• Tidak ada hasil yang ditemukan

VI. KESIMPULAN DAN SARAN

13 Persamaan yang Digunakan Dalam Model Dinamik

mainmodelMPLIKAB

 BB Plat Baja Hanken ='Produksi AB Total'*0.1*'FKebutuhan Plat Baja'

 BB Plat Baja Katshusiro ='Produksi AB Total'*0.5*'FKebutuhan Plat Baja'

 BB Plat Baja Total ='BB Plat Baja Katshusiro'+'BB Plat Baja UTE'+'BB Plat Baja Hanken'

 BB Plat Baja UTE ='Produksi AB Total'*0.4*'FKebutuhan Plat Baja'

 Biaya BLK ='Biaya Sosial Masyarakat'*0.3+'Biaya CSR Perusahaan'*0.3

 Biaya CSR Perusahaan ='Nilai Tambah Skrap Foundry'*0.15 }

 Biaya Lembaga Pendidikan = 'Biaya Sosial Masyarakat'*0.4+'Biaya CSR Perusahaan'*0.5 }

 Biaya Sosial ='Biaya Lembaga Pendidikan'+'Biaya TUK'+'Biaya BLK' }

 Biaya Sosial Masyarakat ='Nilai Tambah Slag Masyarakat'*0.1

 Biaya TUK ='Biaya Sosial Masyarakat'*0.3+'Biaya CSR Perusahaan'*0.2

 FKebutuhan Plat Baja = 11.6

 FLimbah = 0.23

 FLimbah Skrap = 0.9

 FLimbah Slag = 1-'FLimbah Skrap'

 FProduksi Komponen AB Hanken = 0.18

 FProduksi Komponen AB Katshusiro = 0.18

 FProduksi Komponen AB UTE = 0.18

 FSkrap Pilah Foundry = 1-'FSkrap Potong Foundry'

 FSkrap Potong Foundry = 0.80

 FSlag Counterweight Masyarakat = 0.5

 FSlag Langsung Masyarakat = 1-'FSlag Pilah Masyarakat'

 FSlag Pilah Masyarakat = 0.5

 Harga Skrap Komponen Kecil Foundry = 8000

 Harga Skrap Potong Foundry = 3000

 Harga Skrap Sisa Foundry = 3000

 Harga Slag Counterweight Masyarakat = 1000

 Harga Slag Langsung Masyarakat = 150

 Harga Slag Pilah Masyarakat = 3000

 Indeks Peningkatan Nilai Ekonomi =MIN(('Nilai Tambah Slag Masyarakat'-'Nilai Slag Masyarakat')/5150400000,1)

 Indeks Peningkatan Stabilitas Sosial =('Biaya Sosial'/(10000000000-'Biaya Sosial'))/25

 Indeks Penurunan Limbah =MAX((26837-'Skrap Sisa vs Skrap Total')/15184,0)

 Limbah Plat Baja Total ='BB Plat Baja Total'*FLimbah

 LProduksi Komponen AB Hanken ='Stok Produksi Komponen AB Hanken'*'FProduksi Komponen AB Hanken'

 LProduksi Komponen AB Katshusiro ='Stok Produksi Komponen AB Katshusiro'*'FProduksi Komponen AB Katshusiro'

 LProduksi Komponen AB UTE ='Stok Produksi Komponen AB UTE'*'FProduksi Komponen AB UTE'

 Nilai Skrap Foundry ='Skrap Foundry'*3000*1000

 Nilai Skrap Komponen Kecil Foundry ='Skrap Komponen Kecil'*1000*'Harga Skrap Komponen Kecil Foundry'

 Nilai Skrap Olah Foundry ='Nilai Skrap Potong Foundry'+'Nilai Skrap Komponen Kecil Foundry'+'Nilai Skrap Sisa Foundry'

126

 Nilai Skrap Sisa Foundry ='Skrap Sisa Foundry'*1000*'Harga Skrap Sisa Foundry'

 Nilai Slag Counterweight Masyarakat ='Slag Counterweight Masyarakat'*'Harga Slag Counterweight Masyarakat'*1000

 Nilai Slag Langsung Masyarakat =('Slag Langsung Masyarakat'*'Harga Slag Langsung Masyarakat')*(1-'FSlag Counterweight Masyarakat')

