 4 sampai 6 minggu.

b. Tahapan masa nifas

Tahapan masa nifas dibagi menjadi 3 periode menurut (Sofian, 2012; h. 87), yaitu:

1) Perperium dini, yaitu kepulihan saat ibu telah diperbolehkan berdiri dan berjalan-jalan. Dalam agama islam, dianggap telah bersih dan boleh bekerja setelah 40 hari.

2) Perperium intermediat, yaitu kepulihan menyeluruh alat-alat genetalia yang lamanya 6-8 minggu.

3) Perperium lanjut, yaitu waktu yang diperlukan untuk pulih dan kembali sehat sempurna, terutama jika selama hail dan sewaktu persalinan timbul komplikasi. Waktu untuk mencapai kondisi sehat sempurna dapat berminggu-mingguan, bulanan, atau tahunan.

c. Kebutuhan Ibu dan Bayi Baru Lahir pada Masa Nifas

1) Kebutuhan Ibu pada Masa Nifas menurut (Prawirohardjo, 2010; h. 357) yaitu:

a) Informasi dan koseling tentang :

(2) Apa yang terjadi termasuk gejala adanya masalah yang mungkin timbul

3) Kesehatan pribadi, hygiene, dan masa penyembuhan 4) Kehidupan seksual

5) Kontrasepsi 6) Nutrisi b) Dukungan dari:

(1) Petugas Kesehatan

(2) Kondisi emosional dan psikologis suami serta keluargannya

c) Pelayanan kesehatan untuk kecurigaan dan munculnya tandaterjadi komplikasi.

2) Kebutuhan Bayi Baru Lahir pada Masa Nifas menurut (Prawirohardjo, 2010; h. 361) yaitu kemudahan akses ke ibu, ASI, suhu lingkungan yang sesuai, lingkungan yang aman, pengasuhan oleh orang tua, kebersihan, pengawasan dan tindak lanjutpada gejala sakit, akses ke fasilitas pelayanan kesehatan apabila terdapat kecurigaan atau terjadinya

komplikasi, asuhan dan rangsangan kasih sayang,

perlindungan dari (penyakit, praktik yang membahayakan, kekerasan), penerimaan dari (seks, perilaku, ukuran), dan surat kelahiran.

d. Perubahan Fisiologi dan Anatomi pada Masa Nifas

1) Uterus secara berangsur-angsur menjadi kecil (berinvolusi) hingga akhirnya kembali seperti sebelum hamil (Sofian, 2012; h. 87)

Tabel. 2. 5 Involusi Uterus

Involusi Tinggi Fundus Uteri Berat Uterus

Dokumen terkait