 Nilai Slag Masyarakat ='Slag Masyarakat'*'Harga Slag Langsung Masyarakat'*1000

 Nilai Slag Olah Masyarakat ='Nilai Slag Langsung Masyarakat'+'Nilai Slag Pilah Masyarakat'+'Nilai Slag Counterweight Masyarakat'

 Nilai Slag Pilah Masyarakat ='Slag Pilah Masyarakat'*'Harga Slag Pilah Masyarakat'*1000

 Nilai Tambah Skrap Foundry ='Nilai Skrap Olah Foundry'-'Nilai Skrap Foundry'

 Nilai Tambah Slag Masyarakat ='Nilai Slag Olah Masyarakat'-'Nilai Slag Masyarakat'

 Peningkatan Kapasitas = 5500

 Produksi AB Total =MIN('Produksi Komponen AB Katshusiro'+'Produksi Komponen AB UTE'+'Produksi Komponen AB Hanken',6500+'Peningkatan Kapasitas')

 Produksi Komponen AB Hanken =MIN('Stok Produksi Komponen AB Hanken',6500+'Peningkatan Kapasitas')

 Produksi Komponen AB Katshusiro =MIN('Stok Produksi Komponen AB Katshusiro',6500+'Peningkatan Kapasitas')

 Produksi Komponen AB UTE =MIN('Stok Produksi Komponen AB UTE',6500+'Peningkatan Kapasitas')

 RProduksi AB Hanken = 0.1

 RProduksi Komponen AB Katshusiro = 0.5 }

 RProduksi Komponen AB UTE = 0.4

 Skrap Foundry ='Limbah Plat Baja Total'*'FLimbah Skrap'

 Skrap Komponen Kecil =0.8*'Skrap Pilah Foundry'

 Skrap Pilah Foundry ='Skrap Foundry'*'FSkrap Pilah Foundry'

 Skrap Potong Foundry ='Skrap Foundry'*'FSkrap Potong Foundry'

 Skrap Sisa Foundry =0.2*'Skrap Pilah Foundry'

 Skrap Sisa vs Skrap Total ='Limbah Plat Baja Total'-'Skrap Sisa Foundry'

 Slag Counterweight Masyarakat ='Slag Langsung Masyarakat'*'FSlag Counterweight Masyarakat'

 Slag Langsung Masyarakat ='Slag Masyarakat'*'FSlag Langsung Masyarakat'

 Slag Masyarakat ='Limbah Plat Baja Total'*'FLimbah Slag'

 Slag Pilah Masyarakat ='Slag Masyarakat'*'FSlag Pilah Masyarakat'

 Stok Produksi Komponen AB Hanken = 5210*'RProduksi AB Hanken'

 'LProduksi Komponen AB Hanken'

 Stok Produksi Komponen AB Katshusiro = 5210*'RProduksi Komponen AB Katshusiro'

 'LProduksi Komponen AB Katshusiro'

 Stok Produksi Komponen AB UTE = 5210*'RProduksi Komponen AB UTE'

ABSTRACT

BUDI SETYO UTOMO. Environmental Management Model of Heavy Equipment Components Industry Based on Public Participation and Collaboration. Supervised by M. SYAMSUL MAARIF, SURJONO H. SUTJAHJO, and SUMARDJO.

As a company engaged in the industrial sector by producing certain components and localized in an industrial area, there will be an impact on the environment. Data analysis was performed descriptively and with the Structural Equation Model (SEM). The results of SEM analysis showed that the developed model has a fairly high level of validity that is shown by the minimum fit chi- square value of 87.95 (P = 0.00100). Based on said model, it shows that the company's performance in waste management is largely determined by employee integrity and objectivity of the new employees followed later by the independence of the employees in waste management.

This research was conducted to support increasing effectiveness and efficiency of corporate management, by determining alternative forms of managing the heavy industrial equipment components environment (PLIKAB)- based on participation and society partnerships. The determination of alternative uses analytical hierarchy process (AHP) with the help of the Criterium Decision Plus v3.04 software.These results indicate that according of experts, the environmental management of industrial waste heavy equipment components must consider the technological aspects of its management. This can be seen from the weighting of each element that indicates the technology element has the greatest weight, which is 0.456. While the most influential actor in the management is the company (0.451),

The best alternative for the management of industrial waste components of the heavy equipment is to form managers based on partnerships by different stock ownership (0.791). It is considered much better than by forming managers based on partnerships by the same stock (0.209).

Key words : heavy equipment industry, environmental management, analitycal hierarchy process (AHP), dynamic model.

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Sejak terjadi krisis ekonomi dan moneter pada tahun 1997, kondisi dunia usaha di Indonesia mengalami ketidakpastian (uncertaint) yang diperburuk dengan kondisi politik yang tidak stabil, restrukturisasi perbankan yang tidak berjalan secara optimal dan sektor riil yang tidak berkembang. Kondisi tersebut menuntut kemampuan manajemen perusahaan untuk dapat mengelola sumberdaya yang dimiliki secara efektif dan efisien agar keberlangsungan usaha dapat terjamin. Kemampuan untuk mengelola dan mengalokasikan sumberdaya sesuai dengan visi dan misi perusahaan, beradaptasi dengan lingkungan bisnis yang selalu berubah, dan kepuasan pelanggan merupakan tuntutan perusahaan dalam berbagai industri jasa dan perdagangan maupun industri manufaktur termasuk industri komponen alat berat. Industri alat berat merupakan salah satu industri penggerak roda perekonomia (driving sector), yang dirumuskan dalam perjanjian kerja sama ekonomi Indonesia Jepang (Indonesian Jepan economic partnership

agreement) tahun 2007, disamping industri automotif, elektronika, tekstil dan

galangan kapal. Kebutuhan akan alat berat terus meningkat dari sekitar 5.200 unit pada tahun 2007 menjadi 15.000 unit pada tahun 2011 dan diperkirakan akan meningkat menjadi 25.000 unit pada tahun 2015 (HINABI 2011). Kelangkaan bahan baku (masih tergantung dari import) masih terjadi, yang disebabkan industri baja lokal belum mampu untuk memproduksinya. Adanya konflik kepentingan masalah limbah sisa potongan baja yang banyak diminati masyarakat sekitar, lembaga swadaya masyarakat, aparat pemerintahan dan karyawan industri komponen alat berat itu sendiri.

Industri komponen alat berat adalah industri yang memproduksi komponen- komponen alat berat untuk keperluan alat-alat berat seperti hydraulic excavator, motor grader, whell loader, bulldozer,forklift, dan heavy transportation. Alat-alat berat tersebut digunakan untuk industri pertambangan; industri petrokimia; industri berbasis kehutanan, pertanian, dan perkebunan seperti industri kayu lapis, industri pulp dan kertas; pekerjaan sipil; serta industri umum lainnya.

Untuk memenuhi produksi komponen alat berat sebagian besar bahan baku dipenuhi dari hasil impor yang berharga mahal. Bahan baku sisa produksi masih bernilai ekonomis dan diminati oleh banyak pihak. Hal ini, bisa menimbulkan konflik kepentingan dan bisa mengganggu kontinuitas aktifitas industri. Sebagai contoh maraknya terjadi demonstrasi oleh pihak-pihak tertentu akibat konflik kepentingan tersebut. Salah satu penyebabnya adalah adanya kesenjangan ekonomi antar pihak yang memanfaatkan bahan baku tersebut, serta kapasitas sumberdaya manusia (masyarakat) sekitar industri komponen alat berat tersebut. Oleh karena itu diperlukan pengelolaan yang tepat untuk menyelesaikan berbagai permasalahan kompleks akibat pemanfaatan limbah industri komponen alat berat tersebut.

Rancangan pengelolaan limbah yang tepat bisa dilakukan berdasarkan penelitian yang komprehensif terhadap efektivitas dan efisiensi pengelolaan lingkungan dan pemanfaatan sumberdaya pada industri komponen alat berat. Pengelolaan ini juga harus berbasis partisipasi dan kemitraan masyarakat guna mengurangi konflik kepentingan dan mendukung keberlanjutan aktifitas industri itu sendiri.

Penelitian ini dilakukan untuk mengkaji upaya-upaya peningkatan penggunaan bahan baku secara optimal dengan memanfaatkan limbah dengan merumuskan model pengelolaan lingkungan industri alat berat berbasis partisipasi dan kemitraan masyarakat. Tujuan umum penelitian adalah merumuskan model pengelolaan lingkungan industri komponen alat berat berbasis partisipasi dan kemitraan masyarakat. Untuk mencapai tujuan tersebut maka ada beberapa kegiatan yang perlu dilakukan sebagai tujuan khusus, yaitu adalah menganalisis kinerja manajemen perusahaan industri komponen alat berat terkait dengan produktivitas sumberdaya manusia dalam pengelolaan lingkungan, menganalisis kinerja perusahaan industri komponen alat berat dalam pengelolaan limbah, menganalisis partisipasi karyawan dalam pengelolaan limbah industri komponen alat berat, merumuskan alternatif bentuk kemitraan dalam pengelolaan limbah industri komponen alat berat yang tepat bagi para pihak terkait, dan merumuskan model pengelolaan lingkungan industri komponen alat berat berbasis partisipasi dan kemitraan masyarakat.

3

1.2. Tujuan Penelitian

Tujuan umum penelitian adalah merumuskan model pengelolaan lingkungan industri alat berat berbasis partisipasi dan kemitraan masyarakat. Untuk mencapai tujuan tersebut maka ada beberapa kegiatan yang perlu dilakukan sebagai tujuan khusus, yaitu :

1. Menganalisis kinerja manajemen perusahaan industri komponen alat berat terkait dengan produktivitas sumberdaya manusia dalam pengelolaan lingkungan.

2. Menganalisis kinerja perusahaan industri komponen alat berat dalam pengelolaan limbah

3. Menganalisis partisipasi karyawan dalam pengelolaan limbah industri komponen alat berat.

4. Merumuskan alternatif bentuk kemitraan dalam pengelolaan limbah industri komponen alat berat yang tepat bagi para pihak terkait.

5. Merumuskan model pengelolaan lingkungan industri komponen alat berat berbasis partisipasi dan kemitraan masyarakat.

1.3. Kerangka Pemikiran

Kegiatan industri komponen alat berat dipengaruhi oleh dua faktor utama, yaitu kinerja lingkungan dan pemanfaatan sumberdaya yang dimiliki oleh perusahaan. Perusahaan yang memiliki kinerja lingkungan yang baik menunjukkan bahwa perusahaan tersebut mematuhi peraturan perundangan di bidang lingkungan hidup, juga mencerminkan budaya perusahaan yang memiliki perhatian, kepedulian, dan tanggung jawab terhadap lingkungan. Perusahaan yang dapat mengalokasikan penggunaan sumberdaya yang dimiliki, baik untuk menghasilkan produk maupun mengelola lingkungan akan meningkatkan produktivitas perusahaan.

Kinerja lingkungan perusahaan dapat dilakukan dengan mengevaluasi pelaksanaan isi dokumen pengelolaan lingkungan dan sejauh mana dampak yang timbul dapat dikelola sesuai dengan hasil pemantauan lingkungan. Upaya-upaya pengelolaan lingkungan yang perlu dievaluasi adalah semua komponen

lingkungan pada industri komponen alat berat, yaitu komponen fisik-kimia; komponen sosial, ekonomi, budaya; komponen kesehatan lingkungan masyarakat, keamanan dan ketertiban masyarakat. Hasil pemantauan dampak dapat menunjukkan ketaatan dan keakuratan hasil analisis prakiraan dampak yang diperkirakan sebelumnya dalam dokumen kelayakan lingkungan yang dimiliki perusahaan.

Kinerja lingkungan perusahaan dapat ditingkatkan melalui model pengelolaan lingkungan yang berbasis partisipasi dan kemitraan masyarakat. Untuk meningkatkan kinerja lingkungan perusahaan, ada potensi masyarakat yang dapat diberdayakan dalam pengelolaan limbah. Pemberdayaan masyarakat tersebut dapat terwujud melalui kerjasama yang saling menguntungkan (kemitraan) antara perusahaan dengan masyarakat yang terkait, antara lain pedagang besi bekas, pelaku industri kecil alat pertanian, dan industri kecil logam lainnya dalam pengelolaan limbah melalui reuse atau recycle. Kemitraan dapat terbentuk dengan baik jika terjadi kebergantungan sumberdaya, komitmen yang simetris antara pelaku, tujuan umum bersama, komunikasi yang efektif, dan budaya kerja yang saling terkait (Samii et al., 2002). Hagen (2002) menekankan pentingnya kompatibilitas, kapabilitas, komitmen, dan kontrol sebagai aspek penentu keberhasilan kemitraan. Kinerja lingkungan dapat juga ditingkatkan melalui kerjasama dengan stakeholder yang terkait, antara lain manajemen dan karyawan industri alat berat, pemerintah, asosiasi, dan konsumen. Kerjasama tersebut dapat bersifat konsultatif, kolaboratif, atau kolegial tergantung pada segmen stakeholder yang berperan.

Kerangka pemikiran model pengelolaan lingkungan industri komponen alat berat berbasis partisipasi dan kemitraan masyarakat disajikan pada Gambar 1.

5

Gambar 1. Kerangka pemikiran penelitian.

1.4. Perumusan Masalah

Industri komponen alat berat merupakan salah satu sektor industri padat modal dengan menggunakan bahan baku utama lembaran baja canai panas impor. Ketergantungan terhadap bahan baku impor tersebut menyebabkan daya saing perusahaan menjadi berkurang. Keadaan ini diperburuk dengan kondisi perekonomian yang belum pulih sehingga menyebabkan berbagai proyek pembangunan tidak sepesat sebelum krisis terjadi. Permintaan terhadap komponen alat berat menjadi berkurang karena permintaan terhadap alat berat juga berkurang. Hal ini dipengaruhi oleh faktor ekonomi dan adanya peningkatan masuknya alat berat bekas.

Perhatian dan kepedulian industri, termasuk industri komponen alat berat terhadap kualitas lingkungan harus ditingkatkan untuk menjaga kelestarian lingkungan (fisik, kimia, biologi dan sosial). Sementara itu dokumen pengelolaan

Kinerja Lingkungan Industri Komponen Alat Berat

Optimasi Pemanfaatan Sumberdaya

Kinerja Industri dalam pengelolaan limbah

Budaya Lingkungan Produktivitas

perusahaan

Model Pengelolaan Lingkungan Industri Komponen Alat Berat Berbasis Partisipasi dan Kemitraan

Masyarakat Kebijakan Pengelolaan Lingkungan Industri Komponen Alat Berat

Peningkatan Kinerja Industri dalam Pengelolaan Limbah

Partisipasi dan Kemitraan - Pengembangan Potensi Masyarakat - Kerjasama menguntungkan - Peningkatan keuntungan masyarakat

Industri Komponen Alat Berat

lingkungan yang menjadi acuan dalam pengelolaan dampak lingkungan perusahaan belum dilaksanakan secara efektif dan efisien. Apabila upaya-upaya pengelolaan lingkungan yang terdapat di dalam dokumen dilaksanakan, maka kinerja perusahaan akan meningkat, juga dapat memberikan nilai tambah bagi perusahaan karena adanya kepercayaan masyarakat dan pemerintah terhadap perusahaan yang peduli dan bertanggung jawab terhadap lingkungan. Oleh karena itu penelitian tentang model pengelolaan lingkungan industri komponen alat berat berbasis partisipasi dan kemitraan masyarakat dilakukan. Penelitian difokuskan pada limbah padat yang masih bernilai ekonomi agar supaya limbah yang dihasilkan tersebut dapat digunakan kembali untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Pengelolaan lingkungan sering dianggap sebagai beban bagi perusahaan karena berhubungan dengan peningkatan pembiayaan tetapi tidak berhubungan langsung dengan peningkatan produktivitas. Sementara itu sistem pengelolaan lingkungan industri komponen alat berat berbasis partisipasi dan kemitraan masyarakat yang tidak menurunkan produktivitas perusahaan belum ada. Berdasarkan hal tersebut, maka pertanyaan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana kinerja manajemen perusahaan industri komponen alat berat terkait dengan produktivitas sumberdaya manusia dalam pengelolaan lingkungan.

2. Bagaimana kinerja perusahaan industri komponen alat berat dalam pengelolaan limbah.

3. Bagaimana partisipasi karyawan dalam pengelolaan limbah industri komponen alat berat.

4. Bagaimana bentuk kemitraan dalam pengelolaan limbah industri komponen alat berat.

5. Bagaimana model konseptual pengelolaan lingkungan industri komponen alat berat berbasis partisipasi dan kemitraan masyarakat.

Secara skematis perumusan masalah dalam penelitian model pengelolaan lingkungan industri komponen alat berat berbasis partisipasi dan kemitraan masyarakat disajikan pada Gambar 2.

7

Gambar 2. Skema perumusan masalah.

1.5. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat terhadap pengembangan ilmu pengetahunan dan teknologi, peningkatan pengelolaan lingkungan, dan sebagai sumber informasi bagi investor yang akan berusaha di bidang industri komponen alat berat. Manfaat yang diharapkan tersebut secara lebih rinci adalah sebagai berikut:

Industri komponen alat berat

Bahan baku lembaran

baja canai panas Impor

Limbah Penurunan kualitas lingkungan industri Pengelolaan belum optimal Penurunan sumberdaya perusahaan Konflik kepentingan Partisipasi dan kemitraan Kinerja manajemen perusahaan terkait dengan produktivitas SDM dalam pengelolaan lingkungan

Kinerja perusahaan dalam pengelolaan

lingkungan

Rumusan model pengelolaan lingkungan industri komponen alat berat berbasis partisipasi dan kemitraan masyarakat

1. Memberikan kontribusi dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam pengembangan sistem pengelolaan lingkungan pada industri komponen alat berat.

2. Sebagai masukan bagi pemerintah untuk merumuskan kebijakan dalam pengelolaan lingkungan pada industri komponen alat berat.

3. Sebagai masukan bagi pihak pengusaha industri komponen alat berat dalam upaya pengelolaan lingkungan dan pemanfaatan sumberdaya agar keberlanjutan usaha dapat terjamin.

1.6. Novelty (Kebaruan)

Novelty (kebaruan) dari penelitian ini didasarkan atas ada tidaknya

penelitian serupa yang telah dilakukan sebelumnya. Kebaruan ditelusuri dari penelitian terdahulu pada: (1) industri komponen alat berat; (2) pendekatan partisipasi dan kemitraan masyarakat; serta (3) metodologi yang dilakukan dalam penelitiannya. Hasil penelusuran lengkap dibahas pada bagian tinjauan pustaka, sementara resume penelusuran disajikan pada paparan berikut.

Upaya pengelolaan lingkungan dengan berbagai pendekatan partisipasi masyarakat telah dikaji di Amerika oleh Glicken (2000), serta Baral dan Engellken (2002). Sementara di Eropa hal yang sama telah diteliti oleh Soneryd (2004) dan Tippett et al. (2005). Penelitian berbasis partisipasi dan produksi bersih pada industri gula telah diteliti Sudrajat (2011) di Indonesia. Kemitraan juga menjadi fokus dalam beberapa penelitian, antara lain mengenai kebijakan kemitraan lingkungan dan pengelolaan adaptif dalam pengelolaan pesisir di California oleh Kallis et al. (2009), Lejano dan Ingram (2009), serta Shilling et al. (2009).

Hasil penelusuran publikasi ilmiah tersebut menunjukkan masih minimnya penelitian ilmiah pada industri komponen alat berat, apalagi mengenai pengelolaan lingkungan berbasis partisipasi dan kemitraan pada industri tersebut. Selain itu, hampir seluruh penelitian menggunakan pendekatan parsial dan tidak komprehensif. Oleh karena itu, novelty (kebaruan) yang terdapat dalam penelitian ini adalah:

9

1. Kebaruan pada objek penelitian di industri komponen alat berat yang memiliki karakteristik tersendiri dan belum diteliti sebelumnya, melalui kombinasi pendekatan proses partisipasi dan kemitraan masyarakat dalam pengelolaan limbahnya;

2. Kebaruan penerapan metode pendekatan sistem yang bersifat komprehensif dalam mengkaji pengelolaan limbah industri komponen alat berat dari berbagai perspektif pembangunan berkelanjutan, yaitu aspek sosial, aspek ekonomi, dan aspek lingkungan;

3. Kebaruan dari output penelitian yang berupa perancangan model konseptual kebijakan secara komprehensif yang dibangun berdasarkan basis data (data base), basis pengetahuan (knowledge base) dan basis model (model base) dalam pengelolaan limbah industri komponen alat berat.

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengelolaan Lingkungan

Suratmo (1992), menyatakan bahwa lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dengan segala benda, daya, keadaan, dan makhluk hidup termasuk di dalamnya manusia dan perilaku yang mempengaruhi kelangsungan kehidupan dan kesejahteraan manusia serta lingkungan hidup. Lingkungan hidup dapat dibagi menjadi tiga bagian, yaitu

1. Lingkungan fisik-kimia; 2. Lingkungan biologi;

3. Lingkungan manusia yang meliputi bentuk sosial-ekonomi dan sosial-budaya. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (PPLH), menjelaskan bahwa pengelolaan lingkungan hidup adalah upaya terpadu untuk melestarikan fungsi lingkungan hidup yang meliputi kebijaksanaan penataan, pemanfaatan, pengembangan, pemeliharaan, pemulihan, pengawasan dan pengendalian lingkungan hidup. Menurut Nuswardani (1989), pengelolaan lingkungan hidup tersebut pada dasarnya bertujuan untuk

1. Menjamin kesehatan dan kesejahteraan manusia.

2. Melindungi alam (lingkungan) seperti tanah, udara, air, tumbuhan, dan hewan dari gangguan alam dan manusia yang sifatnya merusak.

3. Menghilangkan, menghapus atau memberantas bahaya, kerusakan, kerugian dan bahan-bahan lain yang disebabkan oleh perilaku manusia.

4. Memperbaiki mutu atau kualitas lingkungan.

Sedangkan tindakan-tindakan manusia dalam mengelola lingkungan ada dua, yaitu: (a) tindakan yang sifatnya ”biologis-ekologi”; dan (b) tindakan yang sifatnya ”teknologis-higienis”. Manusia dalam usaha memenuhi kebutuhannya dan meningkatkan kesejahteraannya telah melakukan berbagai kegiatan dari bentuk yang sederhana sampai yang modern, dari sedikit mengubah sumberdaya alam dan lingkungan sampai yang menimbulkan perubahan besar. Pada awalnya alam memiliki kemampuan untuk pulih secara alamiah, tetapi kegiatan manusia

11

semakin lama menimbulkan banyak perubahan pada sumberdaya alam dan lingkungan. Perubahan tersebut seringkali masih dapat ditoleransi oleh manusia karena dianggap tidak menimbulkan kerugian pada manusia secara langsung. Tetapi perubahan yang makin besar akhirnya akan berdampak positif maupun negatif bagi manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya.

Hal ini menyebabkan manusia mulai meninjau kembali semua kegiatannya dan berusaha untuk menghindari kegiatan yang dapat menimbulkan dampak negatif, serta mencari cara untuk mencegah timbulnya dampak tersebut agar kesejahteraan dan kehidupannya tidak terancam. Gambar 3 menunjukkan bahwa kegiatan manusia untuk mencapai kesejahteraannya akan menimbulkan dampak positif maupun negatif terhadap lingkungan.

Gambar 3. Hubungan antara kegiatan manusia dengan dampaknya terhadap lingkungan.

Studi kelayakan merupakan salah satu syarat sebuah rencana kegiatan pembangunan untuk mendapatkan perizinan. Studi kelayakan tersebut meliputi kelayakan teknis, kelayakan ekonomis dan kelayakan lingkungan (Gambar 4). Kelayakan teknis bertujuan untuk melihat apakah secara teknis kegiatan yang direncanakan dapat dilakukan. Kelayakan ekonomis bertujuan untuk melihat apakah secara ekonomi kegiatan yang direncanakan akan menguntungkan atau tidak. Sedangkan kelayakan lingkungan menekankan pada apakah kegiatan yang direncanakan akan memberi dampak negatif terhadap ekosistem; lingkungan fisik, kimia, biologi, dan sosial budaya; serta kesehatan lingkungan dan masyarakat.

Kegiatan Manusia Pembangunan Ekonomi Kesejahteraan Manusia

Dampak pada Lingkungan (positif dan negatif)

Studi Kelayakan Teknis Studi Kelayakan Ekonomis Studi Kelayakan Lingkungan Proyek Berjalan Dampak Lingkungan Pengelolaan Lingkungan Studi Kelayakan

Gambar 4. Hubungan tiga jenis studi kelayakan.

Hasil studi kelayakan lingkungan yang dilakukan oleh pihak pemrakarsa akan menjadi dasar bagi pemerintah dalam mengambil keputusan tentang

Dokumen terkait